Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN

ILMU SOSIAL DASAR

BERJUDUL

PEMUDA dan SOSIALISASI

Di susun oleh:

Fajar Muharam

1IA17

NPM

52419201

TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS GUNADARMA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pemuda dan Sosialisasi". Tugas
makalah ini dibuat guna untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar .

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Terima kasih

11 Oktober 2019

Penyusunan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................3

B.RUMUSAN MASALAH.....................................................................7

C. TUJUAN.............................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

A. SOSIALISASI PEMUDA....................................................................8

B. TUJUAN POKOK SOSIALISASI.......................................................10

C. PERANAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT,BANGSA DAN


NEGARA...................................................................................................10

D. POTENSI POTENSI GENERASI MUDA…………….......................11

E.PENGEMBANGAN POTENSI GENERASI MUDA............................11

F.MASALAH MASALAH GENERASI MUDA.......................................12

G.FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN PEMUDA.......................13

H.USAHA MENANGGULANGI PERMALASHAN PEMUDA.............13

I.PERGURUAN DAN PENDIDIKAN......................................................14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu
dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada
pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai
penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma
pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan
menguasai masa depan.

Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan
pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini
telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan
dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan
perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga ini
merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak
anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.

Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan
dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat
dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan
dewasa, dengan perincian sebagia berikut :

Golongan anak : 0 – 12 tahun


Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas

Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang
telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk
menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun,
karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak.
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada
terdiri atas 3 katagori yaitu :

1. Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah

2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi


3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 –
30 tahun keatas.

Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan
menjadi dua yaitu:

1. Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan


lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan
menaati tradisi yang berlaku

2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda jenis
ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah
pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu
mengubah masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal.
Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi
hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan
menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda
radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat
cara-cara radikal, revolusioner.

Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi
dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik.
Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara
menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada
disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan.
Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster
kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan
keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu
kebahagiaan.

Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan agamanya tanpa
putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan
merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak.

Dengan segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi
terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana
sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para
pemuda-pemudanya’.

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari
kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang
terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi
menurut para ahli

1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan
kelompoknya.

1. Peter Berger

Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam
masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

1. Paul B. Horton

Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam
masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

1. Soerjono Soekanto

Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat
dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia
masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam
hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya gar dapat
berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar
kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda
dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa
individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan
perkembangannya.

Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self)
sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya
pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku”
atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara
orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai,
tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya

2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari
orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap
norma-norma sosial

Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan
sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil judul Pemuda dan
Sosialisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses sosialisasi pemuda ?

2. Apa tujuan pokok sosialisasi ?

3. Apa peranan pemuda dalam masyarakat ?

4. Apa saja potensi generasi pemuda ?

5. Bagaimana pengembangan potensi generasi muda ?

6. Apa saja masalah generasi muda ?

7. Apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda ?

8. Apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemuda.

2. Untuk mengetahui apa tujuan pokok sosialisasi.

3. Mengetahui apa peranan pemuda dalam masyarakat.

4. Mengetahui apa saja potensi generasi pemuda.

5. Mendeskripsikan bagaimana pengembangan potensi generasi muda.

6. Mengetahui apa saja masalah generasi muda.

7. Untuk mengetahui apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda.

8. Untuk mengetahui apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sosialisasi Pemuda

Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat
dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia
masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam
hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat
berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar
kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.

Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok
melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian
dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran
terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap
diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit
dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara
orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai,
tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya

2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari
orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap
norma-norma sosial.

Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan
sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.

Proses sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau
kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang
lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga.
Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan
sosial ini berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain
kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini
yakni :

Pertama kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan
berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan
berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.

Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang
atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang)
atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).

Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan.
Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman.
Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya.
Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.

Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-
tahap sebagai berikut.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal
dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-
anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan
ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh
anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara
menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.

2. Tahap meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan:

1. Semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.

2. Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan
sebagainya.

3. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi
orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.

4. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri,
yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).

3. Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini
lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-
orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya
secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.

2.2 Tujuan Pokok Sosialisasi

1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.

2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.

3. Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.

4. Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada
pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.

2.3 Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara

Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan
proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada
khususnya pada saat ini.

Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi.
Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat
politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh
mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama
orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu
bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan
generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garisS besarnya mempunyai peranan sebagai :

1. Agent of change

2. Agent of development
3. Agent of modernization

Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam


masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa
bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non
fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam
pembahruan.

2.4 Potensi-Potensi Generasi Muda

Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:

1. Idealisme dan daya kritis

Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat
kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan
idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.

2. Dinamika dan kreativitas

Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan
kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan
penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.

3. Keberanian mengambil resiko

Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset,


terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan
kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu
memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.

2.5 Pengembangan Potensi Gener asi Muda

Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan pembangunan.
Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi
dengan bebas ,tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan.
Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat
mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan
kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki
potensi sesuai minat masing-masing anak.

Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau kesenangan masing-
masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan potensinya dengan
membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup
tanpa ada perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga dan negara
juga merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi
bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya menghabiskan uang orang
tua dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan
obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak lagi
hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan orang tua dapat
mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk perkembangan anak mereka
sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat berguna bagi nusa dan bangsa.

Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai
bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam
berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang,
dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.

2.6 Masalah-Masalah Generasi Muda

Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai


permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai
berikut :

1. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat,


termasuk jiwa pemuda.

2. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

3. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan
generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.

4. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan
setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.

5. Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.

6. Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.

7. Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental
bangsa.

8. Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.

9. Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku


(Deviant behavior).

10. Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
kita yang dapat merusak mental generasi muda.
11. Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut
akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan
pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG
TARUNA .

2.7 Faktor Penyebab Permasalahan Pemuda

1. Kurang dalam mengendalikan diri

Dalam hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang remaja
membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi perkembangan remaja dalam
mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan penjelasan tentang nilai sosial (baik
buruknya suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh
remaja tersebut sehingga ketika remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya
masyarakat , remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh
orang tuanya .

2. Kurang masa bersama keluarga

Meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang
mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah masing-masing anggota
keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang yang lebih tua didalam keluarga
tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar . Karena banyak faktor remaja melakukan hal
negatif adalah karena jarangnya meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan
alasan orang tua bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak
mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja mencari jalan
keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari keputusan itulah dapat mengorbankan
orang lain .

3. Masalah ekonomi keluarga

Keluarga miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna
kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang memadai. Faktor
inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mencuri milik
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini akan terus meningkat ke arah yang lebih
ekstrim jika dibiarkan seperti menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .

2.8 Usaha Menanggulangi Permasalahan Pemuda

Cara yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering
menasehati, memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar menjadi pemuda
yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan dana orang tuanya. Hal ini
bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka nasehat tersebut dapat membantu
untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka akan melakukannya. Dan jika mereka tidak
membutuhkan nasehat, maka mereka tidak akan melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah
pemuda yang selalu mendengarkan nasehat – nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional,
diharapkan pemuda – pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal ekonomi dan
psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua, akan merasa bangga. Karena
mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan sebagai penerus bangsa. Dan semoga hal ini
lebih baik lagi di masa mendatang.

2.9 Perguruan dan Pendidikan

Arti penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,
sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya
secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi
minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan
penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.

Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-
manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam
menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah
pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal
yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.

Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan
kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat “inner will
peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam pembangunan pendidikan mental,
intelektuan dan profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.

Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan
tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi
pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik
secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa
Indonesia akan mampu membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui
suatu alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain
bercirikan perubahan yang berkesinambungan.

Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang
menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita
bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan
landasan-landasan ideal serta landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem
pendidikan nasional yang tepat arah dan tepat guna.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

1. Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut : tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play
stage), tahap siap bertindak (game stage), dan tahap penerimaan norma kolektif
(generalized stage).

2. Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang
dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi
secara efektif dan mengembangkan kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic
yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara
selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau
kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.

3. Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of change, agent of
development, dan agent of modernization.

4. Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah
idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas, dan keberanian mengambil resiko.

5. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat
mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan
apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda
yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.

6. Masalah-masalah generasi muda diantaranya adalah menurunnya jiwa nasionalisme,


kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya, belum
seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
tingginya jumlah putus sekolah, kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang
menghambat perkembangan kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur,
penyalahgunaan obat narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala
penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat (westernisasi culture),
dan masih merajalelanya kenakalan remaja.

7. Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah kurang dalam mengendalikan diri, kurang
masa bersama keluarga, dan masalah ekonomi keluarga.

8. Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat dilakukan oleh lingkungan terutama


pendekatan oleh keluarga dan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai