Anda di halaman 1dari 103

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan proses alamiah yang dialami semua


perempuan subur yang sehat secara reproduksi. Salah satu cara untuk
mencapainya adalah dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.Namun
beberapa diantaranya dapat terjadi penyulit.Salah satu penyulit kehamilan dan
persalinan yang menyebabkan kematian pada ibu adalah
perdarahan.Perdarahan dalam kehamilan terbagi dua yaitu perdarahan hamil
muda dan hamil tua.
Perdarahan pada hamil muda salah satunya adalah kehamilan
trofoblas yang disebut dengan mola hidatidosa atau hamil anggur.Pada
kehamilan mola hidatidosa ini terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
chorionic villi dan terbentuklah gelembung mola.Telah diketahui bahwa
penyakit ini banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah, umur
di bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun dan paritas tinggi (Prawirohardjo,
2007).Angka kejadian mola hidatidosa bervariasi. Pada setiap perempuan
Asia umumnya memiliki kecenderungan lebih tinggi, yaitu 1 dari 8 sampai
120 kehamilan sedangkan perempuan Eropa 1 dari 1.500 sampai 2.000
kehamilan (Wiknjosastro, 2005).
Mola hidatidosa merupakanpenyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik
vili dan perubahan hidropik.Hamil anggur atau molahidatidosa adalah
kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan “bakal janin”.Sehingga terbentuk jaringan permukaan
membrane (vili) mirip gerombolan buah anggur (Sujiyantini et al, 2009).
3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan molahidatidosa?


2. Apa saja faktor resiko kehamilan molahidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi kehamilan molahidatidosa?
4. Apa saja klasifikasi tentang kehamilan molahidatidosa?
5. Bagaimana gambaran klinis tentang kehamilan molahidatidosa?
6. Bagaimana prognosis tentang kehamilan molahidatidosa?
7. Bagaimana penatalaksanaan kehamilan molahidatidosa?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang pengertian kehamilan molahidatidosa
2. Mengetahui tentang faktor resiko kehamilan molahidatidosa
3. Mengetahui tentang patofisiologi kehamilan molahidatidosa
4. Mengetahui tentang klasifikasi tentang kehamilan molahidatidosa
5. Mengetahui tentang gambaran klinis tentang kehamilan molahidatidosa
6. Mengetahui tentang prognosis tentang kehamilan molahidatidosa
7. Mengetahui tentang penatalaksanaan kehamilan molahidatidosa

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Penulis
Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan
terutama tentang kehamilan dengan mola hidatidosa dalam situasi yang
nyata.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan mola hidatidosa untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kesehatan.
4

3. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya tentang kehamilan dengan mola
hidatidosa.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Mola Hidatidosa
a. Pengertian
Mola hidatidosa adalah penyimpangan kehamilan yang
terjadi degenerasi hidrofik dari jonjot koreon, sehingga berupa buah
anggur, dengan mengandung banyak cairan dan hormone
(Bandiyah, 2009). Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vilikorialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan
jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1
atau 2 cm (Sarwono, 2010).

b. Faktor resiko
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1) Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati,
tetapi terlambat dikeluarkan. Mola hidatidosa lebih banyak
ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun.
2) Imunoselektif dari trofoblast.
3) Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4) Kekurangan protein.
5) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
(Sujiyatini et al, 2009).
c. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan pathogenesis
dari penyakittrofoblast :
1) TeoriMissed Abortion
Mudah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
masenkim dari vili dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung.
6

2) Teori Neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal


dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam vili sehingga timbul
gelembung-gelembung.
3) Studi dari Hertig
Lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan kelima.Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasidan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Sujiyatini et al, 2009).
d. Klasifikasi
Mola Hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Mola Hidatidosa komplet, yaitu penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korialis
mengalami perubahan hidropik.
2) Mola hidatidosa parsialis, yaitu sebagian pertumbuhan dan
perkembangan vili korialis berjalan normal sehingga janin
dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm
(Manuaba, 2009).
e. Gambaran klinis
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosadalah :
1) Tanda dan gejala kehamilan mola hidatidosa antara lain:
a) Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar
gelembung mola.
c) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.
e) Preeklamsi atau eklamsi yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu (Sujiyatini et al, 2009).
7

2) Diagnosis
Diagnosis mola hidatidosa dapat ditegakkan berdasarkan :
1) Gejala hamil muda yang sangat menonjol
a) Emesis gravidarum/Hiperemesis gravidarum

b) Terdapat komplikasi

(1) Tirotoksikosis (2-5%)

(2) Hipertensi/preeklamsia

(3) Anemia akibat perdarahan

2) Pemeriksaan palpasi

a) Uterus

(1) Lebih besar dari usia kehamilan (50% - 60%)


8

(2) Besarnya sama dengan usia kehamilan (20 – 25%)

(3) Lebih kecil dari pada usia kehamilan (5 – 10%)

b) Palpasi untuk seluruhnya

(1) Tidak teraba bagian janin

(2) Teraba bentuk asimetris, bagian menonjol agak


padat
3) Pemeriksaan USG

(1) Sudah dipastikan mola hodatidosa tampak seperti


TV rusak
(2) Tidak terdapat janin

(3) Tampak sebagian plasenta normal dan


kemungkinan dapat tampak janin
(Manuaba, 2009).
f. Prognosis

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh


perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.Di Negara
maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi.Akan terapi, di
Negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara2,2%
dan 5,7%. Sebagian dari pasien molaakan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan
yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi
koriokarsinoma. Persentase keganasan yang dilaporkan oleh
berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56%. Bila
9

terjadi keganasan, maka pengelolaan secara khusus pada divisi


Onkologi Ginekologi (Sarwono, 2010).
Keganasan menjadi “koreo karsinoma” dapat terjadi dari
kehamilan mola hidatidosa (kehamilan anggur) sebanyak 75%,
keguguran spontan atau buatan 15% dan setelah persalinan 5-10%.
Kemungkinan telah terjadi degenerasi ganas koreo karsinoma
dapatdiperhatikan bila dijumpai atau mengalami perdarahan terus
menerus setelah keguguran atau persalinan perut bertambah besar
dengan dapat diraba tumor, terdapat benjolan berwarna biru
didaerahliang senggama, dan batuk yang disertai dahak berdarah
(Bandiyah, 2009).
g. Penatalaksanaan

Dalam pengobatan mola hidatidosa yang lebih diutamakan


adalah menegakkan diagnosis sebelum gelembung mola dikeluarkan,
sehingga perdarahan yang timbul pada waktu mengeluarkan mola
dapat dikendalikan (Manuaba, 2009).
Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :

1) Perbaikan keadaan umum

Koreksi dehidrasi, transfusi darah bila ada anemia (Hb 8


gr% atau kurang), bila ada gejala pre eklamsi dan hiperemesis
gravidarum, diobati sesuai dengan protocol penanganan di
bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran UNHAS, bila
10

ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit


dalam(Bandiyah, 2009).
2) Pengeluaran jaringan mola hidatidosa

Dalam menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa


pertimbangan yang berkaitan dengan umur penderita danparitas.
Ada dua cara pengeluaran jaringan mola hidatidosayaitu :
a) Evakuasi jaringan mola hidatidosa

mola hidatidosa dengan umur muda dan jumlah


anak sedikit, rahim perlu diselamatkan dengan tindakan
evakuasi jaringan mola.Evakuasi jaringan mola dilakukan
sebanyak dua kali dengan interval satu minggu, dan
jaringan diperiksa kepada ahli patologi anatomi (Manuaba,
2009).
b) Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah


cukup umur dan cukup mempunyai anak.Karena umur tua
dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya keganasan.Batasan yang dipakai adalah umur 35
tahun dengan anak hidup tiga.Tidak jarang bahwa pada
sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan
berupa mola invasif / kariokarsinoma (Sarwono, 2010).
11

3) Pengobatanprofilaksis dengan sitostatistika (kemoterapi)

Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat


berkelanjutan menjadi kariokarsinoma.Untuk menghindari
terjadinyadegenerasi ganas, penderita mola yang mempunyai
faktor risiko seperti umur di atas 35 tahun atau gambaran
patologi anatomi yang mencurigakan diberi profilaksis dengan
sitostatistika (kemoterapi) :
a) Methotrexate 20 mg/hari atau

b) Actinomycin D 1 flacon/hari, 5 hari berturut-turut


(Manuaba, 2009).
4) Pengawasan lanjutan

Pengawasan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa


yang uterusnya dikosongkan sangat penting karena mungkin
timbul keganasan. Pengawasan 1-2 tahun, dilakukan
pemeriksaan ginekologik, kadar β-hCG, dan radiologik berkala.
Penentuan kadar kuantitatif β-hCG dilakukan dengan jadwal
sebagai berikut :
a) Tiap minggu sampai β-hCG negatif selama 3 minggu
berturut-turut.
b) Tiap 2 minggu sampai bulam ke III

c) Tiap bulan sampai bulan ke VI

d) Tiap 3 bulan sampai 2 tahun


12

Setelah dilakukan penanganan mola hidatidosa, perlu


dilakukan penundaan kehamilan paling sedikit satu tahun
dengan kondom, diafragma, atau pil kontrasepsi supaya β-hCG
kehamilan tidak mengancam β-hCG karena keganasan
(Kurniawati, 2009).
5) Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan mola


hidatidosayaitu :
a) Perdarahan hebat sampai syok, yang jika tidak segera
ditangani dapat berakibat fatal.
b) Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.

c) Infeksi sekunder.

d) Perforasi uterus karena keganasan dan tindakan.

e) Menjadi ganas pada kira-kira 15-20% kasus, yang akan


menjadi mola destruens atau kariokarsinoma
(Bandiyah, 2009).

6) Rencana asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil


dengan mola hidatidosa antara lain :
1) Berikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan
yang mungkin dilakukan kepada ibu dan keluarga.
2) Berikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan
suami atau keluarga dalam perawatan.
13

3) Observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran


pervaginam.
4) Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan
USG dan rontgen.
5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan
umum, pengeluaran jaringan mola hidatidosa, kemoterapi,
dan pengawasan lanjutan.
6) Kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek darah.
(Saifuddin, 2006).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan


tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasar ilmu dan kiat kebidanan (Kepmenkes, 2007).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu
pada masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Sofyan, 2006).
2. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara


sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan,
14

agarmenguntungkan, kedua belah pihak baik klien maupun pemberi


asuhan (Soepardan, 2007).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran / tahapan
yang logis untuk mengambil keputusan yang terfokus pada klien
(Salmah et al,2006).

3. Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney

Proses manajemen yang dipakai oleh bidan mengacu pada tujuh langkah
Varney yang terdiri dari :
a. Langkah I : Pengumpulan dan Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang


akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien yang meliputi data subjektif, obyektif, dan hasil
pemeriksan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang
sebenarnya dan valid (Soepardan, 2007).
Data yang diperoleh dapat berupa data subjektif maupun objektif :

1) Data Subjektif

Data subjektif adalah informasi yang dicatat


mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada klien
(Wildan dan Hidayat, 2008).

a) Identitas atau biodata

Menurut Varney, 2007 terdiri dari :


15

(1) Nama

Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk


mengetahui identitas pasien dan penanggung jawab.
(2) Umur

Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko


karena pada umur 20 tahun, alat reproduksi belum
siap menerima kejadiannya.Pada umur lebih dari 35
tahun kerja jantung meningkat karena adanya
hemodilusi dan kemungkinan terjadinya perdarahan.
(3) Agama

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya


terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien, akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
(4) Suku/bangsa

Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang


menguntungkan dan merugikan bagi ibu hamil.
(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual karena pengaruh


pekerjaan pasien terhadap permasalahan keluarga
pasien/klien.
16

(6) Pekerjaan

Untuk megetahui status sosial ekonomi. Keadaan


sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap
pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya bila ibu
kekurangan protein dan vitamin yang lainnya akan
mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang
mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
b) Keluhan Utama

Ditanyakan alasan wanita mengunjungi klinik,


pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, seperti yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Varney, 2007).
Ditujukan pada data utama yang mengarah pada
gejala yang berhubungan dengan mola hidatidosayaitu
:amenorea, rasa mual-muntah yang berlebihan, terjadi
perdarahan pervaginam, uterus lebih besar dari umur
kehamilan (Sarwono, 2010).
c) Riwayat menstruasi

Riwayat menstruasi penting untuk mengetahui


pada umur berapa ibu mulai menstruasi, apakah
menstruasinya normal, dan apakah lama siklus menstruasi
normal.Ini merupakan beberapa petunjuk mengenai
fertilitas dan keseimbangan hormon wanita tersebut.Hari
pertama menstruasi terakhir dicatat, sehingga hari
17

perkiraan lahir (HPL) dapat ditaksir.Hari tersebut penting


untuk menilai lamanya kehamilan dalam hubungannya
dengan besar uterus selama kehamilan(Varney,
2007).Pada penderita mola hidatidosa mengalami
amenorea.
d) Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan yang perlu dikaji meliputi


ANC (tempat dan frekuensi), imunisasi TT, keluhan
selama kehamilan, gerakan janin, penatalaksanaan dan
terapi yang diberikan (Depkes RI, 2013).Pada trimester
pertama kehamilan, biasanya penderita mola hidatidosa
mengalami keluhan mual, muntah, pusing, kadang-kadang
berlanjut lebih hebat (Manuaba, 2009).
e) Riwayat Kesehatan

Adakah riwayat kesehatan/penyakit yang diderita


sekarang atau yang lalu seperti masalah kardiovaskuler,
hipertensi, diabetes mellitus, malaria, HIV/AIDS dan lain-
lain (Salmah et al, 2006).
(1) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan


adanya penyakit yang diderita saat ini
(Wulandari, 2008).
18

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan


adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
jantung, DM, hipertensi, asma (Wulandari, 2008).
f) Riwayat perkawinan

Ditanyakan untuk mengetahui umur ibu saat


menikah, merupakan perkawinan yang ke-berapa, lama
menikah dan merupakan istri atau suami yang ke-berapa
(Depkes RI, 2013).
g) Riwayat Keluarga Berencana

Data yang diperlukan dari riwayat kontrasepsi


adalah pengetahuan tentang pilihan penggunaan
kontrasepsi, metode kontrasepsi yang sebelumnya
digunakan (tipe, lama penggunaan masing-masing
kontrasepsi, efek samping masing-masing kontrasepsi dan
alasan penghentian kontrasepsi) (Murkoff , 2006).
h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan yang lalu dikaji, apakah ibu
pernah mengalami kehamilan patologis, jarak antara dua
kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu, bidan dapat
19

mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya


(Varney, 2007).
i) Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari berkaitan dengan


kebiasaan, baik sebelum hamil maupun saat hamil dalam
segi pola makan, pola personal hygiene, kebiasaan hidup,
beban kerja dan kegiatan sehari-hari (Salmah et al, 2006).
Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji meliputi :
(1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,


frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(2) Eliminasi

Dikaji untuk menggambarkan pola eliminasi meliputi


kebiasaan BAB dan BAK serta masalah
yang dialami atau dikeluhkan selama kehamilan
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(3) Istirahat dan aktivitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan ibu dalam


kesehariannya, karena pola istirahat dan aktivitas
ibu hamil sangat mempengaruhi kehamilan
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
20

(4) Perilaku seks

Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan


hubungan suami istri dan kapan boleh melakukannya
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(5) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga


kebersihan tubuh terutama daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
j) Data psikososial dan agama

Kehamilan akan mempengaruhi seluruh anggota


keluarga dan setiap anggota keluarga harus beradaptasi,
yang prosesnya bergantung pada budaya lingkungan yang
sedang menjadi tren masyarakat (Salmah et al, 2006).
2) Data Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui


pemeriksaan (vital sign) dan pemeriksaan fisik dari kepala
sampai kaki (head to toe) serta pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan jika diperlukan.
a) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum : pada pemeriksaan umum

dilakukan untuk mengetahui


keadaan umum dan kesadaran,
pengukuran tanda-tanda vital
21

yang meliputi tekanan darah,


suhu, nadi, dan respirasi
(Varney, 2007).

(2) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat

kesadaran ibu apakah


composmentis, somnolen, koma.
Pada ibu hamil dengan mola
hidatidosaadalah composmentis
(Saifuddin, 2005).
(3) Tensi : untuk mengukur faktor hipertensi
atau hipotensi (Saifuddin, 2005),
batas normal antara 90/60 mmHg
sampai 130/90 mmHg dan
peningkatan diastolik tidak lebih
dari 150 mmHg dari keadaan
pasien normal
(Wiknjosastro, 2005).

(4) Suhu : untuk mengetahui suhu basal ibu


pada ibu hamil, suhu badan yang
normal adalah 360C sampai 370C
(Wikjosastro, 2005).
(5) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien
yang dihitung dalam 1 menit,
22

batas normal 60-100 x/menit


(Wikjosastro, 2005).
(6) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi

pernapasan yang dihitung dalam

1 menit, batas normal 12-20


x/menit (Saifuddin, 2005).
b) Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita mola


hidatidosameliputi :
(1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi


yang dilakukan secara sistematik. Inspeksi dilakukan
dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2005).
(a) Rambut : untuk mengetahui apakah

rambutnya bersih, rontok dan


berketombe.
(b) Muka : keadaan muka pucat dan kekuning-

kuningan.

(c) Mata : konjungtiva merah muda atau tidak,

adakah kuning pada sklera.


23

(d) Hidung : untuk menilai adanya kelainan,

adakah benjolan, adakah hidung


tersumbat.
(e) Telinga : untuk mengetahui apakah didalam

ada serumen.

(f) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih atau

tidak, ada karies dan karang gigi


tidak.
(g) Leher : perlu dikaji untuk mengetahui

adanya pembesaran kelenjar gondok


atau tidak, ada pembesaran getah
bening atau tidak, dan ada tumor
atau tidak.
(2) Dada dan Axilla

Adakah benjolan pada payudara atau tidak,


payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol
atau tidak, pengeluaran ASI/kolostrum sudah keluar
atau belum (Nursalam,2005).
(a) Mammae : untuk mengetahui apakah ada nyeri,

discharge putting, gumpalan, biopsy


(Varney, 2007).
(b) Axilla : untuk mengetahui apakah ada tumor

atau nyeri tekan (Varney, 2007).


24

(3) Ekstremitas

Apakah terdapat oedema atau tidak, adakah


varises, betis merah atau lembek atau keras, reflek
patella positif atau negatif (Wiknjosastro, 2006).
(4) Abdomen

Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah


ada luka bekas operasi apatidak, strie gravidarum,
linea nigra, apakah bagian-bagian janin sudah teraba
apa belum (Wiknjosastro, 2005).Pada kasus ibu hamil
denganmola hidatidosaadalah tidak terdapat janin di
dalam rahim.
(5) Palpasi

Pemeriksaan palpasi menurut


Hutahean(2013)meliputi :
(a) Leopold I : untuk menentukan usia

kehamilan, apakah ada janin


dalam fundus. Pada mola
hidatidosabiasanya rahim lebih
besar dari umur kehamilan.
(b) Leopold II : untuk menentukan punggung

janin dan bagian terkecil pada


janin.
25

(c) Leopold III : untuk menentukan bagian janin

pada bagian terbawah.

(d) Leopold IV : untuk menentukan presentasi dan

mengetahui seberapa bagian


kepala janin masuk ke pintu atas
panggul.
(e) TBJ : dapat ditentukan berdasarkan

Johnson Toshack yang berguna


untuk mengetahui pertimbangan
persalinan secara spontan
pervaginam.
Rumus TBJ (Tafsiran Berat Janin) : Tinggi
Fundus Uteri dalam cm – Nx155 gram.
TBJ : Tafsiran berat janin dalam gram

TFU : Tinggi Fundus Uteri dengan Mc.Donald


dalam cm
N : Kepala janin belum masuk panggul
(TFU-12)
Kepala janin sudah masuk panggul (TFU-
11)(Julianty, 2009).
(6) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan


mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh
26

dengan menggunakan stetoskop atau alat lain seperti

leanec atau Doppler (Saminem, 2008).

Pada pemeriksaan auskultasi penderita mola


hidatidosatidak terdengar bunyi denyut jantung janin
(Varney, 2007).
(7) Genetalia

Untuk mengetahui daerah genetalia eksterna


yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia
minora, ada atau tidak varises dan oedema,
pembesaran kelenjar bartholini, dan cairan yang
keluar berbau busuk atau tidak (Saifuddin, 2005).Pada
mola hidatidosaterjadi perdarahan sedikit demi sedikit
atau mendadak berdarah sambil mengeluarkan
jaringan seperti buah anggur (Wiknjosastro, 2006).
(8) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam pada penderita mola


hidatidosa didapatkan hasil seberapa besar ukuran
rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan, dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina (Varney, 2007).
(9) Perkusi

Pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau


membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
27

permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara


dan mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan seperti pada reflek patella kanan
dan kiri negatif atau positif (Mufdilah, 2009).Pada
pemeriksaan perkusi penderita mola hidatidosa
seperti pada reflek patella kanan dan kiri positif atau
negatif.
3) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh


dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen,
USG dan lain-lain. Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil
dengan mola hidatidosa dilakukan oleh laboratorium yaitu
dengan pemeriksaan darah lengkap, foto thoraks : pada mola ada
gambar emboli udara, foto rontgen abdomen : tidak terlihat
tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan), β-HCG urin
atau serum : pada mola terdapat peningkatan kadar β-HCG
darah atau urin, USG (tanpa gambaran janin) : pada mola akan
terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin
(Manuaba, 2009).
b. Langkah II : Intepretasi Data

Intepretasi data adalah proses identifikasi yang akurat atas


masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang
diidentifikasi khusus, masalah sering kali berkaitan dengan
28

bagaimana ibu menghadapi kenyataan diagnosisnya dan ini sering


kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam
mengenali masalah seseorang (Varney, 2007).
Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan
pada langkah pengkajian data mengacu pada :
1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan


bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan (Salmah et al, 2006). Diagnosa
kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan data penunjang antara lain: umur, gravida,
para, abortus, jumlah anak hidup, dan diagnosa medis. Diagnosa
kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus ibu hamil dengan
mola hidatidosa yaitu Ny.S umur 34 tahun G2P1A0 umur
kehamilan 10+4 minggu dengan mola hidatidosa. Dasar diagnosa
tersebut adalah :
a) Data subjektif

(1) Ibu mengatakan sudah hamil berapa kali dan apakah


pernah mengalami keguguran.
(2) Ibu mengatakan gejala yang dialaminya antara lain
amenorea, mual muntah yang berlebihan.
(3) Ibu mengatakan apakah pernah memiliki riwayat mola
hidatidosa.
29

(4) Ibu mengatakan apakah sering mengkonsumsi


kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.
(5) Ibu mengatakan tentang keluhan yang dialami yaitu:
terjadi perdarahan tanpa nyeri yang hilang timbul
ataupun terus menerus berwarna kecoklatan, rahim
lebih besar dari umur kehamilan (Murkoff, 2006).
b) Data objektif

(1) Inspeksi : pada muka tampak pucat dan


kekuning-kuningan.
(2) Palpasi : pada mola hidatidosa biasanya
rahim lebih besar dari umur
kehamilan.
(3) Auskultasi : pada mola hidatidosa biasanya

tidak terjadi denyut jantung


janin.
(4) Genetalia : pada mola hidatidosa biasanya
terjadi perdarahan sedikit demi
sedikit atau mendadak berdarah
sambil mengeluarkan jaringan
seperti buah anggur.
(5) Pemeriksaan dalam : pada mola didapatkan seberapa

besar ukuran rahim, rahim


terasa lembek, tidak ada bagian-
30

bagian janin, terdapat


perdarahan.
(6) Data Penunjang

pada mola biasanya ibu hamil dilakukan pemeriksaan


oleh laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap, foto thoraks pada mola ada gambaran emboli
udara, foto Rontgen abdomen tidak terlihat tulang-
tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan), HCG urin atau
serum pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG
darah atau urin, USG (tanpa gambaran janin) pada mola
hidatidosa akan terlihat badai salju (snow flake pattern)
dan tidak terlihat janin.
2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan


pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnosis (Salmah et al, 2006).Masalah yang
muncul pada ibu hamil dengan mola hidatidosa berkaitan
dengan kecemasan pasien terhadap perdarahan yang dialami
sewaktu kehamilan muda (Saifuddin, 2006).
3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien


dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisis data
31

(Salmah et al, 2006).Karena perdarahan yang berulang-ulang,


sehingga dibutuhkan pemberian tablet Fe atau transfusi darah
(Manuaba, 2009).Serta dibutuhkan pula KIE tentang keadaan
kehamilan ibu dengan mola hidatidosa dan pemberian dukungan
psikologis (mental dan support) atas rasa duka akibat kehilangan
kehamilannya (Walsh, 2007).

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Potensial atau Masalah


Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi (Varney, 2007). Pada langkah ini
bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis
potensial tidak terjadi. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis/masalah potensial ini benar-benar
terjadi.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman (Salmah et al, 2006).
Data potensialpada ibu hamil dengan mola hidatidosa
adalah terjadinya perdarahan serta potensi terjadi tumor ganas dari
trofoblast yang disebut juga kariokarsinoma (Sujiyatini et al, 2009).
32

d. Langkah IV : Menerapkan Kebutuhan terhadap Tindakan


Segera
Antisipasi yang bisa dilakukan bidan adalah dengan
mengobservasi keadaan umum, vital sign serta perdarahan
pervaginam. Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melaukukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini,
mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Salmah et al,
2006).
Kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil dengan
mola hidatidosa adalah meleksanakan kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk pemeriksaan USG dan pemberian terapi, yaitu:
pemberian infus, uterotonik dan pelaksanaan tindakan kuretase.
Selain itu juga melakukan kolaborasi dengan bagian laboratorium
untuk cek darah lengkap (Manuaba, 2009).
e. Langkah V : Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Rencana asuhan merupakan pembangunan rencana asuhan


yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.Rencana harus mencakup setiap hal yang berkaitan
33

dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah pihak
bidan dan klien (Varney, 2007).
Rencana asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil
dengan mola hidatidosa antara lain :
1) Berikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan yang
mungkin dilakukan kepada ibu dan keluarga.
2) Berikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami
atau keluarga dalam perawatan.
3) Observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran
pervaginam.
4) Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan USG
dan rontgen.
5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan
umum, pengeluaran jaringan mola hidatidosa, kemoterapi, dan
pengawasan lanjutan.
6) Kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek darah.
(Saifuddin, 2006).
f. Langkah VI : Implementasi

Pada langkah keenam ini, rencana dapat dilakukan


seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri bidan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-
benar dilakukan.Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter
34

dan memberi kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu


dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab
mengimplementasikan rencana perawatan kolaborasi yang
menyeluruh.Suatu komponen implementasi yang sangat penting
adalah pendokumentasian secara berkala, akurat dan menyeluruh
(Varney, 2007).
Pelaksanaan asuhan yang sesuai dengan perencanaan yang
ditujukan untuk kehamilan dengan mola hidatidosa antara lain :
1) Memberikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan
yang mungkin dilakukan kepada ibu dan keluarga.
2) Memberikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan
suami atau keluarga dalam perawatan.
3) Melakukan observasi keadaan umum, vital sign, dan
pengeluaran pervaginam.
4) Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan USG
dan rontgen.
5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan
umum, pengeluaran jaringan mola hidatidosa, kemoterapi, dan
pengawasan lanjutan.
6) Melakukan kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek
darah. (Saifuddin, 2006).
35

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah


rencana perawatan yang dilakukan telah mencapai tujuan, yaitu
memenuhi kebutuhan ibu, seperti :
1) Keadaan umum baik, vital sign normal dan sudah tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
2) Hasil pemeriksaan radiologi membaik, hasil USG tidak ada

mola hidatidosa lagi.

3) Hasil laboratorium baik Hb normal.

Rencana tersebut dianggap efektif, jika memang benar efektif dalam


pelaksanaannya (Salmah et al, 2006).
4. Data perkembangan

Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah


Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan
SOAP dalam pendokumentasian (Varney, 2004).
SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam
rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau perkembangan, SOAP
terdiri dari :
S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan


data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
36

O :Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik


klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1
Varney.
A :Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan


interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi
dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2
Varney.
P :Planning

Penataklasanaan, mencatat seluruh perencanaan dan


penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipasif, penyuluhan dan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau
follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6, dan 7 Varney
(KepMenKes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007).
C. Landasan Hukum

Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 10


ayat (1).Bidan dalam praktekberwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil,
kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan
(Depkes RI, 2010).
37

Berdasarkan wewenang bidan menurut Kepmenkes :


369/SK/III/2007 mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan
dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dalam
pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kekuatan fisik,
psikis emosional, sosial, budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya.
Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya (Menkes RI, 2007).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis karya tulis ini merupakan studi kasus.Studi kasus ini adalah
suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal, dengan
menggunakan metode deskriptif observasional adalah yaitu suatu metode
studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
tentang studi keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012).Studi kasus ini
menggambarkan asuhan kebidanan ibu hamil dengan mola hidatidosa.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat yang akan digunakan penulis untuk


pengambilan laporan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang
digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di RSU
Assalam Gemolong Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan
pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam
kasus ini adalah ibu hamil Ny.SG2P1A0 umur 34 tahun dengan mola
hidatidosa.
49
50

D. Waktu Studi Kasus

Waktu merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk


melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012).Studi
kasus ini dilaksanakan pada tanggal 16 - 30 April 2015.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


dalam suatu penelitian dan penilaian.Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan metode Varney dan SOAP dari Prodi DIII
Kebidanan STIkes Kusuma Husada.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk


mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah langsung diambil dari obyek penelitian oleh


peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer
dalam penelitian ini meliputi :
51

a. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk


mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan


secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan,
pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan
data. Pada kasus mola,Inspeksi dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesadaran, gerakan yang ekstrim, dan ketegangan otot
(Nursalam, 2013).Pada kasus mola hidatidosadilakukan
pemeriksaan keadaan umum adalah lemas dan perdarahan
pervaginam berupa flek-flek kecoklatan.
(2) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang


menggunakan indra peraba, tangan dan jari adalah instrumen
yang paling sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan
data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan
ukuran (Nursalam, 2013).Pada kasus ibu mola hidatidosa
dilakukan menggunakan cara leopold yang ditemukan adalah
rahim lebih besar dari umur kehamilan dan tidak teraba adanya
janin.
52

(3) Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan


menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh.Pada kasus ibu hamil mola hidatidosa
pemeriksaanauskultasi adalah ada atau tidaknya bunyi detak
jantung janin (DJJ) untuk menilai kecepatan, irama, suara
jantung jelas dan teratur (Nursalam, 2013).Pada kasus mola
hidatidosaini tidak terdapat bunyi detak jantung janin.
(4) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan


mengetuk-ngetukan jari perawat (sebagai alat untuk
menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji
untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan,
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan. Pada kasus molahidatidosa dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi(Nursalam, 2013). Pada kasus mola hidatidosa ini
tidak di dapatkan cairan, massa atau konsolidasi pada kedua
lutut ibu.
b. Wawancara

Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu


metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
53

seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka


dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan
secara langsung dengan bidan dan pasien di RSU Assalam
Gemolong Sragen untuk menilai keadaan atau masalah pada pasien.
c. Observasi

Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu


prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar dan mencatat
sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Pada kasus mola hidatidosa observasi dilakukan
dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi,
respirasi, suhu), perdarahan, intake dan output cairan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Observasi pada studi kasus
ini dilakukan secara teratur setiap hari dari pasien masuk hingga
pulang dan melakukan kunjungan rumah.
2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung


dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh
dengan cara :
a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang


disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.Pada laporan
54

kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan


kebidanan pada ibu hamil dengan sistem SOAP (Nursalam,
2013).Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi
dan catatan medik yang ada di RSUAssalam Gemolong Sragen
berupa no. registrasi pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien,
buku KIA.
b. Studi Kepustakaan

Bahan pustaka merupakan hal yang penting


dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus
(Notoatmodjo, 2013).Studi kasus ini diambil dari buku-buku
referensi tentang kehamilan dengan mola hidatidosa dari tahun 2005
sampai 2015.

G. Alat Yang Digunakan

Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:

1. Alat dan bahan untuk wawancara

a. Format pengkajian pada ibu hamil

b. Lembar observasi

c. Buku tulis

d. Ballpoint

2. Alat dan bahan untuk observasi

a. Timbangan berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan


55

c. Pita pengukur lingkar lengan atas

d. Stetoskop

e. Termometer

f. Tensi meter

g. Jam tangan dengan penunjuk second

3. Alat untuk kuretase

a. Spekulum

b. Sonde uterus 1 buah

c. Cunam portio

d. Detalator hegar

e. Sendok kerokan (kuret)

f. Abortus tang

g. Handscon steril

h. Kassa steril

i. Betadine

j. Bengkok

k. Kom kecil
56

l. Lampu sorot

4. Alat dan bahan untuk dokumen

a. Rekam medik

b. Alat tulis

c. Status atau catatan pasien


57

H. Jadwal Penelitian

Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai penyusunan


proposal penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu
berlangsungnya tiap kegiatan tersebut.
Jadwal penelitian terlampir.
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. TINJAUAN KASUS

Tanggal : 16 April 2015

Jam : 17.30WIB

Tempat : RSU Assalam Gemolong Sragen

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny.S Nama : Tn.J

2. Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku bangsa : Indonesia Suku bangsa : Indonesia

5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Gulanjati Rt 12 / Rw 4 Sumber lawang, Sragen

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

1. Alasan utama pada waktu masuk :

Pasien datang rujukan dari Puskesmas, G2P1A0 hamil 10+4


minggu dengan perdarahan pervaginam (flek-flek kecoklatan)
sejak tanggal 15 April 2015 Pukul 17.00 WIB, Ibu mengatakan
cemas dengan kehamilannya sekarang, karena mengalami
perdarahan.

57
58

2. Riwayat menstruasi

a) Menarche : 13 tahun

b) Siklus : 28 hari

c) Lama : ± 7 hari

d) Banyaknya : 2-3 ganti pembalut/hari

e) Teratur/tidak teratur : Tidak teratur

f) Sifat darah : Encer, merah kehitaman

g) Dismenorhoe : Kadang-kadang sakit perut saat

haid tetapi tidak sampai


mengganggu aktivitas
3. Riwayat Hamil

a) HPHT : 01 Februari 2015

b) HPL :08 November 2016

c) Gerakan Janin : tidak ada

d) Vitamin/jamuyang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak

mengkonsumsi vitamin
maupun jamu
e) Keluhan-keluhan pada

Trimester I : mual, pusing


59

Trimester II :-

Trimester III :-
60

f) ANC : 1 kali di puskesmas, pada


usiakehamilan
10+4minggu
g) Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan

pernah mendapatkan
penyuluhan tentang
tablet Fe dan gizi ibu
hamil saat kehamilan
pertama
h) Imunisasi TT : Imunisasi TT sudah lengkap
i) Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan merasa

cemas dengan
keadaannya
4. Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang

menderita sakit flu, batuk,


demam
b) Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak nyeri dada

sebelah kiri dan jantung tidak berdebar-


debar.
61

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri pinggang

bagian belakang sebelah kanan-kiri


serta tidak nyeri saat BAK.
3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak

nafas.

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah sakit

kuning pada mata, kuku, dan kulit tidak


terlihat kuning.
6) DM : Ibu mengatakan tidak sering lapar, haus

dan tidak sering BAK lebih dari 7 kali


pada malam hari.
7) Hipertensi : Ibu mengatakan hasil tekanan darahnya

tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg


dan tidak kaku pada tengkuk bagian
belakang.
8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang

sampai mengeluarkan busa dari


mulutnya.
9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit lainnya seperti HIV/AIDS.


62

c) Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari

keluarganya maupun dari


keluarga suaminya tidak ada
yang memiliki riwayat
penyakit menurun seperti DM,
jantung, hipertensi, epilepsi,
maupun penyakit menular
seperti hepatitis, TBC dan
HIV/AIDS.
d) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari

keluarganya maupun keluarga


suaminya tidak ada yang
memiliki riwayat keturunan
kembar.
5. Riwayat operasi : Ibu mengatakan pernah melakukan

operasi saat melahirkan anak


pertamanya.
6. Riwayat Perkawinan

1) Status perkawinan : sah, kawin 1 kali

2) Kawin 1 : umur 25 tahun, dengan suami umur 27

tahun, lamanya 8 tahun, anak 1 orang


63

7. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu mengatakan pernah

menggunakan KB suntik 3
bulan dan tidak ada keluhan
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tgl Tempat Jeni Ana Nifa Keadaan


No / Partus UK s Penolong k s anak
Th Part JK BB PB kead Laktas sekara
n us i ng
Partus
1 2006 RSU 38+4 SC dr.SpOG L 3500 49 baik Formul Hidup
Assalam a Umur
8 thn
2 Hamil
sekara
ng

9. Pola kebiasaan

1) Nutrisi

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari.

Jenis : nasi,sayur,lauk. Minum : air putih 7-8 gelas


sehari.
b) Selama hamil : Ibu mengatakan makan 4x sehari.

Jenis : nasi,sayur,lauk. Minum : air putih 6-8 gelas dan


teh manis hangat 2 gelas sehari.
2) Eliminasi

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 2 hari sekali,


64

konsistensi lunak. BAK 4-5x sehari warna kuning


jernih.
b) Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 2 hari sekali,
konsistensi lunak. BAK 4-5x warna kuning jernih.
65

3) Aktifitas

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan kerja diwarung


bakso dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak,
membersihkan rumah.
b) Selama hamil : Ibu mengatakan kerja diwarung
bakso dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa.
4) Istirahat / tidur

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur


siang dan tidur malam ± 9 jam
b) Selama hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur
siang dan tidur malam ± 8 jam
5) Seksualitas

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan


hubungan seksual dengan suami 2x seminggu, tidak ada
keluhan.
b) Selama hamil : Ibu mengatakan tidak melakukan
hubungan seksual dengan suami.
6) Personal Hygiene

a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari,


gosok gigi 2x sehari,ganti baju 2x sehari, keramas 3x
dalam seminggu.
66

b) Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari,


gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari, keramas 3x
dalam seminggu.
7) Psikososial budaya

a) Perasaan menghadapi kehamilan ini :

Ibu mengatakan merasa cemas dengan kehamilan ini.

b) Kehamilan ini direncanakan/tidak :

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan.

c) Jenis kelamin yang diharapkan :

Ibu mengatakan menginginkan jenis kelamin


perempuan
d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :

Ibu mengatakan keluarganya senang dan


mendukung kehamilannya.
e) Keluarga lain yang tinggal serumah :

Ibu mengatakan tinggal dengan suami, anak dan


simbah.
f) Pantangan makanan :

Ibu mengatakan alergi dengan sea food,udang dan


walang.
g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan :

Ibu mengatakan ada upacara adat mapati saat umur


67

kehamilan 4 bulan dan mitoni pada saat umur


kehamilan 7 bulan.
h) Penggunaan obat-obatan, jamu / rokok :

Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan,


ibu dan suami tidak merokok.

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1) Status generalis

a) Keadaan Umum : Lemas

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,6 ºC


N : 81 x/ menit R : 22 x/ menit
d) TB : 155 cm

e) BB sebelum hamil : 46 kg

f) BB sekarang : 45 kg

g) LLA : 24 cm

2) Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe,warna


hitam
2) Muka : tidak oedema, tidak pucat, tidak terdapat
cloasma gravidarum
68

3) Mata

a) Oedema : tidak oedema

b) Conjungtiva : merah muda

c) Sklera : putih

4) Hidung : bersih, simetris, tidakada benjolan

5) Telinga : simetris, bersih, tidak adaserumen

6) Mulut/gigi/gusi : mulut bersih, tidak stomatitis, gigi


tidak caries, gusi tidak berdarah dan bengkak
b. Leher

1) Kelenjar Gondok : tidak ada kelenjar gondok

2) Tumor : tidak teraba benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran


kelenjar limfe
c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a. Membesar : membesar sesuai umur kehamilan

b. Tumor : tidak teraba benjolan

c. Simetris : simetris kanan kiri

d. Areola : hiperpigmentasi
69

e. Putting susu : menonjol

f. Kolostrum : belum keluar

2) Axilla

1) Benjolan : tidak teraba benjolan


70

2) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

d. Ektremitas

a. Varices : tidak ada varices

b. Oedema :tidak ada oedema

c. Reflek Patella :positif kanan kiri

3) Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )

1. Abdomen

a. Inspeksi

1) Pembesaran Perut : lebih besar dari usia kehamilan

2) Bentuk Perut : memanjang

3) Linea alba / nigra : tidak ada

4) Strie albican / livide : tidak ada

5) Kelainan : ada bekas luka operasi

6) Pergerakan janin : tidak ada

b. Palpasi

1) Kontraksi : tidak ada

2) Leopold I : TFU : teraba ballotement


Fundus :tidak teraba
71

bagian janin
3) Leopold II : tidak dilakukan

4) Leopold III : tidak dilakukan

5) Leopold IV : tidak dilakukan

6) TFU Mc. Donald : tidak dilakukan


72

7) TBJ : tidak dilakukan

c. Auskultasi

1) Vulva Vagina

a) Varices : tidak ada varices

b) Luka : tidak ada luka

c) Kemerahan :vulva vagina kemerahan

d) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

e) Pengeluaran pervaginam : flek-flek darah kecoklatan

2) Perineum

a) Bekas luka : tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : tidak ada

3) Anus

a) Haemoroid : tidak haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 12, 7 gr%
Gol. Darah : O+
73

HbsAg : Negatif

Urine : + (positif)

b) Pemeriksaan penunjang lain :

USG : terdapat gambaran badai salju, tidak terlihatnya


janin dan adanya kehamilan mola hidatidosa.
74

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 16 April 2015 Pukul : 18.00WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

Ny.S G2P1A0umur 34 tahun, umur kehamilan 10+4 minggu dengan

mola hidatidosa.

Data Dasar :

DS : 1) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke dua

2) Ibu mengatakan sekarang berumur 34 tahun

3) Ibu mengatakan HPHT tanggal01 Februari 2015

4) Ibu mengatakan bahwa keluar flek darah kecoklatan


dari jalan lahirnya pada tanggal 15 April 2015 pukul
17.00 WIB

DO : 1) Keadaan umum : Lemas

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 110/70 mmHgN: 81 x/menitR

: 22 x/ment S : 36,6 ºC

4) Palpasi

a. Kontraksi : tidak ada


75

b. Leopold I : TFU : teraba ballotement


Fundus :tidak teraba
bagian janin
c. Leopold II : tidak dilakukan

d. Leopold III : tidak dilakukan


76

e. Leopold IV : tidak dilakukan

f. TFU Mc. Donald : tidak dilakukan

g. TBJ : tidak dilakukan

5) USG : terdapat badai salju, tidak


terlihatnya janin dan adanya kehamilan mola
hidatidosa.
6) PPV : flek-flek darah kecoklatan

B. MASALAH

Ibu mengatakan merasa cemas dengan kehamilannya sekarang


karena mengalami perdarahan

C. KEBUTUHAN

1. Memberi informasi tentang keadaan kehamilan ibu dengan mola


hidatidosa.
2. Pemberian dukungan psikologis support/mental pada ibu atas
rasa kehilangan yang mungkin dialami.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Kariokarsinoma.

IV. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi obat yaitu pemberian infus,
77

uterotonika, dan tindakan kuretase.


78

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 16 April 2015 Pukul : 18.05 WIB

1. Beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.

2. Beritahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan kehamilan ibu.

3. Beri dukungan psikologis dan support mental kepada ibu.

4. Beritahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan kepada
ibu.
5. Beri terapi sesuai advice dokteryaitu : pemberian infus, uterotonika dan
pelaksanaan tindakan kuretase.

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 16 April 2015 Pukul : 18.10WIB

1. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


ibu, bahwa KU : baik, TD : 110/70 mmHg, N : 81 x/menit, R : 22
x/menit, S : 36,6 ºC, PPV : terdapat flek-flek darah kecoklatan.
2. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang keadaan
kehamilan ibu bahwa berdasar hasil pemeriksaan, ibu mengalami
kehamilan mola hidatidosa atau disebut dengan hamil anggur, di dalam
rahim ibu tidak terdapat janin, sehingga harus segera di akhiri dengan
kuretase.
3. Memberikan dukungan psikologis dan support mental kepada ibu atas
rasa cemas, sedih dan kehilangan yang dialami dengan menenangkan
79

hati ibu dan memberi kata-kata penyemangat dengan melibatkan suami


atau keluarga.
d. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan kepada ibu yaitu tindakan kuretase oleh dokter SpOG
untuk membersihkanrahim ibu. Kuretase akan dilakukan selama 2 kali,
yaitu kuretase pertama akan dilakukan pada tanggal 17 April 2015 jam
15.00 WIB dan kuretase kedua kurang lebih 2 minggu setelah kuretase
pertama. Ibu tidak akan merasa sakit karena akan dilakukan
pembiusan.Meminta persetujuan (informed consent) kepada keluarga
untuk dilakukan kuretase, pukul 18.10WIB
e. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi dan
penanganan selanjutnya :
a. Infus RL 20 tpm, pukul 18.15 WIB

b. Skin test untuk pemberian cefotaxim 1 gr/24 jam, pukul 18.20 WIB

c. Pemberian Cefotaxim 1 gr/24 jam, pukul 18.35WIB

d. Pemberian Cytrostol 200 mg/6 jam per oral, pukul 18.50WIBdan


pukul24.50 WIB
e. Menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase mulai jam 07.00
WIB setelah makan pagi hingga pelaksanaan kuretase.
80

VII. EVALUASI

Tanggal :17 April 2015 Pukul : 07.30WIB

1. Ibu dan keluarga mengerti dan paham tentang hasil pemeriksaan.

2. Ibu dan keluarga mengerti dan paham tentang keadaan kehamilan ibu,
bahwa ibu mengalami kehamilanmola hidatidosaatau hamil anggur
dan harus segera diakhiri dengan kuretase.
3. Ibu lebih tenang dan terlihat tegar setelah diberikan dukungan dan
semangat oleh suami dan keluarganya.
4. Ibu dan keluarga telah mengerti dan paham tentang tindakan kuretase
yang akan dilakukan kepada ibu.Keluarga setuju dan ibu telah
menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk dilakukan
tindakan kuret pada ibu.
5. Kolaborasi dengan dokter SpOG telah dilakukan :

a. Telah terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri ibu.

b. Skin test untuk pemberian Cefotaxim 1 gr/24 jam telah diberikan,


hasil ibu tidak ada alergi.
c. Pemberian Cefotaxim 1 gr/24 jam sudah diberikan.

d. Pemberian Cytrostol 200 mg/6 jam per oral sudah diberikan, hasil
ibu bersedia meminumnya.
81

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 17 April 2015 Pukul : 08.00 WIB Tempat


: RSU Assalam Gemolong Sragen

Subyektif :

1. Ibu mengatakan badannya terasa lemas

2. Ibu sedang berpuasa

3. Ibu mengatakan merasa cemas saat akan dilakukan kuretase

Obyektif :

1. Keadaan Umum : Lemas

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign :TD : 110/70 mmHg S : 36,7 ºC

N :82 x/menit R : 22 x/menit

4. PPV : Flek-flek kecoklatan

Assessment :

Ny.S umur 34 tahun G2P1A0 hamil 10+5 minggu dengan mola hidatidosa.

Planning :

1. 12.00 WIB, melakukan observasi KU dan Vital Signper 4 jam.


82

2. 12.05 WIB, memberi informasi pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu
baik.
3. 12.10 WIB, ibu untuk beristirahat.

4. 14.00 WIB, menyiapkan memberitahu peralatan kuretase :


83

a. Spekulum

b. Sonde uterus 1 buah

c. Cunam portio

d. Detalator hegar

e. Sendok kerokan (kuret)


f.Abortus tang
g. Handscon steril

h. Kassa steril

i. Betadine

j. Bengkok

k. Kom kecil

l.Lampu sorot

5. 14.30 WIB, melakukan observasi perdarahan pervaginam.

6. 14.40 WIB, memberi informasi kepada ibu dan keluarga bahwa kuretase
akan segera dilakukan, kemudian membawa ibu ke ruang Observasi dan
menyiapkan perlengkapan ibu antara lain kain bersih/jarik, pembalut,
celana dalam, baju bersih.
7. 14.45WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
anastesi dengan :
a. Pasang Oksigen 2 liter/menit

b. Anti muntah : Ondansetron1 ampul (4mg)/IV


84

c. Anastesi :

1) Antropin sulfas 0,25 mg/IV


85

2) Midazolam 2 mg/IV diencerkan menjadi 2 ml dengan aquades.

3) Ketamine 30 mg/IV diencerkan menjadi 3 ml dengan aquades.

8. 15.00WIB, kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan kuretase.

9. 15.30 WIB, menyiapkan hasil kuretase untuk periksa di laboratorium


patologi anatomi.
10. 15.40WIB, membersihkan dan merapikan ibu.

11. 15.45WIB, observasi KU dan Vital Sign pasien post kuretase.

12. 15.50 WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi post kuretase injeksi Renxon 1 gr/IV obat oral :
a. Fe fumarate 1x1 (X)

b. Asam mefenamat 3x1 (X)

c. Klindamisin 2x300 mg (X)

d. Paracetamol 3x500 mg (XV)

13. 16.00 WIB, memindahkan ibu ke bangsal.

Evaluasi :

Tanggal : 17 April 2015 Pukul : 16.10 WIB

1. Hasil pemeriksaan KU dan Vital Sign :


86

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 100/60 mmHg S: 37 ºC

N:78 x/menit R : 20 x/menit

2. Ibu dan keluarga sudah mengerti informasi yang diberikan.


87

3. Ibu bersedia untuk beristirahat.

4. Kuretase telah dilakukan.

5. Ibu telah mengetahui hasil perdarahan pervaginam yaitu terdapat


pengeluaran flek-flek darah kecoklatan.
6. Ibu dan keluarga sudah mengerti informasi yang diberikan.

7. Telah dilakukan pemberian anastesi oleh bidan atas advice dokter.

8. Telah dilakukan kuretase pada pukul 15.00 WIB sampai jam 15.35 WIB.
Hasil kuretase terdapat jaringan gelembung mola ± 500 cc, dengan
perdarahan ± 50 cc. kemudian diberikan injeksi Myotonic 1 mg/IV setelah
kuretase.
9. Hasil kuretase telah siap untuk diperiksa di laboratorium patologi anatomi.

10. Ibu sudah bersih dari darah dan telah diganti pakaiannya dengan baju
bersih.
11. Hasil pemeriksaan KU dan Vital Sign pasien post kuretase.

a. Keadaan Umum : Sedang

b. Kesadaran : Composmentis

c. Vital Sign : TD : 100/70 mmHg S : 36,6 ºC

N : 81 x/menit R : 22 x/menit

d. PPV : darah encer warna merah kehitaman

12. Obat telah diberikan, ibu bersedia minum obat sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.
13. Ibu dirawat di ruang Arofah 4.

DATA PERKEMBANGAN II
88

Tanggal : 18 April 2015 Pukul : 06.00 WIB Tempat


: RSU Assalam Gemolong Sragen

Subyektif :

a) Ibu mengatakan badannya lebih baik dan sudah tidak lemaas.

b) Ibu mengatakan ingin segera pulang.

Obyektif :

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. Vital Sign : TD : 110/60 mmHg S : 36 ºC

N : 76 x/menit R : 20 x/menit

4. PPV : darah encer warna merah kehitaman.

Assesment :

Ny.S umur 34 tahun P1A1 post kuretase pertamamola hidatidosa dalam


perawatan hari pertama.
Planning :

1. 09.00 WIB, melakukan observasi KU dan Vital Signsetiap 4 jam.

2. 09.10 WIB, melepas infus ibu atas advice dokter


89

3. 09.15WIB,memberikan informasi pada ibu dan keluarganya bahwa


keadaan ibu sudah baik dan diperbolehkan untuk pulang
4. 09.20 WIB, mempersiapkan ibu pulang dan menganjurkan ibu datang
10 hari lagi untuk dilakukan kuretase yang kedua
90

Evaluasi :

Tanggal : 18 April 2015 Pukul : 09.30 WIB

1. Telah dilakukan observasi KU dan vital sign, dengan hasil :


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :Composmentis

Vital Sign : TD : 110/60 mmHg S : 36 ºC


N: 76 x/menit R : 20 x/menit
2. Infus telah dilepas atas advice dokter

3. Ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu dan bersedia mengurus


administrasi rumah sakit
4. Ibu sudah diperbolehkan pulang dengan kondisi baik dan ibu bersedia
datang kembali untuk menjalani kuretase yang kedua yaitu pada tanggal 28
April 2015
91

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 30 April 2015 Pukul : 07.00 WIB


Tempat : RSU Assalam Gemolong Sragen

Subyektif :

1. Ibu mengatakan datang untuk menjalani kuretase yang kedua.

2. Ibu mengatakan saat dirumah masih mengeluarkan flek-flek kecoklatan.

Obyektif :

1. Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 110/60 mmHg S : 36,4 ºC

N: 82 x/menit R : 22 x/menit

2. PPV : darah encer warna merah kehitaman.

3. Hasil pemeriksaan β –HCG tanggal 20 April 2015 = 189.459,01 mlU/ml

4. Hasil pemeriksaan patologi anatomi tanggal 20 April 2015 adalah kerokan


endometrium adalah jaringan mola hidatidosa, tidak didapatkan tanda
keganasan.
Assesment :

Ny.S umur 34 tahun P1A1 post kuretase pertamamola hidatidosahari ke 13.

Planning :
92

1. 09.00 WIB, melakukan observasi KU dan Vital Sign.

2. 10.00 WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, dengan advice :


93

a. Dilaksanakan kuretase yang kedua pada pukul 15.30 WIB

b. Memasang infus RL 20 tpm, pukul 10.25 WIB

c. Memberikan Cytrostol 1 tablet peroral, pukul 10.30 WIB

d. Menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase mulai dari jam

10.00 WIB

e. Pengambilan specimen darah 2 ml untuk pemeriksaan β – HCG,


pukul 10.35 WIB
3. 10.15 WIB, menginformasikan pada ibu dan keluarga bahwa kuretase
kedua akan dilaksanakan pada jam 15.30 WIB, dan meminta ibu untuk
menandatangani surat persetujuan informed consent tindakan kuretase
4. 10.20 WIB, memindahkan ibu ke ruang bangsal perawatan Arofah 3

5. 14.00 WIB, melakukan observasi KU dan Vital Sign

6. 14.10 WIB, menyiapkan peralatan kuretase :

a. Speculum

b. Sonde uterus 1 buah

c. Cunam portio

d. Detalator hegar

e. Sendok kerokan (kuret)

f. Abortus tang

g. Handscon steril
94

h. Kassa steril

i. Betadine

j. Bengkok
95

k. Kom kecil

l. Lampu sorot

7. 14.25 WIB, memberi informasi kepada ibu dan keluarga bahwa kuretase
yang kedua akan segera dilakukan, kemudian membawa ibu ke ruang
Observasi dan menyiapkan perlengkapan ibu antara lain kain bersih/jarik,
pembalut, celana dalam, baju bersih.
8. 15.00 WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
anastesi dengan :
a. Pasang Oksigen 2 liter/menit

b. Anti muntah : Cendantron 1 ampul (4mg)/IV

c. Anastesi :

1) Antropin Sulfas 0,25 mg/IV

1) Midazolam 2 mg/IV diencerkan menjadi 2 ml dengan aquades.

2) Ketamine 30 mg/IV diencerkan menjadi 3 ml dengan aquades.

9. 15.30 WIB, kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan kuretase.

10. 15.55 WIB, menyiapkan hasil kuretase untuk periksa di laboratorium


patologi anatomi.
11. 16.05 WIB, membersihkan dan merapikan ibu.

12. 16.15 WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi post kuretase.
13. 16.25 WIB, memindahkan ibu ke bangsal.

14. 18.05 WIB, melakukan observasi KU dan VS.


96

15. 18.10 WIB, melepas infus ibu atas advice dokter.


97

16. 19.40 WIB, memberikan informasi pada ibu dan keluarganya bahwa
keadaan ibu sudah baik dan diperbolehkan untuk pulang.
17. 20.30 WIB, mempersiapkan ibu pulang, menganjurkan ibu datang 1
minggu lagi untuk control dan menganjurkan ibu untuk menunda
kehamilan selama 1 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Evaluasi :

Tanggal : 30 April 2015 Pukul : 16.35 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg S: 36,4 ºC

N :82 x/menit R : 22 x/menit

2. Kolaborasi dengan dokter SpOG telah dilakukan, kuretase kedua akan


segera dilakukan, telah di pasang infus RL 20 tpm di tangan kiri ibu, ibu
telah minum Cytrostol 1 tablet, ibu bersedia berpuasa mulai dari jam 10.00
WIB, telah diambil specimen darah 2 ml untuk diperiksa kadar β – HCG.
3. Ibu dan keluarganya telah mengetahui bahwa kuretase kedua akan
dilaksanakan dan ibu bersedia menandatangani informed consent tindakan
kuratease.
4. Ibu telah dipindahkan ke bangsal Arofah 3.

5. Kuretase telah dilakukan.

6. Hasil pemeriksaan KU dan Vital Sign ibu baik dan normal.


98

7. Ibu dan keluarga sudah mengerti informasi yang diberikan.

8. Telah dilakukan pemberian general anastesi oleh bidan atas advice dokter.

9. Telah dilakukan kuretase dan hasil kuretase terdapat jaringan mola ± 15 cc


dengan perdarahan ± 25 cc. kemudian diberi injeksi Myotonic 1 mg/IV
setelah kuretase.
10. Hasil kuretase telah siap untuk diperiksa di laboratorium patologi anatomi.

11. Ibu sudah bersih dari darah dan telah diganti pakaiannya dengan baju
bersih.
12. Obat telah diberikan dan ibu bersedia minum obat sesuai dengan dosis
yang dianjurkan.
13. Ibu dirawat di bangsal Arofah 3.

14. Hasil pemeriksaan KU : baik, kesadaran : composmentis, TD :110/80


mmHg, N : 82x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,2 ºC
15. Infus telah dilepas atas advice dokter.

16. Ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu dan bersedia mengurus
administrasi rumah sakit.
17. Ibu sudah diperbolehkan pulang dalam kondisi baik, ibu bersedia untuk
kontrol ulang 1 minggu lagi dan menunda kehamilannya dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
2. PEMBAHASAN

Setelah penulis menyusun studi kasus pada Ny.S umur 34 tahun


G2P1A0 hamil 10+4 minggu, dengan mola hidatidosa dan proses
penatalaksanaan yang dilakukan di RSU Assalalm Gemolong Sragen. Dalam
99

pembahasan ini penulis akan membandingkan antara teori dengan kenyataan


yang ada.
1. Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang


akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien yang meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya dan valid
(Salmah, et al, 2006).
Pada anamnesa, ibu mengatakan selama hamil sering mual
muntah dan pada tanggal 15 April 2015 pukul 17.00 WIB, ibu
mengeluarkan flek-flek darah kecoklatan dari jalan lahirnya. Pada
pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda terjadinya mola hidatidosa yaitu
ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan, uterus teraba lembek, tidak
teraba bagian-bagian janin dan tidak terdengar DJJ. Pada pemeriksaan
USG terlihat gambaran badai salju yang memperkuat diagnosa mola
hidatidosa.
Hal tersebut telah sesuai dengan tinjauan teori yang menyebutkan
bahwa manifestasi/gejala klinik mola hidatidosa meliputi terjadinya mual
dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah, terjadi perdarahan
sedikit demi sedikit sampai banyak, pada pemeriksaan palpasi pada
penderita mola hidatidosa biasanya ditemukan uterus membesar tidak
sesuai dengan umur kehamilan, teraba lembek, tidak teraba bagian-
bagian janin dan balotemen (Morgan, 2009). Pada pemeriksaan
10
0

auskultasi penderita mola hidatidosa tidak terdengar bunyi denyut


jantung janin (Varney, 2007).Pada pemeriksaan USG terlihat bayangan
badai salju atau sarang lebah dan tidak terlihat janin (Kurniawati, 2009).
Pada teori disebutkan pemeriksaan penunjang yang juga penting
untuk dilakukan adalah rontgen thoraks untuk menentukan ada tidaknya
penyebaran jaringan mola hidatidosa di paru-paru (Manuaba,
2009).Tetapi pada kasus Ny.S tidak dilakukan karena dengan
pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa kehamilan mola
hidatidosa.
2. Interpretasi Data

Dari pengumpulan data dasar meliputi data subjektif dan objektif


yang diperoleh dianalisis dalam langkah interpretasi data ini yang
selanjutnya akan muncul diagnosa, masalah dan kebutuhan.
Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosa kebidanan Ny.S umur

34 tahun G2P1A0 hamil 10+4 minggu dengan mola hidatidosa, yang


ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Masalah yang ditemukan dalam kasus mola hidatidosa pada Ny.S
adalah rasa cemas pada ibu sehubungan dengan kondisi kehamilannya
terhadap perdarahan yang dialami.Tidak ditemukan kebutuhan dari kasus
mola hidatidosa pada Ny.S.
Menurut teori, diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada
kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa yaitu Ny.X umur X tahun
10
1

GxPxAxhamil X minggu dengan mola hidatidosa, dengan dasar data


subjektif, objektif, dan penunjang. Masalah yang muncul pada ibu hamil
dengan mola hidatidosa berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap
perdarahan yang dialami sewaktu kehamilan muda (Saifuddin,
2006).Sedangkan kebutuhan yang mungkin ditemukan pada ibu hamil
dengan mola hidatidosa adalah informasi tentang keadaan kehamilan ibu
dengan mola hidatidosa dan pemberian dukungan psikologis (mental dan
support) atas rasa duka akibat kehilangan kehamilannya (Walsh, 2007).
Diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang dirumuskan
pada kasus ini sudah sesuai dengan standar nomenklatur dan masalah
kebidanan pada teori.
3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial, Masalah Potensial

Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan mola hidatidosa adalah


terjadinya perdarahan serta potensi terjadi tumor ganasdari trofoblast
yang disebut juga kariokarsinoma (Sastrawinata, 2005).Ternyata pada
kasus tidak ditemukan, karena jaringan mola segera dikeluarkan dengan
kuretase dan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi tidak didapatkan tanda
keganasan.
Diagnosa potensial dan antisipasi penanganannya yang dirumuskan pada
kasus ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
4. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera

Pada kasus mola hidatidosa antisipasi tindakan segera adalah


melaksanakan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan USG
10
2

dan pemberian terapi, yaitu : pemberian infus, uterotonika dan


pelaksanaan tindakan kuretase (Manuaba, 2009).
Pada kasus Ny.S ditemukan adanya diagnosa potensial, yaitu
terjadi tumor ganas dari trofoblast yang disebut kariokarsinoma dan
tindakan segera yaitu Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk dilakukan
kuretase.
Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek
dalam menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera.
5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Rencana asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil


dengan mola hidatidosa antara lain observasi keadaan umum dan vital
sign, observasi pengeluaran/perdarahan pervaginam, pemberian
informasi pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan
kehamilan ibu, pemberian dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan
suami atau keluarga, pemberian informasi kepada ibu dan keluarga
tentang tindakan yang mungkin dilakukan kepada ibu, kolaborasi dengan
bagian laboratorium untuk cek darah lengkap, kolaborasi dengan bagian
radiologi untuk pemeriksaan USG dan rontgen, kolaborasi dengan dokter
SpOG dalam pemberian terapi (pemberian infus, antibiotik, uterotonika
dan pelaksanaan tindakan kuretase) (Saifuddin, 2006).
Sedangkan pada kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa tindakan yang
diberikan yaitu observasi keadaan umum dan vital sign, observasi
pengeluaran/perdarahan pervaginam, pemberian informasi pada ibu dan
10
3

keluarga tentang hasil pemerksaan dan keadaan kehamilan ibu,


pemberian dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau
keluarga, pemberian informasi kepada ibu dan keluarga tentang tindakan
yang mungkin dilakukan kepada ibu, kolaborasi dengan bagian
laboratorium untuk cek darah lengkap, kolaborasi dengan bagian
radiologi untuk pemeriksaan USG, kolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian terapi dan penanganan selanjutnya yaitu meminta
persetujuan (informed consent) kepada keluarga untuk dilakukan
kuretase, pasang infus RL 20 tpm, skin test dalam pemberian Cefotaxim
1 gr/24 jam, pemberian Cefotaxim 1gr/24 jam, pemberian Cytrostol 200
mg/6 jam per oral, menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase
mulai jam 07.00 WIB setelah makan pagi hingga pelaksanaan kuretase,
setelah itu tindakan setelah evakuasi dilakukan kuretase. Setelah tindakan
kuretase diberikan terapi injeksi Myotonik 1 mg/IV, Renxon 1 gr/IV, dan
obat oral yaitu Fe fumarate 1x1,Asam mefenamat 3x1, Klindamisin 2x1,
Paracetamol 3x1.
Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori
dan dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan rontgenkarena
dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa kehamilan mola
hidatidosa.
10
4

6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

Pelaksanaan asuhan telah sesuai dengan rencana yang disusun dan


secara keseluruhan telah dilakukan dengan baik, tidak ada hambatan
yang berarti (Manuaba, 2009).
Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori
dan dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan rontgen
karena dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa kehamilan
mola hidatidosa.
7. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada kasus Ny.S umur 34 tahun G2P1A0


hamil 10+4 minggu dengan mola hiatidosa yaitu dengan perawatan di
rumah sakit selama dua hari. Hari pertama merupakan pelaksanaan
kuretase, hari kedua ibu sudah diperbolehkan rawat jalan.Keadaan umum
dan vital sign ibu dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan dan tidak
adanya mola hidatidosa lagi dalam rahim. Ibu merespon setiap tindakan
yang diberikan dengan baik dan ibu pulang dalam kondisi sehat.Ibu
datanng ke Poli Obgyn untuk kontrol ulang 7 hari setelah pelaksanaan
kuretase pertama.Secara keseluruhan, dari langkah pengumpulan data
sampai evaluasi asuhan kebidanan menurut manajemen Varney, semua
asuhan yang diberikan berlangsung lancar sehingga memperoleh hasil
yang baik, efektif dan efisien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan observasi dalam pemberian asuhan


kebidanan yang berjudul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny.S G2P1A0
umur 34 tahun umur kehamilan 10+4 minggu dengan mola hidatidosa dengan
menggunakan manajemen tujuh langkah Varney yang meliputi pengumpulan
data dasar, intepretasi data, diagnosa potensial dan antisipasi penanganan,
antisipasi tindakan segera, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh,
pelaksanaan asuhan yang aman dan efisien, dan evaluasi, penulis
menyimpulkan bahwa :
1. Pengumpulan data dasar pada kasus Ny.S meliputi data subjektif dan data
objektif yang menggambarkan manifestasi/gejala klinik mola hidatidosa
meliputi terjadinya mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi
parah, terjadi perdarahan sedikit demi sedikit sampai banyak, pada
pemeriksaan palpasi ditemukan uterus membesar tidak sesuai dengan
umur kehamilan, teraba lembek. Pada pemeriksaan auskultasi tidak
terdengar bunyi denyut jantung janin. Pada pemeriksaan USG terlihat
bayangan badai salju atau sarang lebah dan tidak terlihat janin.Pada teori
disebutkan untuk lebih menunjang diagnosa dilakukan pemeriksaan
rontgen thoraks, tetapi pada kasus tidak dilakukan.

91
92

2. Pada interpretasi data, didapatkan diagnosa Ny.S umur 34 tahun G2P1A0


hamil 10+4 minggu dengan mola hidatidosa ditegakkan sesuai dengan
data subjektif dan data objektif yang ditemukan dan ditunjang dengan
hasil pemeriksaan USG yaitu terdapat gambaran badai salju, tidak
terdapat janin dan adanya kehamilan mola hidatidosa.
3. Diagnosa potensial pada Ny.S berupa terjadinya tumor ganas
(Kariokarsinoma) yang tidak terjadi dalam kasus.
4. Antisipasi tindakan yang dilakukan adalah melaksanakan kolaborasi
dengan dokter SpOG dalam pelaksanaan tindakan kuretase, dalam kasus
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan
antisipasi tindakan yang dilakukan.
5. Rencana tindakan yang menyeluruh ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
pada kasus Ny.S adalah observasi keadaan umum dan vital sign,
observasi pengeluaran/pedarahan pervaginam, pemberian informasi pada
ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan kehamilan ibu,
pemberian dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau
keluarga, pemberian informasi kepada ibu dan keluarga tentang tindakan
yang mungkin dilakukan kepada ibu, kolaborasi dengan bagian
laboratorium untuk cek darah lengkap, kolaborasi dengan bagian
radiologi untuk pemeriksaan USG, kolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian terapi dan penanganan selanjutnya yaitu meminta
persetujuan (informed consent) kepada keluarga untuk dilakukan
kuretase, pasang infus RL 20 tpm, skin test dalam pemberian Cefotaxim1
93

gr/24 jam, pemberian Cefotaxim 1gr/24 jam, pemberian Cytrostol 200


mg/6 jam per oral, menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase
mulai jam 07.00 WIB setelah makan pagi hingga pelaksanaan kuretase,
setelah itu tindakan setelah evakuasi dilakukan kuretase. Setelah tindakan
kuretase diberikan terapi injeksi Myotonik 1 mg/IV, Renxon 1 gr/IV, dan
obat oral yaitu fe fumarate 1x1, asam mefenamat 3x1, klindamisin 2x1,
Paracetamol 3x1.
6. Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori dan
dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan rontgen karena
dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa kehamilan mola
hidatidosa.
7. Pelaksanaan tindakan yang aman dan efisien telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan yang ditetapkan.
8. Evaluasi pada kasus Ny.S setelah dilakukan perawatan dirumah sakit
selama 2 hari dengan tindakan terapi yang tepat dan aman, keadaan ibu
membaik dan tidak timbul komplikasi yang dibuktikan setelah
dilakukannya kontrol ulang 7 hari post kuretase pertama dan pemantauan
setelah kuretase kedua.
9. Kesenjangan antara teori dan praktek yang ditemukan dalam asuhan
kebidanan yang dilakukan pada Ny.S yaitu tidak dilakuan pemeriksaan
rontgen thoraks untuk menentukan ada tidaknya penyebaran jaringan
mola hidatidosadi paru-paru.
94

10. Alternatif dalam pemecahan masalah pada pasien ibu hamil dengan mola
hidatidosa yaitu dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien ibu
hamil dengan mola hidatidosa dan penerapan tujuh langkah Varney pada
studi kasus ini dapat dilaksanakan dengan tepat, efektif, efisien, dan
menyeluruh meskipun masih terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dengan kasus yang ditemukan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang


bermanfaat yaitu :
1. Bagi Profesi

Diharapkan bidan lebih mampu mengkaji masalah yang timbul,


melakukan antisipasi atau tindakan segera dan merencanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil mola hidatidosa.
2. Instansi Rumah Sakit

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan dalam


menangani kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa guna tercapainya
tujuan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Institusi Pendidikan

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang teori-teori


kehamilan patologis.
95

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Keluarga diharapkan untuk lebih teliti terhadap kesehatan ibu


hamil agar terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan serta mengerti
bahaya yang timbul selama masa hamil, persalinan dan mampu
memberikan pertolongan pertama secara cepat mengambil keputusan
untuk mencari pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D.2008.Asuhan Kebidanan (Nifas).Yogyakarta :


Mitra Cendikia.

Bandiyah. S 2009.Kehamilan Persalinan & Gangguan


Kehamilan.Yogyakarta:Nuha Medika.

Depkes RI.2013. http : //www.depkes.go.id/indek.php?vw=2& id=248. html 20


23 November2013.

DinkesJateng. 2012.www.dinkesjatengprov.go.id/profil2012/BAB I-
VI_2012.html 6 Desember 2013.

Erina.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny.S G1P0A0 Hamil 18


MingguDengan Mola Hidatidosa Di RSU Assalam.Gemolong : Sragen.

Hutahean.2013. Perawatan Antenatal.Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Menkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.


369/SK/III/2007 mengenai Keyakinan Tentang Kolaborasi. Jakarta.

Kurniawati D. 2009.Obgynacea.Yogyakarta : TOSKA Enterprise.


Manuaba.2009.Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta : EGC.
2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta:EGC.

2011. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta:EGC.


Mufdilah.2009.Panduan Asuhan Kebidanan IbuHamil.Yogyakarta:Nuha Medika.
Murkoff H.2006. Kehamilan : Apa yang anda Hadapi Bulan per Bulan. Ed.3.
Jakarta : Arcan.
Notoatmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam,2005.Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika.

2009. www.superbidanhapsari.wordpress.com.Diakses tanggal 15


Desember 2010.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta :Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Pudiastuti, R.D.2012.Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil normal dan
patologi.Yogyakarta :Nuha Medika.

Saifududdin, B.A. 2006. Buku Acuhan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Salmah, et al.2006.Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta : EGC.


Saminem.2008.Seri Asuhan Kebidanan : Kehamilan Normal. Jakarta : EGC.
Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Sastrawinata S.2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi :Obstetri Patologi. Jakarta :
ECG.

Soepardan.2007.Konsep Kebidanan.Jakarta : EGC.

Sofyan.2006. 50 tahun IBI : Bidan Menyosong Masa Depan.PB: IBI.


Sujiyatini et al. 2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Yogyakarta :Nuha Medika.
Susilowati.2008. Pengukuran Status Gizi.Available online
:http://www.google.com/susilowati_anthropologist. html 23 tanggal 11
Oktober 2013.

Varney. H. 2007. Asuhan Kebidanan (Varney’s midwifery).Ed.4.Jakarta : EGC.


Walsh L.V.2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas.Jakarta : EGC.
Wildan. M, Hidayat, A.A.2008.Dokumen kebidanan.Jakarta : Salemba Medik.

Yunitari.2012. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester I Pada Ny.D Dengan


Mola Hidatidosa Di RS Reksodiwiryo Padang.Padang : Parak alah.

Anda mungkin juga menyukai