Anda di halaman 1dari 14

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG


Jalan WR. Supratman No. 100 Carang KM. 8 Tanjungpinang Telp/ Fax. 0771- 733 5203
E-mail: rsudkepritanjungpinang@yahoo.co.id
Kode Pos. 29124

KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD


RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG
NOMOR : / SK-RSUD PROV / VI / 2015

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG

Menimbang : bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan bagi


pasien di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang
yang optimal perlu ditetapkan Kebijakan Pelayanan /
Pedoman / Panduan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.

Mengingat : 1. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333./MenKes/SK/XII/1999 tahun 1999, tentang
Standar Pelayanan RS;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal RS;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 1438 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan RS, Kemekes,
2012;
7. Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 27 Tahun
2013 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang;
8. Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 28 Tahun
2013 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang;
9. Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor
697 tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014 tentang
Pengangkatan dan Penetapan Pemimpin Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : Surat Keputusan tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang.

Kesatu : Pelayanan kesehatan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau


Tanjungpinang meliputi Pelayanan Medis, Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan Farmasi, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Keterapian fisik, Pelayanan Keteknisian Medis dan
pelayanan kesehatan masyarakat;

Kedua : Pola operasional pelayanan (asuhan) untuk tiap-tiap profesi


diatur dalam juklak/juknis (dalam bentuk Pedoman dan
atau Panduan dan SPO) yang merupakan tindak
lanjut/lampiran dari Surat Keputusan ini;

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang dilaksanakan oleh Direktur, Wakil Direktur
Pelayanan Medik dan Keperawatan dan Wakil Direktur
Penunjang Medik dan Non Medik bersama Komite Medis dan
Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang;

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila


kemudian hari diketemukan kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tanjungpinang
Pada tanggal : Juni 2015

PEMIMPIN BLUD
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

dr. MUCHTAR LUTFI MUNAWAR, SpP


LAMPIRAN I : KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG
NOMOR : / SK-RSUD PROV / VI / 2015
TANGGAL : Juni 2015

KEBIJAKAN PELAYANAN
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG

I. Jenis Pelayanan Medis yang disediakan adalah :

1. Pelayanan Gawat Darurat


2. Pelayanan Rawat Jalan Umum dan Gigi
3. Pelayanan Rawat Jalan Spesialistik dan SubSpesialistik
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan Kamar Bedah (OK)
6. Pelayanan Kamar Bersalin (VK)
7. Pelayanan Intensif (ICU/PICU/NICU)
8. Pelayanan Hemodialisa
9. Pelayanan Pemeriksaan kesehatan
10. Pelayanan Mediko Legal

II. Jenis Pelayanan Keperawatan yang disediakan adalah :


1. Pelayanan Keperawatan Umum (nursing care)
2. Pelayanan Keperawatan Kebidanan dan Maternitas (midwife care)
3. Pelayanan Keperawatan Anestesi
4. Pelayanan Keperawatan Anak
5. Pelayanan Keperawatan Khusus

III. Jenis Pelayanan Medis Penunjang yang disediakan adalah :


1. Pelayanan Laboratorium Klinik
2. Pelayanan Radiologi
3. Pelayanan Farmasi
4. Pelayanan Konsultasi Gizi
5. Pelayanan Rehabilitasi Medis/Fisioterapi
6. Pelayanan Ambulance
7. Pelayanan Kamar Jenazah
8. Pelayanan Laundry
9. Pelayanan Central Sterile Supply Departement (CSSD)

IV. Jenis Pelayanan Administrasi


1. Pendaftaran/Admission Rawat Inap
2. Pelayanan Administrasi Kesehatan
3. Pelayanan Administrasi Mediko Legal

V. Kelompok Profesi Pemberi Layanan Kesehatan di RSUD Provinsi Kepri


1. Medis
Dokter yang terdiri dari :
a. Dokter Umum
b. Dokter Gigi
c. Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis
2. Farmasi
a. Apoteker
b. Asisten Apoteker
3. Keperawatan yang terdiri dari :
a. Perawat (D3, Skep Ners, MKep)
b. Bidan (D3, D4)
4. Keteknisian medis yg terdiri dari :
a. Analis Laboratorium (D3, D4)
b. Radiografer (D3, D4)
c. Fisikawan Medis (S1)
d. Perawat Anestesi (D3, D4)
e. Rekam Medis ( D3 )
5. Ahli/ tenaga gizi yaitu :
a. Dietisien (RD)
b. Nutrisionis (TRD)
6. Keterapian Fisik yaitu :
a. Fisioterapis (D3, SFis)
b. Okupasi terapis,
c. Terapis wicara
7. Petugas Non Medis
a. Administrasi dan Keuangan
b. Akuntansi
c. Petugas kerohanian
d. Petugas teknis yang terdiri dari :
d.1. Teknisi IT
d.2. Teknisi Sanitasi
d.3. Teknisi Elektro medis
d.4. Teknisi Sarana
d.5. Supir Ambulance
VI. Kebijakan Umum Pelayanan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang

1. Pelayanan kesehatan harus diberikan kepada pasien sesuai ilmu kedokteran,


ilmu keperawatan, ilmu farmasi, ilmu Gizi /nutrisi yang teruji dan
terjangkau.

2. Pelayanan kesehatan dalam mengupayakan kesembuhan dilakukan secara


optimal dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif (yaitu promosi


kesehatan, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dan holistik (meliputi fisik,
mental dan spritual).

4. Pelayanan kesehatan yang diberikan mengacu pada Panduan Praktik Klinis


(PPK) yang telah ditetapkan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang
berdasarkan Pedoman Nasional Praktik Kedokteran (PNPK)/ Pedoman Profesi
(Standar Asuhan Medis, Standar Asuhan Keperawatan, Standar Asuhan Gizi
dan Standar Asuhan Farmasi).

5. Dalam melakukan pelayanan kesehatan semua profesi harus selalu


memperhatikan konsep keselamatan pasien, manajemen risiko dan berfokus
pada pasien.

VII. Kebijakan Khusus Pelayanan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau


Tanjungpinang

1. Pelayanan Instalasi :

 Disediakan 2 model pelayanan Instalasi, yaitu pelayanan 24 jam dan


pelayanan pada jam kerja.

 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,


Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.

 Pelayanan Rawat Jalan sesuai jam kerja (dengan jadwal praktik dokter),
yaitu Pukul 08.00 – 16.00 pada hari Senin sampai Jumat.

 Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan


dengan sistem on call 24 jam.

 Pelayanan harus selalu berorientasi pada Mutu dan Keselamatan Pasien


(Patient Safety).
 Seluruh Staf RS harus bekerja sesuai dengan Standar Profesi,
Pedoman/Panduan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah
disahkan di RS, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS dan peraturan
perundangan yang berlaku.

2. Skrining dan triase :

 Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan RS untuk


menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS, dan memastikan
kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau reguler/elektif.

 Untuk Rawat Jalan, Skrining dilakukan di bagian Pendaftaran oleh


Petugas Pendaftaran. Skrining dengan metode visual atau pengamatan.

 Untuk Rawat Gawat Darurat (IGD), Skrining dilakukan dengan bentuk


Triase. Yang di skrining oleh Staf Medis yaitu pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.

 Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses


triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.

3. Identifikasi pasien :

 Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas
pasien.

 Setiap akan melakukan tindakan, petugas harus memperkenalkan diri


terlebih dahulu kepada pasien atau keluarga pasien. Dengan
menyebutkan nama dan menunjukkan tanda pengenal.

 Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi


darah atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum
pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindakan.

4. Transfer/ perpindahan pasien di dalam rumah sakit :


 Transfer pasien dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

 Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu


sebelum dipindahkan serta dicatat kondisi pra transfer.

 Dilakukan serah terima pasien yang ditransfer, dan dicatat dalam rekam
medis.

5. Transfer pasien keluar rumah sakit / rujukan :

 Stabilisasi pasien terlebih dahulu sebelum dirujuk.

 Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada unit


atau individu secara spesifik.

 RS merujuk pasien berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan


akan pelayanan berkelanjutan.

 RS menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta


perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.

 Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit
penerima.

 Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

6. Penundaan pelayanan :

 RS memperhatikan kebutuhan klinis (observasi) pasien pada waktu


menunggu atau penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
atau rujukan.

 RS memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan


atau pengobatan

 RS memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan


memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan
keperluan klinis mereka dan dicatat dalam rekam medis pasien.

7. Pemulangan pasien :
 DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan termasuk pendidikan
atau latihan yang harus dilaksanakan selama masa perawatan sebelum
pasien pulang.

 Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang


terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.

 Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang


dan kelanjutan pelayanan medis.

 Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di


lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di
rumah sakit serta populasi pasien.

 Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.

 Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut termasuk kebutuhan


mendesak yang mengharuskan pasien segera datang ke RS.

 Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

 Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan yang


dirujuk.

8. Transportasi :

 Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan


peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan
pemeliharaan kendaraan.

 Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan


kondisi pasien berdasarkan asesmen kebutuhan transportasi pasien yang
dilakukan oleh staf RS.

 Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak


maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.

9. Hak pasien dan keluarga :

 Menghormati kebutuhan privasi pasien.

 Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.

 Melindungi pasien dari kekerasan fisik.

 Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko,
mendapatkan perlindungan yang layak.
 Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan
didalam maupun diluar rumah sakit.

 Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui


suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf
yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien.

 Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, sedasi,


penggunaan darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan
lain yang berisiko tinggi.

10. Mengatasi hambatan pasien dalam akses pelayanan RS :

 Staf RS mengenali hambatan akses yang terjadi pada pasien yang


memerlukan pelayanan RS antara lain hambatan fisik, bahasa dan
budaya.

 RS mengupayakan untuk mengatasi hambatan yang ada pada pasien.

 Apabila hambatan tidak dapat diatasi, sekurang kurangnya dampak dari


hambatan dapat diminimalkan.

11. Penolakan pelayanan dan pengobatan :

 RS memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak


melanjutkan pengobatan.

 RS memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan


dengan keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan
pengobatan.

 RS memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati


keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not
Resuscitate/DNR )

o Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien


menolak pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari
pengobatan bantuan hidup dasar.

o Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya


masyarakat, serta persyaratan hukum dan peraturan.

12. Pelayanan pasien di RS :


 Pelayanan terhadap pasien dilakukan secara terintegrasi dan dijamin
kontinuitasnya oleh staf yang ditunjuk oleh direktur RS

 Asuhan pada pasien terdiri atas asuhan medis, asuhan keperawatan,


asuhan farmasi dan asuhan gizi yang diintegrasikan oleh DPJP.

 Staf RS yang boleh melakukan pelayanan (asuhan pasien) adalah staf


yang mendapat SPK/RKK setelah melalui proses kredensialing.

 Kontinuitas pelayanan dari setiap pemberi asuhan dikoordinasikan oleh


Case manager.

 Pelayanan risiko tinggi dan pasien risiko tinggi dikelola secara khusus
mengikuti panduan dan SPO yang ditetapkan.

 Pelayanan anestesi dilaksanakan dibawah pengawasan dan pengendalian


dokter spesialis anestesi.

 RS mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh


hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya (dying process).

 Semua staf RS harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir


kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatan
keluarga dalam keputusan pelayanan.

13. Asesmen pasien :

 Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan


pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.

 Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis,


sosial dan ekonomi, status nutrisi, risiko jatuh serta termasuk
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.

 Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan


peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen yang
dibuktikan dengan SPK/RKK.

 Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat


inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.

 Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak


rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
 Asesmen medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari
30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik
telah diulangi.

 Untuk asesmen yang berumur kurang dari 30 hari, apabila ada


perubahan kondisi pasien yang signifikan, maka perubahan dicatat
dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap

 Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan


pasien (discharge planning)

 Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan
dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.

 Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan oleh


DPJP.

14. Manajemen obat :

 Obat di RS dikelola oleh Instalasi Farmasi dengan mengikuti siklus


sebagai berikut : perencanan,pengadaan,
penyimpanan,distribusi,penyiapan, pemberian (oleh perawat) dan
monitoring dan pelaporan, serta penarikan dan pemusnahan obat
kadaluarsa secara berkala.

 Pengendalian perbekalan farmasi dan pemanfaatan obat dikelola bersama


Panitia Farmasi dan terapi.

 Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali


jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
(dengan kebijakan khusus).

 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label


yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restricted
access).

 Obat obat LASA (NORUM) dikelola secara khusus untuk mencegah


kesalahan dalam pemberian obat.

 Obat narkotika disimpan dalam lemari dengan kunci ganda yang


kuncinya dipegang oleh staf yang berbeda untuk mengamankan dari
penyalah gunaan.

 Asuhan Farmasi pada setiap pasien dilaksanakan oleh staf Farmasi


dalam bentuk kegiatan farmasi klinis.
15. Manajemen nutrisi :

 Pasien di skrining untuk status gizi.


 Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
 Setiap pasien mendapat asuhan gizi sesuai kebutuhan
 Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan.
 Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
 Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus.

16. Manajemen nyeri:


 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
 Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.

 Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.

 Komunikasi dengan pasien dan mendidik pasien & keluarga tentang


pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.

17. Surgical Safety Checklist :

 Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi


operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian
tanda.

 Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi


tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.

 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan


mencatat/mendokumentasikan prosedur “sebelum insisi / time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.

18. Hand hygiene :


 Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient
Safety).
 Menerapkan program hand hygiene yang efektif.
19. Risiko jatuh :
 Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak disengaja.

20. Komunikasi efektif :

 Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan


dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.

 Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.

 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi


perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

21. Manajemen operasional instalasi :

 Semua Instalasi dilengkapi dengan 2 dokumen manajerial yaitu pedoman


Pengorganisasian dan Pedoman Tatalaksana.

 Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.

 Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

 Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin


bulanan minimal satu bulan sekali.

 Setiap bulan Instalasi wajib membuat laporan.

 Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi


sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua peralatan
tetap dalam kondisi yang baik.
22. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RS :

 Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi


sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua
peralatan tetap dalam kondisi yang baik.

 Perbaikan peralatan dilaksanakan dengan memperhatikan kontinuitas


pelayanan RS terutama pada pelayanan yang menyangkut emergency dan
bantuan hidup.

 Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan


dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

PEMIMPIN BLUD
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

dr. MUCHTAR LUTFI MUNAWAR, SpP

Anda mungkin juga menyukai