Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM PATOFISIOLOGI

(PEMERIKAAN LAJU ENDAP DARAH)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ZUBAIDAH

NIM : 164820103062

KELOMPOK : 3 (B1)

DOSEN PEMBIMBING : Aninditha Rachma R, M.Si.,Apt.

Kurniawati, S.Kep.,M.Kes.,Ns.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES AISYIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN

2019/2020
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan Laju Endap Darah pada
darah probandus.

II. TEORI DASAR


Darah adalah media kompleks non-Newtonian yang terdiri dari
plasma darah dan sel-sel darah. Sel darah merah (eritrosit) menempati
30-50% dari volume darah dan memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan sifat mekanik darah sebagai media partikulat. (Anal
Chem, 2012)

Berdasarkan penelitian mengenai darah, berbagai penyakit


kardiovaskuler menyebabkan perubahan sifat biofisik pada darah. Sifat
biofisik darah diantaranya adalah viskositas, viscoelasticity,
deformabilitas, agregasi, dan tingkat sedimentasi eritrosit (laju endap
darah). Sifat biofisik darah diukur untuk memantau secara efektif
keadaan dan perkembangan penyakit tersebut. Di antara sifat – sifat
biofisik darah tersebut, LED (laju endap darah) disarankan oleh
Westergreen pada tahun 1921 secara klinis digunakan untuk
mendeteksi infeksi atau inflamasi penyakit, termasuk anemia, penyakit
ginjal, penyakit tiroid, rheumatoid arthritis, aterosklerosis, dan bahkan
kanker. Laju endap darah merupakan waktu dimana sel – sel darah
merah dengan antikoagulan jatuh dalam tabung vertical setelah 1 jam.
Perbedaan hasil LED tergantung pada kondisi fisiologis, seperti tingkat
protein plasma dan hematokrit. Selain itu, LED merupakan indicator
RBC (Red Blood Cell) agregasi dan viskositas darah pada kondisi laju
geser rendah. (Iomicrofluidics, 2014)

Pada tahun 1897 dokter Polandia Edmund Faustyn Biernacki


menemukan sebuah metode untuk mengukur LED. Kemudian, metode
yang serupa juga dilaporkan oleh Robert Sanno Fahraeus pada tahun
1918 dan Alf Vilhelm Albertsson Westergren. Metode ini dinamakan
metode Westergreen. Dalam metode Westergreen, digunakan
campuran 4 : 1 antara darah vena dengan natrium sitrat dan
dimasukkan dalam tabung dengan skala sedimentasi 200 mm. Tabung
ini diletakkan vertical dalam rak westergreen dalam suhu kamar.
Setelah 1 jam, jarak dari meniscus permukaan ke tingkat atas sedimen
sel darah merah tercatat sebagai LED dalam satuan mm/jam. Jatuhnya
eritrosit ke bagian dasar pipet Westergreen mengikuti sigmoid
berbentuk kurva yang merupakan kurva eritrosit sedimentasi. Kurva
ini terdiri dari tiga tahap yaitu : tahap awal, yang meliputi agregasi dan
percepatan sedimentasi eritrosit; fase yang panjang, di mana ada
tingkat konstan jatuh; dan fase perlambatan akhir, yang meliputi
kumpulan agregat di bagian bawah tabung. (PLoS One, 2015).
Tingkat sedimentasi eritrosit tinggi menunjukkan kemungkinan
adanya peradangan atau tumor. Sedangkan, tingkat sedimentasi
eritrosit rendah dapat terjadi pada kondisi polisitemia vera. (Vasc
Health Risk Manag, 2012)
 Pemeriksaan LED :
Mengukur kecepatan pengendapatan sel darah merah di dalam
plsmanya (satuan : mm/jam)
 LED terjadi melalui tiga fase, yakni :
 Fase pembentukan rouleaux
 Fase pengendapan cepat
 Fase pengendapan lambat
III. ALAT DAN BAHAN
1. Pipet westergreen
 Panjang : 300 mm garis tengah :2,5 mm
 Skala : 0 s.d 200 isi tabung : 1 ml
2. Tabung westergreen
3. Rak westergreen
4. Antikoagulan
 EDTA : 1 mg untuk tiap 1 mL darah
 Perlu diencerkan dengan NaCl 0,9% (4 volume darah :
1 volume NaCl 0,9%)
IV. PROSEDUR KERJA
1. Pipet NaCl 0,9% dengan pipet Westergreen sampai skala 150,
kemudian masukan kedalam tabung Westergreen.
2. Sampel darah dengan antikoagulan EDTA dihisap dengan pipet
Westergreen yang telah di berisi NaCl 0,9% tadi.
3. Campur isi tabung Westergreen dengan cara menyedot dan
meniup beberapa kali sehingga tercampur baik.
4. Campuran larutan dalam tabung Westergreen kemudian dihisap
dengan pipet Westergreen sampai skala 0, kemudian letakkan
pipet Westergreen tegak lurus pada rak Westergreen.
5. Baca tingginya pengendapan pada 1 jam dan 2 jam.

Nilai Rujukan

Jam I : 0-2 mm

Jam II :2-11 mm
V. HASIL PERCOBAAN
No. Propandus Hasil LED
1. Widyasari Jam I : 1 mm
Jam II : 4 mm

Jam ke I Jam ke II

VI. PEMBAHASAN
Laju endap darah (LED) atau laju sedimentasi eritrosit (erithrosyte
sedimentation rate/ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam
darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung
vertical dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam.
LED memiliki tiga pengggunaan utama yaitu alat bantu untuk
mendeteksi proses peradangan, pemantau aktivitas atau perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan penapis / penyaring (screening) untuk
peradangan dan neoplasma yang tersembunyi. Pada praktikum
pemeriksaan LED kali ini dilakukan dengan metode westergreen.Pada
metode westergreen ini digunakan perbandingan volume darah yang
telah dicampur antikoagulan EDTA dengan volume NaCl 0,85% yaitu
200 ml : 50 ml ( 4:1 ) .Pencampuran darah dengan EDTA bertujuan
menghindari lisisnya darah karena EDTA mencegah pembekuan darah
namun tidak memberikan pengaruh besar terhadap bentuk dan jumlah
eritrosit,leukosit serta mencegah menggumpalnya trombosit dalam
darah. NaCl tersebut digunakan untuk pengenceran tanpa
mempengaruhi komposisi darah. Kemudian campuran darah dan NaCl
ini di pipet ke dalam pipet westergreen dengan volume 200 ml dan di
posisikan tegak lurus di rak westergreen selama 60 menit.Pada saat
inilah terjadi proses sedimentasi eritrosit yang terbagi menjadi 3 tahap
yaitu :
1. Tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation)
dimana kecepatan sedimentasi masih lambat. Berlangsung selama ± 10
menit.
2. Tahap ke-2 kecepatan sedimentasi tinggi karena telah terbentuk
rouleaux. Berlangsung selama ± 40 menit.
3. Tahap ke-3 kecepatan sedimentasi berkurang dan mulai terjadi
pemantapan sedimentasi eritrosit. Berlangsung selama ± 10 menit.
Setelah 1 jam, barulah dibaca skala pipet westergreen tersebut dengan
melihat tinggi plasma yang terpisah dengan sel darah. Batas
pembacaannya yaitu mulai dari skala nol (atas) tingginya plasma
hingga batas pertemuan sel darah yang mengendap ( Riswanto,2013).

Pada praktikum pemeriksaan nilai LED ini,didapatkan nilai LED


dari probandus atas nama Widya Sari dengan umur 20 tahun dan
berjenis kelamin perempuan sebesar 1 mm/jam – 4 mm/2 jam. Hasil
yang didapatkan ini sudah dapat digolongkan sebagai nilai LED yang
memenuhi rentang normal nilai LED. Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan LED yaitu :
1. Faktor sel darah merah
a. Pembentukan rouleaux
Makin besar rouleaux yang terbentuk, makin cepat
pengendapannya sebab makin besar pula tarikan gravitasinya.
b. Bentuk sel darah merah
Bentuk sel darah merah yang sferis atau seperti bulan sabit
mempersulit pembentukan rouleaux sehingga laju endap darah
akan menurun. Penurunan laju endap darah juga dapat
disebabkan oleh permukaan sel relatif lebih luas dibanding
berat sel.
c. Aglutinasi sel darah merah
Aglutinasi sel darah merah oleh karena adanya perubahan
permukaan sel darah merah dapat menyebabkan LED
meningkat.
d. Ukuran sel darah merah
Makrosit lebih cepat mengaendap sehingga LED meningkat.
e. Jumlah sel darah merah
Jumlah sel darah merah yang rendah (anemia) merupakan
faktor penyebab LED meningkat.

2. Faktor Komposis Plasma


Komposisi plasma merupakan faktor terpenting yang menentukan
kecepatan pengendapan. Protein plasma dan koloid mempengaruhi
tingkat pembentukan agregat dan rouleaux, yang akan mempengaruhi
LED. Sejumlah studi menyatakan bahwa peningkatan fraksi protein
penting yaitu fibrinogen,alpha-2 globulin, dan alpha-1 globulin
menimbulkan peningkatan LED.
Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya
peningkatan kadar makromlekul dalam plasma, peningkatan
perbandingan globulin terhadap albumin dan peningkatan kadar
fibrinogen. Peningkatan kadar globulin atau globulin dan fibrinogen
dapat mengurangi gaya saling tolak menolak antara sel darah merah
sehingga sel-sel tersebut lebih mudah berdekatan satu dengan yang
lain. Disamping itu, peningkatan viskositas plasma dapat menetralkan
gaya tarik kebawah sehingga LED lebih rendah. Pada penyakit infeksi
, kadar globulin dan fibrinogen meningkat sehingga LED meningkat.

3. Faktor teknis
Laju endap darah menurun disebabkan oleh : diameter tabung LED
lebih kecil, darah tidak segera diperiksa lebih dari 2 jam, antikoagulan
yang digunakan berlebihan sehingga terjadi degenerasi sel darah merah
dan mengkerut, sebagian darah beku, darah disimpan sehingga
bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk rouleaux.

 Kualitas dan panjang tabung


Nilai-nilai normal yang berbeda untuk beberapa metode
disebabkan oleh variasi-variasi mutu tabung dan tinggi kolom
darah. Semakin tinggi kolom darah, semakin cepat fase
pengendapan pertama akibat tertundanya pengisian sel-sel
darah pada dasr tabung. Pengendapan cepat terjadi pada tabung
dengan ukuran besar. Kemudahan pananganan dan rak yang
nyaman membuat tabung Westergren sangat disukai oleh para
ahli teknologi. Untuk mengurangi volume darah yang
diperlukan , diameter tabung harus lebih kecil dari pada
diameter tabung standar.
 Posisi Tabung
Pada semua metode penting untuk menjaga tabung tetap
tegak lurus. Derajat kemiringan kecil menimbulkan efek
percepatan laju endap darah . ini disebabkan penempatan sel-
sel pada satu sisi tabung sehingga mempermudah plasma
bergeser keluar. Apapun alasannya, kesalahan teknis yang lebih
besar terjadi melalui inklinasi tabung daripada dari faktor lain.
Penggunaan rak khusus yang menjaga tabung tetap vertikal
sangat penting.
 Antikoagulan yang dipakai
Antikoagulan yang mungkin mempengaruhi ukuran sel
sehingga mengubah laju endap darah, tetapi antikoagulan yang
sering dipakai menghasilkan variasi kecil jika konsentrasinya
terkontrol dengan baik. Ditemukan perbedaan rata-rata
kecepatan antara darah yang mengandung potassium oxalate
kering standar dan darah yang sama yang mengandung
campuran Heller dan Paul Potassium dan Amonium Oxalate
sebesar 2 mm per jam dengan metode Westergren. Heparin
menimbulkan penyusutan sel paling kecil, dan campuran
double oxalate adalah yang terbaik. Jumlah antikoagulan harus
diukur dan dikeringkan dengan hati-hati.
 Pengaruh Suhu
Variasi-variasi kecil dalam suhu ruangan tidak berdampak
besar terhadap laju endap darah . meski demikian, ketika
variasi harian atau musiman terjadi, laju endap darah sangat
terpengaruh. Terbukti bahwa jika darah berada dalam
temperatur refrigerator, laju endap darah menurun drastis.
Kemungkinan karena meningkatnya kekentalan plasma. Oleh
karena itu, darah dari suhu refrigerator harus dibiarkan dulu
agar kembali pada suhu kamar sebelu digunakan untuk uji .
 Pengaruh Penundaan Uji
Kecepatan laju endap darah tidak beruabah selama satu jam
atau dua jam setelah darah diambil, tetapi penurunan besar
ditemukan bila tes dilakukan setelah tiga jam atau lebih.
Sehingga untuk mendapatkan hasil klinis yang lebih meyakinkan,perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
VII. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan nilai LED dengan metode
westergreen,didapatkan hasil nilai LED probandus atas nama Widya
Sari,umur 20 tahun dan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 1
mm/jam dan 4 mm/2 jam. Nilai LED yang diperoleh telah memenuhi
rentang normal.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anal Chem. 2012. Computational Analysis of Microfluidic


Immunomagnetic Rare Cell Separation from a
Particulate Blood Flow. Articles

Iomicrofluidics. 2014. Microfluidic-based Measurement of


Erythrocyte Sedimentation Rate for Biophysical
Assessment of Blood in an in vivo Malaria-Infected
Mouse. Artice l

PLoS One. 2015. Effects of Aggregation on Blood Sedimentation and


Conductivity. Articles

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta:


Alfamedia & Kanal Medika.

Vasc Health Risk Manag. 2012. Erythrocyte Sedimentation Rate as a


Marker for Coronary Heart Diseas. Articles

Anda mungkin juga menyukai