Awang Suwandhi1, Mega Fatimah Rosana1, Adjat Sudradjat1, Ridho Kresna Wattimena2
1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung
2
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung
awang.suwandhi@gmail.com
ABSTRAK
Untuk mencapai urat (vein) bijih di lokasi Central pada Level 500 mdpl, Ciurug, dibuat
terowongan baru yang dinamakan RU4C-L500 dengan menerapkan teknik peledakan.
Terowongan tersebut dirancang berukuran lebar 4 m, tinggi 4 m dan panjang 100 m sampai
ke cross-cut menuju urat bijih. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kriteria
kerusakan terowongan yang diakibatkan oleh induksi getaran peledakan yang berpotensi
menghasilkan overbreak, sehingga ukuran terowongan menjadi lebih lebar dari rencana
semula. Pendekatan Blast Damage Index (BDI) digunakan sebagai metode untuk memperoleh
tingkat kerusakan terowongan tersebut. Terowongan menerobos batuan andesit vulkanik yang
berdasarkan hasil pengujian memiliki kecepatan rambat gelombang seismik 4157 m/det,
densitas 2,37 g/cc dan kuat tarik 8,10 MPa. Batuan tersebut tergolong batuan berkekuatan
sedang hingga keras dengan nilai Rock Mass Rating (RMR) antara 58,3 sampai 69,5. Data
getaran peledakan diukur dengan menggunakan geofon pada jarak yang aman dari titik
ledakan dan menghasilkan Peak Vector Sum (PVS) berkisar antara 2 mm/s sampai 120 mm/s.
Hasil pengolahan data getaran menunjukkan, bahwa nilai BDI sebesar 2 yang mengidentifikasi
adanya ambrukan terowongan karena induksi getaran peledakan terjadi pada jarak kurang
dari 3 m dari titik ledakan. Besar getaran peledakan yang mengambrukan batuan andesit
vulkanik tersebut mencapai PVS 1170 mm/s. Pada jarak antara 3,0 m sampai 10 m tidak terjadi
kerusakan terowongan yang parah dan dapat direhabilitasi. Kondisi tersebut diidentifikasi oleh
nilai BDI 0,5 sampai 1. Kemudian pada jarak di atas 10 m induksi getaran peledakan tidak lagi
berpengaruh terhadap kerusakan atau kestabilan dinding terowongan.
Kata kunci: Andesit vulkanik, peledakan, overbreak, Blast Damage Index (BDI), Pongkor
ABSTRACT
To reach one of the ore veins at Level 500 m (above sea) located at Central area, Ciurug, it
needs a new tunnel called RU4C-L500 by applying blasting technique. The tunnel is built 4 m
width, 4 m height and length up to 100 m toward cross-cut to ore veins. The aim of the research
is to obtain damage criteria of the tunnel due to the induction of blast vibration that potentially
produces overbreak, which affects enlargement of the planned tunnel dimensions. The Blast
Damage Index (BDI) approach is adopted as a method to get a degree of tunnel damage. The
tunnel penetrates the volcanic andesite rocks that based on the test results has a seismic wave
velocity of 4157 m/s, the density of 2.37 g/cc and the tensile strength of 8.10 MPa. The rocks
are classified as moderate to hard rocks with Rock Mass Rating (RMR) values ranging from
58.3 to 69.5. The data of vibration of blast is measured using geophone at a safe distance from
blasting point and resulted Peak Vector Sum (PVS) ranging between 2 mm/s to 120 mm/s.
Vibration data processing results indicate that a BDI value of 2 which identifies a failure of
tunnel due to blasting vibration induction occurs at a distance less than 3 m from the point of
explosion. The vibration of blast that demolish the andesitic volcanic rocks is the PVS of 1170
mm/s. At a distance of between 3.0 m and 10 m there is no severe tunnel damage and can be
rehabilitated. The condition is identified by a BDI value of 0.5 to 1. Then at a distance above
10 m the blasting vibration induction no longer affects the damage or stability of the tunnel
wall.
Keywords: Andesite volcanic, blasting, overbreak, Blast Damage Index (BDI), Pongkor
104 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pada tambang bawah tanah (Yu dan
kriteria kerusakan yang akan Vongpaisal, 1996). Nilai BDI berkisar
mengidentifikasi tingkat keparahan antara 0 (nol) sampai 2 atau lebih, dengan
runtuhan dinding dan atap terowongan keterangan bahwa BDI: 0 menunjukkan
akibat getaran peledakan di sepanjang tidak ada kerusakan pada dinding
terowongan. Adapun metode yang terowongan, sedangkan BDI: 2 berarti
digunakan adalah dengan pendekatan terjadi ambrukan pada dinding dan atap
Indeks Kerusakan Peledakan atau Blast akibat getaran peledakan.
Damage Index (BDI) akibat peledakan
Segmen-F3
(78 m dari 0.0 m
31-01-2016
pada muka
N
9261780 mN
terowongan)
Mencapai 80 m
Sta. 0 5 10 m
78
S K A L A
11-01-2016
Sta.
71.3 30-12-2015
9261760 mN
Segmen-F2
(40 m dari 0.0 m
pada muka
KE TERA NGAN: terowongan)
9261740 mN
Sta.
40
4m
Segmen-F1
(26 m dari 0.0 m
4m pada muka
terowongan)
Potongan A-A
Sta.
- Penguatan (split set); Sta. 26
L=1.4 m, pola bujur 25.5
sangkar 1 m² dikombi-
nasi dgn. wire mesh &
9261720 mN
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 105
MAKALAH ILMIAH
9260750 N
9261000 N
9261250 N
9261500 N
9261750 N
672250 E
672000 E
671950 E
671900 E
671850 E
800 800
SAYATAN
UTARA-SELATAN
CIURUG
700 700
PORTAL
S. Ciur ug
MASUK
TAMBANG
600 600
500 500
GEOLOGI DAERAH PONGKOR (outer arc basin), dan volcanic arc atau
busur pegunungan (Hall, 2011).
Perkembangan kekar di Pulau Jawa,
termasuk daerah Pongkor dan sekitarnya, Kompleks Kubah Bayah yang terletak di
tidak terlepas dari adanya pergerakan sebelah barat Pulau Jawa merupakan
Lempeng Samudera Indo-Australia dan batuan induk utama (main host) tempat
Lempeng Benua Eurasia yang saling pengendapan tipe epitermal bijih emas-
bertubrukan (collision). Tubrukan kedua perak di Pongkor (Basuki et al, 1994; Milesi
lempeng tersebut bersifat konvergen et al, 1999; Syafrizal et al, 2005 dan 2007;
dengan Lempeng Indo-Australia menunjam Warmada et al, 2007; dan Yuningsih et al,
ke bawah Lempeng Eurasia dan 2014). Lokasi pengendapan epitermal bijih
berorientasi timurlaut-baratdaya. Batas emas-perak lainnya di dalam kompleks
tubrukan lempeng ini ditandai dengan Kubah Bayah adalah Cibaliung (Angeles et
adanya palung samudera di sebelah al, 2002; Harijoko et al, 2007), endapan
selatan Jawa Barat yang dikenal sebagai emas hidrotermal di Cikidang (Rosana et
Paritan Jawa atau Java Trench (Ben- al, 2006), dan di Cikotok serta Cirotan yang
Avraham, 1973, dalam Hamilton, 1979). saat ini penambangannya sudah ditutup.
Bagian dasar Kubah Bayah terbangun oleh
Gerakan penunjaman yang terus serpih dan batupasir, kemudian ditindih
berlangsung secara evolutif membentuk oleh sabuk gunungapi tengah berumur
gunung-gunung berapi aktif yang Oligosen sampai Miosen Awal, yang
membentang sepanjang Pulau Sumatera, sebagian besar terdiri dari batuan volcano-
Pulau Jawa sampai Kepulauan Nusa klastik kasar serta diselingi batugamping
Tenggara. Disamping itu, gerakan dan batupasir. Batuan intrusi intermediate
penunjaman Lempeng Indo-Australia terbentuk pada Paleogen dan Miosen
terhadap Lempeng Eurasia mengakibatkan Bawah. Area Pongkor terdiri dari batuan
daerah Pulau Jawa sebagai salah satu sedimen gunungapi Miosen dan batuan
daerah yang memiliki tingkat kegempaan gunungapi Pliosen-Kuarter di bagian
yang cukup tinggi di Indonesia, karena timurlaut sayap Kubah Bayah (Basuki,
berkaitan dengan aktivitas benturan et.al, 1994; Milési, et al, 1999).
lempeng. Pergerakan lempeng ini
menimbulkan struktur tektonik yang Endapan emas-perak Pongkor terdapat
merupakan ciri sistem subduksi, yaitu pada endapan jenis epitermal sulfida-
Benioff Zone, palung laut, punggung busur rendah (low-sulfidation) dan terdiri atas urat
luar (outer arc ridge), cekungan busur luar mineralisasi kuarsa utama yang ditafsirkan
sebagai depresi gunung berapi-tektonik
106 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
(kaldera). Endapan itu sendiri terletak di menjadi endapan epiklastik. Unit bagian
tepi baratlaut struktur melingkar dengan tengah ditandai oleh banyak sebaran
luas 8 km × 6 km. Proses pengendapan batuan volkanik dasit di permukaan bumi
berupa erupsi ignimbritik yang yang memungkinkan untuk dikenali variasi
menghasilkan aliran piroklastik dan lapili subunitnya, yaitu subunit basal dengan
akresi dengan sisipan batu epiklastik pertumbuhan tuf lapili ditindih oleh blok tuf
(Basuki et al, 1994; Milesi et al, 1999; lapili dari subunit ignimbrite utama, dan
Syafrizal et al, 2007). terakhir oleh pembentukan ulang subunit
tuf piroklastik berbutir halus bagian atas
Batuan volkanik berperan sebagai batuan dan batulanau epiklastik dari sebagian
pembawa mineralisasi endapan emas di besar subunit atas. Unit bagian atas
Pongkor yang terdiri dari tiga susunan unit, menutupi unit tengah ke arah utara dan
yaitu unit volkanik atas, tengah dan bawah timur penambangan yang umumnya terdiri
(Gambar 4). Unit volkanik bawah memiliki dari aliran andesit (Milesi et al, 1999;
karakteristik batuan volkanik andesitik kalk- Syafrizal et al, 2005).
alkali bawah laut meningkat secara lateral
0 250 m
Gn. Pongkor
(754 m)
Ciurug vein
Upper Unit
Andesite lava
Middle Unit
Rhyolite lava
Volcanic breccia
Lower Unit
Andesitic volcanic rock
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 107
MAKALAH ILMIAH
Elevation (m)
Pamoyanan
Gudang Handak
N 60o E
800 800
Ciurug Kubang Cicau
Ciguha
700 700
Cikaniki
600 river 600
Pasir Jawa
500 500
108 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 109
MAKALAH ILMIAH
9261780
9261760
PVS=
120.2 mm/s
9261740
PVS=
20.24 mm/s
N
0 5 10 m
S K A L A
9261720
KETERANGAN: PVS=
- Tgl.peledakan : 23-01-2016 4.46 mm/s
- Waktu meledak : 23.30 WIB
- Waktu periksa : 00.30 WIB
- Posisi geofon dari titik ledak
dan getaran terukur
-
PVS= 20.24 mm/s
PVS=
1.48 mm/s
KETERANGAN:
15 15 15 15 15 15
1. Waktu peledakan: c. Jumlah dan nomor delay deto.
- Tanggal 23 Januari 2016. serta jumlah bhn peledak:
8 7 7 8 - Meledak jam 23:30 WIB.
- Periksa jam 00:30 WIB. Delay detonators Bahan peledak
11 6 9
2. Spesifikasi teknis: No. Jumlah pcs. W, kg
a. Dimensi bukaan: 4 m x 4 m
11 7 4 0 4 9 b. Diameter lubang 32 mm. 0 2 15 2.7
7
2 2 15 2.7
c. Kedalaman lubang ledak 1.40 m
4 4 28 5.1
d. Spasi lubang perimeter 0,75 m 6 4 28 5.1
6 2 2 6 e. Jumlah lubang 45, lubang diisi 7 8 56 10.2
11 bhn peledak 44 dan 1 lub. kosong. 8 4 28 5.1
0 7 9 3. Bahan Peledak: 9 4 28 5.1
7 4 4 a. Bhn peledak kartrij “dayagel 11 4 28 5.1
magnum” diameter 30 mm berat 13 6 42 7.6
11 6 9 0.182 kg/pcs buatan PT Dahana, 15 6 42 7.6
8 8
Indonesia. Total 44 310 56.4
7 7 b. Detonator dan sumbu ledak:
• 44 deto nonel delay
13 13 13 13 13 13 • 1 deto listrik (untuk pemicu)
• 8 m sumbu ledak (cordtex)
110 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Tabel 1. Kriteria kerusakan akibat peledakan dalam terowongan dari beberapa peneliti
Peak Particle Velocity
Peneliti Kriteria
In/sec mm/sec
Bauer & Calder <10 <254 Tidak ada rekahan batuan utuh
(1970) 10-25 254-635 Sedikit rekahan karena tarikan
25-100 635-2540 Timbul rekahan akibat tarikan yang besar dan rekahan radial
>100 >2540 Massa batuan hancur
Langefors & 12 305 Runtuhan batuan di dinding terowongan yang tidak disemen
Kihlstrom (1973) 24 610 Timbul formasi rekahan baru
Oriard (1982) 25 635 Kerusakan terjadi pada hampir semua jenis batuan
Yu & Crovall 10 250 Kerusakan mulai terlihat
(1985)
Fadeev (1987) 120 Terjadi bukaan (rekahan) primer
480 Terjadi bukaan (rekahan) sekunder
Adhikari, et al RMR=60 RMR=38
(1994) mm/sec mm/sec
<153 <52 Tidak ada kerusakan
153-217 52-195 Mulai ada rekahan
127-367 195-297 Jatuhnya batuan kecil yang tidak terikat
367-604 297-557 Timbul rekahan terinduksi
>604 >557 Kerusakan yang besar
Singh (2000) 50-400 Kerusakan kecil
200-700 Kerusakan medium (sedang)
600-2000 Kerusakan agak banyak
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 111
MAKALAH ILMIAH
Tabel 2. Blast Damage Index (BDI) dan tipe kerusakan (Yu dan Vongpaisal, 1996)
BDI Tipe Kerusakan
≤0,125 Tidak ada kerusakan penggalian bawah tanah
Nilai maksimum yang diijinkan untuk bukaan permanen, misalna ruang crusher, sumuran
pertokoan, tempat penampungan bijih, rumah pompa, dan sebagainya
0,25 Kerusakan tidak terlihat jelas
Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja jangka panjang, misalnya sumuran akses, stasiun
tim penyelamat, ruang makan, stasiun, pertokoan, lubang ventilasi, ore passes, dan
sebagainya
0,5 Ada sedikit retakan
Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja jangka menengah, misalnya main drifts, jalan
angkutan utama, dan sebagainya
0,75 Ada retakan diskontinu berjumlah sedang
Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja sementara, misalnya cross-cut, drill drifts, lombong,
dan sebagainya
1 Ada banyak runtuhan menerus, memerlukan rehabilitasi yang intensif
1,5 Ada kerusakan disekeliling lubang bukaan, menyebabkan sulit atau tidak mungkin direhabilitasi
≥2,0 Terjadi ambrukan, biasanya terdapat pada lubang akses yang tidak dipakai lagi
112 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Bagian yang merugikan dari spasi kekar dan tinggi secara tidak merata dari ukuran
yang rapat adalah rentan terhadap yang direncanakan. Realisasinya lebar dan
kemungkinan terjadinya overbreak pada tinggi terowongan bertambah antara 1,0 m
dinding dan atap terowongan akibat induksi sampai 2,0 m, walaupun tidak selalu sama
getaran peledakan (Hoek, 2006). Hasil antara penambahan ke arah lebar dan
pengukuran di lapangan pasca peledakan tingginya.
membuktikan adanya penambahan lebar
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 113
MAKALAH ILMIAH
114 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
kekar yang terukur di dalam terowongan (a) Pada Segmen-1 orientasi kekar
RU4C-L500 berjumlah 91 spasi dengan membentuk sudut lebih kecil dari
spasi kekar terpendek 0,12 m atau t>0,10 90º, yaitu antara 42º sampai 72º
m. Dengan demikian seluruh data spasi (Gambar 12.a),
kekar dapat diperhitungkan untuk (b) Pada Segmen-2, terdapat orientasi
memperoleh parameter RQD pada setiap kekar yang membentuk sudut
segmen dan hasilnya RQD Segmen-1 mendekati tegak lurus terhadap
99,80%, Segmen-2 99,89% dan Segmen-3 sumbu terowongan, yaitu antara
98,66%. 59º sampai 98º (Gambar 12.b),
(c) Pada Segmen-3, orientasi kekar
Pengukuran jurus dan kemiringan kekar sebagian besar mendekati sejajar
dilaksanakan bersamaan dengan dengan sumbu terowongan, yaitu
pengukuran spasi dan kondisi kekar. Hasil membentuk sudut antara 3º sampai
pengukuran menunjukkan terdapat dua 30º (Gambar 12.c).
orientasi kekar utama yang memotong
sumbu terowongan RU4C-L500 dengan
rincian setiap segmen sebagai berikut:
35
Spasi maks. = 2,45 m
30 Spasi min. = 0,12 m
F(%) = 45.133e-1.046(s) Spasi rata² = 0,92 m
25 R² = 0.9269
Std. deviasi = 0,59 m
Frekuensi (F), %
Jumlah kekar = 91
20
15
10
0
0.40 0.70 1.00 1.30 1.60 1.90 2.20 2.50
Spasi kekar (s), m
Spasi kekar Expon. (Spasi kekar)
Gambar 12. Orientasi bidang kekar terhadap sumbu terowongan pada setiap segmen
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 115
MAKALAH ILMIAH
Orientasi bidang kekar terhadap sumbu up time sekitar 1 tahun setiap 10 m panjang
terowongan berperan sebagai faktor terowongan, sedangkan pada Segmen-3
koreksi yang mengurangi bobot klasifikasi hanya 1 minggu setiap 5 m panjang
massa batuan. Pada Segmen-1 dan terowongan (Tabel 3). Stand-up time
Segmen-2 terdapat dua set bidang kekar menunjukkan waktu kemampuan
dengan kemiringan (dip) cukup tajam, yaitu terowongan untuk menyangga dirinya
antara 60º sampai 79º, dan arahnya sendiri tanpa runtuh (Terzaghi dan Stini,
melawan (against) arah kemajuan 1958, dalam Hoek dan Brown, 1980).
terowongan; sedangkan jurus dari dua set Batas nilai RMR Klas II adalah 61 sampai
kekar pada kedua segmen tersebut 80, jadi walaupun Segmen-1 dan 2
berorientasi memotong sumbu tergolong massa batuan Klas II dan
terowongan, bahkan ada tiga set kekar Segmen-3 tergolong batuan Klas III, maka
yang bisa dikatakan hampir tegak lurus. atas pertimbangan keselamatan kerja
Efek orientasi jurus dan kemiringan bidang batuan yang diterobos terowongan RU4C-
kekar terhadap sumbu terowongan L500 perlu perkuatan dengan pemasangan
tergolong sedang (fair) dan mengakibatkan rock-bolt dikombinasi dengan wire-mesh
pengurangan bobot klasifikasi sebagai dan split-set, bahkan pada titik tertentu
koreksi terhadap orientasi tersebut sebesar yang rawan harus dipasang penyangga
-5. Sedangkan jurus dari dua set bidang baja atau steel-support.
kekar pada Segmen-3 bisa dianggap
sejajar, bahkan salah satunya sangat Pembobotan spasi dan kondisi kekar,
mendekati kesejajaran sumbu terowongan. kondisi air tanah serta orientasi jurus dan
Kondisi tersebut memberikan efek sangat kemiringan bidang kekar terhadap sumbu
tidak disukai (very unfavourable) dengan terowongan didasarkan atas hasil
faktor koreksi sebesar -12 sebagai pengamatan di lapangan. Sedangkan
pengurang bobot klasifikasi. bobot parameter kuat tekan uniaksial
diperoleh dari pengujian conto batuan.
Bidang kekar yang memotong sumbu Hasil pembobotan setiap parameter
terowongan pada Segmen-1 dan Segmen- tersebut menggambarkan nilai RMR pada
2 selaras dengan hasil pengamatan spasi setiap segmen seperti terlihat pada Tabel
kekarnya yang rapat. Peledakan sepanjang 3. Nilai RMR tersebut adalah RMR
Segmen-1 dan Segmen-2 menghasilkan terkoreksi dari orientasi kekar terhadap
fragmentasi maksimum sekitar 0,30 m, sumbu terowongan. Rincian nilai RMR
karena energi impak dari gelombang kejut pada setiap segmen adalah sebagai
akan membentur tegak lurus dengan berikut:
dinding bidang kekar, sehingga hasilnya (a) Segmen-1 dengan RMR: 69,5 atau
menjadi pecahan fragmen batuan yang tergolong batuan Klas II (good
berukuran kecil. Sementara pada Segmen- rock),
3, yang orientasi bidang kekarnya (b) Segmen-2 dengan RMR: 66,5
mendekati sejajar dengan sumbu masih tergolong batuan Klas II,
terowongan, energi impak dari gelombang (c) Segmen-3 dengan RMR: 58,3 yang
kejut banyak yang cenderung menyusup ke tergolong pada batuan Klas III (fair
dalam rekahan-rekahan yang searah rock) atau massa batuan dengan
dengan jurus bidang kekar tersebut. kekuatan sedang.
Dengan demikian, proses pecahnya
batuan terjadi karena energi ledakan Pada batuan tersebut dikenakan
membelah massa batuan dan peledakan untuk pembuatan terowongan
menghasilkan ukuran fragmentasi yang dengan pola dan spesifikasi peledakan
relatif lebih besar dibanding pada Segmen- seperti terlihat pada Gambar 9. Alat bor
1 dan Segmen-2, yaitu sekitar 0,50 m. yang digunakan bertipe jackdrill
berdiameter lubang bor 32 mm dan hanya
Ditinjau dari aspek keselamatan kerja, mampu membuat lubang dengan
Segmen-1 dan Segmen-2 memiliki stand- kedalaman maksimum 1,40 m. Setiap kali
116 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 117
MAKALAH ILMIAH
Tabel 4. Hasil pengukuran getaran peledakan dalam bentuk Peak Vector Sum (PVS)
Tran Vert Long
D Wet Wed PVS (mm/s) D 6)
No. Tanggal Alat ukur Peak Peak Peak
(m)1) (kg)2) (kg/dl)3) (mm/s) (mm/s) (mm/s) Hitung4) Ukur5) Wed0,19
118 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Jarak vs PVS
140
R² = 0.6408
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak (D), m
Tabel 5. Hasil pengukuran BDI pada jarak yang berbeda dari titik ledak
Jarak (m) 2 3 5 10 20 30 40 45 50 55 60 70 75 100
PVS (m/s) 3,0242 1,3811 0,5145 0,1347 0,0387 0,0322 0,0114 0,0060 0,0107 0,024 0,0065 0,0034 0,0024 0,0015
(g/cc) 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37 2,37
C (km/s) 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 4,81 4,81 3,70 4,70 4,84 4,59 4,59 4,56
Kr 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70
T (Mpa) 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
BDI 5,1828 2,3669 0,8818 0,2309 0,0663 0,0551 0,0228 0,0120 0,0166 0,0037 0,0131 0,0066 0,0045 0,0028
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 119
MAKALAH ILMIAH
Jarak vs BDI
3.00
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak (D), m
2.50
BDI = 1.7132(PVS) + 0.0006
2.25 R² = 1
2.00
1.75
Blast Damage Index (BDI)
1.50
1.25
1.00
0.75
0.50
0.25
0.00
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50
Particle Vector Sum (PVS), m/s
Kondisi di atas sebagian besar terbukti dari fragmentasi batuan yang diangkut atau
hasil pengamatan di lapangan dikeluarkan dari terowongan tidak saja
memperlihatkan bahwa pada jarak kurang dihasilkan oleh peledakan permukaan
dari 5 m dari pusat ledakan terjadi retakan terowongan, tetapi juga mendapat
yang panjang dengan jumlah sedang dan tambahan fragmentasi dari runtuhan
pada jarak kurang dari 3 m dari pusat dinding dan atap terowongan sepanjang 3
ledakan terjadi ambrukan dinding dan atap m dari pusat peledakan tersebut. Apabila
dari terowongan. Dengan demikian, peledakan pada permukaan terowongan
120 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122
MAKALAH ILMIAH
Kriteria Kerusakan Akibat Peledakan pada Pembuatan Terowongan Ciurug ....., Awang Suwandhi, dkk. 121
MAKALAH ILMIAH
Hall, R. 2011. Australia–SE Asia collision: Syafrizal, Imai, A. and Watanabe, K. 2007.
plate tectonics and crustal flow. The Origin of Ore-forming Fluids
SE Asian Gateway: History and Responsible for Gold Mineralization
Tectonics of the Australia–Asia of the Pongkor Au-Ag Deposit, West
Collision. Geological Society, Java, Indonesia: Evidence from
London, Special Publications. pp: Mineralogic, Fluid Inclusion
75–109. Microthermometry and Stable
Hoek, E. and Brown, E.T. 1980. Isotope Study of the Ciurug –
Underground Excavation in Rock. Cikoret Veins. Resource Geology
The Institution of Mining and Vol. 57, No. 2. Pp. 136-148.
Metallurgy. London. Syafrizal, Imai, A., Motomura, Y. and
Hoek, E. 2006. Rock Mass Classification. Watanabe, K., 2005.
Practical Rock Engineering. Evert Characteristics of Gold
Hoek Consulting Engineer Inc. 102 Mineralization at the Ciurug Vein,
– 3200 Capilano Crescent North Pongkor Gold-Silver Deposit, West
Vancouver, British Columbia Java, Indonesia, Resource
Canada V7R 4H7. Geology, Vol.55. Pp. 225-338.
Priest, S.D. and Hudson, J.A., 1981. Yu T.R. and Vongpaisal S. 1996. New Blast
Estimation of Discontinuity Spacing Damage Criteria for Underground
and Trace Length Using Scanline Blasting. The Canadian Institute of
Surveys. International Journal of Mining Bulletin. Vol.89, No.998. Pp.
Rock Mechanics & Mining 139-145.
Sciences. Vol. 18. Pp. 183-197. Yuningsih, E.T., Matsueda, H., Rosana,
Rosana, M.F and Matsueda, H. 2002. M.F. 2014. Epithermal Gold-Silver
Cikidang Hydrothermal Gold Deposits in Western Java,
Deposit in Western Java, Indonesia. Indonesia: Gold-Silver Selenide-
Resource Geology, Vol. 52, No. 4. Telluride Mineralization. Indonesian
Pp. 341-352. Journal on Geoscience, Vol. 1 No.
Singh, S.P. 2000. The Role of Joints and 2. Pp. 71-81.
Rock Mass Quality in Perimeter
Control. Explosives & Blasting
Technique. Holmberg, R. (Ed). A.A
Balkema/Rotterdam/Brookfiled/200
0. Pp. 371 – 375.
122 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 12 Nomor 2 - 2017 : 103 - 122