Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM 2

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Disusun Oleh:

Hestia Selena (J410150118)


Wahyu Nur Hasanah (J410150123)
Amiroh Annafisah (J410150128)

Pengampu:

Windi Wulandari, SKM., MPH

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
A. JUDUL PRAKTIKUM
Judul praktikum Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat yang kedua
adalah pengukuran antropometri.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui penilaian status gizi secara antropometri
2. Untuk mengetahui pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
3. Untuk mengetahui pengukuran tebal lipatan kulit (% body fat)
4. Untuk mengetahui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada seseorang
merupakan masalah penting yang terjadi pada saat ini. Selain memiliki
risiko yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit tertentu juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan
keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu
cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau
normal. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat, yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan
secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu: survei konsumsi
pangan, statistik vital dan faktor ekologi.
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk
mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat
zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolisme, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum.
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya. Zat-zat tersebut digolongkan menjadi makronutrien yang
meliputi karbohidrat, lemak, dan protein serta mikronutrien yang
meliputi mineral dan vitamin. Kebutuhan gizi ini harus dipenuhi secara
adekuat untuk mengatasi proses penuaan pada tubuh, dan
memperlambat terjadinya kemunduran fisik.
Status gizi adalah salah satu indikator untuk menilai status
kesehatan yang mudah dan murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan
komitmen untuk terus menerus secara rutin dengan memantau berat
badan dan tinggi badan. Status gizi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus indeks massa tubuh atau yang biasa disingkat
dengan istilah IMT atau BMI (Body Mass Index) dan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) seperti yang dilakukan praktikan pada
praktikum kali ini. Oleh karena masalah-masalah yang sedang terjadi,
kami melakukan praktikum antropometri guna mengetahui ukuran
tubuh manusia dan menilai status gizi. Dengan cara yang sangat
mudah dan murah untuk diterapkan kepada masyarakat sehingga
praktikum ini dapat meminimalisir terjadinya masalah-maslah yang
sering terjadi saat ini.

2. Tinjauan Teori
Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi
dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
Syarat yang mendasari penggunaan antropometri antara lain : (Potter
& Perry, 2006)
a. Alat mudah didapat dan digunakan
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah
dan objektif
c. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus
profesional, dapat dilakukan oleh tenaga lain setelah
mendapat pelatihan
d. Biaya relative murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan
f. Memiliki cut of point dan buku rujukan yang sudah pasti.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri
adalah besaran komposisi rubuh yang dapat dijadikan isyarat dini
perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
1). Penapisan status gizi, 2). Survei status gizi, dan 3). Pemantauan
status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan
khusus. Survei ditunjuan untuk memperoleh gambaran status gizi
masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu. Pemantaua pemanfaatan sebagai pemberian gambaran
perubahan status gizi dari waktu kewaktu. (dr. Arisman, 2014)
Antropometri terdiri dari kata antropos artinya bagian tubuh dan
meter artinya ukuran. Anropometri merupakan cerminan hasil
metabolisme zat gizi yang diasup yang tidak terlepas dari faktor
aktifitas fisik, keturunan dan lingkungan. Antropometri digunakan
sebagai cara penilaian status akibat ketidakseimbangan antar asupan
energi sebagai hasil metabolisme zat gizi makro (karbohidrat, lemak
dan protein) dengan mengunakan energi untuk keperluan aktivitas.
Istilah “nutritional anthropometry” terdapat dalam “Body
Measurements and Human Nutrition” yang di tulis oleh Brozek Pada
tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai
pengukuran pada varian dimensi fisik dan komposisi beserta tubuh
manusia pada tingkat usia dan status gizi yang berbeda. Sedangkan
menurut kamus gizi antropometri didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari ukuran tubuh manusia. (Sugeng Wiyono, 2016)
Jika terjadi ganguan terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh. Lebih lanjut antropometri digunakan sebagai motode penilaian
status gizi dengan cara melakukan pengukuran bagian tubuh tertentu
baik secara tunggal atau yang dikenal sebagai parameter maupun
bersama dimensi lain yang dikenal sebagai indeks. Ukuran tubuh
sebagai parameter antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar atas, lingkar dada, panjang depa, tinggi lutut, lingkar pinggang,
lingkar pinggul, lipat lemak bawah kulit, lebar dada lebar siku.
Sedangkan jika ukuran tubuh tersebut dikombinasi dengan dimensi
atau variabellain maka disebut sebagai indeks dan rasio. Sedangkan
indeks misalnya berat badan menurut umur (BB/U) tinggi badan-
panjang badan menurut umur (TB-PB/U), berat badan menurut pajang
atau tinggi badan (BB/TB-PB), indeks masa tubuh menurut umur
(IMT/U). (Sugeng Wiyono, 2016)
Tebal lipatan lemak (% body fat) bawah kulit merupakan salah
satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status
indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal
lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah
lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai
untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit
terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular,
suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan
mid aksla.
Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan
persamaan secara umum atau kelompok tertentu.Lemak dapat diukur
secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh
total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis
kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran
kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak
tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan
kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan
komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk
menentukan status gizi cara antropometri. (Linda, 2014)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak. Berat bdan adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan
baik dan seimbang antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang, mengikuti pertambahan umur. Sebaiknya
dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan
berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan
informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu
dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya
hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang. (adisty, 2012)
Perubahan berat dikaitkan dengan berat badan ideal, berat badan
normal, berat badan biasa, dan berat badan sekarang (BBS). Perubahan
tersebut penting dicatat untuk mengetahui apakah pasien mempunyai
risiko mengalami malnutrisi, kegunaan lain ialah untuk memantau
keadaan hidrasi seseorang; penurunan berat badan mendadak dalam
waktu singkat menandakan terjadinya dehidrasi, sebaliknya, jika berat
badan mendadak bertambahn, berarti overdehidrasi tengah
berlangsung. Perubahan berat badan yang tak terjelaskan hingga
sebesar ≥10% menandakan kesehatan terganggu. Jika perubahan itu
≥20%, berati penderita mengalami keadaan kritis yang dapat berakibat
fatal manakala penyusutan berat itu melebihi 30%. Angka kesakitan
dan kematian bayi meningkat jika mereka kehilangan berat sebesar
40% (orang dewasa 20-25%) dari berat badan biasanya (BBB). (dr.
Arisman, 2014)
Interpretasi hasil pengukuran berat dan tinggi badan memerlukan
data yang diperoleh dari hasil pengukuran subjek yang sehat dan
berstatus gizi baik, serta berasala dari etnis dan genetik yang sama pula
yang berskala internasional atau lokal. Menurut WHO(1975), populasi
acuan hendaknya memenuhi kondisi sebagai berikut : (dr. Arisman,
2014)
1. Sampel harus ditarik dari masyarakat yang berstatus gizi
baik.
2. Jumlah sampel menimal sebesar 200 orang untuk setiap
kelompok usia dan jenis kelamin
3. Sampel harus bersifat cross-sectional karena data akan
diguanakan sebagai pembanding studi yang juga bersifat
cross-sectional
4. Prosedur penarikan sampel harus dijelaskan dengan bersifat
dapat diulang oleh siapapun tanpa menimbulkan kesalahan
yang bermakna (reproducible)
5. Pengukuran harus dilakukan dan dicatat oleh pengamata yang
terlatih dalam teknik antropometris dengan mengunakan
peralatan yang teruji dengan baik, serta dikalibrasi secara
teratur
6. Pengukuran harus mencakup semua variabel antropometris
yang anakn digunakan dalam penilaian status gizi
7. Data yang kelak digunakan sebagai sumber pembuatan
gambar dan tabel harys tersedia bagi semua orang yang
berkeinginan untuk menggunakannya

Indeks massa tubuh/IMT dikenal sebagai indeks skeletal


merupakan anropometri untuk menilai massa tubuh yang terdiri tulang,
otot, dan lemak. IMT merupakan cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa (usia 18 tahun keatas), khusunya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan/BB. IMT
tidak dapat diterapkan pada kelompok umur yang masih tumbuh yaitu
bayi, anak, remaja, dan kelompok khusus seperti ibu hamil yang
mengalami penambahan berat badan ketika hamil dan olah ragawan
yang sebagian besar terdiri dari otot. Juga tidak dapat diterapkan pada
keadaan khusus (penyakit) seperti oedema, asites, dan hepatomegali.
Rumus perhitungannya adalah IMT= Berat Badan (kg)/ Tinggi
Badan(m) x Tinggi Badan(m). Untuk kepentingan indonesia, ambang
batas dimodifikasi lagi berdasarkan klinis dan hasil penelitia
dibeberapa negara berkembang. Diambil kesimpulan ambang batas
IMT untuk indonesia adalah sebagai berikut : (Adisty Cynthia, 2012)

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingat berat <17.0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17.0-18.5
Normal 18.5-25.0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25.0-27.0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27.0

Tinggi atau Pajang Badan (TB-PB). Tinggi atau panjang badan


merupakan satuan tinggi atau panjang dari pangkal kaki sampai ujung
kepala. Dinyatakan tinggi jika anak diukur anak pada posisi berdiri,
sedangkan jika anak belum atau tidak dapat berdiri maka biasa disebut
panjang badan dengan menggunakan satuan centimeter (cm). Tinggi
badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Selain beberapa
yang telah disebutkan tinggi atau panjang badan juga dapat
memberikan informasi antara lain :
a. Pada keadaan normal, tinggi badan/TB tumbuh seiring
dengan pertambahan umur
b. Pertumbuhan TB tidak seperti berat badan/BB, relatif kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat
c. Merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah
dilalui dan keadaan sekarang

Jika umur tidak diketahui dengan tepat, dengan menghubungkan BB


terhadap TB (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan. (Sugeng
Wiyono, 2016)
Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung secara cepat
selama tahun pertama kehidupan. Setelah itu, pertumbuhan nyaris
tidak terjadi hingga berusia 5 tahun, dan ukuran lengan tetap konstan
di angka 16 cm. Seandainya anak itu mengalami malnutrisi otot akan
mengecil, lemak menipis, dan ukuran lingkar lengan pun susut. Oleh
karena itu, pengukuran lingkar lengan amat berguna dan cepat untuk
menampis malnutrisi anak balita; bila usia yang tepat tidak diketahui,
dan alat penimbang tidak tersedia. Lingkar lengan di ukur dengan pita
plastik berwarna, atau gelang yang berdiameter 4 cm. Lengan yang di
ukur adalah lengan kiri. Pita plastik harus ditekan sedemikian rupa
hingga menempel pada kulit, namun tidak sampai mengerutkan kulit,
dan tidak pula longgar. (dr Arisman, 2014)
Lingkar Lengan Atas (LILA) berkorelasi dengan indeks BB/U
maupun BB/TB. Seperti BB, LILA merupakan parameter yang labil
dapat berubah-ubah cepat karena baik untuk menilai status gizi,
disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi
dengan prameter lainnya seperti LILA/U dan LILA/TB (Quack Stick).
Untuk keperluan penilaian status gizi, LILA memiliki beberapa
kelebihan antara lain : (Sugeng Wiyono, 2016)
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat
sendiri
c. Dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat membaca tulis,
dengan memberikan kode warna untuk menentukan tingkat
keadaan gizi.

Namun terdapat beberapa kelemahan antara lain:


a. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b. Sulit untuk menentukan ambang batas
c. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun

Bayi dan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang


sangat cepat, untuk mengetahui pertumbuhan otak digunakan lingkar
kepala. Lingkar kepala pada bayi dan anak mencerminkan volume
intrakranial. Nilai ukuran lingkaran pada kepala diperoleh pada
pengukuran bidang frankfort yang diukur secara mendatar atau
horizontal plane setinggi tepat di atas glabela (titik tegah diantara
tonjolan alis). Pada anak, ukuran otak mengikat secara cepat selama
tahun pertama. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala
dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun,
saja. Karena pada anak umur lebih dari 3 tahun, bukan merupakan
pemeriksaan yang rutin. Dengan mengukur LiKa dapat diperoleh
beberapa hal meliputi: (Sugeng Wiyono, 2016)
a. Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu
kedokteran untuk memeriksa deadaan patologi besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala, misalnya pada kasus
hidrosefalus dan mikrosefalus
b. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran orak dan tulang
tengkorak
c. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama
d. Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepala dang lingkar
dada menentukan KEP pada anak.
e. Lingkar kepala juga digunkan sebagai informasi tambahan
dalam pengukuran umur

D. HASIL PRAKTIKUM

JENIS PENGUKURAN
Lingkar Indeks Tebal
Berat Tinggi BB
NO SUBJEK Lengan Massa Lipatan
Badan Badan Ideal
Atas Tubuh/IMT Kulit (%
(Kg) (cm) (Kg)
(cm) (Kg/cm2) body fat)
1 Hestia 54,9 150 24,4 24,4 45
2 Rizky 81,1 167 - 29,13 60,3
 Gambar Alat dan Hasil Pengukuran Berat Badan (Kg)

 Gambar Alat dan Hasil Pengukuran Tinggi Badan (cm)

 Gambar Alat dan Hasil Pengukuran Lingkar Lengan Atas (cm)

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum antropometri yang dilakukan pada hari Kamis, 20
Oktober 2016, kali ini praktikan menggunakan 2 objek, yaitu objek
pertama bernama Hestia Selena (18 tahun) dan untuk objek kedua bernama
Rizky Ramadhan (18 tahun).
Praktikum kali ini melakukan pengukuran sebanyak 3 macam yaitu:
pengukuran Berat Badan (kg), pengukuran Tinggi Badan (cm), dan
pengukuran Lingkar Lengan Atas bagi objek pertama. Yang kemudian dari
tiga macam penghitungan tersebut, dapat ditentukan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Berat Badan Ideal bagi kedua objek.
Hasil pengukuran LILA untuk objek petama (Hestia) diperoleh
panjang 28 cm. Dari hasil yang sudah di dapat ini, objek termasuk ke
dalam kelompok orang yang subur dan tidak termasuk ke dalam kelompok
KEK. Karena panjang LILA normal untuk wanita dewasa adalah 23,5 cm.
Sedangkan untuk pengukuran BB objek pertama (Hestia) hasil yang
di dapat adalah 54,9 kg dan untuk TB 150 cm. Yang kemudian dari kedua
pengukuran tersebut di dapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 24,4 kg/ cm2,
perhitungan ini di dapat dari :

𝐵𝐵(𝑘𝑔) 54,9 54,9 𝐾𝑔


𝐼𝑀𝑇 = 2
= 2
= = 24,4 2
𝑇𝐵 (𝑚) (1,5) 2,25 𝑚

Jika hasil tersebut disesuaikan dengan ambang batas IMT di Indonesia,


objek pertama (Hestia) tergolong dalam kelompok normal. Dan untuk BB
ideal objek pertama (Hestia) adalah 45 kg, pengukuran ini di dapat dari
perhitungan :

𝐵𝐵 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 = (𝑇𝐵 − 100) − 10% (𝑇𝐵 − 100)


= (150 − 100) − 10% (150 − 100)
= 45 𝐾𝑔

Untuk pengukuran BB objek kedua (Rizky) hasil yang di dapat


adalah 81,1 kg sedangkan untuk TB 167 cm. Yang kemudian dari kedua
pengukuran tersebut di dapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,13
Kg/cm2. Perhitungan ini di dapat dari :

𝐵𝐵(𝑘𝑔) 81 81 𝐾𝑔
𝐼𝑀𝑇 = = = = 29,13
𝑇𝐵 2 (𝑚) (1,67)2 2,78 𝑚2
Jika hasil tersebut disesuaikan dengan ambang batas IMT di Indonesia,
objek kedua (Rizky) tergolong dalam kelompok gemuk 2 yaitu kelebihan
berat badan tingkat berat. Hal ini tentunya berbahaya di masa yang akan
datang untuk objek kedua apabila dibiarkan. Oleh karena itu, objek kedua
disarankan untuk mengontrol asupan makanannya dan di imbangi dengan
olahraga yang teratur.
Karena seharusnya objek kedua (Rizky) memiliki BB ideal 60,3 kg.
Pengukuran ini di dapat dari perhitungan :

𝐵𝐵 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 = (𝑇𝐵 − 100) − 10% (𝑇𝐵 − 100)


= (167 − 100) − 10% (167 − 100)
= 60,3 𝐾𝑔

Dari ketiga jenis pengukuran diatas, terdapat beberapa faktor yang


dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil yang diperoleh. Pada pengukuran
berat badan, kesalahan yang terjadi diantaranya adalah :
 Pengaturan kalibrasi dari alat timbangan yang tidak menunjukan
angka (0,0)
 Menggunakan aksesoris
 Memakai pakaian yang tebal atau pakaian yang dapat menambah
berat badan pemakainya
 Posisi tubuh yang salah (tidak rileks, bergerak-gerak), pandangan
tidak menghadap lurus ke depan
 Memakai alas kaki

Sedangkan pada pengukuran tinggi badan, kesalahan yang sering


terjadi diantaranya :
 Memakai alas kaki
 Posisi tubuh yang salah (tidak tegak seperti sikap sempurna
dalam baris berbaris, yaitu kaki lurus, tumit, punggung, pantat,
dan kepala bagian belakang menempel pada dinding, pandangan
lurus ke depan)
 Posisi mikrotoice yang tidak lurus dan menempel sempurna pada
dinding
 Posisi pembaca yang tidak lurus terhadap microtoice, sehingga
menimbulkan kesalahan pada saat pembacaan
 Kegiatan pengukuran dilakukan pada bagian dinding yang tidak
lurus datar
 Memakai aksesoris kepala

Dan untuk pengukuran Lingkar Lengan Atas, kesalahan yang sering


terjadi antara lain :
 Subjek memakai pakaian yang tebal pada bagian legan atasnya
 Keadaan pita yang terlalu ketat atau longgar

F. SIMPULAN
1. Praktikan mampu mengetahui penilaian status gizi secara antropometri
yakni dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT), pengukuran
tebal lipatan kulit (% body fat) dan pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA)
2. Praktikan mampu mengetahui pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan 2 objek yaitu
objek pertama hestia dan objek kedua rizky
3. IMT pada objek pertama (Hestia) 24,4 kg/cm2 masuk ke dalam
kategori normal. Sedangkan pada objek kedua (Rizky) 29,07 kg/cm2
masuk kategori gemuk 2. Hal ini disesuaikan dengan ambang batas
yang sudah di tetapkan di Indonesia
4. Praktikan mampu mengetahui pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA) pada objek pertama (Hestia) dengan LILA 28 cm yang berarti
tidak masuk dalam kelompok KEK dan masuk ke dalam kelompok
subur.
5.
DAFTAR PUSTAKA

Adisty Cynthia Anggraeni, S.Gz. 2014. Asuhan Gizi. Yogyakarta: Graha Ilmu
dr. Arisman, MB. 2014. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: EGC
Linda Dwijayanthi. 2014. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. PT Trubus
Agriwidya. Jakarta
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sugeng Wiyono, AMGz, Mkes. 2016. Epidemiologi Gizi. Jakarta: sagung seto

Anda mungkin juga menyukai