I. PENDAHULUAN
Bumi dengan luasnya lautan dan daratan telah banyak mengalami gejala-
gejala alamiah aneh dan tidak sesuai dengan kebiasaannya yang sering disebut
dengan bencana alam. Bencana alam sangatlah beragam diantaranya fenomena
likuifaksi yang baru-baru ini terjadi di Palu pada tanggal 28 September 2018,1 Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal
dunia akibat likuifaksi pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Kepala Pusat
Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 165 orang
meninggal dunia di Balaroa (Kota Palu), 120 orang meninggal di Petobo (Kota Palu),
1
Tim CNN Indonesia, “Mengenal Likuifaksi, Fenomena Tanah Bergerak Gempa Palu”, dalam
http://likuifaksi/Mengenal Likuifaksi, Fenomena ‘Tanah Bergerak’ Gempa Palu.htm/ (diakses pada 30
September 2018)
1
dan dua orang meninggal di Jono Oge (Sigi).2 kemudian beberapa tahun terakhir
telah terjadi fenomena serupa di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 27 Mei
2006,3 Sabtu pagi sekitar pukul 5:55, 27 Mei, gempa bumi berkekuatan 6,3 Mw
(Magnitude Moment) atau 5,9 skala Richter mengguncang kawasan DIY dan
meruntuhkan sebagian gedung, merusak 370-an ribu rumah (untuk kawasan DIY
saja) hingga menewaskan 5.700-an jiwa di Yogyakarta dan Jawa Tengah.4 Di Aceh
26 Desember 2004 dan 7 Desember 2016.5 Pada tahun 2004, kerusakan-kerusakan
bangunan dan infrastuktur yang terjadi Ibukota Provinsi Aceh yaitu Kota Banda
Aceh, pada umumnya akibat hilangnya kapasitas dukung lapisan tanah , dan tersebar
di dataran aluvium sekitar pantai dan Sungai Krueng Aceh, misalnya penurunan
pondasi bangunan.
Bila fenomena likuifaksi atau tanah menjadi lumpur hidup yang menyedot
semua yang ada di atasnya ini ramai diperbincangkan di khalayak ramai saat ini,
ternyata bukanlah fenomena alam yang baru. Dalam Al-Qur’an, ada peringatan
bencana yang dijelaskan selain gempa bumi, banjir, angin kencang dan bencana
lainnya. Maka dalam hal ini penulis akan mengkaji tentang fenomena likuifaksi
2
Tim Republika, “Korban Likuifaksi Palu bisa mencapai 5000an” dalam
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/10/07/pg8fch440-korban-likuifaksi-palu-bisa-
mencapai-5000an, (diakses 04 January 2019).
3
Lindung Zalbuin Mase, “Studi Eksperimental Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta”, 17 Th Annual Scientific Meeting, (November, 2013), 199.
4
Addi M Idhom, “Gempa Bumi Yogyakarta”, (diakses 1Januari 2019).
5
Munirwansyah, “Kajian Potensial Likuifaksi Akibat Gempa Berdasarkan Data SPT-N di Wilayah
Provinsi Aceh”, Prosiding Simposium II, (September, 2017), 457.
6
Ibid, 199.
2
dalam sudut pandang al-Qur’an. Mengenai bagaimana fenomena likuifaksi, Dan
sebagai seorang muslim hendaknya kita tidak sekedar mengetahui melainkan juga
menerapkan bagaimana peran kita terhadap fenomena likuifaksi tersebut.
ُون ه
َّللاِ وما ُ فخس ْفنا ِب ِه و ِبد ِار ِه ْاْل ْرض فما كان لهُ ِمن فِئة ين
ِ ص ُرونهُ ِمن د
ِ كان ِمن ْال ُمنت
٨١ ص ِرين
Maka Kami benamkanlah dia bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golonganpun yang menolongnya (dari siksa) selain Allah. Dan
tiadak (pula) dia termasuk orang-orang yang mampu membela (dirinya). 9
Yang menjadi fokus dalam ayat tersebut adalah lafadh خسف. Didalam al-
Qur’an kata خسفditerjemahkan ditenggelamkan atau dibenamkan. Hal ini menjadi
menarik untuk dikaji lebih dalam, karena kebanyakan mufassir menjelaskan kata
tersebut dengan kejadian gempa bumi. Atau memang dalam kata tersebut terdapat
makna yang tersimpan yang belum diketahui kalangan mufassir. Atau boleh jadi
خسفmerupakan bagian dari gempa bumi dilihat dari kejadiannya dan prosesnya
yang berbeda.
Kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah kelimuan dalam bidang ilmu
tafsir sebagai pintu masuk dalam menganalisa sejauh mana langkah Islam dalam
7
Muhammad Makmun Abha, “Gempa Bumi dalam al-Qur’an (Tafsir Tematik)”, Esensia, Vol XIV
(April, 2013), 20.
8
Al-Qur’an, 28:81.
9
M. Quraish Shihab, al-Qur’an & maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 395.
3
berperan sebagai agama yang mampu berbicara mengenai isu kebencanaan sehingga
perannya tidak terkesan eksklusif.
QS al-Ankabut: 40
10
M. Quraish Shihab, al-Qur’an & maknanya,395.
11
Ibid, 395.
12
Ibid, 401.
13
Ibid, 429.
4
َّللاُ ِب ِه ُم ْاْل ْرض
ت أن ي ْخ ِسف ه أفأ ِمن الهذِين مك ُروا ال ه
ِ س ِيِّئا
maka apakah orang-orang yang membuat tipudaya yang jahat itu,
merasa aman (dari bencana) dibenamkannya bumi oleh Allah bersama
mereka,14
Al-Isra’: 68
khasfan. Hanya bermaksud membenamkan dalam tanah dengan apa yang ada
hilang. Atau bisa juga dijadikan majaz dari kata الذلyaitu penghinaan.18
14
Ibid, 272.
15
Ibid, 289.
16
Ibid, 563.
17
Ibn Manzur, Lisan al- ‘Arab, (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi1999), 4:91.
18
Al-Raghib al-Ashfahani, Mufradat fi alfadh al-Qur’an, (Damaskus: Dar al-Falah, 2009),282.
19
Al-Qur’an, 67:16.
5
dalam perut bumi, dan sebaliknya atau bisa juga diartikan sebagai gempa yang
berkekuatan tinggi. 20
ير فما وهنُوا ِلما أصاب ُه ْم فِي ِّ وكأ ِيِّن ِ ِّمن نه ِب
ٌ ِي قاتل معهُ ِر ِبِّيُّون كث
صا ِب ِرين َّللاِ وما ضعُفُوا وما ا ْستكانُوا ۗ و ه
َّللاُ يُ ِحبُّ ال ه س ِبي ِل ه
١٤٦
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak
menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.24
Lafadh ه ْم
ُ أصابpada ayat tersebut diterjemahkan sebagai bencana.
20
Muhammad al-ṭāhir bin Muhammad bin Muhammad al-ṭāhir bin ‘āshūr al-Tūnisī, al-Taḥrīr al-
Tanwīr, (Tunis: Dār al-Tūnisiyyah, 1984 H.), 29: 34.
21
Al-Ayid, Ahmad, dkk. Al-Mu’jam al-‘Arabi, (Beirut: Larus, 2003), 754.
22
Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 766.
23
Al-Qur’an, 3:146.
24
M. Quraish Shihab, al-Qur’an & maknanya, 68.
6
Bencana alam geologi adalah bencana yang terjadi di permukaan bumi
atau disebabkan oleh gerakan atau aktifitas dari dasar bumi yang muncul ke
permukaan. al-An’am: 65 menuturkan:25
ِ قُ ْل ُهو ْالقاد ُِر عل ٰى أن يبْعث عل ْي ُك ْم عذابًا ِ ِّمن ف ْوقِ ُك ْم أ ْو ِمن ت ْح
ت أ ْر ُج ِل ُك ْم أ ْو
ت لعله ُه ْم ِ ف ْاْليا ُ ظ ْر كيْف نُص ِ ِّر ُ ي ْلبِس ُك ْم ِشيعًا ويُذِيق ب ْعض ُكم بأْس ب ْعض ۗ ان
٦٥ي ْفق ُهون
Dalam hadith, Imam Bukhari mengatakan,26
ع ْن، ع ْن ع ْم ِرو ب ِْن دِينار، حدهثنا ح همادُ ب ُْن زيْد،ان ِ حدهثنا أبُو النُّ ْعم
{قُ ْل ُهو ْالقاد ُِر على أ ْن:ُت ه ِذ ِه ْاْليةْ ل هما نزل:َّللاِ قال جا ِب ِر ب ِْن ع ْب ِد ه
َّللاِ صلهى ه
َّللاُ عل ْي ِه سو ُل ه ُ يبْعث عل ْي ُك ْم عذابًا ِم ْن ف ْوقِ ُك ْم} قال ر
ُ ع ُوذ ُ "أ:ت أ ْر ُج ِل ُك ْم} قالِ {أ ْو ِم ْن ت ْح."عوذ ُ ِبو ْج ِهك ُ "أ:وسلهم
{أ ْو ي ْلبِس ُك ْم ِشيعًا ويُذِيق ب ْعض ُك ْم بأْس ب ْعض} قال."ِبو ْج ِهك
." هذا أيْس ُر:أ ْو قال- "ه ِذ ِه أ ْهو ُن:َّللاُ عل ْي ِه وسلهم
َّللاِ صلهى ه سو ُل ه ُ ر
Telah menceritakan kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan kepada
kami Hammad ibnu Zaid, dari Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Abdullah
yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, "Dialah
yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian.
(Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung
kepada Zat-Mu. atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Rasulullah
Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau Dia
mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian
yang lain. (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. berkata, "Ini adalah yang paling
ringan —atau— paling mudah."
25
Al-Qur’ān, 6:65.
26
Abi al-Fida Isma’il bin ‘Umar bin Kathir al-Qurashi al-Dimashqi, Tafsir al-Qur’an al-Adhῑm,
(Beirut: Dar Ibn Hazm, 2000), 689.
7
Musthofa al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan bahwasannya yang
gempa bumi.27
Qur’an di ambil dari kata خسف, banyak ulama tafsir yang menafsirkan
خسفsebagai bencana gempa bumi. Istilah ini berkaitan dengan gempa bumi
karena kejadian gempa bumi menyebabkan semua yang ada di permukaan
bumi tertimbus kedalam tanah. Yang mana ini bisa disebut fenomena
likuifkasi. al-Mulk 16 menuturkan: 28
Dalam tafsir Jalalain, dijelaskan lafadh ُ ِب ُك ُم ْاْل ْرض فإِذا ِهي ت ُمyaitu
ور
“Menjadi gempa dan menindih kalian”29 kemudian خسِف ْ أن ي
“menjungkirbalikkan” (likuifaksi). Maksudnya disini yaitu likuifaksi akan
terjadi jika terdapat bencana gempa bumi.
27
Ahmad Muṣṭofa Al-Marāghī, Tafsir Al-Marāghī, (Mesir: Muṣṭofa Al-Bābi Al-Ḥalbi Wa Awlādihi,
1946), Cet. 1, 7: 154.
28
Al-Qur’ān, 67:16.
29
Jalal al-Din Muhammad al-Mahally dan Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman al-Suyuthi, Tafsir al-Qur’an
al-Adhim, (ttp: al-Haramain, 2007), 229.
8
Dalam Likuifaksi ketika gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan
pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah
yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut, al-Qasas 81
menuturkan:30
ُون ه
َِّللا ُ فخس ْفنا ِب ِه و ِبد ِار ِه ْاْل ْرض فما كان لهُ ِمن فِئة ين
ِ ص ُرونهُ ِمن د
٨١ ص ِرين ِ وما كان ِمن ْال ُمنت
30
Al-Qur’an, 28:81.
31
M. Quraish Shihab, Al-Misbah, (Jakarta: Lentera hati, 2002), 9:673.
9
penyebab terjadinya yakni karena azab dari Allah akibat dosa yang dilakukan,
ujian dari Allah dan gejala alam yang biasa terjadi.Apabila memang suatu
bencana dikaitkan dengan dosa manusia karena banyaknya kemaksiatan yang
terjadi, perintah agama yang dilalaikan dan orang-orang miskin yang
ditelantarkan, Saba’ ayat 9 menuturkan: 32
yaitu Setiap orang hedaknya tidak merasa aman dari bencana yang dapat
menimpa; rasa aman yang mengantar kepada kelengahan akan kuasa Allah
35
SWT. rasa aman yang disertai dengan kesadaran akan kuasa Allah SWT.
maksudnya yaitu manusia dianjurkan untuk selalu mengingat Allah, dan tidak
lalai kepada-Nya, dan manusia harus meyakini adanya hukum-hukum alam
yang telah ditetapkan Allah swt. dan menjadi takdir pengaturan-Nya terhadap
alam semesta.
B. Harta dan kekayaan tidak akan menolong dari bencana
Hal ini dipertegas didalam al-Qur’an mengenai kisah Qarun.
32
Al-Qur’an, 34:9.
33
Shaikh Muhammad ‘Abduh dan Sayyid Muhammad Rashid Riḍa, Tafsir al-Qur’an al-Hakim,
(Mesir, Dar al-Manar, 1368 H), 2894.
34
Al-Qur’an, 67:16.
35
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012),
10
al-Qur’an al-Ankabut: 40 menuturkan: 36
Rasul. Yang menjadikan fokus disini adalah lafadh هم ْن خس ْفنا ِب ِه ْاْل ْرض
Di telan bumi, inilah kisah Qarun, seorang hartawan. Pada mulanya, ia adalah
seorang beriman dan patuh kepada Musa. Kemudian setelah kaya, ia menjadi
sombong dan durhaka. Ia berbuat kemungkaran melampaui batas. Lebih dari
itu, ia tidak mau menyerahkan zakat sebagai kewajiban harta kekayaan bagi
orang kaya. Karena kecongkakan ini, Allah menyiksanya. Tanah sekitar
Qarun berpijak berguncang, runtuh dan secara berangsur menelan tubuh
Qarun sampai lenyap sama sekali dari permukaan bumi.37
Dalam ayat tersebut, terbukti bahwasannya penolong orang-orang
yang berlebihan ketika dia dalam keadaan kaya sangat banyak. Karena
mereka adalah orang-orang yang bersekongkol untuk mendapatkan
keuntungan. Tapi, jika sebuah urusan sudah berhubungan dengan akhirat
maka tidak ada seorang pun kenal dengan yang lain. Bahwa meskipun Qarun
memiliki kekuatan dan kekayaan tidak ada seorang pun yang berani turun
tangan untuk menolongnya dari adzab yang menimpanya, meskipun hanya
dengan satu kalimat.
36
Al-Qur’an, 29:40.
37
Kementrian Agama RI, al-Qur’ān al-Karῑm wa Tafsῑruhū, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010),
8:402.
38
M. Quraish Shihab, Al-Misbah, 10:78.
11
sombong dan angkuh terhadap kekayaannya dan mengingkari nikmat yang
diberikan Allah kepadanya.
III. Kesimpulan
Bencana alam juga tidak bisa dianggap sebagi gejala alam semesta,
tanpa ada upaya intropeksi dari manusia bahwa mungkin bencana itu
diakibatkan ulahnya yang tidak beriman atau tidak mensyukuri nikmat Allah.
Data dari al-Qur’an rata-rata menunjukkan bahwa semua bencana alam terjadi
diakibatkan oleh perilaku tidak beriman dan dhalim, misalnya yang terdapat
pada ayat-ayat likuifaksi diantaranya dijelaskan bahwa kejadian tersebut
merupakan adhab dari Allah yang diberikan kepada orang-orang yang angkuh,
sombong dan tidak beriman.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
13
Suyuthi (al), Jalal al-Din Muhammad al-Mahally dan Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman.
Tafsir al-Qur’an al-Adhim. ttp: al-Haramain, 2007.
Shihab, M. Quraish Al-Misbah. Jakarta: Lentera hati, 2002.
Riḍa, Shaikh Muhammad ‘Abduh dan Sayyid Muhammad Rashid. Tafsir al-Qur’an
al-Hakim, (Mesir, Dar al-Manar, 1368 H.
Shihab, M. Quraish. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati, 2012
Kementrian Agama RI. al-Qur’ān al-Karῑm wa Tafsῑruhū. Jakarta: Kementrian
Agama RI, 2010.
14