BAHAN
AJAR
TEORI
GINEKOLOGI
Misi
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
VISI MISI PRODI KEBIDANAN CURUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Pendahuluan
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
sebagai berikut :
a. Pengertian ruang lingkup ginekologi
b. Menjelaskan Batasan Ginekologi
c. Menjelaskan istilah yang berkaitan dengan ginekologi
Uraian Materi
B. Batasan Ginekologi
1. Gangguan Haid
b. Kelainan Siklus :
1) Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari
21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal
yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendek masa
lutea. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
2) Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.
Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehtan wanita tidak
terganggu, dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
yaitu bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore,
diluar amenore fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di
hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan
vagina.Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya
tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat
bawaan, uji estrogen dan progesteron yang negatif, adanya penyakit
lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes melitus, kanker), infertilitas
atau stress berat.
2) Mastodinia
4) Dismennorea
3. Keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada
wanita.Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan
rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang
sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau
juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang
air kecil.
4. Endometriosis
6. Bartolinitis
Penyakit ini terjadi akibat radang pada glandula bartholini, sering kali
timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain,
misalnya streptokokus atau basil koli.
7. Mioma uteri
2. Kista Suatu rongga tertutup yang abnormal, dilapisi epitel berisi cairan atau
bahan semi solid.
11. Atresia Vagina Kelainan congenital berupa tidak adanya atau tertutupnya
lubang pada vagina.
12. Acquisita : perlekatan saluran serviks atau vagina karena radang GO ,
diphteri, partus dan senilitas.
15. Cancer Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau
mematikan.
16. Cancer Cerviks Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi serviks. Kanker ini biasanya tumbuh ke
arah luar menjadi masa seperti cendawan, kadang-kadang tumbuh ke arah
dalam sehingga menimbulkan pembesaran serviks
20. Cancer Vagina Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi vagina.
21. Cancer Vulva Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi vulva.
22. Candidosis Infeksi jamur Candida spp terhadap sel epitel pada vagina,
vulva, region anogenital, mulut dan traktus intestinal.
27. Condiloma Acuminata Pertumbuhan seperti kutil pada kulit atau membran
mukosa genitalia eksterna.
31. Distrofi Atrofik Infeksi pada vulva yang menyebabkan kulit menjadi
merah pucat dan berkilat.
36. Endometritis Radang pada endometrium yang disebabkan oleh infeksi GO,
infeksi abortus,infeksi partus dan IUD.
37. Erosio portionis Terdapat daerah yang merah menyala pada portio yang
mudah berdarah
38. fibroma tumor yang dapat berupa benjolan kecil pada permukaan atas
dalam jaringan ovarium sendiri, atau dapat pula mempunyai ukuran yang
besar sekali sehingga mengisi seluruh cavum abdominalis.
39. Fluor albus bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang
paling sering kita jumpai dalam ginekologi , yaitu cairan yang keluar dari
vagina yang bersifat berlebihan dan bukan merukan darah.
40. Fistula genetalis : hubungan luar biasa antara traktus genetalis dan trktus
urinalis atau traktus intestinalis
41. Galactorrhea air susu yang berlebihan atau spontan ; sekresi air susu terus
menerus (persisten).
47. Hipoplasia uteri Penurunan jumlah sel pada rahim yang menyebabkan
rahim menjadi mengecil. Penatalaksanaan : uterotonika
48. Hydradenonia, berasal dari kelenjar peluh vulva, tampak sebagai benjolan
kecil, bentuk dan konsistensi menyerupai fibroma.
50. Hermafrodistimus Terdapatnya jenis kelamin pria dan wanita pada satu
individu.
51. Hermafrodistimus Verus Terdapatnya jaringan testis pada sisi yang satu dan
jaringan ovarium pada sisi yang lain, atau terdapat ovotestis.
52. Herpes Genitalis Erupsi kulit genitalia yang menyebar dan meradang
membuat vesikel kecil yang mengelompok.
53. Hidrosalping Hasil akhir dari salpingitis piogenik yang mereda, dengan
virulensi yang rendahnamun sangat iritatif. Lesi ini menghasilkan eksudat
jernih dalam jumlah banyak di dalam bagian tuba uterina yang tertutup.
55. Hipomenorea Perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari biasa.
56. Hipoplasia Vulva Perkembangan organ atau jaringan yang kurang atau
tidak sempurna pada vulva, derajat hipoplasia lebih ringan dibandingkan
dengan aplasia.
58. Hypermenorea Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya lebih dari
80ml kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, terjadi
pada siklus yang teratur.
61. Infertilitas Suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu
setengah tahun tanpa kontrasepsi, tidak punya anak.
63. IVA adalah inspeksi visual dengan asam acetat, metode untuk mendeteksi
dini kanker leher rahim yang murah meriah menggunakan asam asetat 3-
5% dan tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%
64. Kankroid(ulkus molle) Penyakit kelamin dengan ulkus genital yang nyeri
sekali.
68. Kista Bartolini Kista berisi musin akibat obstruksi duktus glandulae
vestibulae major.
69. Kista dermoid, tumor yang merupakan bagian dari teratoma ovari.
70. Kista Folikel Kista yang dibentuk oleh pembesaran folikel de Graaf yang
tidak pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan.
71. Kista Korpus Luteum Kista yang terjadi ketika korpus luteum bertahan
hidup dan tumbuh terus, dan tidak berdegenerasi ketika implantasi gagal
berlangsung.
72. Kistadenoma Musinosa Kista yang dibentuk oleh sel-sel epitel ovarium
danmempunyai rongga-rongga yang terisi musin.
73. Kista Paraurethra Saluran kelenjar uretra tertutup oleh infeksi. Kista ini
bisa menonjol pada dinding depan vagina, dan sering mengalami infeksi.
74. Kista Sebasea Kista yang berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat
pada labium mayor, labium minor dan mons veneris.
76. Kraurosis Vulva Atrofi dengan penipisan dan fibrosis kulit vulva
mengakibatkan mengkerutnya kulit dan stenosis introitus vagina
77. Lipoma tumor jinak yang biasanya terdiri atas sel lemak matur. Kadang-
kadang tumor, sebagian atau seluruhnya terdiri atas sel lemak janin
(hibernoma).
85. Menstruatio praecox : perdarahan pada anak muda kurang dari 8-10 tahun
yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum
waktunya.
86. Metrorrhagi Perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid.
87. Mioma Uteri Tumor jinak pada uterus yang terdiri atas serabut-serabut otot
polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi
kapsulyang tipis.
91. Orchitis inflamasi salah satu atau kedua testis, di tandai oleh
pembengkakan dan nyeri, seringkali disebabkan oleh gondongan, sifilis,
atau tuberkulosis
92. Pap’s test adalah pap’s smear, pemeriksaan sitologik epitel porsio serviks
uteri untuk deteksi dini adanya kelainan praganas pada porsio serviks uteri
pemeriksaan usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel mulut rahim
(serviks) di bawah mikroskop
97. Phthirus pubis Kutu pada kemaluan yang menginfestasi rambut daerah
kemaluan.
99. Piosalping Pus tuba kronik, terjadi akibat hambatan pada lumen tuba
uterine pada ujung fimriae dan pada satu tempat atau lebih di sepanjang
tuba falopii.
100. Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari normal(21 hari). Perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.
101. Polip Endometrium Masa jinak yang menonjol, kecil dan melekat pada
endometrium, tersusun dari stroma edematosa yang mengandung kelenjar-
kelenjar yang berdilatasi secara kistik.
104. Retrofleksio uteri fixate, uterus yang tidak dapat direposisi karena ada
perlekatan antara uerusdan alat-alat sekitarnya.
112. sarcoma , tumor yang berasal dari vagina, bentuknya menyerupai anggur
berwarna merah jambu, polip yang oademateus dan menonjol dari vagina.
113. Sel dyakaryotik : sel yang menunjukan kelainan pada inti selnya,
sedankan sitoplasm sel relatif masih normal
114. Septum Vagina Sekat vagina dapat ditemukan di bagian atas vagina.
Kelainan ini ditemukan pada kelainan uterus, organ kelamin ada gangguan
dalam fusi atau kanalisasi ke 2 duktus Muller.
115. Sterilitas : istilah yang dipergunakan bagi seseorang yang mutlak tidak
mungkin mendapatkan keturunan misalnya wanita dengan aplasia genetalis
atau pria tanpa testis.
116. Squamous metaplasia suatu keadaaan yang benigna, dimana sel epitel
berubah menjadi sel epitel gepeng. Kadang-kadang seluruh endometrium
berubah menjadi sel epitel gepeng berlapis banyak.
117. Teratoma Benigna Kista dermoid, berasal dari sel germinal. Mengandung
elemen epithelial, mesodermal dan endothelial. Karena itu dermoid ini
dapat berisikan rambut, gigi dan materi seperti bubur dari kelenjar sebasea.
119. Tumor Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang
tidak terkontrol dan progresif.
121. Tumor Serviks Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada serviks.
123. Tumor Vagina Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada vagina.
124. Tumor Vulva Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada vulva.
127. Ulkus Vulva Sifilis Penyakit sifilis disebabkan oleh invasi jaringan oleh
Treponema pallidum dan ditularkan secara seksual.
130. Uterus Bicornis Bicollis Uterus dengan dua kornu dan dua serviks.
131. Uterus Bicornis Unicolis Uterus dengan dua kornu dan satu serviks.
133. Uterus Bilocularis Uterus yang rongganya terbagi menjadi dua bagian
oleh septum.
134. Uterus Parvicollis Uterus yang bagian serviksnya sangat kecil tetapi
korpusnya berukuran normal.
139. Vagino cutaneous, berhubungan dengan vagina dan kulit. Taua yang
berhubungan dengan vagina dan pormukaan tubuh seperti vistula
vaginakutaneus.
144. Visceral pain rasa tidak nyaman akibat perubahan servik dan iskemia
uterin yang terletak di atas bagian bawah abdomen dan beradiasi ke area
lumbal pada bagian belakang dan bagian bawah paha
Rangkuman
Evaluasi
1. perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari)……………(A)
a. Hipermenorea
b. Hipomenorea
c. Oligomenorea
d. Amenorea
2. siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehtan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup
baik…………(D)
a. Amenorea
b. Hipermenorea
c. Hipomenorea
d. Oligomenorea
3. yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid di sebut………(C)
a. Hipomenorea
b. Oligomenorea
c. Metroragia
d. Endometriosis
b. Bartolinitis
c. Oligomenorea
d. Mioma uteri
5. Adenomyosis adalah……………(C)
a. peradangan pada tuba dan ovarium secara bersamaan
KEGIATAN BELAJAR 2
LAI
UK
OD
SIS
NA
KE
RE
DA
LAI
PR
TE
PA
UK
OD
SIS
NA
KE
RE
DA
SI
PR
M
TE
PA
NN
SI
M
Pendahuluan
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
Uraian Materi
2. Gejala Vulvitis
Vulvitis menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung dari penyebab
peradangan pada vulva. Sangat disarankan untuk tidak menggaruk alat
kelamin apabila muncul rasa gatal, karena berisiko menyebabkan iritasi
berkembang menjadi infeksi.
b. Keputihan.
c. Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
d. Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
e. Bengkak dan merah di labia dan vulva.
f. Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.
3. Masalah –masalah vulvitisa
a) Folikulitis, yakni adanya infeksi oleh bakteri yang menyebabkan
peradangan pada kelenjar atau folikel rambut di mana saja (termasuk
rambut pubis). Umumnya, kondisi ini terjadi pada labia mayora. Hal ini
dapat terjadi karena mencukur, waxing, atau bahkan gesekan. Folikulitis
dapat hilang dengan sendirinya dengan cara lebih memperhatikan
kebersihan area genital, memakai pakaian yang longgar, dan kompres
hangat pada daerah tersebut untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan. Jika benjolan atau jerawat tidak mengecil, atau justru
semakin besar, Anda dianjurkan untuk segera ke dokter untuk mendapat
penanganan lebih lanjut.
b) Kista Bartholin. Ini adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Bartholin
dan menyebabkan terkumpulnya nanah di dalamnya. Kelenjar Bartholin
terletak di kedua sisi pembukaan vagina yang berfungsi menjaga
kelembapan dinding vagina dan melepaskan cairan pelumas ketika
berhubungan seksual. Jika sekadar kista, kondisi ini dapat diatasi dengan
perawatan di rumah dengan kompres air hangat, namun ketika abses
(nanah) sudah terbentuk, maka penanganan terbaik adalah dengan
pengobatan dokter.
c) Gangguan pada kulit. Dermatitis. merupakan iritasi kulit yang biasanya
disebabkan oleh sabun, kain, parfum, atau reaksi alergi seperti lateks pada
kondom. Gejala dapat berupa gatal yang parah, perih, dan nyeri.
Pengobatan untuk kondisi ini adalah menghindari sumber atau penyebab
iritasi dan menghentikan gatal sehingga kulit dapat menyembuhkan.
Kompres es atau kompres dingin dapat mengurangi iritasi. Mengoleskan
petroleum jelly dapat melindungi kulit. Obat-obatan medis seperti krim
kortikosteroid dan antihistamin mungkin diperlukan untuk kasus yang
parah.
d) Herpes genital, salah satu penyakit menular seksual ini disebabkan oleh
virus herpes simpleks. Gejala yang dapat dialami adalah adanya luka
terbuka atau luka melepuh (seperti bentolan berisi cairan), adanya sensasi
rasa perih atau gatal pada area kemaluan, keputihan yang tidak normal,
nyeri saat berkemih.
e) Kutil kelamin. Penyakit menular seksual yang satu ini menyebabkan
kutil muncul pada daerah yang terjangkit. Ukuran, bentuk, dan warna
kutil dapat bervariasi. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun
terasa gatal dan tidak nyaman.
f) Penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang terjadi pada bagian
vulva adalah vulvodyna (nyeri pada vulva) dan vulvar vestibulitis (nyeri
di bagian depan vagina yang diakibatkan tekanan tajam seperti duduk di
jok sepeda).
g) Kanker, beberapa kondisi yang mengarah pada penyakit kanker juga bisa
menimbulkan masalah labia mayora dan area sekitar vulva.
4. Penyebab Vulvitis
Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:
a) Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus,
5. Diagnosa vulvitis
Dokter akan memeriksa panggul pasien dan melihat tanda-tanda yang
mengindikasikan vulvitis, seperti merah, bengkak, benjolan berisi cairan
(blister), atau luka pada vulva. Selain itu, dokter akan mengecek adanya
keputihan sebagai tanda-tanda infeksi.Selain menanyakan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan tes darah, tes urine, dan pap
smear guna mendeteksi penyebab peradangan atau infeksi hingga tanda-tanda
kanker. Terkadang diperlukan mengambil sampel jaringan kulit untuk
diperiksa di bawah mikroskop (biopsi kulit), apabila vulvitis tidak membaik
dengan pengobatan yang sudah dilakukan.
7. Komplikasi vulvitis
Vulvitis yang ditangani dengan baik bisa disembuhkan. Jika tidak,
kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh, gatal-gatal pada
organ intim wanita atau pruritus pada malam hari dapat menyebabkan
gangguan tidur dan mengurangi kualitas hidup. Selain itu, sikap cemas dan
gangguan psikologis lainnya dapat memicu terjadinya gangguan
psikoseksual.
Pemeriksaan terhadap penyakit yang mendasari terjadinya vulvitis harus
dilakukan dengan seksama guna menghasilkan penanganan yang tepat.
Karena tidak hanya akan menyulitkan proses penyembuhan, penyebab
vulvitis yang tidak terdeteksi dapat pula berakibat fatal, misalnya kanker
vulva.
1. Definsi
2. Gejala Vaginitis
Gejala vaginitis sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:
3. Penyebab Vaginitis
4. Gejala Vaginitis
b. Herpes
c. Salpingitis
d. Kutil kelamin
6. Diagnosis Vaginitis
a. Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
Rangkuman
Evaluasi
1. Gangguan pada sistem reproduksi dengan gejala yang timbul adalah luka pada
kemaluan, bintik atau bercak merah ditubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf dan
kulit disebut ....
a. Sifilis
b. Endometriosis
c. Gonorea
d. Herpes simpleks
e. Klamidia
2. Gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi pria yang disebabkan oleh virus herpes
ialah....
A. Uretritis
B. Prostatitis
C. epididimitis
D. orkitis
E. hipogonadisme
3. Berikut ini hormonal sex yang dapat menebalkan dinding uterus adalah....
A. FSH
B. prostalglandin
C. progresteron
D. relaksin
E. oksitosin
4. Jika tidak terjadi pembuahan pada sel telur (ovarium), maka korpus luteum akan
berdegenerasi menjadi korpus albikans. Korpus luteum yang tidak berfungsi akan
menyebabkan....
A. Kadar ekstrogen meningkat, sedangkan kadar progesteron menurun
B. Kadar ekstrogen menurun, sedangkan kadar progesteron meningkat
C. Kadar ekstrogen dan progesteron menurun
D. Kadar ekstrogen dan progesteron meningkat
E. Kadar ekstrogen berproliferasi membentuk progesteron primer
GA
KA
AK
UN
ND
NY
PE
GA
KA
AK
JE
UN
ND
NI
NY
IT
PE
N
JE
NI
IT
N
SS
Pendahuluan
Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit
terutama penyakit pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena
penyakit atau masalah pada organ reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan
menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi kita. Karena salah satu penyebab
penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi jamur ataupun
virus.
Radang genitalia interna adalah peradangan akibat mikroorganisme pada
vagina dalam. Akibatnya akan muncul gejala keputihan atau fluor albus.
Cairan kuning kental dan sangat banyak akan keluar dari vagina. Sekitar vagina akan
terasa panas, gatal, nyeri tekan. Vagina juga akan mengalami nyeri saat berhubungan,
nyeri saat berkemih, dan lain-lain.
Bila infeksi menyebar ke rahim dan saluran telur maka dapat terjadi demam
disertai gejala nyeri perut bagian bawah kanan/kiri dan disebut penyakit radang panggul
(pelvic inflamatory disease). Keluarnya cairan keputihan ini dapat terjadi karena
kelebihan hormon, infeksi kuman seperti n. gonorrhoeae, candida albicans, infeksi
protozoa atau trichomonas, dan lain-lain.
Peradangan biasanya terjadi pada organ-organ genitalia interna seperti pada:
Pertama, Uterus yaitu suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan genitalia interna uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan genitalia interna uteri.
Kedua, Genitalia interna uteri yaitu bagian terbawah uterus, terdiri dari pars
vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan
elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan
lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa
genitalia interna, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi genitalia interna
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa genitalia
interna menghasilkan lendir getah genitalia interna yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir genitalia interna dipengaruhi siklus haid.
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi penyakit dalam kandungan adalah sebagai
berikut :
1. Radang Genetalia Eksternal
2. Radang Genetalia internal
Uraian Materi
A. Radang Genetalia Eskterna
1. Bartolinitis
a) Pengertian
Glandula Bartholini adalah suatu kelenjar yang letaknya di seputar
bibir kemaluan (vulva) tepatnya di kiri dan kanan bawah dekat fossa
navikulare. Kelenjar Bartholini memiliki diameter lebih kurang 1 cm,
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil
panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus, kelenjar
bartholini mengeluarkan getah lendir.
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil
dari seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian
dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam
8. Ukurannya sebesar kacang dan tidak melebihi 1 cm, dan pada
pemeriksaan dalam keadaan normal tidak teraba. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa
berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin
yang memerah.
b) Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin
yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia,
gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut
kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.
d) Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan:
1) antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah
makan, selama sedikitnya 5-7 hari,
2) asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll),
diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga
kelenjar tersebut mengempis,
3) eritromisin 4 x 0,5 gram perhari selama 5-10 hari, suntikan 1.000.000
S Depot penisilin sehari selama 6-7 hari, atau jika ada alergi terhadap
penisilin dapat diberi chlorampenicol 1 gr intravena (i.v.) atau
intramuskuler (i.m.).
4) Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan
urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai
banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler. Jika
sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan
sayatan karena jika tidak akan menjadi kista.
2. Vaginitis
a) Pengertian
Radang pada vagina yeng disebabkan karena flora vagina telah
terganggu oleh adanya mikroorganisme patogen atau perubahan
lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme patogen
berkembang biak/berproliferasi. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit dan jamur.
b) Penyebab
1) Pada anak-anak disebabkan gonorea dan corpus allineum
2) Pada orang tua terjadi karena pertahanan terhadap infeksi pada vagina
menurun sehubungan dengan “aging process”
3) Vaginitis pada masa reproduksi sering terjadi pada martubasi, corpus
allineum (pressarium, obat atau alat kontrasepsi, kapas), dan
rangsangan termis.
c) Gejala
Gejala umum vaginitis adalah:
1) Pengeluaran keputihan berlebihan, dapat seperti nanah
2) Terasa panas dan gatal
3) Suhu badan dapat meningkat
4) Bagian luar terjadi pembengkakan
5) Pada vagina terdapat bintik merah, mudah berdarah
6) Terasa nyeri saat hubungan seks.
d) Penanganan
1) Memberikan konseling kepada klien
2) Informasikan tentang etiologi dan arah infeksi.
3) Hindari masukan alkohol selama perawatan dan selama 24 jam
setelah perawatan dilengkapi.
4) Jika sedang menyusui, hentikan selama perawatan dan selama
setidaknya 24 jam setelahnya.
5) Jika meminum regimen multiple dosis, minum seluruh obat,
walaupun gejalanya mereda.
6) Gunakan hanya pakaian dalam dari katun untuk mengurangi gejala.
7) Hindari baju ketat : baju longgar akan meningkatkan sirkulasi udara
untuk meringankan gejala.
8) Jangan cebok dengan menggunakan produk hygiene kewanitaan.
9) Jangan melakukan hubungan seksual sampai anda dan patner anda
menjalani perawatan dan tanpa gejala.
3. Vulvovaginitis
a) Pengertian
Vulvovaginitis berasal dari kata : Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada
vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina.
b) Penyebab
1) Infeksi
2) Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
3) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita
hamil dan pemakai antibiotik
4) Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
5) Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
6) Zat atau benda yang bersifat iritatif
7) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
8) Sabun cuci dan pelembut pakaian
9) Deodoran
10) Zat di dalam air mandi
11) Pembilas vagina
12) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak
menyerap keringat
13) Tinja
14) Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
15) Terapi penyinaran
c) Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah :
1) Keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika
jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal
dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.
Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan
sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan
keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
2) Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur
menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada
vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju.
3) Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan
wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena Trichomonas
vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau
keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.Gatal-gatalnya
sangat hebat.
4) Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa
disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau
endometrium.
5) Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual.
6) Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh
infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka
yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes
atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker
atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan
gatal-gatal di daerah vulva.
d) Pengobatan
1) Jika cairan yang keluar dari vagina normal, pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
2) Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan :
3) Antibiotic
4) anti-jamur
5) anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. \
6) Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina
dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh
dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan
resiko terjadinya peradangan panggul.
7) Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen
selama 7-10 hari. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga
diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga
mengurangi pertumbuhan bakteri.
8) Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi,
kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
9) Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit
maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
b) Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas
vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan
anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel
gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan
intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.Servicitis dapat disebabkan oleh
salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
1) Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40%
kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2) Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang
kurang umum dari cervicitis.
3) Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam
menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.
4) Sekunder terhadap kolpitis.
5) Tindakan intra dilatasi dll.
6) Alat-alat atau obat kontrasepsi.
7) Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin
c) Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus
atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks
dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa
gambaran patologis dapat ditemukan :
1) Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis
ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak
putih kekuningan.
2) Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah
kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio
disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
3) Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks
lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan
demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun,
cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah
banyak.
d) Klasifikasi
1) Cervicitis Akut.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang
diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada
infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh
Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks
memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent.
Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa
tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut.
Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema,
pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal.
Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara
seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis,
Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen
yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus
dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya
tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan
pembedahan.Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa
nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2) Cervicitis Kronis.
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-
luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-
kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran
patologis dapat ditemukan :
i. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma
endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
ii. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas
dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri
atas mucus bercampur nanah.
iii. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa
endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan
demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang
menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ;
secret mukopurulen bertambah pendek.
e) Gejala klinis
1) Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering
menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat
keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio
normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari
luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe
2) Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan
kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.
f) Faktro resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1) Usia
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok
h) Manifestasi klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna
putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus,
perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada
pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak.
Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah
sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi
dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
i) Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak
memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami
kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani
histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.
Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
j) Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan
program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus
kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini
melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke
nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa
respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10
hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
k) Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi
lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi
kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan
ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng
efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.
3) Endometriti
a) Pengertian
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang
umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis
didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. Derajat efeknya
terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan
permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau
merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik
primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah
Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
b) Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau
dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara
daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri
atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat
1) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka,
terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
2) Pada saat terjadi keguguran.
3) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
4) Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih
dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen
uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan,
mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva
dan dilatasi cervik.
5) Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada
sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella
melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis.
Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau
fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri.
Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan
meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital.
Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan
berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.
c) Gambaran klinik
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lochia
tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang
segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometriosis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis
yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam
kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang
terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
1) Miometritis (infeksi otot rahim)
2) Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3) Salpingitis (infeksi saluran telur)
4) Ooforitis (infeksi indung telur)
5) Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
6) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
4) Miometritis
a) Pengertian
Miometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah
infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti
endometritis.
b) Klasifikasi
1) Metritis akut
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan
metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi
radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan
dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-
kadang dapat terjadi abses.
2) Metritis Kronik
i) Abses pelvik
ii) Peritonitis
iii) Syok septic
iv) Dispareunia
v) Trombosis vena yang dalam
vi) Emboli pulmonal
vii) Infeksi pelvik yang menahun
viii) Penyumbatan tuba dan infertilitas
c) Faktor predisposisi
1) infeksi abortus dan partus
2) Penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim
3) Infeksi post curettage
d) Gejala gejala
1) Demam
2) Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
3) Sakit pinggan
4) Nyeri abdomen
5) Nyeri saat berhubungan seksual
6) Nyeri di daerah pelvis
7) Nyeri di punggung kaki (betis)
8) Gangguan kesuburan
9) Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)
e) Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
1) Parametritis (infeksi sekitar Rahim)
2) Salpingitis (infeksi saluran otot)
3) Ooforitis (infeksi indung telur)
4) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
5) Adnesitis
a) Pengertian
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa
adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan
ovarium.Istilah lain dari adnexitis antara lain: pelvic inflammatory
disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.
b) Penyebab
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan pre menstrual syndrome)
2) Menorrhagia
3) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
4) Nyeri saat berhubungan intim
5) Demam
6) Nyeri punggung
7) Keluhan saat buang air kecil
c) Gejala
Radang atau infeksi ini biasanya akibat infeksi yang menjalar ke
atas dari uterus, tetapi juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya. Diantara
sebab yang paling banyak adalah infeksi gonorrhea(kencing nanah) dan
Chlamidia, serta infeksi setelah aborsi dan masa nifas. Selain itu juga
sebagai akibat dari beberapa tindakan, seperti kerokan, laparotomi,
pemasangan IUD dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh
seperti appendiks.Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri,
dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba
falopii. 90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga
menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi
sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama
kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual,
tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur
kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).Penyebab lainnya yang lebih
jarang terjadi adalah:
1) Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2) Skistosomiasis (infeksi parasit)
3) Tuberkulosis.
4) Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
5)
d) Faktor resiko terjadinya PID
1) Aktivitas seksual pada masa remaja
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Pernah menderita PID
4) Pernah menderita penyakit menular seksual
5) Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
e) Terapi
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika.
Tergantung dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan
antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat oral selama 10-14
hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ
sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional (pemberian
antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubungan
seksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi pengobatan,
sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Pembedahan perlu dilakuan jika :
1) Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
2) Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
3) Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis
akuta dan adneksitis akuta
6) Parametritis
a) Pengertian
Peritonitis adalah peradangan dinding kavum abdomen atau
peritoneum.
b) Etiologi
Secara umum peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1) Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2) Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu, appendiks, buli-buli dan pankreas. Sebenarnya
peritoneum sangat kebal terhadap infeksi, jika pemaparan tidak
berlangsung terus-menerus, tidak akan terjadi peritonitis dan
peritoneum cenderung mengalami penyembuhan jika diobati.
3) Luka tusuk karena bakteri dari pisau atau benda tajam yang masuk ke
rongga abdomen.
4) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa terkumpul di
perut (asites) dan mengalami infeksi.
5) Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang
ditempatkan di dalam perut
6) Iritasi tanpa infeksi
Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk
bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan
peritonitis tanpa infeksi.
7) Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhoe dan
infeksi chlamidia).
c) Patofisiologi
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan
membran mengalami kebocoran. Respon umum terhadap kehilangan
cairan intravaskular ini digariskan dalam gambar l. Jika defisit cairan
tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan
kematian sel. Pelepasan berbagai mediator seperti interleukin, dapat
memulai kaskade respons hiperinflamatoris, sehingga membawa
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh
mencoba mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh
ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardia awalnya
meningkatkan curah jantung, tetapi ini segera gagal begitu terjadi
hipovolemia. Terjebaknya cairan di dalam cavum peritonealis dan lumen,
lebih lanjut meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha
pernafasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi
splanik.
Gejala sisa metabolik mencakup katabolisme otot untuk
menyediakan asam amino skeleton untuk sintesis energi dan protein fase
akut. Cadangan glikogen hati dengan cepat berkurang secara dini dalam
perjalanan peritonitis, dan terjadi resistensi insulin relatif. Bahkan dengan
pemberian protein dan kalori dari luar (eksogen), lingkungan hormonal
dapat mencegah penggunaan penuhnya untuk mendukung hospes.
Evaluasi
Ny. T, seorang ibu rumah tangga, datang ke poli kandungan dengan keluhan ada bengkak
di daerah kemaluan bagian bawah, ada leukore, panas dan nyeri waktu kencing. Dari
hasil anamnesa, suami bekerja sebagai driver bus antar-propinsi dan pulangnya 1
minggu sekali.
a.Vulvitis
b.Vaginitis
c.Cervixitis
d.Bartholinitis
e.Endometriosis
a.Sifilis
b.Gonore
c.Tuberkolose
d.Candidiasis
e.Trikomoniasis
a.Bartholinitis
b.Vaginitis
c.Cervixitis
d.Endometriosis
e.Miometritis
4.Tindakan yang sesuai dengan kewenangan bidan dalam menangani kasus yang
dialami Ny. T adalah …(B)
a.Bilas vagina
b.Memberikan antibiotik
c.Kompres betadin
d.Memberika AgNO3 10 %
e.Memberikan albothyl
a.PMS
b.Akut
c.Kronis
d.Herediter
e.PID
KEGIATAN BELAJAR 4
M
GG
KK
AA
NN
AA
NN
NN
AA
DD
NN
AA
AA
RR
EE
EE
EE
PP
PP
SS
M
II
Pendahuluan
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Rangkuman
Evaluasi
KEGIATAN BELAJAR 5
Onkologi
Pendahuluan
Campaian Pembelajaran
Uraian Meteri
KEGIATAN BELAJAR 6
ana
ang
pen
uks
Kel
rod
rep
sist
ain
em
ana
ang
pen
uks
Kel
rod
rep
nn
sist
da
da
pa
an
ain
ya
em
nn
da
da
pa
an
ya
nn
ii
Pendahuluan
Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi
kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum yang digunakan untuk tiga jenis
infeksi pada saluran reproduksi yaitu ISR endogen, ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan
prosedur medis dan terakhir PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan
yang telah terinfeksi.
Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi,
menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche
atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid yang sering terjadi diantaranya Dismenore,
Sindrom Premenstruasi, Hipermenorea (menoragia), Hipomenorea, Polimenorea, Oligomenorea dan
Amenorea.
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi respon orang tua terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1. Radang Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak
normal atau karena pengaruh hormona
2. Infertilitas
3. Penatalaksanaan kelainan sistem reproduksi meliputi
4. Penanganan masing-masing masalah dan gangguan reproduksi
Uraian Materi
A. Radang Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak normal atau karena
pengaruh hormon
1.Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi (gangguan haid) ialah gangguan yang terjadi baik pada jumlah
dan lama haid serta siklus haid. Gangguan ini bisa berupa siklus menstruasi yang tidak
teratur, darah haid yang terlalu sedikit atau banyak, dan atau bahkan sama sekali tidak haid.
Siklus haid yang normal bagi setiap wanita memang berbeda, jadi ada baiknya untuk
mencatat siklus bulanan secara rutin.
2.Penyebab
Haid normalnya berdurasi antara 7-14 hari dengan siklus 28-35 hari. Faktor penyebab
gangguan haid dapat beragam, mulai dari psikis (stress), gangguan hormon, kehamilan, berat
badan yang turun/naik drastis, penyakit yang menyertai seperti Polycystic ovary
syndrome (PCOS), dll
3.Klasifikasi Gangguan Menstruasi
Secara umum, terdapat tiga pembagian klasifikasi gangguan haid, yaitu kelainan jumlah
dan lama perdarahan haid, kelainan siklus haid, dan perdarahan di luar haid. Berikut
penjelasannya beserta penanganan setiap klasifikasi :
Berdasarkan Kelainan Jumlah dan Lama Perdarahan Haid
1.hipermenorrhea
Kondisi ini didefinisikan dengan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, yaitu
>80 mL darah dan/atau durasi yang bertambah lama (>7 hari) pada interval haid yang normal
Kondisi ini disebabkan oleh kondisi dalam uterus, misalnya mioma uteri dengan permukaan
endometrium, gangguan peluruhan endometrium, dan lainnya. Terapi pada kelainan ini ialah
dengan melakukan terapi pada penyebab utamanya. Pada kondisi ini, perlu dilakukan
pemeriksaan ginekologis dan pemeriksaan darah yang meliputi faktor koagulasi. Bila hasil
didapatkan normal, maka terapi dapat diberikan baik non-hormonal maupun hormonal.
Terapi hormonal yang digunakan ialah pil kontrasepsi kombinasi atau progesteron
selama 3 siklus haid. Sedangkan, terapi non-hormonal seperti asam traneksamat selama 3 bulan.
Apabila pada pemeriksaan lanjutan didapatkan penyebab organik seperti adanya mioma uteri,
hiperplasia endometrium, adenokarsinoma, adenomiosis, atau polip endometrium, maka
tatalaksana lanjutan diberikan di fasilitas tingkat lanjutan oleh dokter spesialis.
1. Pengobatan hipermenorrhea
1. Selain menurunkan atau menghentikan volume perdarahan yang cukup banyak dan mencegah
terjadinya anemia defisiensi besi, pengobatan menorrhagia juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup penderitanya.
2. Namun, apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius yang menyebabkan menorrhagia
atau kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, pengobatan tidak
diperlukan.
3. Ada dua cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui obat-obatan dan operasi. Obat-obatan
seringkali dijadikan pilihan utama, terutama jika pemeriksaan masih berjalan dan belum
menunjukkan hasil pasti mengenai penyebab menorrhagia. Dokter dapat memberikan obat jika
pasien tidak merasakan gejala apa pun yang mengarah pada kondisi serius.
4. Beberapa jenis obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani menorrhagia adalah:
5. Tablet asam traneksamat. Obat ini terbukti mampu menurunkan perdarahan hingga hampir 50%.
Asam traneksamat bekerja dengan cara membantu proses penggumpalan darah di dalam rahim.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah diare dan
6. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Selain dapat meredakan gejala nyeri, obat ini juga dapat
menurunkan produksi salah satu hormon yang berperan dalam terjadinya menorrhagia, yaitu
hormon prostaglandin. Contoh obat OAINS yang bisa digunakan adalah ibuprofen, naproxen, dan
asam mefenamat. Obat ini bisa menurunkan perdarahan hingga 20-50%. Efek samping yang
mungkin timbul dari penggunaan OAINS sama seperti asam traneksamat, yaitu diare dan
dispesia.
7. Pil kontrasepsi kombinasi. Pil yang mengandung hormon progestogen dan estrogen ini dapat
mencegah pelepasan sel telur di dalam rahim setiap bulannya. Selain mengobati menorrhagia,
obat ini juga dapat mengurangi nyeri haid dan mengatasi siklus menstruasi yang tidak teratur
sekitar 40%. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah retensi
cairan, mual, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati.
8. LNG-IUS (levonorgestrel-releasing intrauterine system). Ini merupakan sejenis alat kontrasepsi
yang mampu menurunkan perdarahan hingga 90%. LNG-IUS bekerja dengan cara memperlambat
pertumbuhan lapisan rahim. Alat plastik berukuran kecil ini digunakan dengan cara dimasukkan
ke dalam rahim. Di dalam rahim LNG-IUS kemudian akan melepaskan hormon progestogen
secara perlahan-lahan. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah
munculnya jerawat, nyeri atau rasa tidak nyaman di payudara, dan amenorea (terhentinya
menstruasi) selama masa penggunaan obat.
9. Progestogen suntik dan norethisterone Kinerja keduanya dalam mengobati menorrhagia sama
seperti LNG-IUS, yaitu memperlambat pertumbuhan dinding sel rahim. Efek samping yang biasa
muncul dari penggunaan progestogen suntik adalah kenaikan berat badan, tertundanya kehamilan
(biasanya hingga enam bulan sampai setahun setelah pengobatan dihentikan), sindrom prahaid
(nyeri payudara, retensi cairan, dan perut kembung). Sedangkan efek samping norethisterone oral
adalah nyeri payudara dan tumbuhnya jerawat.
10. Analog GnRH-a (gonadotropin releasing hormone analogue). Ini merupakan salah satu obat yang
efektif dalam mengurangi perdarahan saat menstruasi. Terapi agonis GnRH-a biasanya tidak
dilakukan secara rutin, namun lebih sekadar pengobatan sementara bagi pasien yang akan
menempuh jalan operasi untuk mengobati menorrhagia. Kadang-kadang, dalam kasus tumor jinak
di dalam rahim atau fibroid, hormon agonis GnRH-a dapat diberikan dalam bentuk suntik. Efek
samping yang mungkin ditimbulkan dari terapi ini adalah berkeringat, sensasi panas di tubuh (hot
flashes), dan vagina kering.
1. Oliogomenorrhea
Kelainan ini terjadi pada siklus haid dengan durasi melebihi 35 hari. Umumnya kasus ini dikarenakan
faktor hormonal dan tidak mengganggu fertilitas. Oligomenorea adalah suatu kondisi di mana Anda
memiliki periode menstruasi yang jarang terjadi dan tidak teratur. Kondisi ini terjadi pada wanita usia
subur. Pada umumnya, periode menstruasi biasanya terjadi dalam kisaran 21 hingga 35 hari.
Diagnosis berubah menjadi oligomenore setelah lebih dari 90 hari tanpa haid.
Penyebab Oligomenorea
1. Paling sering, kondisi ini merupakan efek samping dari penggunaan hormon kontrasepsi.
Beberapa wanita mengalami periode yang lebih ringan selama tiga hingga enam bulan setelah
2. Wanita muda yang berpartisipasi dalam olahraga atau melakukan olahraga berat dapat
mengembangkan kondisi ini.
3. Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, juga dapat menyebabkan kondisi ini.
4. Oligomenore biasa terjadi pada remaja perempuan dan wanita perimenopause karena kadar
hormon yang berfluktuasi.
5. Oligomenore juga dapat terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau masalah tiroid.
6. Ini juga umum terjadi pada wanita dengan kadar protein tinggi yang disebut prolaktin dalam
darah. Obat-obatan, seperti antipsikotik dan anti-epilepsi, dapat mengurangi menstruasi.
Gejala Oligomenorea
Segera konsultasikan diri pada dokter jika Anda menjalani lebih dari 35 hari tanpa menstruasi dan tidak
sedang menjalani pengobatan KB. Jika siklus Anda tiba-tiba berubah, segera hubungi
Pengobatan Oligomenorea
Oligomenorea bukan merupakan kondisi yang serius. Periode menstruasi dapat disesuaikan
menunjukkan masalah mendasar lainnya, seperti gangguan makan, yang perlu diobati atau wanita lain
mungkin perlu mengurangi berolahraga.Perlu berhati-hati apabila memiliki kurang dari empat siklus
menstruasi per tahun selama bertahun-tahun yang terjadi secara alami dan tanpa obat, seperti pil KB,
2. Amenorrhea
Kelainan ini terjadi ketika seseorang tidak haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenorrhea sendiri dibagi
menjadi dua, yaitu amenorrhea primer dan sekunder. Amnerrohea primer merupakan kondisi bila seorang
perempuan sampai dengan usia 18 tahun lebih tidak pernah haid. Hal ini dikaitkan dengan kelainan
kongenital dan genetik.
Amenorrhea sekunder merupakan kondisi dimana seseorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian
tidak mendapatkan haid, biasanya berkaitan dengan gangguan gizi, metabolisme, tumor, serta penyakit
infeksi.
Penyebab Amenore
Penyebab amenorrhea adalah disebabkan karena banyak hal. Beberapa hal di antaranya adalah:
4. Kelainan kromoson
5. Olahraga berlebihan
8. Pubertas terlambat
9. Gangguan pada indung telur (ovarium), seperti tumor ovarium, kegagalan fungsi indung telur
Jenis Amenore
1. Amenore primer
Amenore primer biasanya merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada wanita muda
yang tidak pernah mendapatkan periode menstruasi sama sekali (meskipun sudah berusia 16 tahun) dan
tidak hamil. Mereka yang mengalami amenore, organ internal reproduksinya tidak terbentuk dengan
normal.
Penyakit kelenjar hipofisis (pituitari) dan hipotaalamus (wilayah otak yang penting untuk kontrol
produksi hormon) juga dapat menyebabkan amenore primer karena daerah ini memainkan peran penting
dalam regulasi hormon indung telur.
Kondisi lain yang mungkin penyebab amenore primer adalah ketidakpekaan androgen (di mana individu
memiliki kromosom XY yang secara genetik laki-laki tetapi tidak menunjukkan karakteristik fisik laki-
laki karena kurangnya respons terhadap testosteron), hiperplasia adrenal kongenital, dan ovarium
polikistik syndrome (PCOS).
1. Amenore sekunder
Amenore sekunder adalah kondisi di mana penderita sebelumnya pernah menstruasi secara normal,
kemudian siklusnya terhenti. Kehamilan adalah penyebab utama dari amenorea jenis ini.
Sementara itu, amenore yang disebabkan karena masalah di hipotalamus, menyebabkan gangguan pada
pengaturan hormon yang nantinya memengaruhi kelenjar pituitari, yang selanjutnya mengirimkan sinyal
ke indung telur untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sehingga seorang wanita
mendapatkan menstruasi.
4. Penyakit kronis.
Gejala Amenore
Tanda utama amenore adalah tidak adanya periode menstruasi. Tergantung pada penyebab
amenore, Anda mungkin mengalami tanda-tanda atau gejala lain bersama dengan tidak adanya periode,
seperti:
2. Rambut rontok
3. Sakit kepala
4. Gangguan penglihatan
6. Nyeri panggul
7. Jerawat
Pengobatan Amenore
Pengobatan yang dilaksanakan tergantung penyebab amenore. Beberapa metode pengobatan yang
disarankan oleh dokter sesuai dengan penyebab amenore, misalnya:
1. Terapi sulih hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ ERT) yang membantu menstabilkan
hormon untuk memicu siklus haid, pada kondisi insufisiensi ovarium primer. ERT akan
menggantikan estrogen yang tidak dihasilkan oleh ovarium untuk mengatur siklus menstruasi
secara normal. Dokter juga akan memberikan progestin atau progesteron untuk mengurangi risiko
kanker rahim
2. Pengobatan pada wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS), penanganan akan
berfokus untuk mengurangi kadar hormon androgen
3. Pemakaian pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang memicu terjadinya siklus haid
4. Amenore yang disebabkan oleh faktor gaya hidup bisa ditangani dengan menjaga berat badan
tetap ideal, mengontrol stres, dan menetapkan jadwal olahraga yang tepat dan teratur
1. Metroragia
Pada kondisi ini, dokter akan bertanya secara lengkap mengenai riwayat penyakit yang meliputi riwayat
menstruasi dan riwayat gejala yang berhubungan kontrasepsi. Kemudian, pemeriksaan penunjang yang
diperlukan ialah urinalisis, tes kehamilan, pap smear, profil koagulasi, dan hematologi.
Setelah itu, dilihat apakah pola temporal haid bersifat reguler atau irreguler. Bila sifatnya reguler, maka
hal tersebut disebabkan oleh perdarahan ovular yang biasanya disebabkan oleh keadaan patologis di luar
uterus, misalnya adanya hematuria, vulva, vaginal, seriks, tuba, atau perdarahan rektal.
Bila sifat nya irreguler, penyebab utama disebabkan oleh keadaan patologis di dalam rahim, seperti
abortus imminens, abortus inkomplit, kehamilan ektopik, ataupun berkaitan dengan IUD. Selain itu,
dapat pula terjadi karena kelainan seperti polip, mioma, endometritis, serta keganasan baik dari serviks
atau uterus.
2. Menometroragia
Pada kondisi ini terdapat peningkatan perdarahan haid atau durasi perdarahan yang terjadi dengan
interval yang tidak teratur.
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis gangguan menstruasi, dokter akan menanyakan apakah ada gejala
yang sesuai dengan klasifikasi tadi. Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan
panggul untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya peradangan pada vagina maupun serviks. Dokter
mungkin juga akan melakukan pemeriksaan pap smear untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya kanker. Pemeriksaan lain yang mungkin saja dilakukan adalah USG, biopsi endometrium, atau
histeroskopi.
Penanganan
Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan menstruasi berbeda-beda. Dokter terlebih dahulu
menganalisa apa yang menjadi penyebab utama gangguan terjadi. Mungkin dokter akan memberikan
beberapa obat-obatan yang mengandung hormon apabila penyebab kondisi ini adalah ketidakseimbangan
hormon. Selain itu, penanganan yang dapat membantu gangguan menstruasi antara lain :
1. Menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen atau berendam air hangat. Hal ini dapat
mengurangi nyeri dan kram akibat haid.
2. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
3. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orgasme dapat mengurangi kram akibat haid.
4. Beberapa ahli mengatakan, mengatur pola makan sekitar 14 hari sebelum haid dapat membantu
dalam gangguan menstruasi. Disarankan penderita mengonsumsi gandum utuh, buah, dan sayuran
segar, serta menghindari lemak jenuh dan makanan cepat saji, membatasi konsumsi garam
(sodium), membatasi asupan kafein, gula, dan alkohol juga dapat bermanfaat.
5. Cegah dan atasi anemia.
2. Infertilitas
1.DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).Infertilitas
(kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan keturunan
(Elizbeth, 639).Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008, hal: 1).Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu
tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
2. BEBERAPA TANDA, PRIA ATAU WANITA MENGALAMI INFERTILITAS
1. Siklus menstruasi tidak teratur atau tidak terjadi siklus
Hal ini bisa diakibatkan oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari di otak bersama ovarium tidak sejalan
sehingga hormonnya tidak seimbang. Pada beberapa wanita yang mengalami predisposisi genetik atau
penyakit autoimun, menopause akan terjadi lebih cepat ketika mereka menginjak usia 20-an.
Periode yang berat disini dapat diakibatkan fibroid uterus (pertumbuhan non-kanker dari jaringan otot
rahim), sedangkan periode yang menyakitkan dapat berarti endometritis (peradangan lapisan
endometrium rahim) dan sebagainya.
3. Gangguan penglihatan
Jika penglihatan Anda terganggu, bisa jadi Anda memiliki prolaktinoma, atau tumor non-kanker di
kelenjar pituitari yang mengganggu hormon FSH (hormon penghasil sel telur).
Kelenjar pituitari tepat berada di optik siasma, yang mana prolaktinoma bisa menekan sel penghasil FSH
yang berdampak ke penglihatan. Jika dokter menemukan kadar prolaktin Anda tinggi maka akan
dianjurkan melakukan tes MRI. Jika tumor masih kecil, bisa dilakukan pengobatan, tapi jika sudah besar
harus dilakukan operasi dan setelahnya siklus menstruasi Anda akan kembali teratur.
Misalnya tumbuh di area wajah atau anggota tubuh lainnya maka Anda bisa saja mengalami polycystic
ovary syndrome (PCOS), kelainan hormon yang mengganggu komunikasi antara otak dan ovarium.
Gejala lainnya dari PCOS yaitu siklus tidak teratur, naiknya berat badan atau munculnya jerawat.
Pria yang kehilangan libido, memiliki masalah ereksi. Bahkan ketika ejakulasi, merasa sakit, bengkak
atau ada benjolan di testis maka kemungkinan dia mengalami masalah kesuburan.
Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil biasanya sulit untuk hamil. Begitu pula
wanita yang terlalu kurus.
Latihan berlebih atau atletis juga bisa mengalami siklus tidak teratur yang berdampak infertilitas.
Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi Anda untuk mendapatkan berat badan ideal.
Jika sakit saat berhubungan, lubrikasi bisa membantu. Tapi jika vagina yang kering, biasanya diakibatkan
berkurangnya estrogen bisa jadi Anda menuju menopause yang menghalangi untuk hamil.
Rambut menipis atau rontok dapat disebabkan Anda mengalami gangguan fungsi tiroid yang berdampak
pada ovulasi. Gejala lainnya yaitu kecemasan, kehilangan berat badan, denyut jantung yang cepat dan
kelelahan.
9. Kekurangan vitamin D
Meskipun penelitian mengenai seseorang yang kekurangan vitamin D berhubungan dengan infertilitas
masih sedikit, namun hal ini patut dipertimbangkan. Jadi sebaiknya, konsultasikan dengan dokter apakah
Anda memerlukan suplemen.
Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Faktor-faktor
penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia
pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang,
riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus. Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai
alkohol, merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas.
2. Pemeriksaan fisik
Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index (BMI)) dihitung dari tinggi dan berat badan
(kg/m2) – kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat
memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin . Wanita dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan diagnosis
SOPK. Pada umumnya wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa
resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik.. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal
sebaiknya diamati. 4 4 Universitas Sumat.
3. Penilaian ovulasi
Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan karena hal tersebut akan menghasilkan laju
kehamilan kumulatif yang menyerupai laju kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah
penting untuk memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3). Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan
serangkaian pemindaian ultrasound dan pengukuran konsentrasi serum 4,5 Universitas Sumatera Utara
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada fase folikular dan progesteron
pada fase luteal.
Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi informasi tentang interaksi antara
sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit”
dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks
dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop. UPS dikatakan
positif, bila ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat
memberikan gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks
terhadap sperma.2
Laparoskopi Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi tuba falopi.
Laparoskopi memberikan gambaran panoramik terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran
dari permukaan uterus, ovarium, tuba, dan peritoneum. Oleh karenanya, laparoskopi dapat
mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan (aglutinasi fimbria, fimosis), adhesi pelvis atau
adneksa, serta endometriosis yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG.
Langkah Pertama:
Langkah Pertama: Back To Basic Seperti telah disebutkan bahwa terdapat beragam etiologi infertilitas,
sehingga dengan sendirinya pemahaman patofisiologi menjadi beragam serta pemeriksaan yang dibutuhkan
menjadi bertambah. Walaupun demikian, secara praktis fokus penatalaksanaan dapat diarahkan pada
beberapa hal agar lebih efektif dan efisien. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pahami proses terjadinya kehamilan secara benar Pemahaman yang cukup pada dasar-dasar terjadinya
kehamilan secara alami. Seperti diketahui agar terjadi kehamilan dibutuhkan: sperma yang memenuhi
syarat, kavum uteri normal, tuba paten, dan ovulasi yang konsisten. Pengalaman klinis menunjukkan hal-hal
tersebut dirasakan cukup untuk memperkirakan faktor mana yang merupakan penyebab kelainan infertilitas.
2. Pemeriksaan dasar fokus pada hal-hal berikut:1,7 a. Adanya gangguan ovulasi yang biasanya ditandai
dengan oligo atau amenore b. Dugaan gangguan patensi tuba, kelainan anatomis uterus, dan atau
endometriosis. c. Terdapat dugaan penyebab faktor pria.
3. Manfaatkan hari-hari tertentu pada siklus menstruasi secara efisien.
Proses diagnostik infertilitas dimulai dari anamnesis. Anamnesis infertilitas memerlukan waktu yang cukup
agar tergali beberapa aspek penting yang mungkin menjadi etiologi. Selain itu dengan waktu yang cukup
juga memungkinkan memberikan konseling pada pasangan. Informasi yang cukup diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan pasangan untuk menjalani penatalaksanaan infertilitas menjadi lebih optimal.
Langkah Kedua: Pilih Pemeriksaan Spesifik yang Efisien Bila telah didapatkan perkiraan kondisi patologi
yang ada, maka langkah berikutnya adalah memilih pemeriksaan lanjutan yang sesuai. Pada tahap ini dapat
timbul masalah mengingat banyaknya modalitas pemeriksaan yang tersedia. Walaupun demikian terdapat
berbagai basis bukti (evidence) yang dapat digunakan sebagai dasar memilih pemeriksaan yang paling
efisien.
Langkah Ketiga: Analisis Komprehensif Semua Data yang Terkumpul Setelah hasil-hasil
pemeriksaan terkumpul, maka dilakukan analisis komprehensif. Tergantung dari kesimpulan yang
didapat, penatalaksanaan dapat berupa induksi ovulasi pada anovulasi, koreksi kelainan anatomik
pada uterus maupun tuba, koreksi kelainan yang dapat diubah (modifiable) pada kelainan sperma,
aplikasi teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology).
Langkah Keempat: Ketahui Saat Merujuk yang Tepat Mengetahui saat yang tepat merujuk
pasangan dapat membantu meningkatkan keberhasilan penanganan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
tidak semua tempat pelayanan kesehatan reproduksi memiliki sarana yang memadai untuk
menangani infertilitas hingga tahap teknologi reproduksi berbantu. Walaupun demikian, hampir di
tiap propinsi talah berdiri pusat-pusat pelayanan tersebut sehingga yang harus dioptimalkan adalah
kemitraan dengan sejawat yang bertugas di daerah. Beberapa tindakan seperti investigasi dasar,
induksi ovulasi sederhana, bahkan inseminasi intrauterin memungkinkan untuk dilakukan di tempat
praktik. Beberapa jenis kasus yang membutuhkan rujukan segera antara lain azoospermia, obstruksi
tuba bilateral, periode infertilitas yang terlalu lama dan usia wanita 23-39 tahun.11 Dari pemaparan
ini dapat disimpulkan bahwa mempersingkat time to pregnancy pada penanganan infertilitas
tergantung pada pemilihan waktu dan jenis pemeriksaan yang tepat, mengidentifikasi kemampuan
penanganan oleh klinisi, dan melakukan proses rujukan yang optimal. Diharapkan dengan
pemahaman ini, tidak hanya keberhasilan proses reproduksi yang menjadi tujuan namun juga
kualitas individu yang dihasilkan melalui penatalaksanaan ini.
Pencegahan
Primer
Lesi Prakanker
Pencegahan
Sekunder
Kalposkopi
Kanker Serviks
Terapi
a. Skrining
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini, tujuannya adalah untuk
menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat ini terdapat beberapa cara alternatif
untuk skrining kanker serviks yaitu :
1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan untuk
pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun, kalposkopi jarang
digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk membuat foto
pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 – 5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk
mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS dan kanker
serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative yang mudah
untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode IVA mudah, praktis, alat yang
digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini
sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan
IVA, awalnya dengan menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%.
Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto white epithelium,
maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test adalah IVA positif sehingga dapat
ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi.
Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya, kepraktisan, kemudahan dan
dari tersedianya sarana. Perbandingan dari kualitas metode skrining dapat dilihat pada tabel.
IVA + + + +
Servikografi +/- + - -
Dari berbagai metode alternatif untuk skrining kanker serviks, metode pemeriksaan yang
paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan papaniculou
smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur
hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah wanita berusia 40 tahun. World Health
Organization (WHO) menyarankan skrining pap smear minimal satu kali selama hidup pada umur
35 – 40 tahun. Apabila fasilitas terbatas, skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun,
fasilitas tersedia mencukupi setiap 5 tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap 3
tahun pada umur 25 – 60 tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan berupa cost and
effectiveness.
Manfaat skrining di Negara maju terbukti mampu menurunkan angka kematian akibat
kanker serviks 50% sampai 60% dalam kurun waktu 20 tahun. Sayangnya, program skrining di
Indonesia masih belum memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kanker di
arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan fasilitas kesehatan dan menurunkan angka
kesakitan serta kematian akibat kanker.
b. Pap Smear
1) Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan hormon dengan
memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati tingginya sel – sel abnormal pada
sediaan dari pasien dengan kanker serviks. Penemuan ini merupakan awal dari digunakannya
pap smear untuk skrining kanker serviks, penggunaan papsmear untuk skrining secara masal
baru dimulai pada tahun 1949di British Columbia dan kemudian secara luas digunakan di
Amerika Serikat pada tahun 1950. Sedangkan di Indonesia, perkembangan pap smear di mulai
pada tahun 1970 dan dipopulerkan di beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta
,Bandung, Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Denpasar, Ujungpandang dan Manado.
2) Test Pap Smear
Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas adanya keluhan
pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan dalam terlihat perubahan
bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak teratur serta sangat rapuh sifatnya. Pada
stadium dini gambaran semacam ini belum nampak, sehingga diperlukan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan yang sederhana, aman namun memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap
smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks untuk
menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan dalam
penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang paling sederhana,
praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat, tidak sakit dan tidak merusak
jaringan serta mudah diulang jika diperlukan. Cara untuk pemeriksaan lendir serviks yang
diambil dengan menggunakan spatula (gabungan spatula dan sikat kecil) yang dinamakan
cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel abnormal di leher
rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan pap smear terbukti
dapat menurunkan mortalitas kanker serviks. Adapun prinsip dasar pap smear antara lain :
a) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel bawah
b) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga. Sel yang berasal
dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel – sel yang abnormal dapat
terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear adalah dengan
melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan pemeriksaan test pap smear. Adapun
anjuran untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau pernah menderita
infeksi HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB
d) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut –
turut menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan yang telah menjalani histerektomi
bukan karena kanker
e) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks
3) Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a) Formulir konsultasi sitologi
b) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
d) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
e) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4) Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya diambil getah lendir di mulut
rahim menggunakan alat (spatula) yang tidak merusak. Getah lendir dioleskan pada kaca objek
dan sudah diwarnai akan diperiksa dibawah mikroskop. Gambaran sel yang terdapat dalam getah
lendir tersebut dapat menunjukkan apakah sudah terkena penyakit keganasan ini pada stadium
ini. Untuk memastikan diagnosa harus dilakukan biopsi jaringan mukosa dinding rahim dan
selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan sangat tergantung pada stadium
penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium sampai harus dilakukan operasi pengangkatan
rahim.
5) Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa adanya gejala, namun
sebagian dikenali dengan adanya keluhan berupa keputihan untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan ulang pap smear 6 bulan kemudian untuk melihat dan mengevaluasi apakah
radang di mulut rahim sudah sembuh. Selang infeksi servisitis, hasil pap smear dapat juga
trikomoniasis dan kandidasi yang disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan
keluhan yang sama yaitu keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.
b) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas, maka diperlukan
pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk memastikan dilanjutkan dengan
pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila ASCUS disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko
maka dilakukan kalposkopi biopsi untuk histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan,
dilakukan test HPV. Apabila HPV negative atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif
pada lesi resiko tinggi maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.
c) Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi Intraepitelial dan Sel bersisik (esqiuamous intrae pithelial
lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yangdiperoleh dari pap smear mungkin
sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain
dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan
menjadi kanker lebih cepat dilakukan tes diagnostik.
d) Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas sehingga penyembuhannya menjadi sulit.
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari
lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita
menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10
setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin
tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada
usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara
sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat
perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan
melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :
Tahap 1
Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di
depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping
badan.
o
Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi
kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
o
Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke
kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
o
Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul
dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.
2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.
Tahap 1. Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut
Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk
menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala.
Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda
untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda dengan
menggunakan Vertical Strip dan Circular.
o
Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian
atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah
bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian
putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan
ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian
bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling
payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga
putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan
dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
o
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba
benjolan abnormal atau tidak.
KEGIATAN BELAJAR 7
NIT
AM
WA
UK
OD
GU
NG
GA
ON
AN
GA
OL
RE
DA
NIT
PR
TE
RT
AM
SY
RT
PE
PE
WA
PA
UK
OD
GU
NG
GA
ON
AN
GA
OL
RE
DA
PR
TE
RT
SI
SY
RT
PE
PE
PA
AA
SI
Pendahuluan
Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama penyakit
pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena penyakit atau masalah pada organ
reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi
kita. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi
jamur ataupun virus.
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 8
KK
AA
YY
NN
EE
PP
SS
II
NN
EE
JJ
SS
II
NN
EE
JJ
Pendahuluan
Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama penyakit
pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena penyakit atau masalah pada organ
reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi
kita. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi
jamur ataupun virus.
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan
belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang.
Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental.
Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar,
tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu
mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan.
Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan
penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu
masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami
sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa
perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini dan
mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.
Capaian Pembelajaran
A.Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk dan mengerti jenis penyakit
menular seksual dan peyakit imonologi dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep, sikap dan keterampilan
B.Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
5. Menjelaskan jenis jenis penyakit menular seksual
6. Menjelaskan penyakit imunologi
Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi jenis penyakit menular seksual dan penyakit imunologi dalah
sebagai berikut :
5. Jenis jenis penyakit menular seksual
6. Menjelaskan penyakit imunologi
Uraian Materi
b. Penyebab
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella Zoster, yakni virus yang juga
menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah
mengalami cacar air.Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus Varicella Zoster
menjadi tidak aktif, namun bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun. Virus selanjutnya
dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.Belum dapat dipastikan
apa yang menyebabkan virus Varicella Zoster aktif kembali, karena tidak semua yang
pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster. Beberapa kondisi yang diduga
dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah:
1) Berusia di atas 50 tahun. Diketahu bahwa risiko mengalami herpes zoster akan
semakin besar seiring pertambahan usia.
2) Memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita AIDS, pasca
operasi transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid
dalam jangka waktu lama.
c. Tanda gejala
Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air pada kulit, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
2) Bintil tersebut hanya setempat.
3) Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
4) Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
5) Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan.
6) Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.
Bintil tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan, yang semakin parah bila
tersentuh. Rasa nyeri ini sebenarnya sudah timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul, dan
masih akan terus terasa bahkan setelah bintil sudah hilang.Selain bintil dan nyeri, gejala
lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah:
1) Demam
2) Sakit kepala
3) Lemas
4) Silau terhadap cahaya
d. Pencegahan
Cara untuk mengurangi risiko timbulnya herpes zoster adalah pemberian vaksinasi.
Vaksinasi disarankan bagi orang yang berusia di atas 50 tahun. Vaksin juga dapat
diberikan pada orang yang pernah menderita herpes zoster, untuk mencegah kekambuhan.
Walau tidak dapat mencegah herpes zoster sepenuhnya, vaksinasi setidaknya bisa
mengurangi keparahan gejala penyakit ini dan mempercepat waktu penyembuhan.Seperti
yang telah diterangkan sebelumnya, herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit
cacar air, sehingga penyakit herpes zoster tidak dapat ditularkan. Namun, penderita dapat
menjadi sumber penyebaran virus Varicella Zoster yang dapat mengakibatkan orang lain
terkena cacar air. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan agar Anda tidak
menularkan virus ini kepada orang lain:
1) Menutup luka lepuh agar cairan pada lepuh tidak mengontaminasi benda-benda yang
dapat menjadi perantara penularan.
2) Tidak menggaruk luka lepuh.
3) Menghindari kontak langsung dengan wanita hamil yang belum pernah mengalami
cacar air, bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi prematur, serta orang dengan
kekebalan tubuh yang lemah.
4) Sering mencuci tangan.
e. Penanganan
Episode herpes zoster biasanya diri terbatas dan menyelesaikan tanpa intervensi.
Namun, pengobatan yang efektif memang ada dan dapat mengurangi cakupan dan durasi
gejala, dan mungkin risiko kronis gejala sisa (yaitu, postherpetic neuralgia) juga.
Pengobatan adalah manfaat yang paling dalam populasi pasien pada risiko gejala lama
atau berat, khusus, orang immunocompromised dan orang tua dari 50 tahun.
Manfaat merawat populasi yang lebih muda dan sehat tidak jelas.
Zoster tanpa komplikasi tidak membutuhkan rawat inap. Pasien berisiko tinggi untuk
disebarluaskan zoster dapat mengambil manfaat dari intravena (IV) asiklovir. Pasien
dengan zoster diseminata biasanya membutuhkan untuk bisa masuk ke IV asiklovir. Rawat
inap juga dianjurkan bagi setiap pasien menunjukkan penyakit diseminata atau tetes mata
atau keterlibatan meningoencephalopathic.
Penanganan Nyeri untuk Herpes zoster akut
Sebagian besar pasien dengan herpes zoster mengalami rasa sakit akut. Perawatan utama
untuk nyeri zoster terkait akut termasuk analgesik narkotik dan non-narkotika (baik
sistemik dan topikal), agen neuroactive, dan agen antikonvulsan. Sementara kemanjuran
perawatan ini untuk nyeri neuropatik umum telah mapan, hanya beberapa modalitas telah
dievaluasi khusus untuk zoster akut terkait nyeri pada studi terkontrol.
Para oksikodon narkotika oral dan antikonvulsan gabapentin lisan, serta aspirin analgesik
topikal dan lidokain, semua telah menunjukkan kemampuan untuk mengurangi akut zoster
terkait nyeri pada double-blind, placebo-controlled studi. Di sisi lain, pregabalin
anticonvulsant lisan gagal untuk menunjukkan pengaruh signifikan secara statistik
kesakitan zoster menghilangkan akut dalam studi double-blind kecil, terkontrol plasebo.
Meskipun, perlu dicatat obat ini telah terbukti ampuh mengobati rasa sakit dari neuralgia
postherpetic dalam studi terkontrol lainnya.
2. Clamidia
a. Pengertian
Chlamydia merupakan jenis penyakit menular seksual yang ditularkan melalui
hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Kaum wanita yang berusia muda umumnya
yang paling sering mengidap chlamydia, namun baik pria maupun wanita segala usia pun
bisa terkena chlamydia.Penyakit chlamydia dapat menyebar dan menimbulkan gangguan
kesehatan jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi chlamydia pada pria:
1) Epididimitis, yaitu peradangan yang terjadi pada epididimis yang merupakan bagian
dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk sperma dari testikel. Penyakit ini
memiliki gejala membengkaknya epididimis dan menimbulkan rasa nyeri. Jika tidak
segera ditangani, infeksi bisa menyebabkan munculnya cairan atau bahkan nanah, dan
jika sudah parah bisa menyebabkan kemandulan.
2) Reactive arthritis, yaitu peradangan yang terjadi pada persendian dan lebih banyak
menimpa pria dibandingkan wanita. Obat pereda nyeri antiinflamasi non-steroid,
seperti ibuprofen, bisa untuk mengendalikan gejala reactive arthritis. Biasanya gejala
akan membaik dalam waktu 3 bulan hingga setahun, namun kondisi ini bisa kembali
lagi.
3) Uretritis, yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pembuangan urine atau uretra.
Kondisi ini biasanya memiliki gejala seperti sering dan tidak mampu menahan buang
air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau ujung Mr P mengalami
iritasi dan terasa sakit, dan ujung Mr P mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Sedangkan komplikasi chlamydia pada wanita adalah:
1) Servisitis, yaitu peradangan yang terjadi pada leher rahim atau serviks. Beberapa
gejala cervicitis yang dapat terjadi adalah perut bagian bawah terasa nyeri, sakit saat
berhubungan seksual, pendarahan yang terjadi saat atau usai berhubungan seksual, dan
pendarahan di antara masa menstruasi.
2) Penyakit radang panggul, yaitu infeksi yang terjadi pada ovarium, rahim dan tuba
fallopi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik
atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. Penyakit ini bisa menyebabkan
panggul terasa sakit secara terus-menerus dan kemandulan.
3) Bartholinitis atau membengkaknya kelenjar Bartholin yang memproduksi cairan
pelumas pada wanita saat berhubungan seksual. Kista kelenjar Bartholin dapat terjadi
jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi, serta bisa menyebabkan abses yang
terasa sakit saat disentuh, perih, berwarna merah dan bisa menyebabkan demam. Obat
antibiotik harus digunakan untuk mengatasi abses yang terinfeksi.
4) Salpingitis, yaitu peradangan yang terjadi pada tuba fallopi yang menyebabkan sel
telur dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pengidapnya sulit hamil.
Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim akan meningkat,
walau tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.
b. Penyebab
Clamydia disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Penularan chlamydia
bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu,
chlamydia juga bisa menular melalui mainan seks yang tidak dilapisi dengan kondom baru
atau dicuci bersih setelah digunakan.Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin
penderitanya bisa menularkan bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau
penetrasi. Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat
meningkatkan risiko terjangkit chlamydia. Chlamydia tidak akan menular melalui
beberapa hal berikut ini:
1) Pelukan.
2) Dudukan toilet.
3) Handuk.
4) Peralatan makan.
5) Ciuman.
6) Kolam renang.
7) Kamar mandi.
Pada ibu hamil, bisa menularkan chlamydia pada bayi yang dilahirkannya dan
menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan
konjungtivitis serta radang paru-paru. Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan
atau pada saat awal kehamilan, pastikan kamu tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika
positif, obati secepat mungkin.
e. Penanganan
Chlamydia dapat diatasi dengan mengonsumsi kombinasi obat antibiotik yang
diresepkan oleh dokter, yaitu:
1) Ofloxacin.
2) Doxycycline.
3) Erythromycin.
4) Azithromycin.
5) Amoxicillin.
3. Gonorrhoe
a. Pengertian
Gonore disebut juga dengan kencing nanah. Gonore adalah suatu penyakit menular
seksual yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria Gonorrhoeae atau
Gonococcus. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari
orang yang terinfeksi. Bakteri penyakit ini berbahaya karena dapat menyerang bagian
dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
Gonore menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal, mainan seks yang
terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap digunakan, dan berhubungan
seks tanpa menggunakan kondom.
b. Penyebab
Kondisi ini biasanya tidak akan langsung menunjukkan gejala langsung saat
pertama kali terinfeksi. Gejala biasanya muncul sekitar 10-20 hari setelah infeksi. Ketika
gejala mulai muncul, Anda lebih baik mendapatkan pengobatan sesegera mungkin. Jika
tidak diobati, gonore dapat menyebabkan ruam, demam, dan akhirnya nyeri sendi.
Bahkan ada yang mengidap kondisi ini, etapi tanpa menunjukkan gejala-gejala yang ada
dan biasanya disebut nonsymptomatic carrier alias pembawa non gejala. Terdapat dua
gejala berbeda pada perempuan dan laki-laki.Gejalanya pada laki-laki Sebagian besar laki-
laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah mengidap gonore, karena
beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan gejalanya.
Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa panas atau
terbakar ketika buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:
1) Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
2) Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau
kehijau-hijauan)
3) Bengkak dan kemerahan pada bukaan atau kulup penis
4) Bengkak atau nyeri pada testis
5) Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama beberapa
hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh,
khususnya urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.
Gejalanya pada perempuan
Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini, sebab gejala yang muncul
ada kemiripan dengan infeksi lain. Gejala penyakit seksual menular pada perempuan ini
awalnya tidak terbentuk dengan jelas, seperti infeksi jamur vagina pada umumnya,
sehingga beberapa perempuan salah menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah
beberapa gejala yang muncul pada perempuan:
1) Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit kehijauan)
2) Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
3) Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
4) Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak sedang menstruasi
5) Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6) Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri panggul
7) Bengkak pada vulva
8) Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan oral seks)
Pada anak-anak yang lahir dengan gonore, gejala biasanya muncul pada mata.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
d. Pencegahan
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini tertarik pada
selaput lendir dari tubuh Anda atau pada daerah hangat dan lembap di saluran reproduksi
Anda, seperti leher rahim, saluran rahim, dan saluran tuba pada wanita, dan di uretra pada
wanita dan laki-laki. Dalam lingkungan ini, bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak.
Bakteri Neisseria gonorrhea penyebab kencing nanah ini sering tertular dari satu orang ke
orang lain selama kontak seksual, termasuk pada hubungan oral, anal, atau vagina.
e. Penanganan
Gonore bisa diobati dengan menggunakan antibiotik oral atau injeksi. Jika Anda
memiliki kondisi ini pasangan Anda juga harus diobati pada saat yang sama untuk
menghindari infeksi dan penyebaran penyakit lebih lanjut. Bahkan jika Anda merasa lebih
baik, Anda masih perlu mengikuti instruksi dan menggunakan semua antibiotik
pasien.Bila pasien dan pasangan terbukti mengidap gonore, penting bagi pasien untuk
hanya menggunakan obat-obatan Anda sendiri. Obat setiap orang diresepkan berdasarkan
kebutuhan mereka sendiri.
Jika pasien menggunakan obat orang lain, ini bisa membuat infeksi lebih sulit
untuk diobati. Jika kondisi Anda tidak menjadi lebih baik dengan antibiotik, dokter
mungkin akan memberikan suntikan antibiotik yang lebih kuat atau kombinasi antibiotik.
Setelah itu, Anda perlu melakukan beberapa tindak lanjut untuk memantau kemajuan
pasien.
Jika bayi pasien lahir saat Anda mengalami gonore, bayi Anda harus menerima
obat segera setelah lahir untuk mencegah infeksi. Gonore mempengaruhi anak-anak pada
bagian mata mereka lebih dahulu. Jika infeksi mata terjadi, mereka dapat diobati dengan
antibiotik.
Berikut beberapa macam obat kencing nanah berupa antibiotik yang digunakan
untuk menyembuhkan gonore.
1) Ceftriaxone (rocephin), adalah obat Antibiotik ini digunakan secara bersamaan dengan
azithromycin untuk menghambat pertumbuhan dinding sel bakteri yang sudah mencapai
darah.
2) Azithromycin (zithromax, zmax) adalah antibiotik yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri
3) Cefixime dan sefalosporin adalah antibiotik ini digunakan sebagai pengganti bila ceftriaxone
tidak tersedia. Obat ini menghambat sintesis dinding sel bakteri dan digunakan bersamaan
dengan azithromycin. Keduanya digunakan bila pasien tidak memiliki komplikasi.
4) Doxycycline adalah obat antibiotik ini menghambat sintesis protein yang dapat memicu
pertumbuhan bakteri. Doxycycline digunakan selama 10 sampai 14 hari dengan dosis 100 mg
sebagai tambahan dosis tunggal ceftriaxone untuk mengobati radang panggul (PID).
5) Erythromycin adalah obat salep tetes antibiotik yang direkomendasikan untuk digunakan pada
bayi yang baru lahir untuk mencegah penyakit konjungtivitis (radang konjungtiva mata).
4. Syphilis
a. Pengertian
Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) atau biasa disebut raja
singa sebagai nama lainnya. Tanpa penanganan, maka sifilis bisa memberikan komplikasi
yang serius. Jika penanganan terhadap sifilis tepat, maka mengobati sifilis untuk sembuh
total akan mudah.
b. Penyebab
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang biasanya banyak
ditularkan melalui kontak seksual. Bakteri akan masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil
atau selaput lendir. Sifilis menular selama tahap primer dan sekunder. Penyakit ini jarang
disebabkan oleh kontak dekat seperti melalui ciuman dan bayi dalam masa kehamilan
ataupun setelah lahir. Sifilis juga tidak dapat ditularkan melalui penggunaan toilet yang
sama, bak mandi, pakaian, peralatan makan, dan kolam renang atau jacuzzi. Setelah
sembuh dari sifilis, Anda tidak akan mengalami kekambuhan. Akan tetapi, Anda dapat
kembali terkena sifilis jika terinfeksi melalui kontak seksual dengan orang yang
terinfeksi..
c. Tanda dan gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh sifilis biasanya tidak selalu jelas bahkan dapat hilang.
Beberapa gejala-gejala sifilis, diantaranya:
1) Ruam merah bernoda yang terdapat di telapak tangan ataupun telapak kaki
2) Bercak putih yang terdapat di mulut
3) Terdapat luka kecil atau bisul yang tidak terasa sakit, biasanya terdapat di penis,
vagina, atau sekitar anus, juga dapat timbul di tempat lain seperti mulut
4) Kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, demam, dan pembengkakan kelenjar di bagian
leher, selangkangan, atau ketiak
5) Pertumbuhan kulit kecil seperti kutil kelamin yang berkembang di vulva pada wanita
atau sekitar anus
d. Pencegahan
sifilis dapat dicegah dengan melakukan aktivitas seksual yang aman, gunakan
kondom pada saat berhubungan seksual. Selain itu, terdapat hal lain yang dapat dilakukan,
seperti:
1) Hindari berbagi mainan seks yang pernah dipakai dengan orang lain
2) Melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual dan bicarakan dengan pasangan
mengenai hasilnya
3) Gunakan kondom selama melakukan seks oral
e. Penanganan
Sifilis dapat diobati dengan beberapa cara, seperti:
1) Obat-obatan antibiotik yang dapat diberikan oleh dokter. Sifilis yang berlangsung <2
tahun biasanya diobati dengan suntikan penisilin atau tablet antibiotik selama 10-14
hari jika tidak menggunakan penisilin. Sedangkan untuk sifilis ≥ 2 tahun atau yang
mengenai otak dapat diterapi dengan suntikan penisilin atau menggunakan antibiotik
selama 28 hari jika tidak dengan suntik penisilin.
2) Menghindari semua aktivitas seksual selama terapi setidaknya 2 minggu setelah
selesai terapi karena dapat terinfeksi kembali atau menularkan kepada orang lain.
3) Mengobati pasangan seksual yang terinfeksi sifilis
4) Obati sifilis selama masa kehamilan
2. Penanganan khusus
Rangkuman
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas
terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam
tubuh.Zat asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem imun terbagi
dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun Nonspesifik (Sistem
imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun Spesifik (Sistem imun
yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua dan juga berfungsi terhadap
serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang sama. Masing-masing dari
sistem imun mempunyai komponen seluler dan komponen humoral, walaupun
demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan
fungsinya untuk mempertahankan tubuh.
Evaluasi
KEGIATAN BELAJAR 9
KAS
OGI
RUJ
GIN
KAS
OGI
RUJ
UK
GIN
OL
EK
AN
SIS
TE
US
UK
SIS
OL
EK
AN
M
TE
US
Pendahuluan
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil maupun bersalin masih merupakan masalah besar di
negara yang berkembang. Kematian dan kesakitan ibu serta janin lebih sering disebabkan karena
kegawatdaruratan obstetri dan ginekologi. Kasus kegawatdaruratan ini kalau tidak segera ditangani
secara cepat dan tepat akan mengakibatkan kematian ibu dan atau janin. Kegawatdaruratan obstetri dan
ginekologi masih berhadapan dengan fenomenal tiga terlambat yaitu, terlambat mengenali dan
memutuskan untuk meujuk, terlambat dalam mencapai tempat rujukan dan terlambat memperoleh
penanganan yang cepat ,tepat, dan adekuat di tempat rujukan.
Dalam rangka menurunkan kejadian tersebut di atas, maka pemerintah mengupayakan
peningkatan kemampuan bidan dalam menjalankan praktik yang sesuai dengan stándar profesi dan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan prinsip BAKSOKU.
Capaian Pembelajaran
Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi sistem rujukan kasus ginekologi adalah sebagai berikut :
1.sistem rujukan
Uraian Materi
A. Sistem Rujukan
Sistim rujukan merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah penyakit kandungan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal (Mochtar,
1998).
1. rujukan vertikal adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang lebih lengkap,
umpamanya dari rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang
lebih spesialistis fasilitas dan personalianya.
2. rujukan horisontal adalah konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah
sakit, misalnya bagian penyakit kandungan dengan bagian interne.
Menurut depkes RI, sistem rujukan adalah suatu jaringan sistim pelayanan kesehatan ,
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya sutau masalah dari suatu
kasus baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten , terjangkau dan
dilakukan secara rasional.
B. Macam Rujukan
Menurut jenis rujukan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Rujukan medik :
a. rujukan kesehatan
b. rujukan pasien
c. rujukan ilmu pengetahuan
d. rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
e. rujukan tenaga
f. rujukan sarana
g. rujukan operasional
2. menurut model rujukan :
a. rujukan dini berencana
b. rujukan tepat waktu
C. tujuan Rujukan
Dalam sistim pelayanan kesehatan, terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum
Dihasilkannya pemerataan pelayanan kesehatan, upaya yang optimal untuk mengatasi
masalah kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan khusus :
a. dihasilkannya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
b. dihasilkannya pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.
D. Kegawadaruratan Ginekologi
Gawat adalah suatu keadaan kritis/mengkhawatirkan penderita sangat dekat dengan
kematian. Darurat adalah keadaan yang sukar tidak tersangka-sangka memerlukan penanganan
segera. Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyakit kandungan. Jadi kegawatdaruratan ginekologi adalah suatu
kejadian yang tiba-tiba mengancam dengan keperluan yang amat mendesak harus ditangani
segera
Kegawatdaruratan ginekologi mencakup syok ginekologi. Syok ginekologi dapat dibagi
menjadi :
1. syok hopovolemi dalam ginekologi : ruptur kehamilan ektopik, abortus spontan, trauma
genetalia karena benda asing atau perkosaan, keganasan pada servix atau korpus uteri, setelah
operasi, perdarahan uterus disfungsional
2. Syok septik: abortus yang terinfeksi, operasi karena trauma pada usus, peradangan pelvis dan
abses pelvis yang pecah, tampon yang tertahan, kanker yang terinfeksi
E. Stabilisasi klien
Dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang akan dirujuk, beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain yaitu ;
1. Stabilisasi penderita
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah
4. Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid)
Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat sangat penting
(esensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat, tidak peduli jenjang atau tingkat
pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat pelayanan kesehatan untuk dengan segera
memperoleh transportasi bagi pasien untuk dirujuk ke jenjang yang lebih tinggi amat
menentukan keselamatan kehidupan kasus yang gawat. Tata cara untuk memperoleh
transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat harus ada di setiap tingkat pelayanan
kesehatan. Untuk ini dibutuhkan koordinasi dengan sumber-sumber dalam masyarakat seperti
kepolisisn, militer, institusi pemerintah, dians pertanian, dinas kesehatan, dan sebagainya.
Apabila dimungkinkan dalam perjalanan merujuk, harus diberitahi institusi yang dituju bahwa
pasien sedang dalam perjalanan ke situ.
Unsur-unsur pokok dalam stabilisasi penderita untuk dirujuk :
1. Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas
2. Kontrol perdarahan
3. Pemberian cairan infus intravena
4. Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri)
Penanganan untuk stabilisasi pasien dapat disebut juga TINDAKAN ABCD (AIRWAY,
BLOOD, CIRCULATION, DRUGS)
Prinsip umum dalam merujuk kasus adalah pasien harus didampingi oleh tenaga yang
terlatih, sehingga cairan intravena dan oksigen dapat terus diberikan. Apabila pasien tidak
dapat didampingi oleh tenaga yang terlatih, maka pendamping harus diberi petunjuk
bagaimana menangani cairan intravena dlam perjalanan. Dalam perjalanan ke tempat
rujukan , pasien harus dijaga agar tetap dalam kondisi hangat dan kakinya harus dala posisi
yang lebih tingi, khusunya pada kasus syok hipovolemi. Gunakanlah selimut dan jangan
memakai sumebr panas yang lan oleh karena mungkin kulit pasien bisa terbakar.
F. Persiapan Administrasi
Ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk meliputi :
1. Riwayat penyakit,
2. Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima leh perujuk
3. Tindakan/pengbatan yang telah diberikan
4. Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan dengan kondisi pasien pada
saat pasien masih dalam penanganan perujuk.
Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani oleh petugas yang merujuk.
G. Melibatkan Keluarga
Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta menemani pasien
saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam upaya stabilisasi pasien dengan menjaga
atau mempertahankan kondisi penderita seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis.
Keluarga juga dapat menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah sesampainya di
tempat rujukan.
H. Persiapan Keuangan
Keluarga hendaknya diberitahu agar membawa dana dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lainya selama pasien dalam
fasilitas rujukan
Rangkuman
Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya
masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Rujukan medik puskesmas
dilakukan secara berjenjang mulai dari: a. Kader dan dukun bayi b. Posyandu c. Pondok
bersalin/bidan desa d. Puskesmas pembantu e. Puskesmas rawat inap f. Rumah sakit kabupaten
Keuntungan sistem rujukan a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien,
berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi
rasa aman pada pasien dan keluarganya. b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan
pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus
yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing. c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga
ahli
Evaluasi