Anda di halaman 1dari 101

MODUL

BAHAN
AJAR
TEORI

GINEKOLOGI

Dwie Yunita Basca, SST. M,Keb


Yenni Puspita, SKM, MPH
Dr. Aminullah Djuang, Sp.OG

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI KEBIDANAN CURUP
VISI DAN MISI
PRODI KEBIDANAN CURUP
Visi
Menghasilkan Bidan yang Mandiri dan Kompetitif serta Terampil sebagai
Fasilitator Kelas Ibu Tahun 2020

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang kompeten sesuai


dengan evidence based sebagai fasilitator kelas ibu.
2. Melaksanakan penelitian dibidang kebidanan yang menunjang pelayanan
kebidanan serta memanfaatkan hasil penelitian bagi pengembangan kelas
ibu
3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dalam penerapan asuhan
kebidanan dalam pelaksanaan kelas ibu
4. Menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas untuk mendukung
pelayanan kebidanan dalam pelaksanaan kelas ibu
5. Melakukan usaha-usaha kelanjutan dan pengendalian mutu program studi
melalui kerjasama kemitraan dengan berbagai sektor dalam bidang
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang pelayanan
Kebidanan
KATA PENGANTAR

Modul ginekologi membahas tentang konsep mutu layanan kebidanan dan


kebijakan kesehatan yang terdiri dari 7 Kegiatan Belajar sesuai dengan capaian
pembelajaran.
Setelah mempelajari Modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai
Lingkup Ginekologi (Batasan, Dan Istilah Yang Berkaitan Dengan Ginekologi), Kelainan Pada
Sistem Reproduksi: Kelainan Pada Vulva, Vagina, Uterus Dan Tuba Falopi, Keadaan Tidak Normal Atau
Karena Pengaruh Hormonal,Dan Sistem Urinarius, Onkologi, Pemeriksaan Dan Penaganan Dari
Penyakit Ginekologi, Jenis Jenis Penyakit Menular Seksual Dan Penyakit Imunlogi (HIV/AIDS), Ganggu Sistem
Reproduksi Wanita, Dan Perlukaan Genetalia, Sistem Rujukan Kasus Ginekologi

Dalam mempelajari Modul ini, mahasiswa diharapkan banyak membaca dan


berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun berdiskusi bersama
kelompok untuk mendapat gambaran dan penguasaan yang lebih luas.
Materi dalam modul ini disesuaikan dengan capaian pembelajaran yang ada dalam
Rencana Pembelajaran Semester sehingga diharapkan capaian pembelajaran dapat tercapai.

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
VISI MISI PRODI KEBIDANAN CURUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR 1 : Lingkup Ginekologi (Batasan, Dan Istilah


Yang Berkaitan Dengan Ginekologi)
KEGIATAN BELAJAR 2 : Kelainan Pada Sistem Reproduksi: Kelainan
Pada Vulva, Vagina, Uterus Dan Tuba Falopi, Keadaan Tidak Normal Atau
Karena Pengaruh Hormonal,Dan Sistem Urinarius.
KEGIATAN BELAJAR 3 : Jenis penyakit kandungan
KEGIATAN BELAJAR 4 : Pemeriksaan Dan Penanganan Dari Penyakit Ginekologi
KEGIATAN BELAJAR 5 : onkologi
KEGIATAN BELAJAR 6 : kelainan pada sistem reproduksi dan penanggulangannya
KEGIATAN BELAJAR 7 : Pertolonga pertama pada gangguan sytem reproduksi wanita
KEGIATAN BELAJAR 8 : Jenis Jenis Penyakit Menular Seksual Dan Penyakit Imunlogi
(HIV/AIDS)
KEGIATAN BELAJAR 9 : Sistem Rujukan Kasus Ginekologi
KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEP DASAR LINGKUP GINEKOLOGI

Pendahuluan

Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos = perempuan dan logos


= ilmu, ilmu tentang perempuan. Perdefenisi berarti ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang organ (reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bidang ginekologi
termasuk didalamnya: kelainan bawaan, infeksi, tumor, kelainan haid, infertilitas
dan lain-lain sebagainya.

Capaian Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk mengetahui
lingkup ginekologi dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep,
sikap dan keterampilan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan ruang lingkup ginekologi
2. Menjelaskan Batasan Ginekologi
3. Menjelaskan istilah yang berkaitan dengan ginekologi

Bahan Kajian

Pokok bahasan pada materi Konsep Dasar Lingkup Ginekologi

sebagai berikut :
a. Pengertian ruang lingkup ginekologi
b. Menjelaskan Batasan Ginekologi
c. Menjelaskan istilah yang berkaitan dengan ginekologi
Uraian Materi

Konsep Dasar Ruang Lingkup Ginekologi


A. Pengertian ginekologi
Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos = perempuan dan logos =
ilmu, ilmu tentang perempuan. Perdefenisi berarti ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang organ (reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bidang
ginekologi termasuk didalamnya: kelainan bawaan, infeksi, tumor, kelainan
haid, infertilitas dan lain-lain sebagainya.

B. Batasan Ginekologi

Ginekologi mempelajari mengenai gangguan haid, perdarahan uterus


abnormal,keputihan, endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis,
mioma uteri, tumor ovarium neoplastik jinak, infertilitas, dan menopause.

1. Gangguan Haid

a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :

1. Hipermenorea atau menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih


banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).

2. Hipomenorea yaitu perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti


pembalut 1-2 kali per hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya
adalah kekurangan estrogen & progesteron, stenosis himen, stenosis
serviks uteri, sinekia uteri (sindrom Asherman). Sinekia uteri
didiagnosis dengan histerogram atau histeroskopi.

b. Kelainan Siklus :

1) Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari
21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal
yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendek masa
lutea. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
2) Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.
Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehtan wanita tidak
terganggu, dan fertilitas cukup baik.

c. Amenorea

yaitu bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore,
diluar amenore fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di
hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan
vagina.Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya
tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat
bawaan, uji estrogen dan progesteron yang negatif, adanya penyakit
lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes melitus, kanker), infertilitas
atau stress berat.

d. Perdarahan diluar haid :

Metroragia yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan


dengan siklus haid.Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran
suhu basal tubuh.Penyebabnya adalah kelainan organik (polip
endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan
fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.

e. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :

1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

2) Mastodinia

3) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

4) Dismennorea

2. Perdarahan Uterus Abnormal

Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan


organik (tumor, infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan
fungsional alat reproduksi.

3. Keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada
wanita.Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan
rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang
sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau
juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang
air kecil.

4. Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma


endometrium di luar uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma
endometrium di tempat / organ lain selain dinding kavum uteri.

5. Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian


atas.Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam
rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium
dan rongga panggul.Penyakit radang panggul merupakan komplikasi
umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada
wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri
perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.

6. Bartolinitis

Penyakit ini terjadi akibat radang pada glandula bartholini, sering kali
timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain,
misalnya streptokokus atau basil koli.

7. Mioma uteri

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan


infertilitas. Risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga
uterus, khusunya pada mioma submukosum, menghalangi kemajuan
persalinan karena letaknya pada serviks uteri, menyebabkn atonia ataupun
inersia uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena
adanya gangguan mekanik dlm fungsi miometrium, menyebabkan plasenta
sukar lepas dari dasarnya, dan menggangu proses involusi dalam nifas.

8. Tumor Ovarium Neoplastik

Tumor kista : Kista ovarium simplek, kistadenoma ovarii serosum,


kistadenoma ovarii musinosum, kista dermoid.

C. Istilah-Istilah Yang Berkaitan dengan ginekologi

1. Dismenorhea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga


memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Junizar, 2001)

2. Kista Suatu rongga tertutup yang abnormal, dilapisi epitel berisi cairan atau
bahan semi solid.

3. Amenorea : keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan


berturut-turut

4. Adneksitis Adnexitis, yaitu peradangan pada tuba dan ovarium secara


bersamaan

5. Adenomyosis : suatu kelainan bentuk pada uterus, dimana terjadi invasi


dari jaringan endometrium ke lapisan miometrium.

6. Adenoacanthoma dari uterus variasi adeno ca endometrium, dimana


ditemukan sel gepeng

7. Android bentuk panggul wanita yang menyerupai panggul seorang laki-


laki.

8. Atresia Hymenalis Kelainan congenital berupa tidak adanya atau


tertutupnya lubang pada hymen.

9. Atresia Labium Minora Kelainan congenital yang disebabkan membrane


urogenital yang tidak menghilang di bagian depan vulva di belakang
clitoris ada lubang untuk pengeluaran air kencing dan darah haid.

10. Atresia Parsial Hipoplasia tuba(tuba panjang dan sempit) bisa


menyebabkan kehamilan ektopik/mengurangi fertilitas.

11. Atresia Vagina Kelainan congenital berupa tidak adanya atau tertutupnya
lubang pada vagina.
12. Acquisita : perlekatan saluran serviks atau vagina karena radang GO ,
diphteri, partus dan senilitas.

13. Bartolinitis Infeksi pada glandula bartholini.

14. Cystadenocarcinoma serosum, yaitu kista ganas dari cystadenoma


serosumm. Terapi : dilakukan tindakan radiasi, dengan mengangkat kedua
adnexa dan uterus.

15. Cancer Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau
mematikan.

16. Cancer Cerviks Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi serviks. Kanker ini biasanya tumbuh ke
arah luar menjadi masa seperti cendawan, kadang-kadang tumbuh ke arah
dalam sehingga menimbulkan pembesaran serviks

17. Cancer Endometrial Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat


fatal atau mematikan yang menginfeksi endometrium. Biasanya terjadi
pada wanita usia pertengahan dengan insiden puncak pada kelompok usia
55-65.

18. Cancer Mammae Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat


fatal atau mematikan yang menginfeksi payudara, kanker ini berasal dari
jaringan payudara.

19. Cancer Ovarium Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat


fatal atau mematikan yang menginfeksi ovarium.

20. Cancer Vagina Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi vagina.

21. Cancer Vulva Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal
atau mematikan yang menginfeksi vulva.

22. Candidosis Infeksi jamur Candida spp terhadap sel epitel pada vagina,
vulva, region anogenital, mulut dan traktus intestinal.

23. Cervisitis Radang pada selaput lender serviks.

24. Cystadenocarcinoma serosum, yaitu kista ganas dari cystadenoma


serosum .Terapi : dilakukan tindakan radiasi, dengan mengangkat kedua
adnexa dan uterus.
25. Chlamydiosis Infeksi atau penyakit genitalia yang disebabkan oleh
chlamydiae.

26. Choriocarcinoma keganasan epitelial dari sel-sel trofoblastik dibantu


dengan proliferasi abnormal sel-sel kuboidal dan sinsitial dari epitelium
plasental tanpa pembentukan vili korionik.

27. Condiloma Acuminata Pertumbuhan seperti kutil pada kulit atau membran
mukosa genitalia eksterna.

28. Chorio carcinoma, tampak sebagai benjolan berwarna merah kebiru-biruan,


batas jelas, bila disertai nekrose jadi rapuh dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat. Terapi :- Ekstirpasi - Chemoterapi

29. Dermatitis Alergika Sensitivitas terhadap sabun(biasanya yang


berpewangi), dan beberapa jenis detergen yang digunakan untuk mencuci
celana dalam, dan alergen kontak lainnya dapat menyebabkan rasa gatal
pada vulva.

30. Displasia Cerviks Abnormalitas perkembangan deviasi selular pada


epithelium serviks uteri.

31. Distrofi Atrofik Infeksi pada vulva yang menyebabkan kulit menjadi
merah pucat dan berkilat.

32. Dispareunia hubungan seksual yang menimbulkan nyeri

33. Dysgenesis Ovarium Gangguan perkembangan ovarium.

34. Dysmenorea Nyeri di abdomenbagian bawah yang terasa sebelum, selama


dan sesudah haid, dapat bersifat kolik/terus menerus. Nyeri diduga karena
kontraksi.

35. Endometriosis Jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di


luar miometrium.

36. Endometritis Radang pada endometrium yang disebabkan oleh infeksi GO,
infeksi abortus,infeksi partus dan IUD.

37. Erosio portionis Terdapat daerah yang merah menyala pada portio yang
mudah berdarah
38. fibroma tumor yang dapat berupa benjolan kecil pada permukaan atas
dalam jaringan ovarium sendiri, atau dapat pula mempunyai ukuran yang
besar sekali sehingga mengisi seluruh cavum abdominalis.

39. Fluor albus bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang
paling sering kita jumpai dalam ginekologi , yaitu cairan yang keluar dari
vagina yang bersifat berlebihan dan bukan merukan darah.

40. Fistula genetalis : hubungan luar biasa antara traktus genetalis dan trktus
urinalis atau traktus intestinalis

41. Galactorrhea air susu yang berlebihan atau spontan ; sekresi air susu terus
menerus (persisten).

42. Gestyltesto: kombinasi gestyl yang bersifat gobadotropin dan testosteron

43. Gonorhea Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri


Neisseria gonorrhorae.

44. Granuloma Inguinale Penyakit granulomatik ulseratif yang menahun dan


biasanya terdapat pada vulva, perineum, dan daerah inguinal.penularannya
melalui hubungan seksual atau hygiene yang kurang baik.

45. Gynogenesis : perkembangan telur yang dirangsang oleh sperma tanpa


adanya peran serta inti sperma.

46. Hypertrofi mioetrium Keadaan dimana terjadi perbesaran uterus yang


disebabkan hipertrofi dari otot-otot.

47. Hipoplasia uteri Penurunan jumlah sel pada rahim yang menyebabkan
rahim menjadi mengecil. Penatalaksanaan : uterotonika

48. Hydradenonia, berasal dari kelenjar peluh vulva, tampak sebagai benjolan
kecil, bentuk dan konsistensi menyerupai fibroma.

49. Terapi : eksisi

50. Hermafrodistimus Terdapatnya jenis kelamin pria dan wanita pada satu
individu.

51. Hermafrodistimus Verus Terdapatnya jaringan testis pada sisi yang satu dan
jaringan ovarium pada sisi yang lain, atau terdapat ovotestis.
52. Herpes Genitalis Erupsi kulit genitalia yang menyebar dan meradang
membuat vesikel kecil yang mengelompok.

53. Hidrosalping Hasil akhir dari salpingitis piogenik yang mereda, dengan
virulensi yang rendahnamun sangat iritatif. Lesi ini menghasilkan eksudat
jernih dalam jumlah banyak di dalam bagian tuba uterina yang tertutup.

54. Hipertrofi Labium Minora Pembesaran atau pertumbuhan labium minora


secara berlebihan akibat peningkatan ukuran sel pembentuknya.

55. Hipomenorea Perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari biasa.

56. Hipoplasia Vulva Perkembangan organ atau jaringan yang kurang atau
tidak sempurna pada vulva, derajat hipoplasia lebih ringan dibandingkan
dengan aplasia.

57. Hymen Imperforatus Hymen yang tidak menunjukkan lubang (hiatus


hymenalis) sama sekali.

58. Hypermenorea Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya lebih dari
80ml kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, terjadi
pada siklus yang teratur.

59. Hypertrofi myometrium, suatau keadaan dimana pembesaran uterus


disebabkan oleh hypertrofi dari otot-otot.

60. Infeksi Traktus UrinariusInfeksi pada saluran kemih.

61. Infertilitas Suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu
setengah tahun tanpa kontrasepsi, tidak punya anak.

62. Intravenous leiomyomatosis, penyebaran tumor myoma secara intarvena.

63. IVA adalah inspeksi visual dengan asam acetat, metode untuk mendeteksi
dini kanker leher rahim yang murah meriah menggunakan asam asetat 3-
5% dan tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%

64. Kankroid(ulkus molle) Penyakit kelamin dengan ulkus genital yang nyeri
sekali.

65. Karsinoma Duktal Kanker payudara yang berasal dari duktus.

66. Karsinoma Lobural Kanker payudara yang berasal dari lobulus.


67. Kista Suatu rongga tertutup yang abnormal, dilapisi epitel, dan berisi cairan
atau bahan semisolid.

68. Kista Bartolini Kista berisi musin akibat obstruksi duktus glandulae
vestibulae major.

69. Kista dermoid, tumor yang merupakan bagian dari teratoma ovari.

70. Kista Folikel Kista yang dibentuk oleh pembesaran folikel de Graaf yang
tidak pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan.

71. Kista Korpus Luteum Kista yang terjadi ketika korpus luteum bertahan
hidup dan tumbuh terus, dan tidak berdegenerasi ketika implantasi gagal
berlangsung.

72. Kistadenoma Musinosa Kista yang dibentuk oleh sel-sel epitel ovarium
danmempunyai rongga-rongga yang terisi musin.

73. Kista Paraurethra Saluran kelenjar uretra tertutup oleh infeksi. Kista ini
bisa menonjol pada dinding depan vagina, dan sering mengalami infeksi.

74. Kista Sebasea Kista yang berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat
pada labium mayor, labium minor dan mons veneris.

75. Kistadenoma Serosa Kista di ovarium yang mengandung cairan encer,


serosa, jernih, berwarna kuning serta berbagai jumlah jaringan padat,
dengan potensi keganasan beberapa kali lebih besar daripada kistadenoma
musinosa.

76. Kraurosis Vulva Atrofi dengan penipisan dan fibrosis kulit vulva
mengakibatkan mengkerutnya kulit dan stenosis introitus vagina

77. Lipoma tumor jinak yang biasanya terdiri atas sel lemak matur. Kadang-
kadang tumor, sebagian atau seluruhnya terdiri atas sel lemak janin
(hibernoma).

78. Leiomyosarcoma, sarcoma yang mengandung sel gelendong otot polos

79. Leiomyomatosis peritonealis disseminata, pertumbuhan myoma yang jinak


di peritonium.

80. Lymphoma tiap kelainan neoplastik jaringan lymfoid.


81. Leukoplakia Vulva Kelainan pada kulit vulva yang mengakibatkan kulit
vulva menjadi tebal, keras, putih,dan rapuh, sehingga dapat menimbulkan
luka-luka kecil di tempat yang bersangkutan.

82. Leukorea Sekret berwarna putih dan kental dari vagina.

83. Limfogranuloma Venerum Penyakit yang disebabkan oleh klamidia


trakhomatis, ditularkan melalui koitus sesudah inkubasi beberapa hari.

84. Mastalgia Rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.

85. Menstruatio praecox : perdarahan pada anak muda kurang dari 8-10 tahun
yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum
waktunya.

86. Metrorrhagi Perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid.

87. Mioma Uteri Tumor jinak pada uterus yang terdiri atas serabut-serabut otot
polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi
kapsulyang tipis.

88. Miometritis Radang pada miometrium.

89. Nevus Pigmentosus Lesi kehitam-hitaman pada permukaan vulva dan


vagina 7-10%.

90. Oligomenorea Siklus menstruai melebihi 35 hari, jumlah perdarahan


mungkin sama.

91. Orchitis inflamasi salah satu atau kedua testis, di tandai oleh
pembengkakan dan nyeri, seringkali disebabkan oleh gondongan, sifilis,
atau tuberkulosis

92. Pap’s test adalah pap’s smear, pemeriksaan sitologik epitel porsio serviks
uteri untuk deteksi dini adanya kelainan praganas pada porsio serviks uteri
pemeriksaan usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel mulut rahim
(serviks) di bawah mikroskop

93. Parametritis Radang pada parametrium.

94. Perineoritis , radang pada perineum


95. Peritonitis Radang peritoneum, dengan eksudasi serum, fibrin, sel dan pus,
biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada
abdomen, konstipasi, muntah dan demam sedang.

96. Peritonitis Pelvis Radang pada peritoneum pelvic, biasanya bersamaan


dengan radang salfingo ovoritis dan alat-alat sekitarnya sekitar pelvic.

97. Phthirus pubis Kutu pada kemaluan yang menginfestasi rambut daerah
kemaluan.

98. Piometra Pengumpulan nanah di kavum uteri.

99. Piosalping Pus tuba kronik, terjadi akibat hambatan pada lumen tuba
uterine pada ujung fimriae dan pada satu tempat atau lebih di sepanjang
tuba falopii.

100. Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari normal(21 hari). Perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.

101. Polip Endometrium Masa jinak yang menonjol, kecil dan melekat pada
endometrium, tersusun dari stroma edematosa yang mengandung kelenjar-
kelenjar yang berdilatasi secara kistik.

102. Retrofleksi uteri Kalau uterus menekur kebelakang disebut retrofleksi


uteri.

103. Retrofleksio uteri mobilis,uterus yang dapat direposisi dengan toucher

104. Retrofleksio uteri fixate, uterus yang tidak dapat direposisi karena ada
perlekatan antara uerusdan alat-alat sekitarnya.

105. Salfingitis Subakut Radang subakut pada tuba uterina.

106. Salfingo-oophorectomy, eksisi tuba uterin dan ovarium

107. Salfingo-oophorocele, hernia tuba uterin dan ovarium

108. Spermicide substansi kimia yang membunuh sperma dengan mengurangi


tegangan permukaannya, menyebabkan dinding sel pecah oleh pembuatan
lingkungan yang sangat asam. Juga disebut spermatosidas

109. Singleton kehamilan dengan janin tunggal

110. Salpingo-oopphorectomy pengangkatan tuba fallopi dan ovarium


111. Secretory phase of menstrual cycle fase pasca ovulasi, luteal, progestasi,
pramenstruasi pada siklus menstruasi ; lama 14 hari

112. sarcoma , tumor yang berasal dari vagina, bentuknya menyerupai anggur
berwarna merah jambu, polip yang oademateus dan menonjol dari vagina.

113. Sel dyakaryotik : sel yang menunjukan kelainan pada inti selnya,
sedankan sitoplasm sel relatif masih normal

114. Septum Vagina Sekat vagina dapat ditemukan di bagian atas vagina.
Kelainan ini ditemukan pada kelainan uterus, organ kelamin ada gangguan
dalam fusi atau kanalisasi ke 2 duktus Muller.

115. Sterilitas : istilah yang dipergunakan bagi seseorang yang mutlak tidak
mungkin mendapatkan keturunan misalnya wanita dengan aplasia genetalis
atau pria tanpa testis.

116. Squamous metaplasia suatu keadaaan yang benigna, dimana sel epitel
berubah menjadi sel epitel gepeng. Kadang-kadang seluruh endometrium
berubah menjadi sel epitel gepeng berlapis banyak.

117. Teratoma Benigna Kista dermoid, berasal dari sel germinal. Mengandung
elemen epithelial, mesodermal dan endothelial. Karena itu dermoid ini
dapat berisikan rambut, gigi dan materi seperti bubur dari kelenjar sebasea.

118. Trikomoniasis Infeksi oleh protozoa genus Trichomonas, biasanya pada


vagina.

119. Tumor Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang
tidak terkontrol dan progresif.

120. Tumor Ovarium Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi


sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif pada ovarium.

121. Tumor Serviks Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada serviks.

122. Tumor Tuba Fallopii Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan


multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif pada Tuba Fallopii.

123. Tumor Vagina Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada vagina.
124. Tumor Vulva Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada vulva.

125. Kankroid(ulkus molle)

126. Penyakit kelamin dengan ulkus genital yang nyeri sekali.

127. Ulkus Vulva Sifilis Penyakit sifilis disebabkan oleh invasi jaringan oleh
Treponema pallidum dan ditularkan secara seksual.

128. Uterus Arcuatus Uterus dengan fundus mencekung.

129. Uterus Bicornis Uterus yang mempunyai dua kornu.

130. Uterus Bicornis Bicollis Uterus dengan dua kornu dan dua serviks.

131. Uterus Bicornis Unicolis Uterus dengan dua kornu dan satu serviks.

132. Uterus Biforis Uterus yang os eksternumnya terpisah oleh septum.

133. Uterus Bilocularis Uterus yang rongganya terbagi menjadi dua bagian
oleh septum.

134. Uterus Parvicollis Uterus yang bagian serviksnya sangat kecil tetapi
korpusnya berukuran normal.

135. Uteroplacental insuficiency penurunan fungsi plasenta-pertukaran gas,


nutrien, dan produk sampah-menyebabkan hipoksiadan asidosis;
dibuktikan oleh deselerasi frekuensi jantung janin yang terlambat sebagai
respon terhadap kontraksi uteri

136. Vaginismus , spasma vagina yang nyeri akibat hiperestesia lokal.\

137. Vaginektomi , reseksi tumika vaginalis testis. Atau eksisi vagina.

138. Vagini perineotomy , insisi pada vagina.

139. Vagino cutaneous, berhubungan dengan vagina dan kulit. Taua yang
berhubungan dengan vagina dan pormukaan tubuh seperti vistula
vaginakutaneus.

140. Vaginitis Radang/infeksi pada vagina

141. Vaginitis Atrophic Vaginitis yang terjadi pada wanita pasca


menopause,disebabkan oleh defisiensi estrogen.
142. Vaginoperineal, perbungan antara vagina dengan perineum

143. Vaginoperitoneal : perhubungan antara vagina dan peritoneal

144. Visceral pain rasa tidak nyaman akibat perubahan servik dan iskemia
uterin yang terletak di atas bagian bawah abdomen dan beradiasi ke area
lumbal pada bagian belakang dan bagian bawah paha

145. Vaginitis Desquamative Inflammatory Vaginitis yang tak diketahui


sebabnya, secara klinis dan mikroskopis mirip dengan vaginitis atrofi,
tetapi terjadi tanpa adanya defisiensi estrogen dan ditandai dengan ulserasi
superficial berulang berwarna kemerahan.

146. Vaginitis EmphysematosaRadang vagina dan serviks di dekatnya,


ditandai dengan banyak lesi mirip kista berisi gas yang asimtomatik yang
mengandung karbon diaksida.

147. Vaginitis Trikomonas Vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas


vaginalis, penyakit ini biasanya ditularkan melalui koitus.

148. Vulvovaginitis Peradangan vulva dan vagina atau peradangan kelenjar-


kelenjar vulvovaginalis

Rangkuman

Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos = perempuan dan logos =


ilmu, ilmu tentang perempuan. Perdefenisi berarti ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang organ (reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bidang
ginekologi termasuk didalamnya: kelainan bawaan, infeksi, tumor, kelainan
haid, infertilitas dan lain-lain sebagainya.
Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan dan
pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui
dengan pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh
hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme,
pengaruh obat tertogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.
Kelainan kongenital pada vulva diantaranya adalah:
1. Hymen Imperforata adalah selaput dara yang tidak menunjukkan
lubang (hiatus himenalis) sama sekali
2. Atresia Labia Minora adalah kelainan yang disebabkan oleh membran
urogenitalis yang tidak menghilang di bagian depan vulva dibelakang
klitoris ada lubang untuk pengeluaran air kencing dan darah haid.
3. Hypertropi Labia Minora
4. Duplikasi Vulva
5. Hipoplasi Vulva
6. Kelainan Perineum

Evaluasi

1. perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari)……………(A)

a. Hipermenorea
b. Hipomenorea
c. Oligomenorea

d. Amenorea

2. siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehtan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup
baik…………(D)
a. Amenorea
b. Hipermenorea
c. Hipomenorea
d. Oligomenorea
3. yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid di sebut………(C)
a. Hipomenorea
b. Oligomenorea
c. Metroragia

d. Endometriosis

4. pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar


uterus……..(A)
a. Endometriosis

b. Bartolinitis

c. Oligomenorea
d. Mioma uteri

5. Adenomyosis adalah……………(C)
a. peradangan pada tuba dan ovarium secara bersamaan

b. keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan


berturut-turut

c. suatu kelainan bentuk pada uterus, dimana terjadi invasi dari


jaringan endometrium ke lapisan miometrium.

d. Kelainan congenital berupa tidak adanya atau tertutupnya


lubang pada hymen.

KEGIATAN BELAJAR 2
LAI
UK
OD

SIS

NA

KE
RE

DA

LAI
PR

TE

PA
UK
OD

SIS

NA

KE
RE

DA
SI

PR

M
TE

PA
NN
SI

M
Pendahuluan

Penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit menular atau penyakit


yang menyerang sistem reproduksi ini semakin tinggi karena semakin bebasnya
hubungan seksual. Sehingga perlu adanya kajian mengenai penyakit-penyakit yang
menyerang sistem reproduksi sebagai wujud pencegahan sedini mungkin. Tidak dapat
disangkal bahwa masalah PSK sangat erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi dan
masalah ketimpang status sosial kaum perempuan. Perilaku seksual yang selalu berganti
pasangan membuat para PSK mempunyai resiko yang tinggi untuk tertulari dan
menularkan penyakit seksual. Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan kesehatan bagi
pekerjaannya dilakukan oleh para medis atas inisiatif sendiri. Mengingat kualitas
paramedik di Indonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa mereka akan
melakukan penyuluhan dan konseling tentang penyakit menular seksual ke lokasi-lokasi
PSK (Manuaba, 1999).
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penting kiranya dengan mengetahui
jenis-jenis penyakit, faktor penyebabnya diharapkan dapat diketahu jalan keluar dan
pencegahannya. Dengan latar belakang inilah maka dalam makalah ini akan dijelaskan
hal-hal sebagai berikut.
1. Sistem reproduksi
2. Penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi
3. Faktor-faktor penyebab penyakit
4. Pencegahan

Capaian Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk mengetahui
ginekologi dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap
dan keterampilan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Kelainan Pada Vulva
2. Menjelaskan Kelainan Pada Vagina
3. Menjelaskan Kelainan Pada Uterus Dan Tuba Falopi
4. Menjelaskan Keadaan Tidak Normal Atau Karena Pengaruh
Hormonal
5. Menjelaskan Sistem Uranius

Bahan Kajian

Pokok bahasan pada materi kelainan pada sistem reproduksi

adalah sebagai berikut:

1. Kelainan Pada Vulva

2. Kelainan Pada Vagina

3. Menjelaskan Kelainan Pada Uterus Dan Tuba Falopi


4. Keadaan Tidak Normal Atau Karena Pengaruh Hormonal
5. Sistem Uranius

Uraian Materi

KELAINAN PADA SISTEM REPRODUKSI

A. Pengertian Sistem Reproduksi


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.Pengetahuan
tentang Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan
ilmu yang paling dasar/basic bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi
khususnya para wanita.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu
faal(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan
individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia
tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh saat mencapai
menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru
dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau
dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan
hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
B. Kelainan Pada Vulva
1. Definisi
Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yang dapat
menyerang wanita dalam rentang usia berapa pun.Vulva merupakan lipatan
kulit yang terletak di bagian paling luar dari organ intim wanita, namun
sering kali disalahartikan orang awam sebagai vagina. Padahal vagina
merupakan liang atau saluran yang terletak lebih dalam setelah melewati
vulva. Vulva terdiri dari 2 labia (bibir) mayora, 2 labia minora, dan klitoris.
Terdapat beberapa kondisi kesehatan yang berkaitan dengan labia mayora
dan bagian vulva pada umumnya. Gejala atau masalah yang kerap terjadi di
daerah vulva umumnya adalah rasa perih dan gatal. Tanda-tanda lainnya
adalah area vulva terlihat merah dan membengkak. Perlu diketahui,
berbagai kondisi vulva di atas dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan
gangguan seksual. Kondisi atau masalah pada vulva dapat dikategorikan
sebagai masalah kulit, infeksi, gejala kanker, dan sakit kronis. Berikut
beberapa kondisi terkait masalah yang terjadi di sekitar labia mayora dan
area vulva pada umumnya.

2. Gejala Vulvitis
Vulvitis menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung dari penyebab
peradangan pada vulva. Sangat disarankan untuk tidak menggaruk alat
kelamin apabila muncul rasa gatal, karena berisiko menyebabkan iritasi
berkembang menjadi infeksi.

Gejala-gejala vulvitis di antaranya adalah:


a. Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.

b. Keputihan.
c. Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
d. Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
e. Bengkak dan merah di labia dan vulva.
f. Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.
3. Masalah –masalah vulvitisa
a) Folikulitis, yakni adanya infeksi oleh bakteri yang menyebabkan
peradangan pada kelenjar atau folikel rambut di mana saja (termasuk
rambut pubis). Umumnya, kondisi ini terjadi pada labia mayora. Hal ini
dapat terjadi karena mencukur, waxing, atau bahkan gesekan. Folikulitis
dapat hilang dengan sendirinya dengan cara lebih memperhatikan
kebersihan area genital, memakai pakaian yang longgar, dan kompres
hangat pada daerah tersebut untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan. Jika benjolan atau jerawat tidak mengecil, atau justru
semakin besar, Anda dianjurkan untuk segera ke dokter untuk mendapat
penanganan lebih lanjut.
b) Kista Bartholin. Ini adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Bartholin
dan menyebabkan terkumpulnya nanah di dalamnya. Kelenjar Bartholin
terletak di kedua sisi pembukaan vagina yang berfungsi menjaga
kelembapan dinding vagina dan melepaskan cairan pelumas ketika
berhubungan seksual. Jika sekadar kista, kondisi ini dapat diatasi dengan
perawatan di rumah dengan kompres air hangat, namun ketika abses
(nanah) sudah terbentuk, maka penanganan terbaik adalah dengan
pengobatan dokter.
c) Gangguan pada kulit. Dermatitis. merupakan iritasi kulit yang biasanya
disebabkan oleh sabun, kain, parfum, atau reaksi alergi seperti lateks pada
kondom. Gejala dapat berupa gatal yang parah, perih, dan nyeri.
Pengobatan untuk kondisi ini adalah menghindari sumber atau penyebab
iritasi dan menghentikan gatal sehingga kulit dapat menyembuhkan.
Kompres es atau kompres dingin dapat mengurangi iritasi. Mengoleskan
petroleum jelly dapat melindungi kulit. Obat-obatan medis seperti krim
kortikosteroid dan antihistamin mungkin diperlukan untuk kasus yang
parah.
d) Herpes genital, salah satu penyakit menular seksual ini disebabkan oleh
virus herpes simpleks. Gejala yang dapat dialami adalah adanya luka
terbuka atau luka melepuh (seperti bentolan berisi cairan), adanya sensasi
rasa perih atau gatal pada area kemaluan, keputihan yang tidak normal,
nyeri saat berkemih.
e) Kutil kelamin. Penyakit menular seksual yang satu ini menyebabkan
kutil muncul pada daerah yang terjangkit. Ukuran, bentuk, dan warna
kutil dapat bervariasi. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun
terasa gatal dan tidak nyaman.
f) Penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang terjadi pada bagian
vulva adalah vulvodyna (nyeri pada vulva) dan vulvar vestibulitis (nyeri
di bagian depan vagina yang diakibatkan tekanan tajam seperti duduk di
jok sepeda).
g) Kanker, beberapa kondisi yang mengarah pada penyakit kanker juga bisa
menimbulkan masalah labia mayora dan area sekitar vulva.

4. Penyebab Vulvitis
Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:
a) Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus,

atau jamur. Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah herpes


genital, jamur candida, infeksi HPV, kutu kemaluan, dan skabies.
b) Iritasi. Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkan iritasi, seperti
tisu toilet, sabun mandi, sampo, dan kondisioner yang mengandung
parfum, deodoran, bedak, semprotan organ intim, spermisida, serta
pakaian dalam yang bukan berbahan katun. Iritasi juga dapat terjadi
setelah berenang atau berendam di fasilitas umum, bersepeda, serta
menunggang kuda.
c) Penyakit kulit. Beberapa penyakit kulit yang dapat memengaruhi

kesehatan vulva, di antaranya adalah psoriasis, lichen planus, dan lichen


sclerosus.
d) Estrogen rendah. Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah,
seperti saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan
peradangan vagina akibat vagina menjadi kering.
e) Vulvodynia. Seseorang yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa
tidak nyaman atau nyeri, seperti tersengat atau terbakar, yang bersifat
kronis pada area vagina dan vulva, tanpa adanya penyebab yang jelas.
f) Kanker vulva. Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnya menyerang
wanita berusia di atas 60 tahun. Tandanya diawali dengan benjolan atau
luka pada vulva.

5. Diagnosa vulvitis
Dokter akan memeriksa panggul pasien dan melihat tanda-tanda yang
mengindikasikan vulvitis, seperti merah, bengkak, benjolan berisi cairan
(blister), atau luka pada vulva. Selain itu, dokter akan mengecek adanya
keputihan sebagai tanda-tanda infeksi.Selain menanyakan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan tes darah, tes urine, dan pap
smear guna mendeteksi penyebab peradangan atau infeksi hingga tanda-tanda
kanker. Terkadang diperlukan mengambil sampel jaringan kulit untuk
diperiksa di bawah mikroskop (biopsi kulit), apabila vulvitis tidak membaik
dengan pengobatan yang sudah dilakukan.

6. Pengobatan dan pencegahan vulvitiS


Pengobatan vulvitis bergantung pada kondisi yang menyebabkannya. Jika
vulvitis disebabkan oleh infeksi, maka pemakaian obat antibiotik atau
antijamur menjadi langkah pengobatan yang tepat. Dokter dapat meresepkan
salep kortikosteroid untuk digunakan beberapa kali dalam sehari. Salep ini
dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi pada vulva. Selain
kortikosteroid, krim emolien dan tablet antihistamin juga dapat digunakan
untuk mengurangi gatal.
Dokter juga dapat menyarankan pemakaian krim, pessarium, atau tablet
vagina yang mengandung hormon estrogen, bila vulvitis disebabkan oleh
kadar hormon estrogen yang rendah. Bagi penderita vulvodynia, krim
anestesi lokal dan tindakan operasi bisa juga menjadi bentuk penanganan
yang disarankan oleh dokter.
Selain lewat metode pengobatan vulvitis di atas, langkah-langkah berikut
ini juga bisa diterapkan untuk membantu mempercepat penyembuhan
sekaligus mencegah terjadinya vulvitis. Di antaranya adalah:
a) Segera menghentikan kebiasaan yang dapat menyebabkan iritasi,

misalnya memakai pakaian yang terlalu ketat. Sebagai gantinya gunakan


pakaian yang agak longgar atau berbahan katun untuk memberikan udara
pada organ intim.
b) Segera mengganti pakaian dan celana dalam yang basah, baik setelah

berolahraga ataupun berenang.


c) Hindari mencuci organ intim dengan sabun atau larutan yang
mengandung tambahan parfum.
d) Membersihkan organ intim sekali dalam satu hari dengan air hangat.
e) Untuk pemilihan alat kontrasepsi, hindari penggunaan kondom yang

dilumasi dengan spermisida.Bentuk pengobatan vulvitis dipengaruhi


sejumlah faktor, seperti riwayat kesehatan, usia, penyebab penyakit dan
gejala, serta toleransi terhadap obat-obatan tertentu. Konsultasikan
kepada dokter bila Anda mengalami gejala vulvitis, agar mendapatkan
pengobatan yang tepat

7. Komplikasi vulvitis
Vulvitis yang ditangani dengan baik bisa disembuhkan. Jika tidak,
kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh, gatal-gatal pada
organ intim wanita atau pruritus pada malam hari dapat menyebabkan
gangguan tidur dan mengurangi kualitas hidup. Selain itu, sikap cemas dan
gangguan psikologis lainnya dapat memicu terjadinya gangguan
psikoseksual.
Pemeriksaan terhadap penyakit yang mendasari terjadinya vulvitis harus
dilakukan dengan seksama guna menghasilkan penanganan yang tepat.
Karena tidak hanya akan menyulitkan proses penyembuhan, penyebab
vulvitis yang tidak terdeteksi dapat pula berakibat fatal, misalnya kanker
vulva.

C. Kelainan Pada Vagina

1. Definsi

Vaginitas adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi


di pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena,
kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bacterial, kondisiosis atau
trikomoniosis vulvo vaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah
terganggu oleh adanya mikroorganisme pathogen atau perubahan
lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme pathogen
berkembang biak/berpoliferasi. Pemeriksaan untuk viginitas meliputi
penilaian resiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian
pemeriksaan pada adanya dan karakteristik dari discharge vagina.
Pemeriksaan laboratorium di antaranya: metode sediaan basah garam
fisiologis (west mount) dan KOH, pemeriksaan pH discharge vagina dan
“Whiff” test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniosis
adalah metronidazol, sementara untuk kandidas vaginal, pilihan pertama
adalah obat anti jamur topical.

Vaginitas adalah masalah ginekologis yang paling banyak dihadapi


oleh dokter yang member pelayanan terhadap perempuan. Pembuatan
diagnosis yang akurat bisa sangat sulit yang menyebabkan upaya
pengobatan juga kompleks. Terlebih lagi adanya obat yang dijual bebas
menaikkan kemungkinan pemberian pengobatan yang tidak sesuai untuk
vaginitas.

2. Gejala Vaginitis

Gejala vaginitis sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:

1. Keputihan berwarna putih atau kuning kehijauan yang berbau tidak


sedap

2. Gatal di area vagina.


3. Kemerahan di sekitar vagina.
4. Flek atau perdarahan dari vagina.
5. Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks.

3. Penyebab Vaginitis

Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian


besar kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi bakteri

Keberadaan bakteri di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama


jumlahnya seimbang. Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan
antara jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina.Selain karena
infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:

a. Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.

b. Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan


pembersih kewanitaan.
c. Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes
genital.
d. Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya
setelah menopause atau setelah operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).

4. Gejala Vaginitis

a.Cairian keputihan tidak normal

Cairan keputihan yang normal bermanfaat dalam melembapkan,


membersihkan, dan mencegah terjadinya infeksi pada vagina.
Normalnya, cairan keputihan akan berwarna jernih atau putih dengan
tekstur sedikit encer, agak tebal, dan lengket.Namun, jika cairan
keputihan berwarna kehijauan, keabu-abuan, atau kuning seperti nanah,
bahkan bila bercampur bercak darah, mungkin ini menjadi pertanda
adanya masalah kesehatan pada vagina.Keputihan tidak normal ini
biasanya juga disertai dengan bau yang tidak sedap, bengkak atau
kemerahan, gatal hingga rasa terbakar, nyeri sekitar perut bawah,
maupun nyeri saat berhubungan seksual.Penyebab dari keputihan tidak
normal ini beragam, seringkali merupakan pertanda terjadinya
peradangan pada vagina (vaginitis) maupun mulut serviks (servisitis),
yang bisa dipengaruhi oleh infeksi bakteri, protozoa, dan jamur. Dapat
berkaitan dengan kondisi yang dikenal sebagai vaginosis bakterialis,
kandidiasis vaginalis, maupun infeksi menular seksual seperti klamidia,
gonore, dan trikomoniasis

b. Herpes

Wanita terbilang lebih rentan terhadap penyakit menular seksual


(PMS) herpes. Pada awalnya, mungkin penderita tidak merasakan
tanda-tanda terkena infeksi herpes. Jika seseorang sudah terinfeksi virus
ini, maka virus akan tetap hidup di dalam tubuh, meskipun mungkin
virus tersebut dalam keadaan tidak aktif.
Pada wanita, virus herpes dapat menular dan masuk melalui
mulut, labia, vagina, dan juga kulit yang terluka. Penularan herpes
dapat terjadi jika adanya kontak kulit langsung, termasuk aktivitas
seksual baik vaginal, anal, maupun oral, dengan penderita herpes.

Tanda-tanda terinfeksi virus herpes yaitu mengalami gejala seperti


flu dan demam diikuti dengan nyeri pada otot dan sendi, permukaan
kulit pada area yang terinfeksi akan terasa gatal kemudian menjadi
panas seperti terbakar disertai nyeri, mengalami keputihan abnormal,
dapat disertai sakit kepala serta buang air kecil terasa menyakitkan.
Kemudian diikuti munculnya lenting kemerahan berisi cairan, atau luka
di sekitar vagina, bokong, selangkangan dan/atau pada area sekitar bibir
dan mulut yang tumbuh berkelompok.

c. Salpingitis

Salpingitis merupakan peradangan saluran tuba. Hampir semua


kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit
menular seksual gonore dan klamidia. Peradangan yang terjadi, dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada saluran tuba, sehingga dapat
menyebabkan infertilitas pada wanita.Pada kasus salpingitis ringan,
gejala yang ditimbulkan mungkin tidak terlihat oleh penderita. Adapun
gejala yang mungkin muncul adalah keputihan tidak normal dan bau,
munculnya bercak, sakit pada perut dan punggung bawah, dismenorea
atau rasa sakit saat menstruasi, sakit saat masa subur, sakit saat
berhubungan seksual, demam, sering buang air kecil, serta mengalami
mual dan muntah.Jika gejala salpingitis muncul, disarankan untuk
berkonsultasi kepada dokter guna mendapatkan penanganan. Dokter
mungkin akan memberikan obat antibiotik untuk membunuh bakteri
penyebab infeksi.

d. Kutil kelamin

Sesuai dengan namanya, penyakit yang menular secara seksual ini


menimbulkan mengganggu gejala berupa tumbuhnya kutil pada area
kelamin. Disebabkan oleh infeksi virus human papilloma (HPV) yang
menular saat terjadi kontak langsung, umumnya secara seksual.Kutil
kelamin dapat berukuran sangat kecil dan datar, sehingga tidak disadari
keberadaannya, namun kemudian bisa berkembang, menonjol di atas
permukaan kulit, dan membesar. Pada wanita, kutil dapat tumbuh bukan
hanya pada permukaan organ kelamin atau anus, namun juga dapat
menyebar hingga ke bagian dalamnya, dan membutuhkan penanganan
khusus dari dokter untuk bisa mengobati gejalanya, kendati demikian,
HPV penyebab kutil kelamin dapat menetap dalam tubuh seumur hidup,
sekalipun sudah tidak lagi menimbulkan gejala dan sewaktu-waktu
dapat berulang, terutama saat daya tahan tubuh menurun.

5. Faktor Risiko Vaginitis

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita


menderita vaginitis, yaitu:

a. Bergonta-ganti pasangan seksual.

b. Menderita diabetes yang tidak terkontrol.


c. Melakukan vaginal douching atau membersihkan bagian dalam
vagina.
d. Sering mengenakan celana yang lembab atau ketat.
e. Menggunakan KB spiral atau spermisida.
f. Menggunakan produk pembersih kewanitaan.
g. Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik atau kortikosteroid.
h. Perubahan hormon akibat kehamilan atau konsumsi pil KB.

6. Diagnosis Vaginitis

Guna memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala


yang dialami pasien dan apakah pasien pernah menderita keluhan yang
sama sebelumnya. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan
berikut:

a. Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.

b. Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.


c. Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui
penyebab vaginitis.
d. Pemeriksaan sampel jaringan.

Rangkuman

Dari pembahasan yang kita bahas di atas dapat disimpulkan bahwa:


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk
mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia
dilakukan dengan cara generative atau seksual.

Evaluasi

1. Gangguan pada sistem reproduksi dengan gejala yang timbul adalah luka pada
kemaluan, bintik atau bercak merah ditubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf dan
kulit disebut ....
a. Sifilis
b. Endometriosis
c. Gonorea
d. Herpes simpleks
e. Klamidia

2. Gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi pria yang disebabkan oleh virus herpes
ialah....
A. Uretritis
B. Prostatitis
C. epididimitis
D. orkitis
E. hipogonadisme

3. Berikut ini hormonal sex yang dapat menebalkan dinding uterus adalah....
A. FSH
B. prostalglandin
C. progresteron
D. relaksin
E. oksitosin

4. Jika tidak terjadi pembuahan pada sel telur (ovarium), maka korpus luteum akan
berdegenerasi menjadi korpus albikans. Korpus luteum yang tidak berfungsi akan
menyebabkan....
A. Kadar ekstrogen meningkat, sedangkan kadar progesteron menurun
B. Kadar ekstrogen menurun, sedangkan kadar progesteron meningkat
C. Kadar ekstrogen dan progesteron menurun
D. Kadar ekstrogen dan progesteron meningkat
E. Kadar ekstrogen berproliferasi membentuk progesteron primer

5. Banyak diantara laki-laki/pria yang menderita beberapa penyakit kelamin akibat


hubungan sexsual yang tidak sehat atau karena hubungan sex bebas di luar nikah,dan
sebagainya. Salah satu diantaranya yaitu terkena penyakit “Raja Singa” . Penyakit pada
organ kelamin ini disebabkan oleh bakteri yaitu....
A. Diplococcus
B. Treponema palidum
C. Candida albicans
D. Chlamydia trachomatis
E. Neisseria gonorhoea
KEGIATAN BELAJAR 3

GA

KA

AK
UN
ND

NY
PE
GA

KA

AK

JE
UN
ND

NI
NY
IT

PE
N

JE
NI
IT
N

SS
Pendahuluan

Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit
terutama penyakit pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena
penyakit atau masalah pada organ reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan
menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi kita. Karena salah satu penyebab
penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi jamur ataupun
virus.
Radang genitalia interna adalah peradangan akibat mikroorganisme pada
vagina dalam. Akibatnya akan muncul gejala keputihan atau fluor albus.
Cairan kuning kental dan sangat banyak akan keluar dari vagina. Sekitar vagina akan
terasa panas, gatal, nyeri tekan. Vagina juga akan mengalami nyeri saat berhubungan,
nyeri saat berkemih, dan lain-lain.
Bila infeksi menyebar ke rahim dan saluran telur maka dapat terjadi demam
disertai gejala nyeri perut bagian bawah kanan/kiri dan disebut penyakit radang panggul
(pelvic inflamatory disease). Keluarnya cairan keputihan ini dapat terjadi karena
kelebihan hormon, infeksi kuman seperti n. gonorrhoeae, candida albicans, infeksi
protozoa atau trichomonas, dan lain-lain.
Peradangan biasanya terjadi pada organ-organ genitalia interna seperti pada:
Pertama, Uterus yaitu suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan genitalia interna uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan genitalia interna uteri.
Kedua, Genitalia interna uteri yaitu bagian terbawah uterus, terdiri dari pars
vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan
elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan
lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa
genitalia interna, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi genitalia interna
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa genitalia
interna menghasilkan lendir getah genitalia interna yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir genitalia interna dipengaruhi siklus haid.

Capaian Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk dan
mengerti jenis penyakit kandungan dengan pendekatan manajemen
kebidanan didasari konsep, sikap dan keterampilan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Radang Genetalia Eksternal
2. Menjelaskan Radabg Genetalia Internal

Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi penyakit dalam kandungan adalah sebagai
berikut :
1. Radang Genetalia Eksternal
2. Radang Genetalia internal

Uraian Materi
A. Radang Genetalia Eskterna
1. Bartolinitis
a) Pengertian
Glandula Bartholini adalah suatu kelenjar yang letaknya di seputar
bibir kemaluan (vulva) tepatnya di kiri dan kanan bawah dekat fossa
navikulare. Kelenjar Bartholini memiliki diameter lebih kurang 1 cm,
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil
panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus, kelenjar
bartholini mengeluarkan getah lendir.
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil
dari seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian
dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam
8. Ukurannya sebesar kacang dan tidak melebihi 1 cm, dan pada
pemeriksaan dalam keadaan normal tidak teraba. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa
berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin
yang memerah.

b) Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin
yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia,
gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut
kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.

c) Tanda dan gejala


1) Pada vulva terjadi perubahan warna, kulit,membengkak, timbunan
nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
2) Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita
berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam
3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS
dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan
dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di
sekitar alat kelamin.
4) Terdapat abses pada daerah kelamin
5) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah.

Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan


urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai
banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler.

d) Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan:
1) antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah
makan, selama sedikitnya 5-7 hari,
2) asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll),
diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga
kelenjar tersebut mengempis,
3) eritromisin 4 x 0,5 gram perhari selama 5-10 hari, suntikan 1.000.000
S Depot penisilin sehari selama 6-7 hari, atau jika ada alergi terhadap
penisilin dapat diberi chlorampenicol 1 gr intravena (i.v.) atau
intramuskuler (i.m.).
4) Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan
urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai
banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler. Jika
sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan
sayatan karena jika tidak akan menjadi kista.

e) Dampak Bagi Kehamilan dan Persalinan


Dampak terhadap kehamilan dan bayi khususnya pada bartholinitis yang
disebabkan oleh Gonokokkusyaitu :
1) Sering dijumpainya kemandulan anak satu (one child sterility) pada
penderita atau bekas penderita karena pada saat persalinan lendir
kental dalam cervix lenyap dan ostium terbuka hingga akhirnya
Gonokokkus ada kesempatan untuk mejalar ke atas berturut-turut
menyebabkan endometritis dan salpingitis (salpingitis inilah penyebab
kemandulan tersebut),
2) Anak yang melalui jalan lahir dapat kemasukan Gonococcus ke dalam
matanya dan menderita konjungtivitis gonorea neonatorum (blenorea
neonati).Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang -
ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista
Bartholini. Sebaiknya kista yang kecil dan tenang pada wanita hamil
dibiarkan saja dan baru diangkat kira-kira 3 bulan setelah persalinan.
Apabila kista sering meradang walaupun sudah diobati berukang kali,
atau apabila kista sangat besar sehingga dikhawatirkan akan pecah
waktu persalinan, maka sebaiknya kista tersebut diangkat dalam
keadaan tenang sebelum persalinan. Adakalanya kista yang sangat
besar baru diketahui sewaktu wanita sudah dalam persalinan. Dalam
hal demikian dilakukan punksi dan cairan dikeluarkan, walaupun ini
bukan terapi tetap. Selanjutnya dilakukan marsupialisasi (nanah
dikeluarkan) sebagai tindakan tanpa resiko dengan hasil yang
memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista
dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang
terbuka pada sayatan.

2. Vaginitis
a) Pengertian
Radang pada vagina yeng disebabkan karena flora vagina telah
terganggu oleh adanya mikroorganisme patogen atau perubahan
lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme patogen
berkembang biak/berproliferasi. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit dan jamur.

b) Penyebab
1) Pada anak-anak disebabkan gonorea dan corpus allineum
2) Pada orang tua terjadi karena pertahanan terhadap infeksi pada vagina
menurun sehubungan dengan “aging process”
3) Vaginitis pada masa reproduksi sering terjadi pada martubasi, corpus
allineum (pressarium, obat atau alat kontrasepsi, kapas), dan
rangsangan termis.

c) Gejala
Gejala umum vaginitis adalah:
1) Pengeluaran keputihan berlebihan, dapat seperti nanah
2) Terasa panas dan gatal
3) Suhu badan dapat meningkat
4) Bagian luar terjadi pembengkakan
5) Pada vagina terdapat bintik merah, mudah berdarah
6) Terasa nyeri saat hubungan seks.

d) Penanganan
1) Memberikan konseling kepada klien
2) Informasikan tentang etiologi dan arah infeksi.
3) Hindari masukan alkohol selama perawatan dan selama 24 jam
setelah perawatan dilengkapi.
4) Jika sedang menyusui, hentikan selama perawatan dan selama
setidaknya 24 jam setelahnya.
5) Jika meminum regimen multiple dosis, minum seluruh obat,
walaupun gejalanya mereda.
6) Gunakan hanya pakaian dalam dari katun untuk mengurangi gejala.
7) Hindari baju ketat : baju longgar akan meningkatkan sirkulasi udara
untuk meringankan gejala.
8) Jangan cebok dengan menggunakan produk hygiene kewanitaan.
9) Jangan melakukan hubungan seksual sampai anda dan patner anda
menjalani perawatan dan tanpa gejala.

3. Vulvovaginitis
a) Pengertian
Vulvovaginitis berasal dari kata : Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada
vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina.

b) Penyebab
1) Infeksi
2) Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
3) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita
hamil dan pemakai antibiotik
4) Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
5) Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
6) Zat atau benda yang bersifat iritatif
7) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
8) Sabun cuci dan pelembut pakaian
9) Deodoran
10) Zat di dalam air mandi
11) Pembilas vagina
12) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak
menyerap keringat
13) Tinja
14) Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
15) Terapi penyinaran

c) Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah :
1) Keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika
jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal
dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.
Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan
sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan
keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
2) Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur
menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada
vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju.
3) Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan
wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena Trichomonas
vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau
keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.Gatal-gatalnya
sangat hebat.
4) Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa
disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau
endometrium.
5) Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual.
6) Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh
infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka
yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes
atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker
atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan
gatal-gatal di daerah vulva.

d) Pengobatan
1) Jika cairan yang keluar dari vagina normal, pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
2) Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan :
3) Antibiotic
4) anti-jamur
5) anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. \
6) Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina
dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh
dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan
resiko terjadinya peradangan panggul.
7) Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen
selama 7-10 hari. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga
diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga
mengurangi pertumbuhan bakteri.
8) Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi,
kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
9) Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit
maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.

B. Radang Genetalia Interna


1. Cervisitis
a) Pengertian
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis.
Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel
silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir
vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal
canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium
uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman
ostium uteri internum.Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari
infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap
kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah
oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.
(Sarwono, 2008)
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis
servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding
selaput lendir vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 )Juga
merupakan :
1) Infeksi non spesifik dari serviks
2) Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ),
erosi folikuler ( kistik )
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah
leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat
hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan
pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil
tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik,
termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis
menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan
merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.

b) Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas
vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan
anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel
gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan
intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.Servicitis dapat disebabkan oleh
salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
1) Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40%
kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2) Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang
kurang umum dari cervicitis.
3) Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam
menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.
4) Sekunder terhadap kolpitis.
5) Tindakan intra dilatasi dll.
6) Alat-alat atau obat kontrasepsi.
7) Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin

c) Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus
atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks
dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa
gambaran patologis dapat ditemukan :
1) Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis
ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak
putih kekuningan.
2) Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah
kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio
disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.

3) Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks
lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan
demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun,
cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah
banyak.

d) Klasifikasi
1) Cervicitis Akut.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang
diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada
infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh
Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks
memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent.
Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa
tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut.
Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema,
pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal.
Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara
seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis,
Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen
yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus
dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya
tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan
pembedahan.Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa
nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2) Cervicitis Kronis.
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-
luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-
kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran
patologis dapat ditemukan :
i. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma
endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
ii. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas
dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri
atas mucus bercampur nanah.
iii. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa
endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan
demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang
menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ;
secret mukopurulen bertambah pendek.

e) Gejala klinis
1) Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering
menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat
keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio
normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari
luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe
2) Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan
kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.

f) Faktro resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1) Usia
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok

g) Tanda dan gejala


1) Perdarahan
2) Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3) Cepat lelah
4) Kehilangan berat badan
5) Anemia

h) Manifestasi klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna
putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus,
perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada
pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak.
Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah
sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi
dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.

i) Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak
memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami
kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani
histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.
Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

j) Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan
program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus
kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini
melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke
nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa
respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10
hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.

k) Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi
lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi
kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan
ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng
efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.

3) Endometriti
a) Pengertian
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang
umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis
didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. Derajat efeknya
terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan
permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau
merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik
primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah
Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.

b) Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau
dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara
daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri
atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat
1) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka,
terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
2) Pada saat terjadi keguguran.
3) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
4) Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih
dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen
uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan,
mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva
dan dilatasi cervik.
5) Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada
sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella
melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis.
Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau
fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri.
Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan
meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital.
Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan
berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.

c) Gambaran klinik
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lochia
tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang
segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometriosis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis
yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam
kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang
terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
1) Miometritis (infeksi otot rahim)
2) Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3) Salpingitis (infeksi saluran telur)
4) Ooforitis (infeksi indung telur)
5) Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
6) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.

d) Jenis jenis endometritis


1) Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada
endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari
ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi
sebelum hari ke-9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada
abortus provocatus. Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
ada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan
hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi,
edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta
perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea
mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus, dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.
Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena
luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat
plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen.
Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak
sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.Pada
abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat
menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium serta ke peritoneum di
sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini
diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang
bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah
berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar Gejala-
gejalanya,yaitu:
i. Demam
ii. Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang
keluar fluor yang purulent.
iii. Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
iv. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium
tidak ada nyeri.
v. Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
2) Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam
masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri,
karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu
haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel
plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya
karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan
menoragia. Pengobatannya tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
i. pada tuberkulosis;
ii. jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
iii. jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
iv. pada polip uterus dengan infeksi;
v. pada tumor ganas uterus;
vi. pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
vii. Fluor albus yang keluar dari ostium
viii. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagia
ix. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang
terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor
dengan infeksi di dalam kavum uteri. Dahulu diagnosis
endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang.
Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan Adler
tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui
bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium
dan yang dahulu dianggap patologik adalah gambaran normal
dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
e) Diagnosa
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya
pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya
involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada
pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi
lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum
adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis.
Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas
pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi
vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada
vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis
berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah
digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran
dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari
diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan
pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus
mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi
sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis
dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat
palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan
biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi
dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus
dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah
tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta
saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis.
Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus,
mengindikasikan keradangan pada uterus. Sejumlah kecil pus yang
terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu
gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix
(cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti
itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk
melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan
spekulum. Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis,
diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari
jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada
dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan
terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus. Tampak
daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan
dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan
manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi.
Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi
sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari
mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva
menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican
melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina
dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk
diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik.
Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan
kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau
menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan
cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat
dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau
disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah
inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi
menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk
transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus
vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang
digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

4) Miometritis
a) Pengertian
Miometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah
infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti
endometritis.

b) Klasifikasi
1) Metritis akut
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan
metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi
radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan
dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-
kadang dapat terjadi abses.

2) Metritis Kronik

Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas


dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit
pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang
multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat
akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi :

i) Abses pelvik
ii) Peritonitis
iii) Syok septic
iv) Dispareunia
v) Trombosis vena yang dalam
vi) Emboli pulmonal
vii) Infeksi pelvik yang menahun
viii) Penyumbatan tuba dan infertilitas

c) Faktor predisposisi
1) infeksi abortus dan partus
2) Penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim
3) Infeksi post curettage
d) Gejala gejala
1) Demam
2) Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
3) Sakit pinggan
4) Nyeri abdomen
5) Nyeri saat berhubungan seksual
6) Nyeri di daerah pelvis
7) Nyeri di punggung kaki (betis)
8) Gangguan kesuburan
9) Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)

e) Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
1) Parametritis (infeksi sekitar Rahim)
2) Salpingitis (infeksi saluran otot)
3) Ooforitis (infeksi indung telur)
4) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
5) Adnesitis
a) Pengertian
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa
adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan
ovarium.Istilah lain dari adnexitis antara lain: pelvic inflammatory
disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.

b) Penyebab
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan pre menstrual syndrome)
2) Menorrhagia
3) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
4) Nyeri saat berhubungan intim
5) Demam
6) Nyeri punggung
7) Keluhan saat buang air kecil

c) Gejala
Radang atau infeksi ini biasanya akibat infeksi yang menjalar ke
atas dari uterus, tetapi juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya. Diantara
sebab yang paling banyak adalah infeksi gonorrhea(kencing nanah) dan
Chlamidia, serta infeksi setelah aborsi dan masa nifas. Selain itu juga
sebagai akibat dari beberapa tindakan, seperti kerokan, laparotomi,
pemasangan IUD dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh
seperti appendiks.Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri,
dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba
falopii. 90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga
menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi
sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama
kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual,
tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur
kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).Penyebab lainnya yang lebih
jarang terjadi adalah:
1) Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2) Skistosomiasis (infeksi parasit)
3) Tuberkulosis.
4) Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
5)
d) Faktor resiko terjadinya PID
1) Aktivitas seksual pada masa remaja
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Pernah menderita PID
4) Pernah menderita penyakit menular seksual
5) Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

e) Terapi
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika.
Tergantung dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan
antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat oral selama 10-14
hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ
sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional (pemberian
antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubungan
seksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi pengobatan,
sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Pembedahan perlu dilakuan jika :
1) Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
2) Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
3) Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis
akuta dan adneksitis akuta

6) Parametritis
a) Pengertian
Peritonitis adalah peradangan dinding kavum abdomen atau
peritoneum.

b) Etiologi
Secara umum peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1) Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2) Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu, appendiks, buli-buli dan pankreas. Sebenarnya
peritoneum sangat kebal terhadap infeksi, jika pemaparan tidak
berlangsung terus-menerus, tidak akan terjadi peritonitis dan
peritoneum cenderung mengalami penyembuhan jika diobati.
3) Luka tusuk karena bakteri dari pisau atau benda tajam yang masuk ke
rongga abdomen.
4) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa terkumpul di
perut (asites) dan mengalami infeksi.
5) Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang
ditempatkan di dalam perut
6) Iritasi tanpa infeksi
Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk
bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan
peritonitis tanpa infeksi.
7) Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhoe dan
infeksi chlamidia).

c) Patofisiologi
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan
membran mengalami kebocoran. Respon umum terhadap kehilangan
cairan intravaskular ini digariskan dalam gambar l. Jika defisit cairan
tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan
kematian sel. Pelepasan berbagai mediator seperti interleukin, dapat
memulai kaskade respons hiperinflamatoris, sehingga membawa
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh
mencoba mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh
ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardia awalnya
meningkatkan curah jantung, tetapi ini segera gagal begitu terjadi
hipovolemia. Terjebaknya cairan di dalam cavum peritonealis dan lumen,
lebih lanjut meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha
pernafasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi
splanik.
Gejala sisa metabolik mencakup katabolisme otot untuk
menyediakan asam amino skeleton untuk sintesis energi dan protein fase
akut. Cadangan glikogen hati dengan cepat berkurang secara dini dalam
perjalanan peritonitis, dan terjadi resistensi insulin relatif. Bahkan dengan
pemberian protein dan kalori dari luar (eksogen), lingkungan hormonal
dapat mencegah penggunaan penuhnya untuk mendukung hospes.

d) Tanda dan gejala klinis


Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan jenis dan luasnya agen
penyebab, kondisi umum penderita dan respon tubuh penderita terhadap
inflamasi dan infeksi.
1) Nyeri abdomen, nyeri abdominal akut merupakan gejala khas,
nyeri ini terjadi tiba-tiba, hebat, dapat terlokalisir ataupun
difus
2) Muntah, pada awalnya merupakan refleks visceral. Muntah
kemudian menetap sebagai tanda peritonitis dan ileus.
3) Peningkatan denyut nadi, temperatur, dan frekuensi
pernafasan.
4) Iritasi diafragma sehingga pernafasan menjadi cepat dan
dangkal.
5) Nyeri tekan abdomen dan spasme otot. Nyeri lepas mungkin
ditandai dengan tidak adanya nyeri tekan.
6) Bising. usus menghilang dan ini merupakan tanda yang paling
penting dari peritonitis.
7) Distensi abdomen dalam berbagai tingkatan.
Rangkuman

Radang pada genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan vulva


vaginitis. Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin
wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus (kondiloma akuminata dan herpes
simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri
(neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus),
Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai
Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina.
Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di sekitar daerah
labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan daerah perineal
(daerah perbatsan antara vagina dan anus)
kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak nyaman pada kulit
terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir yang keluar dari vagina
(62-92%).

Evaluasi

Ny. T, seorang ibu rumah tangga, datang ke poli kandungan dengan keluhan ada bengkak
di daerah kemaluan bagian bawah, ada leukore, panas dan nyeri waktu kencing. Dari
hasil anamnesa, suami bekerja sebagai driver bus antar-propinsi dan pulangnya 1
minggu sekali.

1. Sesuai data kasus di atas Ny. T menderita penyakit ….(A)

a.Vulvitis

b.Vaginitis

c.Cervixitis
d.Bartholinitis

e.Endometriosis

2. Kemungkinan penyebab penyakit yang diderita Ny. T adalah …(E)

a.Sifilis

b.Gonore

c.Tuberkolose

d.Candidiasis

e.Trikomoniasis

3.Komplikasi yang mungkin muncul pada penyakit Ny. T adalah ….(A)

a.Bartholinitis

b.Vaginitis

c.Cervixitis

d.Endometriosis

e.Miometritis

4.Tindakan yang sesuai dengan kewenangan bidan dalam menangani kasus yang
dialami Ny. T adalah …(B)

a.Bilas vagina

b.Memberikan antibiotik

c.Kompres betadin

d.Memberika AgNO3 10 %

e.Memberikan albothyl

5.Jenis penyakit yang diderita Ny. T tergolong ….(A)

a.PMS

b.Akut

c.Kronis

d.Herediter

e.PID
KEGIATAN BELAJAR 4

M
GG

KK
AA
NN
AA

NN

NN
AA
DD

NN
AA
AA

RR
EE

EE

EE
PP

PP
SS

M
II
Pendahuluan

Seorang wanita yang datang untuk keluhan ginekologik dan mengajukan


hal-hal ang berhubungan dengan alat keleminnya cenderung menunjukkan
gejela-gejala kecemasan,kegelisahan,rasa takut dan rasa malu.
Dalam mengahadapi seorang penderita ginekologik terutama pada pemeriksaan
pertama kali dari dokter sangat diperlukan pengertiaan,kesabaran dan sikp yang
menimbulkan kepercayaan.
Dalam anamnesis penderita perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan
keluhan-keluhan secara spontan,kemudian ditanyakan gejala-gejala tertentu yang
menuju kearah kemungkinan diagnostic.

Capaian Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk
melaksanakan Pemeriksaan dan penanganan dari penyakit ginekologi dengan
pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan keterampilan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan
2. Menjelaskan
3. Menjelaskan Kesedihan dan Duka Cita
4. Uraian Materi

Pokok bahasan pada materi Pemeriksaan dan penanganan dari penyakit


ginekologi adalah sebagai berikut :
1. Adaptasi

Uraian Materi

Rangkuman

Evaluasi
KEGIATAN BELAJAR 5

Onkologi

Pendahuluan

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis


pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor,
termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan
perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh bidan membentuk respon
ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Untuk memberikan asuhan yang
menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang bidan harus
memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.

Campaian Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan Perubahan sistem reproduksi
2. Menjelaskan Perubahan sistem pencernaan
3. Menjelaskan Perubahan sistem perkemihan
4. Menjelaskan Perubahan sistem musculoskeletal/ diastasis rectie abdominis
5. Menjelaskan Perubahan sistem endokrin
6. Menjelaskan Perubahan tanda-tanda vital
7. Menjelaskan Perubahan sistem kardiovaskuler
8. Menjelaskan Perubahan sistem hematologi
Bahan Kajian

1. Perubahan sistem reproduksi


2. Perubahan sistem pencernaan
3. Perubahan sistem perkemihan
4. Perubahan sistem musculoskeletal/ diastasis rectie abdominis
5. Perubahan sistem endokrin
6. Perubahan tanda-tanda vital
7. Perubahan sistem kardiovaskuler
8. Perubahan sistem hematologi

Uraian Meteri

KEGIATAN BELAJAR 6
ana
ang
pen

uks

Kel
rod
rep

sist

ain
em
ana
ang
pen

uks

Kel
rod
rep
nn

sist
da

da
pa
an
ain
ya

em
nn

da

da
pa
an
ya

nn

ii

Pendahuluan

Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi
kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum yang digunakan untuk tiga jenis
infeksi pada saluran reproduksi yaitu ISR endogen, ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan
prosedur medis dan terakhir PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan
yang telah terinfeksi.
Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi,
menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche
atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid yang sering terjadi diantaranya Dismenore,
Sindrom Premenstruasi, Hipermenorea (menoragia), Hipomenorea, Polimenorea, Oligomenorea dan
Amenorea.

Capaian Pembelajaran

A.Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk dan mengerti jenis
penyakit kandungan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan
keterampilan
B.Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak normal atau
karena pengaruh hormonal
2. Menjelaskan Infertilitas
3. Menjelaskan Penatalaksanaan kelainan sistem reproduksi meliputi
4. Menjelaskan Penanganan masing-masing masalah dan gangguan reproduksi

Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi respon orang tua terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1. Radang Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak
normal atau karena pengaruh hormona
2. Infertilitas
3. Penatalaksanaan kelainan sistem reproduksi meliputi
4. Penanganan masing-masing masalah dan gangguan reproduksi

Uraian Materi

A. Radang Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak normal atau karena
pengaruh hormon
1.Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi (gangguan haid) ialah gangguan yang terjadi baik pada jumlah
dan lama haid serta siklus haid. Gangguan ini bisa berupa siklus menstruasi yang tidak
teratur, darah haid yang terlalu sedikit atau banyak, dan atau bahkan sama sekali tidak haid.
Siklus haid yang normal bagi setiap wanita memang berbeda, jadi ada baiknya untuk
mencatat siklus bulanan secara rutin.
2.Penyebab
Haid normalnya berdurasi antara 7-14 hari dengan siklus 28-35 hari. Faktor penyebab
gangguan haid dapat beragam, mulai dari psikis (stress), gangguan hormon, kehamilan, berat
badan yang turun/naik drastis, penyakit yang menyertai seperti Polycystic ovary
syndrome (PCOS), dll
3.Klasifikasi Gangguan Menstruasi
Secara umum, terdapat tiga pembagian klasifikasi gangguan haid, yaitu kelainan jumlah
dan lama perdarahan haid, kelainan siklus haid, dan perdarahan di luar haid. Berikut
penjelasannya beserta penanganan setiap klasifikasi :
Berdasarkan Kelainan Jumlah dan Lama Perdarahan Haid
1.hipermenorrhea
Kondisi ini didefinisikan dengan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, yaitu
>80 mL darah dan/atau durasi yang bertambah lama (>7 hari) pada interval haid yang normal
Kondisi ini disebabkan oleh kondisi dalam uterus, misalnya mioma uteri dengan permukaan
endometrium, gangguan peluruhan endometrium, dan lainnya. Terapi pada kelainan ini ialah
dengan melakukan terapi pada penyebab utamanya. Pada kondisi ini, perlu dilakukan
pemeriksaan ginekologis dan pemeriksaan darah yang meliputi faktor koagulasi. Bila hasil
didapatkan normal, maka terapi dapat diberikan baik non-hormonal maupun hormonal.

Terapi hormonal yang digunakan ialah pil kontrasepsi kombinasi atau progesteron
selama 3 siklus haid. Sedangkan, terapi non-hormonal seperti asam traneksamat selama 3 bulan.
Apabila pada pemeriksaan lanjutan didapatkan penyebab organik seperti adanya mioma uteri,
hiperplasia endometrium, adenokarsinoma, adenomiosis, atau polip endometrium, maka
tatalaksana lanjutan diberikan di fasilitas tingkat lanjutan oleh dokter spesialis.

1. Pengobatan hipermenorrhea

1. Selain menurunkan atau menghentikan volume perdarahan yang cukup banyak dan mencegah
terjadinya anemia defisiensi besi, pengobatan menorrhagia juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup penderitanya.
2. Namun, apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius yang menyebabkan menorrhagia
atau kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, pengobatan tidak
diperlukan.
3. Ada dua cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui obat-obatan dan operasi. Obat-obatan
seringkali dijadikan pilihan utama, terutama jika pemeriksaan masih berjalan dan belum
menunjukkan hasil pasti mengenai penyebab menorrhagia. Dokter dapat memberikan obat jika
pasien tidak merasakan gejala apa pun yang mengarah pada kondisi serius.
4. Beberapa jenis obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani menorrhagia adalah:
5. Tablet asam traneksamat. Obat ini terbukti mampu menurunkan perdarahan hingga hampir 50%.
Asam traneksamat bekerja dengan cara membantu proses penggumpalan darah di dalam rahim.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah diare dan
6. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Selain dapat meredakan gejala nyeri, obat ini juga dapat
menurunkan produksi salah satu hormon yang berperan dalam terjadinya menorrhagia, yaitu
hormon prostaglandin. Contoh obat OAINS yang bisa digunakan adalah ibuprofen, naproxen, dan
asam mefenamat. Obat ini bisa menurunkan perdarahan hingga 20-50%. Efek samping yang
mungkin timbul dari penggunaan OAINS sama seperti asam traneksamat, yaitu diare dan
dispesia.
7. Pil kontrasepsi kombinasi. Pil yang mengandung hormon progestogen dan estrogen ini dapat
mencegah pelepasan sel telur di dalam rahim setiap bulannya. Selain mengobati menorrhagia,
obat ini juga dapat mengurangi nyeri haid dan mengatasi siklus menstruasi yang tidak teratur
sekitar 40%. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah retensi
cairan, mual, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati.
8. LNG-IUS (levonorgestrel-releasing intrauterine system). Ini merupakan sejenis alat kontrasepsi
yang mampu menurunkan perdarahan hingga 90%. LNG-IUS bekerja dengan cara memperlambat
pertumbuhan lapisan rahim. Alat plastik berukuran kecil ini digunakan dengan cara dimasukkan
ke dalam rahim. Di dalam rahim LNG-IUS kemudian akan melepaskan hormon progestogen
secara perlahan-lahan. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah
munculnya jerawat, nyeri atau rasa tidak nyaman di payudara, dan amenorea (terhentinya
menstruasi) selama masa penggunaan obat.
9. Progestogen suntik dan norethisterone Kinerja keduanya dalam mengobati menorrhagia sama
seperti LNG-IUS, yaitu memperlambat pertumbuhan dinding sel rahim. Efek samping yang biasa
muncul dari penggunaan progestogen suntik adalah kenaikan berat badan, tertundanya kehamilan
(biasanya hingga enam bulan sampai setahun setelah pengobatan dihentikan), sindrom prahaid
(nyeri payudara, retensi cairan, dan perut kembung). Sedangkan efek samping norethisterone oral
adalah nyeri payudara dan tumbuhnya jerawat.
10. Analog GnRH-a (gonadotropin releasing hormone analogue). Ini merupakan salah satu obat yang
efektif dalam mengurangi perdarahan saat menstruasi. Terapi agonis GnRH-a biasanya tidak
dilakukan secara rutin, namun lebih sekadar pengobatan sementara bagi pasien yang akan
menempuh jalan operasi untuk mengobati menorrhagia. Kadang-kadang, dalam kasus tumor jinak
di dalam rahim atau fibroid, hormon agonis GnRH-a dapat diberikan dalam bentuk suntik. Efek
samping yang mungkin ditimbulkan dari terapi ini adalah berkeringat, sensasi panas di tubuh (hot
flashes), dan vagina kering.

Berdasarkan Kelainan Siklus Haid

1. Oliogomenorrhea

Kelainan ini terjadi pada siklus haid dengan durasi melebihi 35 hari. Umumnya kasus ini dikarenakan

faktor hormonal dan tidak mengganggu fertilitas. Oligomenorea adalah suatu kondisi di mana Anda

memiliki periode menstruasi yang jarang terjadi dan tidak teratur. Kondisi ini terjadi pada wanita usia

subur. Pada umumnya, periode menstruasi biasanya terjadi dalam kisaran 21 hingga 35 hari.

Diagnosis berubah menjadi oligomenore setelah lebih dari 90 hari tanpa haid.
Penyebab Oligomenorea

Oligomenorea memiliki berbagai faktor penyebab, diantaranya adalah:

1. Paling sering, kondisi ini merupakan efek samping dari penggunaan hormon kontrasepsi.

Beberapa wanita mengalami periode yang lebih ringan selama tiga hingga enam bulan setelah

mereka mulai menggunakan kontrasepsi. Terkadang, haid mereka berhenti total.

2. Wanita muda yang berpartisipasi dalam olahraga atau melakukan olahraga berat dapat
mengembangkan kondisi ini.

3. Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, juga dapat menyebabkan kondisi ini.

4. Oligomenore biasa terjadi pada remaja perempuan dan wanita perimenopause karena kadar
hormon yang berfluktuasi.

5. Oligomenore juga dapat terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau masalah tiroid.

6. Ini juga umum terjadi pada wanita dengan kadar protein tinggi yang disebut prolaktin dalam
darah. Obat-obatan, seperti antipsikotik dan anti-epilepsi, dapat mengurangi menstruasi.

Gejala Oligomenorea

Segera konsultasikan diri pada dokter jika Anda menjalani lebih dari 35 hari tanpa menstruasi dan tidak

sedang menjalani pengobatan KB. Jika siklus Anda tiba-tiba berubah, segera hubungi

dokter kandungan Anda untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pengobatan Oligomenorea

Oligomenorea bukan merupakan kondisi yang serius. Periode menstruasi dapat disesuaikan

dengan perubahanpenggunaan kontrasepsi hormonal atau progestin.Kadang-kadang, oligomenorea dapat

menunjukkan masalah mendasar lainnya, seperti gangguan makan, yang perlu diobati atau wanita lain

mungkin perlu mengurangi berolahraga.Perlu berhati-hati apabila memiliki kurang dari empat siklus

menstruasi per tahun selama bertahun-tahun yang terjadi secara alami dan tanpa obat, seperti pil KB,

karena dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium dan kankerendometrium.


Jika Anda secara teratur pergi tanpa haid selama lebih dari 35 hari, segera kunjungi dokter Anda untuk

pemerikaan lebih lanjut.

2. Amenorrhea

Kelainan ini terjadi ketika seseorang tidak haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenorrhea sendiri dibagi
menjadi dua, yaitu amenorrhea primer dan sekunder. Amnerrohea primer merupakan kondisi bila seorang
perempuan sampai dengan usia 18 tahun lebih tidak pernah haid. Hal ini dikaitkan dengan kelainan
kongenital dan genetik.

Amenorrhea sekunder merupakan kondisi dimana seseorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian
tidak mendapatkan haid, biasanya berkaitan dengan gangguan gizi, metabolisme, tumor, serta penyakit
infeksi.

Penyebab Amenore

Penyebab amenorrhea adalah disebabkan karena banyak hal. Beberapa hal di antaranya adalah:

1. Pengobatan penyakit kronik

2. Pengangkatan kandung rahim

3. Kelainan bawaan pada sistem kehamilan

4. Kelainan kromoson

5. Olahraga berlebihan

6. Tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina (agenesis uterovaginal)

7. Gangguan pada susunan saraf pusat

8. Pubertas terlambat

9. Gangguan pada indung telur (ovarium), seperti tumor ovarium, kegagalan fungsi indung telur

10. Gangguan produksi hormon, seperti hipotioridisme, sindrom cushing

11. Penyakit berat, seperti penyakit ginjal kronik.


Penyebab amenore secara umum pada wanita muda seringkali disalah pahami sebagai sebuah
kehamilan yang tidak terdiagnosis. Secara klinis, seorang wanita berusia 13 tahun yang belum
mengalami tanda-tanda pubertas seperti pertumbuhan payudara dan belum haid, dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke dokter. Begitu pula dengan wanita yang sudah mengalami menstruasi, namun tidak
mendapat haid dalam jangka waktu 90 hari sejak haid terakhir.

Jenis Amenore

Amenore sendiri terbagi dua, yaitu:

1. Amenore primer

Amenore primer biasanya merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada wanita muda
yang tidak pernah mendapatkan periode menstruasi sama sekali (meskipun sudah berusia 16 tahun) dan
tidak hamil. Mereka yang mengalami amenore, organ internal reproduksinya tidak terbentuk dengan
normal.

Penyakit kelenjar hipofisis (pituitari) dan hipotaalamus (wilayah otak yang penting untuk kontrol
produksi hormon) juga dapat menyebabkan amenore primer karena daerah ini memainkan peran penting
dalam regulasi hormon indung telur.

Kondisi lain yang mungkin penyebab amenore primer adalah ketidakpekaan androgen (di mana individu
memiliki kromosom XY yang secara genetik laki-laki tetapi tidak menunjukkan karakteristik fisik laki-
laki karena kurangnya respons terhadap testosteron), hiperplasia adrenal kongenital, dan ovarium
polikistik syndrome (PCOS).

1. Amenore sekunder

Amenore sekunder adalah kondisi di mana penderita sebelumnya pernah menstruasi secara normal,
kemudian siklusnya terhenti. Kehamilan adalah penyebab utama dari amenorea jenis ini.

Sementara itu, amenore yang disebabkan karena masalah di hipotalamus, menyebabkan gangguan pada
pengaturan hormon yang nantinya memengaruhi kelenjar pituitari, yang selanjutnya mengirimkan sinyal
ke indung telur untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sehingga seorang wanita
mendapatkan menstruasi.

Sejumlah kondisi dapat memengaruhi hipotalamus di antaranya:


1. Penurunan berat badan yang ekstrem

2. Stres emosional atau fisik

3. Latihan yang ketat

4. Penyakit kronis.

Gejala Amenore

Tanda utama amenore adalah tidak adanya periode menstruasi. Tergantung pada penyebab
amenore, Anda mungkin mengalami tanda-tanda atau gejala lain bersama dengan tidak adanya periode,
seperti:

1. Keluar cairan pada putin payudara

2. Rambut rontok

3. Sakit kepala

4. Gangguan penglihatan

5. Kelebihan rambut wajah

6. Nyeri panggul

7. Jerawat

Pengobatan Amenore

Pengobatan yang dilaksanakan tergantung penyebab amenore. Beberapa metode pengobatan yang
disarankan oleh dokter sesuai dengan penyebab amenore, misalnya:

1. Terapi sulih hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ ERT) yang membantu menstabilkan
hormon untuk memicu siklus haid, pada kondisi insufisiensi ovarium primer. ERT akan
menggantikan estrogen yang tidak dihasilkan oleh ovarium untuk mengatur siklus menstruasi
secara normal. Dokter juga akan memberikan progestin atau progesteron untuk mengurangi risiko
kanker rahim

2. Pengobatan pada wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS), penanganan akan
berfokus untuk mengurangi kadar hormon androgen
3. Pemakaian pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang memicu terjadinya siklus haid

4. Amenore yang disebabkan oleh faktor gaya hidup bisa ditangani dengan menjaga berat badan
tetap ideal, mengontrol stres, dan menetapkan jadwal olahraga yang tepat dan teratur

Berdasarkan Perdarahan di Luar Haid

1. Metroragia

Pada kondisi ini, dokter akan bertanya secara lengkap mengenai riwayat penyakit yang meliputi riwayat
menstruasi dan riwayat gejala yang berhubungan kontrasepsi. Kemudian, pemeriksaan penunjang yang
diperlukan ialah urinalisis, tes kehamilan, pap smear, profil koagulasi, dan hematologi.

Setelah itu, dilihat apakah pola temporal haid bersifat reguler atau irreguler. Bila sifatnya reguler, maka
hal tersebut disebabkan oleh perdarahan ovular yang biasanya disebabkan oleh keadaan patologis di luar
uterus, misalnya adanya hematuria, vulva, vaginal, seriks, tuba, atau perdarahan rektal.

Bila sifat nya irreguler, penyebab utama disebabkan oleh keadaan patologis di dalam rahim, seperti
abortus imminens, abortus inkomplit, kehamilan ektopik, ataupun berkaitan dengan IUD. Selain itu,
dapat pula terjadi karena kelainan seperti polip, mioma, endometritis, serta keganasan baik dari serviks
atau uterus.

2. Menometroragia

Pada kondisi ini terdapat peningkatan perdarahan haid atau durasi perdarahan yang terjadi dengan
interval yang tidak teratur.

Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis gangguan menstruasi, dokter akan menanyakan apakah ada gejala
yang sesuai dengan klasifikasi tadi. Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan
panggul untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya peradangan pada vagina maupun serviks. Dokter
mungkin juga akan melakukan pemeriksaan pap smear untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya kanker. Pemeriksaan lain yang mungkin saja dilakukan adalah USG, biopsi endometrium, atau
histeroskopi.

Penanganan

Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan menstruasi berbeda-beda. Dokter terlebih dahulu
menganalisa apa yang menjadi penyebab utama gangguan terjadi. Mungkin dokter akan memberikan
beberapa obat-obatan yang mengandung hormon apabila penyebab kondisi ini adalah ketidakseimbangan
hormon. Selain itu, penanganan yang dapat membantu gangguan menstruasi antara lain :

1. Menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen atau berendam air hangat. Hal ini dapat
mengurangi nyeri dan kram akibat haid.
2. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
3. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orgasme dapat mengurangi kram akibat haid.
4. Beberapa ahli mengatakan, mengatur pola makan sekitar 14 hari sebelum haid dapat membantu
dalam gangguan menstruasi. Disarankan penderita mengonsumsi gandum utuh, buah, dan sayuran
segar, serta menghindari lemak jenuh dan makanan cepat saji, membatasi konsumsi garam
(sodium), membatasi asupan kafein, gula, dan alkohol juga dapat bermanfaat.
5. Cegah dan atasi anemia.

2. Infertilitas
1.DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).Infertilitas
(kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan keturunan
(Elizbeth, 639).Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008, hal: 1).Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu
tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
2. BEBERAPA TANDA, PRIA ATAU WANITA MENGALAMI INFERTILITAS
1. Siklus menstruasi tidak teratur atau tidak terjadi siklus
Hal ini bisa diakibatkan oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari di otak bersama ovarium tidak sejalan
sehingga hormonnya tidak seimbang. Pada beberapa wanita yang mengalami predisposisi genetik atau
penyakit autoimun, menopause akan terjadi lebih cepat ketika mereka menginjak usia 20-an.

2. Periode yang berat atau menyakitkan

Periode yang berat disini dapat diakibatkan fibroid uterus (pertumbuhan non-kanker dari jaringan otot
rahim), sedangkan periode yang menyakitkan dapat berarti endometritis (peradangan lapisan
endometrium rahim) dan sebagainya.

3. Gangguan penglihatan

Jika penglihatan Anda terganggu, bisa jadi Anda memiliki prolaktinoma, atau tumor non-kanker di
kelenjar pituitari yang mengganggu hormon FSH (hormon penghasil sel telur).

Kelenjar pituitari tepat berada di optik siasma, yang mana prolaktinoma bisa menekan sel penghasil FSH
yang berdampak ke penglihatan. Jika dokter menemukan kadar prolaktin Anda tinggi maka akan
dianjurkan melakukan tes MRI. Jika tumor masih kecil, bisa dilakukan pengobatan, tapi jika sudah besar
harus dilakukan operasi dan setelahnya siklus menstruasi Anda akan kembali teratur.

4. Tumbuh rambut yang tidak diinginkan atau berlebihan

Misalnya tumbuh di area wajah atau anggota tubuh lainnya maka Anda bisa saja mengalami polycystic
ovary syndrome (PCOS), kelainan hormon yang mengganggu komunikasi antara otak dan ovarium.
Gejala lainnya dari PCOS yaitu siklus tidak teratur, naiknya berat badan atau munculnya jerawat.

5. Kehilangan libido dan fungsi seksual

Pria yang kehilangan libido, memiliki masalah ereksi. Bahkan ketika ejakulasi, merasa sakit, bengkak
atau ada benjolan di testis maka kemungkinan dia mengalami masalah kesuburan.

6. Bertambahnya berat badan

Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil biasanya sulit untuk hamil. Begitu pula
wanita yang terlalu kurus.

Latihan berlebih atau atletis juga bisa mengalami siklus tidak teratur yang berdampak infertilitas.
Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi Anda untuk mendapatkan berat badan ideal.

7. Sakit saat berhubungan seks

Jika sakit saat berhubungan, lubrikasi bisa membantu. Tapi jika vagina yang kering, biasanya diakibatkan
berkurangnya estrogen bisa jadi Anda menuju menopause yang menghalangi untuk hamil.

8. Rambut tipis atau rontok

Rambut menipis atau rontok dapat disebabkan Anda mengalami gangguan fungsi tiroid yang berdampak
pada ovulasi. Gejala lainnya yaitu kecemasan, kehilangan berat badan, denyut jantung yang cepat dan
kelelahan.
9. Kekurangan vitamin D

Meskipun penelitian mengenai seseorang yang kekurangan vitamin D berhubungan dengan infertilitas
masih sedikit, namun hal ini patut dipertimbangkan. Jadi sebaiknya, konsultasikan dengan dokter apakah
Anda memerlukan suplemen.

a. Tahap Pertama (Fase I)

1. Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesis).

Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Faktor-faktor
penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia
pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang,
riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus. Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai
alkohol, merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas.

2. Pemeriksaan fisik

Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index (BMI)) dihitung dari tinggi dan berat badan
(kg/m2) – kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat
memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin . Wanita dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan diagnosis
SOPK. Pada umumnya wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa
resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik.. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal
sebaiknya diamati. 4 4 Universitas Sumat.

3. Penilaian ovulasi

Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan karena hal tersebut akan menghasilkan laju
kehamilan kumulatif yang menyerupai laju kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah
penting untuk memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3). Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan mengkombinasikan
serangkaian pemindaian ultrasound dan pengukuran konsentrasi serum 4,5 Universitas Sumatera Utara
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada fase folikular dan progesteron
pada fase luteal.

4. Uji pasca senggama (UPS)

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi informasi tentang interaksi antara
sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit”
dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks
dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop. UPS dikatakan
positif, bila ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat
memberikan gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks
terhadap sperma.2

b. Tahap Kedua (Fase II)


Histerosalpingografi (HSG) Infertilitas tuba didiagnosa sekitar 15%-50% pada pasangan subfertil.
Histerosalpingografi sinar-X (HSG) memberikan gambar rongga uterus dan tuba Fallopi. HSG
merupakan uji pendahuluan yang paling sederhana untuk menggambarkan rongga uterus dan tuba Fallopi
dan sedikit komplikasi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai patensi tuba.22 Pada
suatu metaanalisis dari 20 studi yang membandingkan HSG dan laparoskopi ditemukan bahwa
sensitivitas dan spesivisitas HSG untuk patensi tuba secara berturut-turut adalah 0.65 dan 0.83. Prosedur
sebaiknya dilakukan dalam cara dan waktu yang sama di dalam siklus seperti pada HSG konvensional.
Tidak hanya patensi tuba saja yang dapat diperiksa tetapi juga sebelum diinjeksikan agen kontras,
ultrasound dapat memvisualisasikan morfologi ovarium dan abnormalitas jaringan lunak, seperti fibroid
atau kelainan cacat bawaan uterus dan servik.

c. Tahap Ketiga (Fase III)

Laparoskopi Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi tuba falopi.
Laparoskopi memberikan gambaran panoramik terhadap anatomi reproduktif panggul dan pembesaran
dari permukaan uterus, ovarium, tuba, dan peritoneum. Oleh karenanya, laparoskopi dapat
mengidentifikasi penyakit oklusif tuba yang lebih ringan (aglutinasi fimbria, fimosis), adhesi pelvis atau
adneksa, serta endometriosis yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh HSG.

Langkah Pertama:

Langkah Pertama: Back To Basic Seperti telah disebutkan bahwa terdapat beragam etiologi infertilitas,
sehingga dengan sendirinya pemahaman patofisiologi menjadi beragam serta pemeriksaan yang dibutuhkan
menjadi bertambah. Walaupun demikian, secara praktis fokus penatalaksanaan dapat diarahkan pada
beberapa hal agar lebih efektif dan efisien. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pahami proses terjadinya kehamilan secara benar Pemahaman yang cukup pada dasar-dasar terjadinya
kehamilan secara alami. Seperti diketahui agar terjadi kehamilan dibutuhkan: sperma yang memenuhi
syarat, kavum uteri normal, tuba paten, dan ovulasi yang konsisten. Pengalaman klinis menunjukkan hal-hal
tersebut dirasakan cukup untuk memperkirakan faktor mana yang merupakan penyebab kelainan infertilitas.
2. Pemeriksaan dasar fokus pada hal-hal berikut:1,7 a. Adanya gangguan ovulasi yang biasanya ditandai
dengan oligo atau amenore b. Dugaan gangguan patensi tuba, kelainan anatomis uterus, dan atau
endometriosis. c. Terdapat dugaan penyebab faktor pria.
3. Manfaatkan hari-hari tertentu pada siklus menstruasi secara efisien.
Proses diagnostik infertilitas dimulai dari anamnesis. Anamnesis infertilitas memerlukan waktu yang cukup
agar tergali beberapa aspek penting yang mungkin menjadi etiologi. Selain itu dengan waktu yang cukup
juga memungkinkan memberikan konseling pada pasangan. Informasi yang cukup diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan pasangan untuk menjalani penatalaksanaan infertilitas menjadi lebih optimal.
Langkah Kedua: Pilih Pemeriksaan Spesifik yang Efisien Bila telah didapatkan perkiraan kondisi patologi
yang ada, maka langkah berikutnya adalah memilih pemeriksaan lanjutan yang sesuai. Pada tahap ini dapat
timbul masalah mengingat banyaknya modalitas pemeriksaan yang tersedia. Walaupun demikian terdapat
berbagai basis bukti (evidence) yang dapat digunakan sebagai dasar memilih pemeriksaan yang paling
efisien.

A. Gangguan Ovulasi Gangguan ovulasi


a. merupakan penyebab sekitar 40% infertilitas pada wanita. Gejala klinik yang tampak dapat
berupa gangguan menstruasi. Walaupun demikian pada beberapa kondisi kelainan menstruasi
tidak tampak jelas secara klinis. Riwayat menstruasi merupakan hal penting. Siklus
menstruasi yang normal berkisar antara 25−35 hari, dengan karakteristik perdarahan yang
konsisten. Bila siklus haid tidak teratur, biasanya diagnosis anovulasi dapat ditegakkan
dengan baik. Sebaliknya bila siklus teratur, maka adanya ovulasi harus dibuktikan dengan
menggunakan beberapa cara seperti pengukuran suhu basal badan, pengukuran kadar
progesterone serum, deteksi lonjakan LH, dan ultrasonografi transvaginal serial. 1 Di
samping mengetahui adanya anovulasi, salah satu pemeriksaan yang penting adalah penilaian
cadangan ovarium.

B. Gangguan Patensi Tuba


Gangguan patensi tuba menjadi penyebab dari sekitar 30% infertilitas wanita, oleh karena itu
evaluasi faktor ini merupakan hal penting. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:1,8 -
Histerosalpingografi (HSG): dapat digunakan untuk mendeteksi sumbatan tuba proksimal maupun
distal, adanya salpingitis ismika nodosa, adhesi perituba, serta hidrosalping. Nilai prediksi positif
HSG adalah sekitar 38% sementara nilai prediksi negatifnya sekitar 94%. Hal ini berarti bila hasil
HSG menunjukkan tuba paten, maka hasil tersebut dapat dipercaya dengan cukup baik. Sebaliknya
bila hasil HSG menunjukkan adanya obstruksi tuba, maka diperlukan evaluasi lanjut untuk
mengkonfirmasi hal tersebut. - Sonohisterosalpingografi: teknik ini hampir serupa dengan
histerosalpingografi menggunakan sinar X, namun aliran cairan dalam tuba diikuti menggunakan
ultrasonografi Doppler transvaginal. Kadang ditemukan kesulitan untuk mengidentifikasi tuba mana
yang paten. Dengan demikian bila didapatkan adanya koleksi cairan di kavum Douglas pasca
tindakan maka disimpulkan salah satu tuba adalah paten. - Kromotubasi laparoskopi: merupakan
baku emas untuk penilaian patensi tuba. Teknik ini dilakukan bila ditemukan dugaan obstruksi tuba
dari hasil HSG atau sonohisterosalpingografi. Walaupun merupakan baku emas, teknik ini
merupakan teknik operatif. Dengan demikian dapat timbul potensi penyulit dari teknik operasi
maupun anestesinya
C. Kelainan Uterus
Kelainan uterus sebagai penyebab infertilitas difokuskan pada kemungkinan terjadinya
gangguan pada proses fertilisasi dan implantasi. Dalam hal ini integritas kavum uteri berperan
penting. Beberapa penyebab infertilitas akibat kelainan uterus antara lain kelainan kongenital (uterus
unikornis, bikornis, atau septatus), maupun kelainan didapat (polip endometrium, mioma submukosa,
atau sinekia uteri). Untuk mengetahui adanya kelainan tersebut, dapat dipilih beberapa teknik
pemeriksaan yaitu:6 - Histerosalpingografi (HSG): merupakan teknik yang telah lama digunakan.
Walaupun demikian, teknik ini mempunyai sensitivitas dan nilai prediksi positif yang rendah (50%
dan 30%) untuk mendeteksi kelainan yang sering terjadi seperti polip endometrium serta mioma
submukosa. - Ultrasonografi transvaginal dan sonohisterosalpingografi: dengan menggunakan teknik
sonohisterosalpingografi dapat diperoleh pencitraan yang lebih baik dari kavum uteri. Teknik
sonohisterosalpingografi mempunyai nilai prediksi positif yang tinggi (sekitar 90%) untuk
mendeteksi kelainan seperti polip endometrium, mioma submukosa, dan sinekia uteri. -
Histeroskopi: merupakan metode definitif pemeriksaan kavum uteri. Walaupun demikian aplikasinya
terkendala ketersediaan peralatan dan biaya pemeriksaan yang masih tinggi.
D. Kelainan Sperma
Sama halnya dengan pemeriksaan pada wanita, pemeriksaan pada pria juga diawali dengan
investigasi mengenai karakteristik hubungan seksual, lama infertilitas, penyakit yang pernah dialami,
kondisi medis sistemik saat ini, riwayat pembedahan sebelumnya, obat yang digunakan dan riwayat
alergi, riwayat penyakit menular seksual, dan paparan zat yang toksik terhadap gonad. Analisis
semen harus dilakukan sejak awal dan tidak menunggu pemeriksaan faktor wanita selesai. Hal ini
karena faktor pria merupakan penyebab dari sekitar 30-40% infertilitas.6,9 Dalam menginterpretasi
hasil analisis semen diperlukan kehati-hatian. Bila hasil analisis semen abnormal, dianjurkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mungkin dapat dikoreksi seperti gaya hidup sebelum melakukan
analisis ulang. Analisis ulang dapat dilakukan sekitar 2 bulan kemudian. Dalam satu penelitian
ditemukan bahwa subfertilitas pria diprediksi terjadi apabila didapat konsentrasi sperma kurang dari
13,5 juta/mL, motilitas kurang dari 32%, dan morfologi normal kurang dari 9%.

Langkah Ketiga: Analisis Komprehensif Semua Data yang Terkumpul Setelah hasil-hasil
pemeriksaan terkumpul, maka dilakukan analisis komprehensif. Tergantung dari kesimpulan yang
didapat, penatalaksanaan dapat berupa induksi ovulasi pada anovulasi, koreksi kelainan anatomik
pada uterus maupun tuba, koreksi kelainan yang dapat diubah (modifiable) pada kelainan sperma,
aplikasi teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology).

Langkah Keempat: Ketahui Saat Merujuk yang Tepat Mengetahui saat yang tepat merujuk
pasangan dapat membantu meningkatkan keberhasilan penanganan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
tidak semua tempat pelayanan kesehatan reproduksi memiliki sarana yang memadai untuk
menangani infertilitas hingga tahap teknologi reproduksi berbantu. Walaupun demikian, hampir di
tiap propinsi talah berdiri pusat-pusat pelayanan tersebut sehingga yang harus dioptimalkan adalah
kemitraan dengan sejawat yang bertugas di daerah. Beberapa tindakan seperti investigasi dasar,
induksi ovulasi sederhana, bahkan inseminasi intrauterin memungkinkan untuk dilakukan di tempat
praktik. Beberapa jenis kasus yang membutuhkan rujukan segera antara lain azoospermia, obstruksi
tuba bilateral, periode infertilitas yang terlalu lama dan usia wanita 23-39 tahun.11 Dari pemaparan
ini dapat disimpulkan bahwa mempersingkat time to pregnancy pada penanganan infertilitas
tergantung pada pemilihan waktu dan jenis pemeriksaan yang tepat, mengidentifikasi kemampuan
penanganan oleh klinisi, dan melakukan proses rujukan yang optimal. Diharapkan dengan
pemahaman ini, tidak hanya keberhasilan proses reproduksi yang menjadi tujuan namun juga
kualitas individu yang dihasilkan melalui penatalaksanaan ini.

3.Penanganan masing-masing masalah dan gangguan reproduksi


a) penanganan dini penceegahan kanker Rahim
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks
merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan
serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Dari
beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker
serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu
serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
B. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala
atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi
sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria
menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko
penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan
juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan
pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit
membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga
akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas
akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker
tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.
C. Manifestasi Klinik / Tanda – tanda terkena Kanker Serviks
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya
dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan
adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium
atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher
rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini
juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus termasuk
obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi termasuk
obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar, termasuk
obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara
lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu
memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi,
laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14
hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah
teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain
menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga
tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda -
tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan
parenteral sampai 300 ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia) , monitor intake dan output cairan.
E. Diagnosis
1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat untuk
mendeteksi sel – sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat
ketelitiannya mencapai 90%.
2. Kalposkopi
Kalposkopi merupakan pemeriksaan seviks dengan menggunakan alat kalposkopi yaitu alat
yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah pembesarannya antara 6 – 40 kali dan
terdapat sumber cahaya didalamnya. Kalposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi
menjadi 95%. Alat ini pertamakali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans
Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih
jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang
baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kalposkopi dilakukan untuk konfirmasi
apabila hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsy pada lesi serviks yang
dicurigai.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa – kolumnar (SSK) yang
terlihat seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan
alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan formalin 10% sehingga tidak
merusak epitel.
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian yang
dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c. Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik
5. Klasifikasi
Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi :
1. Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel skuamosa
yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superfisal. Berdasarkan derajat perubahan
sel epitel yang jelas mengalami perubahan. Displasia terbagi dalam tiga derajat
pertumbuhan yaitu :
a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis
b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh epidermis
c. Displasia berat : hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma in situ
Waktu yang diperlukan dari Displasia menjadi Karsinoma in situ
Tingkat Displasia Waktu Dalam Bulan
Sangat Ringan 85 Bulan
Ringan 58 Bulan
Sedang 38 Bulan
Berat 12 ulan

2. Karsinoma In Situ (KIS)


Perubahan sel epitel yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrane basalis dalam keadaan utuh.
F. Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor – faktor yang menyebabkan
timbulnya kanker pada manusia dan membuat penyebabnya tidak efektif dengan cara – cara
apapun. Pencegahan terhadap terjadinya kanker serviks melalui tiga bagian, yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang
untuk menghindari diri dari faktor – faktor yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang
melakukan pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan, produktivitas berjalan
terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi serta perawatan
lebih lanjut. Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah memberikan vaksin Human
Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks. Tujuan dari
pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus dini sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk memperlambat atau
menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder melalui diagnosis dini
displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun laboratorium. Pencegahan sekunder
memiliki kelemahan, antara lain :
a. Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
b. Tetapi lesi prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder sering kali
menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
c. Pencegahan sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya manusia dan alat
yang berkembang
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan,
sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat dua pengobatan
pada pencegahan tersier yaitu :
a. Pencegahan pada Prakanker
1) Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris
2) Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80 – 180 derajat celcius dengan
menggunakan gas CO2 atau N2O
3) Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup representative dengan pisau
biasa atau pisau elektris
4) Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi
5) Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kalposkop, radiasi dengan pemanasan
jarum radium yang digunakan bila penderita yang sudah tua takut dioperasi
b. Pengobatan pada Kanker Invasif
Tindakan pengobatan pada kanker invasive berupa radiasi, operasi atau gabungan antara
operasi dan radiasi

Pencegahan Kanker Serviks

Vaksin HPV HPV Resiko Tinggi

Serviks Normal Pap Test, IVA


Thin Prep

Pencegahan
Primer
Lesi Prakanker

Pencegahan
Sekunder
Kalposkopi

Kanker Serviks

Terapi

a. Skrining
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini, tujuannya adalah untuk
menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat ini terdapat beberapa cara alternatif
untuk skrining kanker serviks yaitu :
1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan untuk
pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun, kalposkopi jarang
digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk membuat foto
pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 – 5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk
mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS dan kanker
serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative yang mudah
untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode IVA mudah, praktis, alat yang
digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini
sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan
IVA, awalnya dengan menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%.
Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto white epithelium,
maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test adalah IVA positif sehingga dapat
ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi.

Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya, kepraktisan, kemudahan dan
dari tersedianya sarana. Perbandingan dari kualitas metode skrining dapat dilihat pada tabel.

Perbandingan Metode Skrining Pap Smear

Metode Praktis Mampu


Efektifitas Tersedia
Skrining Laksana Sarana

Tes Pap Smear + +/- +/- +/-

IVA + + + +

IVAB +/- + + +/-


Kalposkopi + +/- - +/-

Servikografi +/- + - -

Pap Net +/- + - +/-

Tes HPV +/- + - -

Dari berbagai metode alternatif untuk skrining kanker serviks, metode pemeriksaan yang
paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan papaniculou
smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur
hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah wanita berusia 40 tahun. World Health
Organization (WHO) menyarankan skrining pap smear minimal satu kali selama hidup pada umur
35 – 40 tahun. Apabila fasilitas terbatas, skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun,
fasilitas tersedia mencukupi setiap 5 tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap 3
tahun pada umur 25 – 60 tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan berupa cost and
effectiveness.

Sedangkan the American cancer society menyarankan pemeriksaan skirining rutin


dilakukan pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang
dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut – turut dan bila
negatif ,pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita
resiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun.

Manfaat skrining di Negara maju terbukti mampu menurunkan angka kematian akibat
kanker serviks 50% sampai 60% dalam kurun waktu 20 tahun. Sayangnya, program skrining di
Indonesia masih belum memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kanker di
arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan fasilitas kesehatan dan menurunkan angka
kesakitan serta kematian akibat kanker.

b. Pap Smear
1) Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan hormon dengan
memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati tingginya sel – sel abnormal pada
sediaan dari pasien dengan kanker serviks. Penemuan ini merupakan awal dari digunakannya
pap smear untuk skrining kanker serviks, penggunaan papsmear untuk skrining secara masal
baru dimulai pada tahun 1949di British Columbia dan kemudian secara luas digunakan di
Amerika Serikat pada tahun 1950. Sedangkan di Indonesia, perkembangan pap smear di mulai
pada tahun 1970 dan dipopulerkan di beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta
,Bandung, Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Denpasar, Ujungpandang dan Manado.
2) Test Pap Smear
Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas adanya keluhan
pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan dalam terlihat perubahan
bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak teratur serta sangat rapuh sifatnya. Pada
stadium dini gambaran semacam ini belum nampak, sehingga diperlukan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan yang sederhana, aman namun memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap
smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks untuk
menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan dalam
penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang paling sederhana,
praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat, tidak sakit dan tidak merusak
jaringan serta mudah diulang jika diperlukan. Cara untuk pemeriksaan lendir serviks yang
diambil dengan menggunakan spatula (gabungan spatula dan sikat kecil) yang dinamakan
cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel abnormal di leher
rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan pap smear terbukti
dapat menurunkan mortalitas kanker serviks. Adapun prinsip dasar pap smear antara lain :
a) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel bawah
b) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga. Sel yang berasal
dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel – sel yang abnormal dapat
terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear adalah dengan
melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan pemeriksaan test pap smear. Adapun
anjuran untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau pernah menderita
infeksi HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB
d) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut –
turut menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan yang telah menjalani histerektomi
bukan karena kanker
e) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks
3) Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a) Formulir konsultasi sitologi
b) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
d) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
e) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4) Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya diambil getah lendir di mulut
rahim menggunakan alat (spatula) yang tidak merusak. Getah lendir dioleskan pada kaca objek
dan sudah diwarnai akan diperiksa dibawah mikroskop. Gambaran sel yang terdapat dalam getah
lendir tersebut dapat menunjukkan apakah sudah terkena penyakit keganasan ini pada stadium
ini. Untuk memastikan diagnosa harus dilakukan biopsi jaringan mukosa dinding rahim dan
selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan sangat tergantung pada stadium
penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium sampai harus dilakukan operasi pengangkatan
rahim.
5) Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa adanya gejala, namun
sebagian dikenali dengan adanya keluhan berupa keputihan untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan ulang pap smear 6 bulan kemudian untuk melihat dan mengevaluasi apakah
radang di mulut rahim sudah sembuh. Selang infeksi servisitis, hasil pap smear dapat juga
trikomoniasis dan kandidasi yang disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan
keluhan yang sama yaitu keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.
b) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas, maka diperlukan
pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk memastikan dilanjutkan dengan
pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila ASCUS disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko
maka dilakukan kalposkopi biopsi untuk histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan,
dilakukan test HPV. Apabila HPV negative atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif
pada lesi resiko tinggi maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.

c) Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi Intraepitelial dan Sel bersisik (esqiuamous intrae pithelial
lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yangdiperoleh dari pap smear mungkin
sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain
dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan
menjadi kanker lebih cepat dilakukan tes diagnostik.
d) Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas sehingga penyembuhannya menjadi sulit.

b) periksa payudara sendiri (SADARI)

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari
lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita
menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10
setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin
tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada
usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara
sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat
perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan
melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :

 Tahap 1
Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di
depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping
badan.
o

 Tahap 2

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi
kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
o

 Tahap 3

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke
kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
o

 Tahap 4

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul
dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.
2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.

 Tahap 1. Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut
Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk
menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala.
Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda
untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda dengan
menggunakan Vertical Strip dan Circular.
o
 Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian
atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah
bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian
putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan
ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian
bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

 Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling
payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga
putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan
dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
o

 Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.


Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan
abnormal dari puting payudara.
o

 Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba
benjolan abnormal atau tidak.
KEGIATAN BELAJAR 7
NIT

AM
WA

UK
OD

GU
NG
GA

ON
AN

GA

OL
RE

DA
NIT

PR

TE

RT
AM
SY

RT
PE

PE
WA

PA
UK
OD

GU
NG
GA

ON
AN

GA

OL
RE

DA
PR

TE

RT
SI

SY

RT
PE

PE
PA
AA
SI

Pendahuluan

Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama penyakit
pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena penyakit atau masalah pada organ
reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi
kita. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi
jamur ataupun virus.

Capaian Pembelajaran

Bahan Kajian

Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 8
KK
AA
YY
NN
EE
PP

SS
II
NN
EE
JJ

SS
II
NN
EE
JJ
Pendahuluan

Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama penyakit
pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena penyakit atau masalah pada organ
reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi
kita. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi
jamur ataupun virus.
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan
belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang.
Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental.
Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar,
tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu
mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan.
Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan
penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu
masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami
sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa
perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini dan
mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.

Capaian Pembelajaran
A.Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk dan mengerti jenis penyakit
menular seksual dan peyakit imonologi dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep, sikap dan keterampilan
B.Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
5. Menjelaskan jenis jenis penyakit menular seksual
6. Menjelaskan penyakit imunologi

Bahan Kajian
Pokok bahasan pada materi jenis penyakit menular seksual dan penyakit imunologi dalah
sebagai berikut :
5. Jenis jenis penyakit menular seksual
6. Menjelaskan penyakit imunologi

Uraian Materi

A. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual


1. Herpes
a. Pengetian.
Herpes zoster atau cacar ular (cacar api) adalah penyakit yang ditandai dengan
timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga menjadi penyebab cacar air.
Meski tidak berbahaya, herpes zoster menimbulkan keluhan nyeri. Obat antivirus akan
diberikan guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.

b. Penyebab
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella Zoster, yakni virus yang juga
menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah
mengalami cacar air.Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus Varicella Zoster
menjadi tidak aktif, namun bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun. Virus selanjutnya
dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.Belum dapat dipastikan
apa yang menyebabkan virus Varicella Zoster aktif kembali, karena tidak semua yang
pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster. Beberapa kondisi yang diduga
dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah:
1) Berusia di atas 50 tahun. Diketahu bahwa risiko mengalami herpes zoster akan
semakin besar seiring pertambahan usia.
2) Memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita AIDS, pasca
operasi transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid
dalam jangka waktu lama.

c. Tanda gejala
Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air pada kulit, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
2) Bintil tersebut hanya setempat.
3) Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
4) Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
5) Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan.
6) Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.
Bintil tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan, yang semakin parah bila
tersentuh. Rasa nyeri ini sebenarnya sudah timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul, dan
masih akan terus terasa bahkan setelah bintil sudah hilang.Selain bintil dan nyeri, gejala
lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah:
1) Demam
2) Sakit kepala
3) Lemas
4) Silau terhadap cahaya
d. Pencegahan
Cara untuk mengurangi risiko timbulnya herpes zoster adalah pemberian vaksinasi.
Vaksinasi disarankan bagi orang yang berusia di atas 50 tahun. Vaksin juga dapat
diberikan pada orang yang pernah menderita herpes zoster, untuk mencegah kekambuhan.
Walau tidak dapat mencegah herpes zoster sepenuhnya, vaksinasi setidaknya bisa
mengurangi keparahan gejala penyakit ini dan mempercepat waktu penyembuhan.Seperti
yang telah diterangkan sebelumnya, herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit
cacar air, sehingga penyakit herpes zoster tidak dapat ditularkan. Namun, penderita dapat
menjadi sumber penyebaran virus Varicella Zoster yang dapat mengakibatkan orang lain
terkena cacar air. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan agar Anda tidak
menularkan virus ini kepada orang lain:
1) Menutup luka lepuh agar cairan pada lepuh tidak mengontaminasi benda-benda yang
dapat menjadi perantara penularan.
2) Tidak menggaruk luka lepuh.
3) Menghindari kontak langsung dengan wanita hamil yang belum pernah mengalami
cacar air, bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi prematur, serta orang dengan
kekebalan tubuh yang lemah.
4) Sering mencuci tangan.

e. Penanganan
Episode herpes zoster biasanya diri terbatas dan menyelesaikan tanpa intervensi.
Namun, pengobatan yang efektif memang ada dan dapat mengurangi cakupan dan durasi
gejala, dan mungkin risiko kronis gejala sisa (yaitu, postherpetic neuralgia) juga.
Pengobatan adalah manfaat yang paling dalam populasi pasien pada risiko gejala lama
atau berat, khusus, orang immunocompromised dan orang tua dari 50 tahun.
Manfaat merawat populasi yang lebih muda dan sehat tidak jelas.
Zoster tanpa komplikasi tidak membutuhkan rawat inap. Pasien berisiko tinggi untuk
disebarluaskan zoster dapat mengambil manfaat dari intravena (IV) asiklovir. Pasien
dengan zoster diseminata biasanya membutuhkan untuk bisa masuk ke IV asiklovir. Rawat
inap juga dianjurkan bagi setiap pasien menunjukkan penyakit diseminata atau tetes mata
atau keterlibatan meningoencephalopathic.
Penanganan Nyeri untuk Herpes zoster akut
Sebagian besar pasien dengan herpes zoster mengalami rasa sakit akut. Perawatan utama
untuk nyeri zoster terkait akut termasuk analgesik narkotik dan non-narkotika (baik
sistemik dan topikal), agen neuroactive, dan agen antikonvulsan. Sementara kemanjuran
perawatan ini untuk nyeri neuropatik umum telah mapan, hanya beberapa modalitas telah
dievaluasi khusus untuk zoster akut terkait nyeri pada studi terkontrol.

Para oksikodon narkotika oral dan antikonvulsan gabapentin lisan, serta aspirin analgesik
topikal dan lidokain, semua telah menunjukkan kemampuan untuk mengurangi akut zoster
terkait nyeri pada double-blind, placebo-controlled studi. Di sisi lain, pregabalin
anticonvulsant lisan gagal untuk menunjukkan pengaruh signifikan secara statistik
kesakitan zoster menghilangkan akut dalam studi double-blind kecil, terkontrol plasebo.
Meskipun, perlu dicatat obat ini telah terbukti ampuh mengobati rasa sakit dari neuralgia
postherpetic dalam studi terkontrol lainnya.

2. Clamidia
a. Pengertian
Chlamydia merupakan jenis penyakit menular seksual yang ditularkan melalui
hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Kaum wanita yang berusia muda umumnya
yang paling sering mengidap chlamydia, namun baik pria maupun wanita segala usia pun
bisa terkena chlamydia.Penyakit chlamydia dapat menyebar dan menimbulkan gangguan
kesehatan jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi chlamydia pada pria:
1) Epididimitis, yaitu peradangan yang terjadi pada epididimis yang merupakan bagian
dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk sperma dari testikel. Penyakit ini
memiliki gejala membengkaknya epididimis dan menimbulkan rasa nyeri. Jika tidak
segera ditangani, infeksi bisa menyebabkan munculnya cairan atau bahkan nanah, dan
jika sudah parah bisa menyebabkan kemandulan.
2) Reactive arthritis, yaitu peradangan yang terjadi pada persendian dan lebih banyak
menimpa pria dibandingkan wanita. Obat pereda nyeri antiinflamasi non-steroid,
seperti ibuprofen, bisa untuk mengendalikan gejala reactive arthritis. Biasanya gejala
akan membaik dalam waktu 3 bulan hingga setahun, namun kondisi ini bisa kembali
lagi.
3) Uretritis, yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pembuangan urine atau uretra.
Kondisi ini biasanya memiliki gejala seperti sering dan tidak mampu menahan buang
air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau ujung Mr P mengalami
iritasi dan terasa sakit, dan ujung Mr P mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Sedangkan komplikasi chlamydia pada wanita adalah:
1) Servisitis, yaitu peradangan yang terjadi pada leher rahim atau serviks. Beberapa
gejala cervicitis yang dapat terjadi adalah perut bagian bawah terasa nyeri, sakit saat
berhubungan seksual, pendarahan yang terjadi saat atau usai berhubungan seksual, dan
pendarahan di antara masa menstruasi.
2) Penyakit radang panggul, yaitu infeksi yang terjadi pada ovarium, rahim dan tuba
fallopi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik
atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. Penyakit ini bisa menyebabkan
panggul terasa sakit secara terus-menerus dan kemandulan.
3) Bartholinitis atau membengkaknya kelenjar Bartholin yang memproduksi cairan
pelumas pada wanita saat berhubungan seksual. Kista kelenjar Bartholin dapat terjadi
jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi, serta bisa menyebabkan abses yang
terasa sakit saat disentuh, perih, berwarna merah dan bisa menyebabkan demam. Obat
antibiotik harus digunakan untuk mengatasi abses yang terinfeksi.
4) Salpingitis, yaitu peradangan yang terjadi pada tuba fallopi yang menyebabkan sel
telur dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pengidapnya sulit hamil.
Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim akan meningkat,
walau tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.

b. Penyebab
Clamydia disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Penularan chlamydia
bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu,
chlamydia juga bisa menular melalui mainan seks yang tidak dilapisi dengan kondom baru
atau dicuci bersih setelah digunakan.Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin
penderitanya bisa menularkan bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau
penetrasi. Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat
meningkatkan risiko terjangkit chlamydia. Chlamydia tidak akan menular melalui
beberapa hal berikut ini:
1) Pelukan.
2) Dudukan toilet.
3) Handuk.
4) Peralatan makan.
5) Ciuman.
6) Kolam renang.
7) Kamar mandi.
Pada ibu hamil, bisa menularkan chlamydia pada bayi yang dilahirkannya dan
menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan
konjungtivitis serta radang paru-paru. Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan
atau pada saat awal kehamilan, pastikan kamu tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika
positif, obati secepat mungkin.

c. Tanda dan gejala


clamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1-3 minggu. Gejala
chlamydia juga seringkali diabaikan karena dianggap tidak parah dan segera berlalu. Pada
pria dan wanita gejala chlamydia bisa berbeda, namun satu gejala yang sama adalah rasa
nyeri atau sakit saat buang air kecil.
Chlamydia tidak menimbulkan gejala pada 50 persen pengidap pria dan 50 persen
lainnya mengalami gejala seperti sakit pada testikel, serta keluarnya cairan berwarna putih
kental atau encer dari ujung Mr P. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala
yang dialami sudah hilang.
Sedangkan pada wanita yang tidak mengalami gejala adalah sekitar 75 persen, dan
25 persen mengalami gejala yang paling umum terjadi seperti terjadi pendarahan saat atau
usai melakukan hubungan seks dan mengeluarkan cairan Miss V yang tidak biasa. Selain
itu, ada juga yang mengalami menstruasi lebih berat dari biasanya, pendarahan di antara
masa menstruasi, dan perut bagian bawah terasa sakit.
Tidak hanya infeksi pada organ intim, chlamydia juga menginfeksi mata dan
menyebabkan terjadinya konjungtivitis jika cairan Miss V atau sperma yang terinfeksi
terkena mata. Mata yang terinfeksi akan terasa perih, bengkak, teriritasi, dan
mengeluarkan cairan. Anus juga bisa terinfeksi dan menimbulkan pendarahan, keluar
cairan, serta rasa sakit dan tidak nyaman. Selain itu, tenggorokan juga bisa terinfeksi dan
biasanya tidak menimbulkan gejala.
d. Pencegahan
1) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi penggunaan
mainan seks.
2) Pemakaian kondom saat berhubungan seksual tidak 100 persen menghilangkan risiko
terkena infeksi, tapi efektif dalam mengurangi risiko terjangkit penyakit menular
seksual.
3) Membatasi pasangan seksual atau setia dengan satu orang pasangan saja. Jika aktif
melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, maka dianjurkan
melakukan pemeriksaan secara rutin, mengingat chlamydia bisa tidak menimbulkan
gejala pada sebagian orang.

e. Penanganan
Chlamydia dapat diatasi dengan mengonsumsi kombinasi obat antibiotik yang
diresepkan oleh dokter, yaitu:
1) Ofloxacin.
2) Doxycycline.
3) Erythromycin.
4) Azithromycin.
5) Amoxicillin.

3. Gonorrhoe
a. Pengertian
Gonore disebut juga dengan kencing nanah. Gonore adalah suatu penyakit menular
seksual yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria Gonorrhoeae atau
Gonococcus. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari
orang yang terinfeksi. Bakteri penyakit ini berbahaya karena dapat menyerang bagian
dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
Gonore menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal, mainan seks yang
terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap digunakan, dan berhubungan
seks tanpa menggunakan kondom.

b. Penyebab
Kondisi ini biasanya tidak akan langsung menunjukkan gejala langsung saat
pertama kali terinfeksi. Gejala biasanya muncul sekitar 10-20 hari setelah infeksi. Ketika
gejala mulai muncul, Anda lebih baik mendapatkan pengobatan sesegera mungkin. Jika
tidak diobati, gonore dapat menyebabkan ruam, demam, dan akhirnya nyeri sendi.
Bahkan ada yang mengidap kondisi ini, etapi tanpa menunjukkan gejala-gejala yang ada
dan biasanya disebut nonsymptomatic carrier alias pembawa non gejala. Terdapat dua
gejala berbeda pada perempuan dan laki-laki.Gejalanya pada laki-laki Sebagian besar laki-
laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah mengidap gonore, karena
beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan gejalanya.
Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa panas atau
terbakar ketika buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:
1) Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
2) Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau
kehijau-hijauan)
3) Bengkak dan kemerahan pada bukaan atau kulup penis
4) Bengkak atau nyeri pada testis
5) Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama beberapa
hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh,
khususnya urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.
Gejalanya pada perempuan
Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini, sebab gejala yang muncul
ada kemiripan dengan infeksi lain. Gejala penyakit seksual menular pada perempuan ini
awalnya tidak terbentuk dengan jelas, seperti infeksi jamur vagina pada umumnya,
sehingga beberapa perempuan salah menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah
beberapa gejala yang muncul pada perempuan:
1) Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit kehijauan)
2) Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
3) Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
4) Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak sedang menstruasi
5) Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6) Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri panggul
7) Bengkak pada vulva
8) Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan oral seks)
Pada anak-anak yang lahir dengan gonore, gejala biasanya muncul pada mata.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

c. Tanda dan gejala


Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini tertarik pada
selaput lendir dari tubuh Anda atau pada daerah hangat dan lembap di saluran reproduksi
Anda, seperti leher rahim, saluran rahim, dan saluran tuba pada wanita, dan di uretra pada
wanita dan laki-laki.
Dalam lingkungan ini, bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Bakteri
Neisseria gonorrhea penyebab kencing nanah ini sering tertular dari satu orang ke orang
lain selama kontak seksual, termasuk pada hubungan oral, anal, atau vagina.

d. Pencegahan
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini tertarik pada
selaput lendir dari tubuh Anda atau pada daerah hangat dan lembap di saluran reproduksi
Anda, seperti leher rahim, saluran rahim, dan saluran tuba pada wanita, dan di uretra pada
wanita dan laki-laki. Dalam lingkungan ini, bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak.
Bakteri Neisseria gonorrhea penyebab kencing nanah ini sering tertular dari satu orang ke
orang lain selama kontak seksual, termasuk pada hubungan oral, anal, atau vagina.
e. Penanganan
Gonore bisa diobati dengan menggunakan antibiotik oral atau injeksi. Jika Anda
memiliki kondisi ini pasangan Anda juga harus diobati pada saat yang sama untuk
menghindari infeksi dan penyebaran penyakit lebih lanjut. Bahkan jika Anda merasa lebih
baik, Anda masih perlu mengikuti instruksi dan menggunakan semua antibiotik
pasien.Bila pasien dan pasangan terbukti mengidap gonore, penting bagi pasien untuk
hanya menggunakan obat-obatan Anda sendiri. Obat setiap orang diresepkan berdasarkan
kebutuhan mereka sendiri.
Jika pasien menggunakan obat orang lain, ini bisa membuat infeksi lebih sulit
untuk diobati. Jika kondisi Anda tidak menjadi lebih baik dengan antibiotik, dokter
mungkin akan memberikan suntikan antibiotik yang lebih kuat atau kombinasi antibiotik.
Setelah itu, Anda perlu melakukan beberapa tindak lanjut untuk memantau kemajuan
pasien.
Jika bayi pasien lahir saat Anda mengalami gonore, bayi Anda harus menerima
obat segera setelah lahir untuk mencegah infeksi. Gonore mempengaruhi anak-anak pada
bagian mata mereka lebih dahulu. Jika infeksi mata terjadi, mereka dapat diobati dengan
antibiotik.
Berikut beberapa macam obat kencing nanah berupa antibiotik yang digunakan
untuk menyembuhkan gonore.
1) Ceftriaxone (rocephin), adalah obat Antibiotik ini digunakan secara bersamaan dengan
azithromycin untuk menghambat pertumbuhan dinding sel bakteri yang sudah mencapai
darah.
2) Azithromycin (zithromax, zmax) adalah antibiotik yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri
3) Cefixime dan sefalosporin adalah antibiotik ini digunakan sebagai pengganti bila ceftriaxone
tidak tersedia. Obat ini menghambat sintesis dinding sel bakteri dan digunakan bersamaan
dengan azithromycin. Keduanya digunakan bila pasien tidak memiliki komplikasi.
4) Doxycycline adalah obat antibiotik ini menghambat sintesis protein yang dapat memicu
pertumbuhan bakteri. Doxycycline digunakan selama 10 sampai 14 hari dengan dosis 100 mg
sebagai tambahan dosis tunggal ceftriaxone untuk mengobati radang panggul (PID).
5) Erythromycin adalah obat salep tetes antibiotik yang direkomendasikan untuk digunakan pada
bayi yang baru lahir untuk mencegah penyakit konjungtivitis (radang konjungtiva mata).

4. Syphilis
a. Pengertian
Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) atau biasa disebut raja
singa sebagai nama lainnya. Tanpa penanganan, maka sifilis bisa memberikan komplikasi
yang serius. Jika penanganan terhadap sifilis tepat, maka mengobati sifilis untuk sembuh
total akan mudah.

b. Penyebab
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang biasanya banyak
ditularkan melalui kontak seksual. Bakteri akan masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil
atau selaput lendir. Sifilis menular selama tahap primer dan sekunder. Penyakit ini jarang
disebabkan oleh kontak dekat seperti melalui ciuman dan bayi dalam masa kehamilan
ataupun setelah lahir. Sifilis juga tidak dapat ditularkan melalui penggunaan toilet yang
sama, bak mandi, pakaian, peralatan makan, dan kolam renang atau jacuzzi. Setelah
sembuh dari sifilis, Anda tidak akan mengalami kekambuhan. Akan tetapi, Anda dapat
kembali terkena sifilis jika terinfeksi melalui kontak seksual dengan orang yang
terinfeksi..
c. Tanda dan gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh sifilis biasanya tidak selalu jelas bahkan dapat hilang.
Beberapa gejala-gejala sifilis, diantaranya:
1) Ruam merah bernoda yang terdapat di telapak tangan ataupun telapak kaki
2) Bercak putih yang terdapat di mulut
3) Terdapat luka kecil atau bisul yang tidak terasa sakit, biasanya terdapat di penis,
vagina, atau sekitar anus, juga dapat timbul di tempat lain seperti mulut
4) Kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, demam, dan pembengkakan kelenjar di bagian
leher, selangkangan, atau ketiak
5) Pertumbuhan kulit kecil seperti kutil kelamin yang berkembang di vulva pada wanita
atau sekitar anus
d. Pencegahan
sifilis dapat dicegah dengan melakukan aktivitas seksual yang aman, gunakan
kondom pada saat berhubungan seksual. Selain itu, terdapat hal lain yang dapat dilakukan,
seperti:
1) Hindari berbagi mainan seks yang pernah dipakai dengan orang lain
2) Melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual dan bicarakan dengan pasangan
mengenai hasilnya
3) Gunakan kondom selama melakukan seks oral

e. Penanganan
Sifilis dapat diobati dengan beberapa cara, seperti:
1) Obat-obatan antibiotik yang dapat diberikan oleh dokter. Sifilis yang berlangsung <2
tahun biasanya diobati dengan suntikan penisilin atau tablet antibiotik selama 10-14
hari jika tidak menggunakan penisilin. Sedangkan untuk sifilis ≥ 2 tahun atau yang
mengenai otak dapat diterapi dengan suntikan penisilin atau menggunakan antibiotik
selama 28 hari jika tidak dengan suntik penisilin.
2) Menghindari semua aktivitas seksual selama terapi setidaknya 2 minggu setelah
selesai terapi karena dapat terinfeksi kembali atau menularkan kepada orang lain.
3) Mengobati pasangan seksual yang terinfeksi sifilis
4) Obati sifilis selama masa kehamilan

B. Prinsip penanganan penyakit menular seksual


1. Penanganan umum

2. Penanganan khusus

C. Penyakit Imunologi HIV dan AIDS


1. Definisi
HIV/AIDS merupakan hal yang berbeda tetapi saling berhubungan. Human
Immunodeficiency Virus atau biasa disingkat HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
HIV secara drastis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan
penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya menyerang tubuh Anda. HIV menyerang dan
menghancurkan sel CD4 yang seharusnya melawan infeksi dari sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, tubuh jadi kesulitan melawan infeksi dan kanker terkait HIV tertentu.Tidak seperti
virus lainnya, tubuh seseorang tidak bisa menyingkirkan HIV sepenuhnya. Jika seseorang
terinfeksi HIV, Anda akan memilikinya seumur hidup.
Sementara itu, AIDS adalah kondisi penyakit kronis dari infeksi virus HIV. Biasanya
kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit lain, seperti kanker dan berbagai infeksi yang
muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang.

2. Faktor resiko penularan


HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh manusia terhadap
infeksi.Akibatnya, sistem kekebalan tubuh yang menurun, tubug manusia menjadi lebih mudah
mengalami infeksi
Adapun faktor-faktor risiko penularan HIV di antaranya
1) melalui hubungan seks yang tidak aman
2) melalui jarum suntik yang bergantian dan tidak steril.
3) Faktor risiko lain yaitu melalui ibu ke bayi yang dilahirkan dan homoseks.
Ketua Tim HIV AIDS RS Panti Rapih, dr David Wibowo, mengatakan HIV dapat masuk ke
dalam darah melalui beberapa cairan tubuh.
6) Melalui darah, air mani. Nah apabila telah melakukan tindakan berisiko wajib hukumnya
untuk test HIV," tutur dr David.
7) HIV dapat masuk ke dalam darah pada saat berhubungan seks tanpa kondom.
8) HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi , air mani, atau cairan vagina langsung ke
aliran darah orang lain atau melalui selaput mukosa yang berada di bagian dalam vagina,
penis atau dubur
9) Selain itu HIV dapat menular melalui darah misalnya pada seseorang yang mendapat tranfusi
darah yang mengandung HIV atau alat suntik dan alat medis yang tidak steril

3. Langkah-langkah pencegahan AIDS dan HIV


1) Pelajari bagaimana HIV menyebar
Harus mengerti dengan benar cara penyebaran HIV. Ada banyak informasi yang
salah tentang penyebaran HIV, sehingga penting untuk mempelajarinya untuk
melindungi diri . HIV ditularkan saat darah, ASI, air mani atau cairan vagina yang
terinfeksi terkena kontak langsung dengan luka di kulit atau selaput lendir yang
terbuka (seperti mulut, hidung, vagina, rektum, bukaan penis). HIV dapat ditularkan
melalui hubungan seks melalui vagina, oral atau anal, serta kontak antar darah dan
kontak antar cairan tubuh. Hal ini berarti dapat berciuman dengan aman (selama tidak
ada luka atau sariawan, dan Anda tidak saling menyebabkan luka), bersentuhan,
berpelukan, dan berinteraksi seperti biasanya secara aman dengan orang yang
memiliki HIV. Jangan berasumsi bahwa seseorang yang tidak memiliki gejala pasti
tidak memiliki HIV. Orang dapat memiliki HIV beberapa tahun sebelum memiliki
AIDS, dan orang yang terinfeksi dapat menularkan virus.
2) Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah berhenti menggunakan alkohol dan
obat-obatan. Zat-zat tersebut memengaruhi keputusan Anda dan membuat Anda
cenderung mengambil keputusan yang buruk atau berada di situasi dimana Anda tidak
memiliki kendali penuh untuk memegang keputusan. Obat-obatan tertentu, seperti
obat via suntikan, juga dapat menyebabkan Anda terkena HIV dengan angka paparan
yang lebih tinggi.
3) Lakukan hubungan seks yang aman
Biasakan hubungan seks yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom. Jika
Anda melakukan seks dengan seseorang yang memiliki HIV, penting untuk melakukan
hubungan seks yang aman dan pemeriksaan HIV secara rutin.
Bicarakan dengan pasangan mengenai sejarah seksual Anda berdua. Mengenal dan
memahami benar tentang seluk beluk masing-masing sangat membantu Anda dan
pasangan mencegah risiko penularan HIV. Anda dapat menggunakan kombinasi obat
(tenofovir dan emtricitabine) setiap hari untuk mencegah infeksi HIV. Obat ini dapat
menurunkan risiko terkena HIV. Namun, obat ini tergolong mahal dan Anda masih
perlu untuk membiasakan hubungan seks yang aman untuk menjaga risiko tetap
rendah.
4) Jangan pernah berbagi jarum atau alat suntik
Jarum dan alat suntik dengan mudah membawa HIV dari satu orang ke orang lain.
Jangan pernah menggunakan obat dengan jarum dan jarum yang bukan berasal dari
dokter.
5) Hindari menyentuh darah dan cairan tubuh orang lain
tidak pernah tahu siapa yang memiliki HIV, karena tidak adanya stereotip dan
mungkin mereka tidak menyadari dirinya terinfeksi, jadi hindari menyentuh darah
orang lain sebisa mungkin dan hindari kontak langsung dengan cairan tubuh lain yang
dapat menyebarkan HIV, terutama jika Anda memiliki luka terbuka di bagian
manapun di tubuh Anda. Cairan tubuh yang bisamembawa virus HIV meliputi:
a) Air mani dan cairan praejakulasi
b) Cairan vagina
c) Mukus rektum (pelumas alami anus)
d) ASI
e) Cairan ketuban, cairan cerebrospindal, dan cairan synovial (biasanya hanya
terpapar jika Anda bekerja di bidang medis)
6) Lakukan perawatan medis jika Anda hamil
Semua wanita hamil akan ditawarkan untuk melakukan tes darah untuk HIV
sebagai bagian dari pemeriksaan kandungan. Jika tidak diatasi, HIV dapat diturunkan
dari ibu hamil ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Terapi HIV
selama kehamilan mengurangi risiko ditularkannya HIV ke bayi. Melengkapi diri
Anda dengan pengetahuan terhadap HIV merupakan cara terbaik untuk mencegah
risiko penularan HIV dan membantu orang-orang sekitar Anda dengan proses
pengobatan penyakit. Hal ini juga dapat membantu orang dengan HIV untuk hidup
secara sehat dan aman.

Rangkuman

IMS merupakan penyakit seksual yang dirasa cukup membahayakan bahkan


sampai menimbulkan kematian, untuk itu perlu adanya suatu pencegahan yang tepat
dan benar, menjaga kebersihan alat kelamin dapat menjadi salah satu cara, sehingga
nantinya tidak menyebar dan menimbulkan suatu komplikasi. Semua orang dapat
beresiko terkena infeksi ini. IMS ada banyak macamnya, pengobatan penyakit berbeda
beda karena penyebab IMS berasal dari berbagai sumber seperti virus, bakteri maupun
jamur parasit. Sebagai seorang bidan kita mempunyai kewajiban untuk berperan dalam
pengendalian penyebaran IMS ini.

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas
terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam
tubuh.Zat asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem imun terbagi
dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun Nonspesifik (Sistem
imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun Spesifik (Sistem imun
yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua dan juga berfungsi terhadap
serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang sama. Masing-masing dari
sistem imun mempunyai komponen seluler dan komponen humoral, walaupun
demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan
fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

Evaluasi

KEGIATAN BELAJAR 9
KAS
OGI

RUJ
GIN

KAS
OGI

RUJ
UK
GIN
OL
EK

AN

SIS
TE
US

UK

SIS
OL
EK

AN

M
TE
US

Pendahuluan

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil maupun bersalin masih merupakan masalah besar di
negara yang berkembang. Kematian dan kesakitan ibu serta janin lebih sering disebabkan karena
kegawatdaruratan obstetri dan ginekologi. Kasus kegawatdaruratan ini kalau tidak segera ditangani
secara cepat dan tepat akan mengakibatkan kematian ibu dan atau janin. Kegawatdaruratan obstetri dan
ginekologi masih berhadapan dengan fenomenal tiga terlambat yaitu, terlambat mengenali dan
memutuskan untuk meujuk, terlambat dalam mencapai tempat rujukan dan terlambat memperoleh
penanganan yang cepat ,tepat, dan adekuat di tempat rujukan.
Dalam rangka menurunkan kejadian tersebut di atas, maka pemerintah mengupayakan
peningkatan kemampuan bidan dalam menjalankan praktik yang sesuai dengan stándar profesi dan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan prinsip BAKSOKU.

Capaian Pembelajaran

A.Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk dan mengerti sistem rujukan
dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan keterampilan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1.Menjelaskan sistem rujukan

Bahan Kajian

Pokok bahasan pada materi sistem rujukan kasus ginekologi adalah sebagai berikut :

1.sistem rujukan

Uraian Materi
A. Sistem Rujukan
Sistim rujukan merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah penyakit kandungan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal (Mochtar,
1998).
1. rujukan vertikal adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang lebih lengkap,
umpamanya dari rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang
lebih spesialistis fasilitas dan personalianya.
2. rujukan horisontal adalah konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah
sakit, misalnya bagian penyakit kandungan dengan bagian interne.
Menurut depkes RI, sistem rujukan adalah suatu jaringan sistim pelayanan kesehatan ,
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya sutau masalah dari suatu
kasus baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten , terjangkau dan
dilakukan secara rasional.
B. Macam Rujukan
Menurut jenis rujukan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Rujukan medik :
a. rujukan kesehatan
b. rujukan pasien
c. rujukan ilmu pengetahuan
d. rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
e. rujukan tenaga
f. rujukan sarana
g. rujukan operasional
2. menurut model rujukan :
a. rujukan dini berencana
b. rujukan tepat waktu

C. tujuan Rujukan
Dalam sistim pelayanan kesehatan, terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum
Dihasilkannya pemerataan pelayanan kesehatan, upaya yang optimal untuk mengatasi
masalah kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan khusus :
a. dihasilkannya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
b. dihasilkannya pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.

D. Kegawadaruratan Ginekologi
Gawat adalah suatu keadaan kritis/mengkhawatirkan penderita sangat dekat dengan
kematian. Darurat adalah keadaan yang sukar tidak tersangka-sangka memerlukan penanganan
segera. Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyakit kandungan. Jadi kegawatdaruratan ginekologi adalah suatu
kejadian yang tiba-tiba mengancam dengan keperluan yang amat mendesak harus ditangani
segera
Kegawatdaruratan ginekologi mencakup syok ginekologi. Syok ginekologi dapat dibagi
menjadi :
1. syok hopovolemi dalam ginekologi : ruptur kehamilan ektopik, abortus spontan, trauma
genetalia karena benda asing atau perkosaan, keganasan pada servix atau korpus uteri, setelah
operasi, perdarahan uterus disfungsional
2. Syok septik: abortus yang terinfeksi, operasi karena trauma pada usus, peradangan pelvis dan
abses pelvis yang pecah, tampon yang tertahan, kanker yang terinfeksi
E. Stabilisasi klien
Dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang akan dirujuk, beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain yaitu ;
1. Stabilisasi penderita

2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah
4. Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid)
Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat sangat penting
(esensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat, tidak peduli jenjang atau tingkat
pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat pelayanan kesehatan untuk dengan segera
memperoleh transportasi bagi pasien untuk dirujuk ke jenjang yang lebih tinggi amat
menentukan keselamatan kehidupan kasus yang gawat. Tata cara untuk memperoleh
transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat harus ada di setiap tingkat pelayanan
kesehatan. Untuk ini dibutuhkan koordinasi dengan sumber-sumber dalam masyarakat seperti
kepolisisn, militer, institusi pemerintah, dians pertanian, dinas kesehatan, dan sebagainya.
Apabila dimungkinkan dalam perjalanan merujuk, harus diberitahi institusi yang dituju bahwa
pasien sedang dalam perjalanan ke situ.
Unsur-unsur pokok dalam stabilisasi penderita untuk dirujuk :
1. Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas
2. Kontrol perdarahan
3. Pemberian cairan infus intravena
4. Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri)
Penanganan untuk stabilisasi pasien dapat disebut juga TINDAKAN ABCD (AIRWAY,
BLOOD, CIRCULATION, DRUGS)
Prinsip umum dalam merujuk kasus adalah pasien harus didampingi oleh tenaga yang
terlatih, sehingga cairan intravena dan oksigen dapat terus diberikan. Apabila pasien tidak
dapat didampingi oleh tenaga yang terlatih, maka pendamping harus diberi petunjuk
bagaimana menangani cairan intravena dlam perjalanan. Dalam perjalanan ke tempat
rujukan , pasien harus dijaga agar tetap dalam kondisi hangat dan kakinya harus dala posisi
yang lebih tingi, khusunya pada kasus syok hipovolemi. Gunakanlah selimut dan jangan
memakai sumebr panas yang lan oleh karena mungkin kulit pasien bisa terbakar.
F. Persiapan Administrasi
Ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk meliputi :
1. Riwayat penyakit,

2. Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima leh perujuk
3. Tindakan/pengbatan yang telah diberikan
4. Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan dengan kondisi pasien pada
saat pasien masih dalam penanganan perujuk.
Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani oleh petugas yang merujuk.
G. Melibatkan Keluarga
Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta menemani pasien
saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam upaya stabilisasi pasien dengan menjaga
atau mempertahankan kondisi penderita seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis.
Keluarga juga dapat menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah sesampainya di
tempat rujukan.

H. Persiapan Keuangan
Keluarga hendaknya diberitahu agar membawa dana dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lainya selama pasien dalam
fasilitas rujukan

Rangkuman

Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya
masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Rujukan medik puskesmas
dilakukan secara berjenjang mulai dari: a. Kader dan dukun bayi b. Posyandu c. Pondok
bersalin/bidan desa d. Puskesmas pembantu e. Puskesmas rawat inap f. Rumah sakit kabupaten
Keuntungan sistem rujukan a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien,
berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi
rasa aman pada pasien dan keluarganya. b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan
pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus
yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing. c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga
ahli

Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai