Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAKAN DEBT COLLECTOR MELAKUKAN

TINDAKAN PENARIKAN SEPEDA MOTOR DALAM


PENYELESAIAN PERJANJIAN LEASING

Oleh : Gusti Eka Yustiti, NIM : 1110111006


Pembimbing : H. Sulistio Adiwinarto, S.H. M.H.
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata No.49 Jember 68121
Email : www.unmuhjember.ac.id

Abstrak

Penggunaan Debt Collector pada perusahaan pembiayaan konsumen tidak dilarang asal
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan tidak melanggar norma serta aturan
yang ada. Akan tetapi pada prakteknya, para debt collector sering tidak beretika ketika
menarik kendaraan milik debitur yang menunggak. Karena tugas mereka hanyalah menagih
hutang bukan untuk menakuti, menyiksa apalagi berbuat yg sampai menghilangkan nyawa
orang lain. Oleh karena itu, masyarakat agar mematuhi kontrak yang sudah dibuat kepada
satu perusahaan pembiayaan konsumen dan pada debt collector agar tidak bertindak
melanggar hukum dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Kata Kunci : Debt Collector, Lembaga Pembiayaan, Penarikan Sepeda Motor

Pendahuluan

Pada era globalisasi sekarang ini, digunakan masyarakat ada dua jenis, yaitu
masyarakat berkembang sangat cepat. Batas- sepeda motor dan mobil. Sepeda motor
batas ataupun jarak di dunia sudah tidak memiliki harga yang relatif lebih murah
berpengaruh dengan adanya teknologi internet. daripada mobil, akan tetapi kemampuan
Dalam segi ekonomi juga mengalami muatannya juga lebih sedikit dibandngkan
perkembangan yang sangat cepat dan juga dengan mobil, yang daya angkutmnya lebih
menuntut kecepatan mobilitas bagi masyarakat besar dan banyak. Untuk sebagian masyarakat
yang terlibat di dalamnya. 1 Salah satu hal harga sepeda motor sulit dijangkau apabila
yang mendukung kecepatan dalam mobilitas dibeli dengan cara tunai atau kontan.
masyarakat adalah kendaraan bermotor. Kebutuhan mobilitas yang mendesak
Secara umum jenis kendaraan bermotor yang masyarakat agar lebih cepat, menuntut
masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi
1
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan,
Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm.99 dan di lain pihak, dealer kendaraan
menginginkan agar produknya terjual kepada bisnis. Munculnya berbagai bentuk bisnis
masyarakat agar mendapat keuntungan. tersebut tentu membawa suatu konsekuensi
Inovasi produk kendaraan bermotor logis terhadap dunia hukum, maka diperlukan
dari waktu ke waktu telah mengalami pranata hukum yang memadai untuk mengatur
kemajuan yang sangat pesat. Para produsen suatu bisnis di suatu negara, demi terciptanya
sepeda motor berlomba-lomba menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi para
inovasi produk terbaru sepeda motor dengan pihak yang terlibat dalam bisnis ini.
berbagai macam inovasi tebaru serta para Saat ini dalam kehidupan masyarakat
produsen sepeda motor semakin meningkatkan sering terdengar adanya kasus penagihan
kapasitas produksinya. Hal ini juga turut hutang terhadap debitur oleh kreditur dengan
dipengaruhi oleh gencarnya iklan produk memakai penagih hutang (debt collector)
sepeda motor baru dari para produsen yang dalam menagih hutang dengan cara paksaan.
dibuat sedemikian menarik minat masyarakat Penunggak yang tidak mampu melunasi
untuk membelinya. tagihannya, penagih hutang (debt collector)
Gencarnya penawaran produk sepeda yang diperintah oleh lembaga pembiayaan
motor mengakibatkan tingginya minat terhadap kredit yang bermasalah akan
masyarakat untuk membeli sepeda motor. Hal mengambil sejumlah barang baik bergerak
ini juga didukung dengan kemudahan yang maupun tidak bergerak sebagai jaminan.
ditawarkan oleh para produsen dalam menarik Apabila penunggak telah melunasinya, maka
minat pembeli, pembeli tidak harus membayar jaminan itu akan dikembalikan, namun bila
lunas pembelian sepeda motor, namun bisa tidak dilunasi tentu saja barang itu akan
juga dengan cara mencicil setiap bulannya lenyap. Selain itu juga tidak jarang penagih
(kredit) hingga jangka waktu tertentu. Para hutang melakukannya dengan menggunakan
produsen sepeda motor bekerja sama dengan ancaman dan kekerasan.
leasing atau lembaga pembiayaan. Leasing Maraknya jasa Debt Collector ini
atau lembaga pembiayaan Adira Finance, FIF, diakui atau tidak sebenarnya tidak dapat
WOM, BAF, Suzuki Finance, Sasana Artha dipisahkan dari trend suka berhutang dari
Finance, CS Finance, Summit Finance, dan sebagian masyarakat. Hal ini turut dipengaruhi
lain sebagainya yang umumnya bekerja sama oleh gencarnya iklan produk baru dari para
dengan produsen (dealer) sepada motor produsen dan juga kemudahan untuk
dimana pada tahap selanjutnya leasing atau memilikinya melalui fasilitas kredit yang
lembaga pembiayaan tersebut yang akan ditawarkan penjual (retailer) yang
membiayai pembeliaan kendaraan sepeda bekerjasama dengan bank atau lembaga
motor konsumen. pembiayaan lainnya. Iming-Iming discount,
Terobosan yang dilakukan oleh pelaku bebas uang muka dan bunga cicilan yang
bisnis dalam pengembangan usaha tersebut ringan seringkali berhasil memikat hati calon
telah melahirkan berbagai bentuk format konsumen untuk membeli terlepas apakah
mereka benar-benar membutuhkannya atau konsumen yang mengalami gagal bayar atau
sekadar untuk memuaskan hasrat berbelanja kredit macet. Terkait dengan adanya kasus
belaka. Konsumen yang tidak bisa kredit macet yang menyebabkan debitur
membedakan antara kebutuhan dan keinginan wanprestasi, perusahaan pembiayaan
seringkali terjebak dengan tuntutan untuk konsumen bertindak mengirimkan surat
membeli produk-produk baru dan larut dalam peringatan (somasi) beberapa kali pada pihak
pola hidup mengikuti trend pasar. Celakanya, debitur. Namun apabila surat peringatan
karena uang di tangan tidak mencukupi, tersebut dihiraukan oleh debitur, maka
mereka pun memilih berhutang atau perusahaan pembiayaan akan mengambil atau
mengajukan fasilitas kartu kredit. memiliki menyita barang tersebut dengan bantuan Debt
hutang tidak lagi dianggap aib, malah menjadi Collector.
gaya hidup sebagian masyarakat modern. Penggunaan Debt Collector pada
Tentu saja, ini merupakan sebuah gaya hidup perusahaan pembiayaan konsumen tidak
yang menjebak dan dapat menjerat pelakunya dilarang asal dilaksanakan sesuai dengan
sendiri. prosedur yang ditetapkan dan tidak melanggar
Dalam dunia perusahaan finance atau norma serta aturan yang ada. Akan tetapi pada
leasing tidak lepas adanya peran debt prakteknya, para debt collector sering tidak
collector, yang dimana debt collector yaitu beretika ketika menarik kendaraan milik
pihak ketiga yang diperbantukan oleh debitur yang menunggak. Karena tugas mereka
perusahaan finance atau leasing untuk hanyalah menagih hutang bukan untuk
menyelasaikan kredit bermasalah yang tidak menakuti, menyiksa apalagi berbuat yg sampai
2
bisa ditangani oleh kolektor reguler. Debt menghilangkan nyawa orang lain. Oleh karena
collector adalah pihak ketiga yang itu, masyarakat agar mematuhi kontrak yang
menghubungkan antara kreditur dan debitur sudah dibuat kepada satu perusahaan
dalam hal penagihan kredit, Penagihan pembiayaan konsumen dan pada debt collector
tersebut hanya dapat dilakukan apabila agar tidak bertindak melanggar hukum dalam
kualitas tagihan kredit dimaksud telah melaksanakan tugas-tugasnya.
termasuk dalam kategori kolektibilitas Di tahun 2014 salah satu lembaga
diragukan atau macet, Debt Collector pembiayaan menyatakan bahwa, dalam
bukanlah berstatus sebagai karyawan melakukan perjanjiannya antara lembaga
perusahaan, tetapi pihak diluar perusahaan pembiayaan dengan debitur lebih dari 75%
yang diberi kuasa berupa kontrak kerja untuk mengalami transaksi yang tidak berjalan
bekerja atas nama leasing dalam menangani dengan mulus, sehingga jasa Debt Collector
benar-benar sangat dibutuhkan dalam
2 melancarkan usaha yang telah dikembangkan.
Rudy Haryono Ma., Analisis Debt
Collector (sumber : http.blogspot.com/ 2011/05/ Bahkan sekarang baik melalui media koran
Analisis-penggunaan-Debt-Collector.html) diakses
pada tanggal 6 Desember 2016 maupun televisi masyarakat sering mendengar
maupun melihat kejadian kekerasan yang mereka tempuh dan sulitnya mencari
dilakukan oleh Debt Collector terhadap pekerjaan yang menjadi dasar bagi mereka
debitur dalam mengatasi permasalahan kredit untuk memilih pekerjaan sebagai Debt
macet sepeda motor. Dalam menangani Collector. Kenyataan seperti ini merupakan
permasalahan kredit macet sepeda motor Debt hal-hal yang harus mendapatkan perhatian dan
Collector bekerja secara berkelompok. Di pemikiran untuk mencari solusinnya, karena
dalam satu kelompok terdiri dari empat atau hingga saat ini, di dalam dunia perkreditan
sepuluh orang. Di dalam melakukan pencarian kebanyakan masyarakat tidak memikirkan
sepeda motor Debt Collector melakukan dampak buruk yang akan terjadi akibat
pencarian sepeda motor bermasalah di pinggir kegiatan tersebut, sehingga dibutuhkan
jalan yang banyak dilalui oleh masyarakat atau perlindungan dan kepastian hukum bagi para
tempat-tempat keramaian yang sering nasabah yang akan melakukan kegiatan
dikunjungi masyarakat seperti pasar atau pusat perkreditan, dengan demikian harus
perbelanjaan. diupayakan untuk tetap mencapai
Dalam menjalankan tugasnya, para keseimbangan hukum dalam kondisi tersebut..
penagih utang ini seringkali mengabaikan asas Berdasarkan latar belakang yang telah
kesopanan dan kepatutan, bahkan tidak jarang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
menjurus ke arah premanisme. Pekerjaan beberapa permasalahan, sebagai berikut :
sebagai para penagih hutang (Debt Collector) 1. Apa dasar hukum bagi debt collector
sebenarnya bukan tanpa resiko, karena dalam melakukan tindakan penarikan paksa
menyelesaikan permasalahan kredit macet sepeda motor yang menjadi obyek
mereka tidak memiliki perlindungan hukum
kredit perjanjian leasing ?
dan pengakuan resmi dari pihak lembaga
2. Bagaimanakah bentuk pertanggung
pembiayaan atau leasing. Debt Collector
jawaban debt collector atas tindakan
memilih pekerjaan yang berisiko ini karena
penarikan paksa sepeda motor yang
didasari oleh tuntutan ekonomi. Hal ini
disebabkan rendahnya pendidikan yang
menjadi obyek kredit?

Pembahasan

Dasar Hukum Bagi Debt Collector pembiayaan yang ditawarkan pihak


Melakukan Tindakan Penarikan Paksa lembaga keuangan pada masyarakat dan
Sepeda Motor Yang Menjadi Obyek Kredit juga dunia usaha. Melalui lembaga
Perjanjian Leasing
pembiayaan dimaksud para pelaku bisnis
Sebagaimana telah diuraikan
bisa mendapatkan dana atau modal yang
bahwa saat ini banyak sekali jenis-jenis
dibutuhkan. Dalam prakteknya sekarang
ini lembaga pembiayaan banyak lebih luas dibandingkan dengan lembaga
dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ketika pembiyaan. Hingga saat ini di Indonesia
membutuhkan dana atau barang modal belum ada peraturan khusus dalam bentuk
untuk kepentingan perusahaan. Sebagai undang-undang yang mengatur tentang
kajian dalam hal ini penulis mengambil lembaga pembiayaan, pada hal peraturan
contoh kasus lembaga pembiayaan sepeda tersebut sangat dibutuhkan mengingat
motor. Sebelum membahas pokok perkembangan lembaga pembiayaan
permasalahan ada baiknya penulis tersebut sangat pesat dewasa ini.
kemukakan terlebih dahulu mengenai Menyikapi perkembangan lembaga
dasar hukum keberadaan lembaga pembiayaan saat ini sudah dibentuk
pembiayaan itu sendiri. beberapa peraturan terkait. Perjanjian
Dengan dikeluarkannya Keputusan pembiayaan konsumen merupakan salah
Presiden Nomor 61 Tahun 1988, diaturlah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk
ketentuan tentang Lembaga Pembiayaan, pada ketentuan Buku III KUH Perdata.
yang kemudian ditindaklanjuti oleh Sumber hukum utama pembiayaan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor konsumen adalah ketentuan mengenai
1251/KMK. 013/1988 tentang Ketentuan perjanjian pinjam pakai habis dan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga perjanjian jual beli bersyarat yang diatur
Pembiayaan sebagaimana telah diubah dalam KUH Perdata. Selain beberapa
terakhir dengan Keputusan Menteri ketentuan tersebut di atas, terdapat
Keuangan Nomor 468/KMK. 017/1995. beberapa dasar hukum lembaga
Dalam Pasal 1 angka 2 Keppres Nomor 61 pembiayaan, antara lain :
Tahun 1988 tersebut disebutkan bahwa 1. Keputusan Presiden Republik
yang dimaksud dengan Lembaga Indonesia Nomor 61 Tahun 1998
Pembiayaan adalah badan usaha yang tentang Lembaga Pembiayaan ;
melakukan kegiatan pembiayaan dalam 2. Surat Keputusan Menteri
bentuk penyediaan dana atau barang modal Keuangan Nomor 251 Tahun 1988
dengan tidak menarik dana secara sebagaimana tentang Lembaga
langsung dari masyarakat. Pembiayaan ; dan
Lembaga pembiayaan termasuk 3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun
bagian dari lembaga keuangan. Dalam 2008 tentang Lembaga
melakukan kegiatan usahanya, lembaga Pembiayaan.
pembiayaan lebih menekankan pada fungsi Sektor hukum diharapkan lebih
pembiayaan. Istilah lembaga keuangan berperan dalam mengantisipasi
perkembangan dibidang ekonomi dan 1) Kegiatan usaha Perusahaan
bisnis, termasuk perkembangan dalam Pembiayaan Infrastruktur meliputi :
bisnis lembaga pembiayaan, yang a) Pemberian pinjaman langsung
diharapkan disini adalah adanya peraturan (direct lending) untuk Pembiayaan
hukum yang berbentuk undang-undang Infrastruktur;
mengatur lembaga pembiayaan, guna lebih b) Refinancing atas infrastruktur yang
menjamin kepastian hukum. Tidak dapat telah dibiayai pihak lain; dan/atau
dipungkiri bahwa hukum yang mengatur c) Pemberian pinjaman subordinasi
tentang lembaga pembiayaan atau hukum (subordinated loans) yang
Lembaga Pembiayaan merupakan hal berkaitan dengan Pembiayaan
urgen harus ada dalam konteks Infrastruktur;
perkembangan dibidang bisnis, yang 2) Untuk mendukung kegiatan usaha
nantinya diharapkan dapat mengatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
aktivitas bisnis lembaga pembiayaan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
tersebut. dapat pula melakukan:
Dengan tingginya kebutuhan a) Pemberian dukungan kredit (credit
masyarakat akan pentingnya transportasi enhancement), termasuk
khususnya sepeda motor, lembaga penjaminan untuk Pembiayaan
pembiayaan memberikan kemudahan bagi Infrastruktur;
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan b) Pemberian jasa konsultasi
akan transportasi, yaitu dengan cara (advisory services);
membiayai atau memberikan kredit kepada c) Penyertaan modal (equity
masyarakat untuk membeli mobil. investment);
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha d) Upaya mencarikan swap market
yang melakukan kegiatan pembiayaan yang berkaitan dengan Pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang Infrastruktur; dan/atau
modal. Perusahaan Pembiayaan adalah e) Kegiatan atau pemberian fasilitas
badan usaha yang khusus didirikan untuk lain yang terkait dengan
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Pembiayaan Infrastruktur setelah
Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau memperoleh persetujuan dari
usaha Kartu Kredit. Dalam ketentuan Menteri.
Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun Lembaga Pembiayaan tidak diatur
2008 tentang Lembaga Pembiayaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
disebutkan bahwa : Perdata Indonesia, sehingga termasuk
dalam kategori perjanjian tak bernama dengan pelunasan atas harga yang telah
yaitu perjanjian yang tidak diatur dalam disepakati bersama dan diikat dalam suatu
KUHPerdata. Walaupun belum diatur perjanjian, serta hak milik atas barang
dalam KUHPerdata, perjanjian tak tersebut beralih dari penjual kepada
bernama ini timbul dalam praktek pembeli setelah dibayar lunas oleh pembeli
perjanjian yang terjadi dalam masyarakat, kepada penjual.
maka para pihak mempedomani ketentuan- Leasing merupakan salah satu
ketentuan perjanjian dalam lembaga lembaga pembiayaan yang sangat penting
3
pembiayaan sejauh itu dapat diterapkan. dalam dunia usaha. Seperti diuraikan di
Hal ini harus secara tegas dinyatakan atas, kegiatan leasing sebagai lembaga
dalam perjanjian tertulis yang dibuat oleh pembiayaan dalam bentuk sewa guna
para pihak sehingga tidak menimbulkan usaha dapat dilakukan secara finance
masalah dikemudian hari. Satu-satunya lease maupun secara operating lease.
peraturan yang mengatur mengenai Finance lease artinya kegiatan sewa guna
lembaga pembiayaan adalah Keputusan usaha dimana penyewa guna usaha pada
Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
34/KP/II/1980 tentang Perjanjian Kegiatan membeli objek sewa guna usaha
Usaha Sewa Beli (hire-purchase). berdasarkan nilai sisa (residu) yang
Peraturan ini menetapkan bahwa hubungan disepakati bersama. Sedangkan operating
sewa beli antara pihak-pihak harus diikat lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dalam suatu perjanjian. Dengan demikian dimana penyewa guna usaha tidak
dapat diketahui bahwa untuk mempunyai hak opsi untuk membeli objek
melaksanakan perjanjian pembiayaan sewa guna usaha.4 Sebelum memulai
dalam masyarakat harus didahului dengan kegiatan usaha di bidang leasing ini, maka
pembuatan perjanjian pembiayaan yang antara pihak penyewa dengan pihak yang
harus mengatur hak, kewajiban dan menyewakan (lessor dan lessee) harus
hubungan hukum antar pihak-pihak yang terlebih dahulu membuat kontrak leasing.
bersangkutan. Pembiayaan adalah Dengan demikian dalam usaha leasing
pembelian barang oleh pihak penjual tentunya terdapat beberapa pihak yang
dengan cara memperhitungkan setiap bersangkutan dalam perjanjian leasing
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli yang terdiri dari :

3 4
Soerjono Soekanto, Inventarisasi Charlles Dulles Marpaung, Pemahaman
Perundang-Undangan Mengenai Leasing, IndoHill Mendasar Atas Usaha Leasing, Jakarta : Integrita
Co, Jakarta, 1986, hlm.4 Press, 1985, hlm.2
a) Pihak yang disebut lessor, yaitu mengabaikan kepastian hukum. Salah satu
pihak yang menyewakan barang, pengaturan dalam perjanjian baku dalam
dapat terdiri dari perusahaan. Pihak pembiayaan konsumen tersebut adalah
penyewa ini disebut juga sebagai terkait pengaturan masalah denda atas
investor. keterlambatan pembayaran angsuran.
b) Pihak yang disebut dengan Pengaturan tentang denda dalam perjanjian
lessee, yaitu pihak yang pembiayaan konsumen pada dasarnya
menikmati barang tersebut dengan diatur dalam ketentuan KUH Perdata
membayar sewa guna usaha yang khususnya menyangkut wanprestasi dalam
mempunyai hak opsi perjanjian.
c) Pihak yang disebut dengan lender Adakalanya suatu perjanjian telah
atau disebut juga debt-holders atau memenuhi syarat-syarat sahnya suatu
loan participants dalam transaksi perjanjian, tidak juga dapat terlaksana
leasing. Mereka umumya terdiri sebagaimana yang telah diperjanjikan.
dari bank, insurance company, Dalam hukum perjanjian, ada dua hal yang
trust dan yayasan. menyebabkan tidak terlaksananya suatu
d) Pihak supplier, yaitu penjual dan perjanjian yaitu : wanprestasi atau ingkar
pemilik barang yang disewakan. janji atau cidera janji dan overmacht.
Supplier ini dapat terdiri dari Wanprestasi (kelalaian atau alpa) yaitu
perusahaan (manufacturer) yang tidak terlaksananya suatu perjanjian karena
berada di dalam negeri atau yang kesalahan atau kelalaian atau cidera
mempunyai kantor pusat di luar janji/ingkar janji dari para pihak, yang
negeri. 5 artinya tidak memenuhi kewajiban yang
Bentuk dari perjanjian pembiayaan telah ditetapkan dalam perjanjian. Jadi
konsumen biasanya dituangkan dalam apabila si berutang (debitur) tidak
perjanjian baku. Bentuk ini dipakai oleh melakukan apa yang telah diperjanjikan,
karena adanya segi positif dari perjanjian maka dikatakan ia melakukan wanprestasi.
baku, yang mampu memenuhi kebutuhan Ada 4 (empat) bentuk wanprestasi
masyarakat yang menghendaki segala (kelalaian atau kealpaan) dari seorang
sesuatunya dilakukan secara praktis, cepat debitur, yang dapat diuraikan sebagai
dan efisien, serta terencana, tanpa berikut :
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi
5
Mangasa Sinurat dan Jane Erawati, Aspek akan dilakukannya;
Hukum Dalam Ekonomi, Medan : Universitas
HKBP Nommensen, 2008, hlm.136
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, KUH Perdata, dalam penerapannya
tetapi tidak sebagaimana yang ditetapkan bahwa kreditur dapat memilih
dijanjikan; alternatif tuntutan sebagai berikut :
3. Melakukan apa yang dijanjikannya 1. Pemenuhan perjanjian
tetapi terlambat; 2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti
4. Melakukan sesuatu yang menurut rugi
perjanjian tidak boleh dilakukan. 3. Ganti rugi saja
Dalam hal adanya wanprestasi tentu 4. Pembatalan saja
akan mengakibatkan salah satu pihak 5. Pembatalan perjanjian disertai ganti
menderita kerugian, sebab ada pihak yang rugi.
dirugikan, maka pihak yang menimbulkan Dalam perjanjian pembiayaan
kerugian itu harus bertanggung jawab. Seorang konsumen, ingkar janji atau wanprestasi yang
debitur yang melakukan wanprestasi akan disebabkan oleh kelalaian dari pihak lessee
dikenakan sanksi atau hukuman. Hukuman (debitur) adalah mengenai soal pembayaran
atau akibat-akibat bagi debitur yang telah uang angsuran atau pembayaran lainnya yang
melakukan wanprestasi ada 4 (empat) macam, sudah merupakan kewajiban pihak konsumen
yaitu : sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian
1. Membayar kerugian yang diderita dan juga mengenai dilanggarnya atau tidak
oleh kreditur atau ganti rugi (Pasal dipatuhinya kewajiban ataupun larangan-
1234 KUH Perdata) larangan bagi pihak konsumen seperti yang
2. Pembatalan perjanjian melalui tercantum dalam perjanjian. Dalam

hakim (Pasal 1266 KUH Perdata) pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen,

3. Peralihan risiko kepada debitur wanprestasi umumnya dilakukan oleh pihak


konsumen, baik itu yang bersifat sementara
sejak saat terjadinya wanprestasi
dalam arti menunggak dan kemudian
(Pasal 1237 ayat 2 KUH Perdata) ;
membayar, dan juga yang berifat tetap dalam
dan
arti persoalan itu terpaksa diselesaikan melalui
4. Membayar biaya perkara apabila
proses hukum.
diperkarakan di muka hakim (Pasal Dalam hal apabila konsumen sebagai
181 ayat 1 HIR) debitur melakukan salah satu dari bentuk-
Untuk mengetahui apakah debitur bentuk ingkar janji/wanprestasi, maka untuk
benar-benar telah melakukan suatu pelaksanaan hukumnya undang-undang
wanprestasi, mengingat bahwa wanprestasi menghendaki kreditur (pihak pelaku usaha)
mempunyai akibat-akibat yang begitu untuk memberikan suatu pernyataan lalai

penting, maka perlu dibuktikan di muka kepada pihak debitur (pihak konsumen). Hal
ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1238
hakim. Menurut ketentuan Pasal 1267
KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut : Dalam Pasal 1266 KUH Perdata
“Si berutang adalah lalai apabila ia dengan ditentukan bahwa walaupun syarat batal telah
surat perintah atau dengan suatu akta sejenis dicantumkan dalam suatu persetujuan yang
itu telah dinyatakan lalai atau demi timbal balik dan salah satu pihak tidak
perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan memenuhi kewajibannya namun pemutusan
bahwa siberutang akan harus dianggap lalai suatu perjanjian timbal balik secara sepihak
dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”Jadi harus dilakukan dengan putusan hakim. Akan
hal ingkar janji atau wanprestasi /kelalaian tetapi karena Pasal 1266 KUH Perdata itu
atau default oleh pihak konsumen yang hanya bersifat mengatur maka hal tersebut
berutang itu pada pokoknya harus dinyatakan dapat dikesampingkan oleh para pihak. Oleh
dulu secara formal yaitu dengan karena itu dalam perjanjian sebaiknya
memperingatkan yang berutang bahwa dicantumkan suatu klausula yang
kreditur menghendaki pembayaran berkala mengesampingkan berlakunya Pasal 1266
seketika atau jangka waktu pendek yang KUH Perdata tersebut. Demikian halnya dalam
ditentukan. Artinya bahwa kreditur harus pengaturan masalah denda dalam perjanjian
melakukan sommatie atau memberikan surat pembiayaan konsumen.
teguran kepada konsumen selaku debitur. Dalam hubungan ini perlu dijelaskan
Akan tetapi sesuai juga dengan Pasal bahwa pencantuman klausula yang demikian
1238 KUH Perdata tersebut bahwa kewajiban itu belum tentu efektif oleh karena pihak
untuk memberikan pernyataan lalai atau hakim dapat saja memeriksa perkara itu dan
peringatan itu dapat ditiadaakan dengan jalan menolak eksepsi berdasarkan klausula itu.
ditentukan dalam perjanjian bahwa suatu Walaupun demikian pencantuman klausula
wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tersebut akan berguna juga, oleh karena
konsumen cukup dibuktikan dengan lewatnya setidak-tidaknya akan memberikan efek
waktu pembayaran angsuran uang sewa atau psikologis pada pihak konsumen untuk
sejak saat dilakukannya tindakan-tindakan menerima suatu penyelesaian diluar
yang dilarang oleh perjanjian tersebut tanpa pengadilan. Dalam hal apabila terjadi
diperlukan suatu pernyataan atau teguran pembatalan secara sepihak dari pihak kreditur
tertulis dari pihak kreditur. Perlu juga akibat kelalaian/default/wanprestasi yang
diketahui bahwa Pasal 1238 KUH perdata dilakukan oleh pihak konsumen maka
tersebut bersifat mengatur (regelend recht). bagaimanakah pelaksanaan hukumnya ? Maka
Selanjutnya juga dapat dilihat ketentuan Pasal dalam hal ini pihak lessor berhak untuk
1365 KUH Perdata yang berbunyi bahwa tiap menagih semua cicilan dan biaya-biaya yang
perbuatan melanggar hukum yang membawa belum lunas terbayar dan menerima
kerugian bagi orang lain mewajibkan orang pengembalian barangnya.
yang karena salahnya menerbitkan kerugian Walaupun sebenarnya dalam
itu mengganti kerugian itu. perjanjian pembiayaan konsumen tidak
diperkenankan untuk memutuskan perjanjian fasilitas sepakatmembayar denda
itu secara sepihak tetapi dikarenakan peristiwa keterlamabatan sebesar 4% (empat persen)
ingkar janji atau wanprestasi oleh konsumen per hari dari jumlah angsuran yang telah
karena pembayaran uang angsuran atau
jatuh tempo tetapi belum dibayar atau
pembayaran lainnya yang merupakan
sebesar Rp.2.000,- perhari mana yang
kewajiban pihak konsumen atau juga
lebih besar dan besarnya denda ini
dilanggarnya kewajiban-kewajiban atau
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai
larangan–larangan bagi pihak konsumen
seperti yang tercantum dalam klausula
ketentuan pemberi fasilitas”.

perjanjian maka menimbulkan hak bagi lessor Lembaga pembiayaan kendaraan


untuk memutuskan perjanjian pembiayaan bermotor, sebagai lembaga yang bergerak
pihak konsumen yang bersangkutan walaupun dalam bidang keuangan tentunya tidak
sebenarnya hal ini kadang-kadang dirasakan terlepas dari resiko, utamanya terkait
kurang adil bagi pihak konsumen, apalagi dengan resiko pengembalian kreditnya
bilamana perjanjian baru berjalan beberapa oleh konsumen. Bisnis pembiayaan
waktu saja.
konsumen ini tidak punya resiko sama
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
sekali. Sebagai suatu lembaga pemberian
bahwasanya keterlambatan pembayaran
kredit, resiko tetap ada. Macetnya
angsuran oleh konsumen dalam
pembayaran tunggakan oleh konsumen
pelaksanaan perjanjian pembiayaan
merupakan hal yang sering terjadi. Pada
konsumen merupakan bentuk wanprestasi
umumnya, resiko pembiayaan konsumen
sebagaimana diatur dalam ketentuan KUH
di samping terkendala oleh pengembalian
Perdata. Terkait keterlambatan
kredit, juga terjadi pengalihan penguasaan
pembayaran angsuran menimbulkan denda
kendaraan bermotor secara fisik,
yang harus dibayarkan oleh konsumen
kerusakan kendaraan bermotor, baik yang
sebagaimana diatur dalam klasul perjanjian
disebabkan kesengajaan konsumen seperti
yang disebut dengan klausul baku.
penggantian sparepart, maupun yang
Sebagaimana kajian dalam pembahasan ini
bukan atas kesengajaan konsumen,
adalah perjanjian pembiayaan konsumen
misalnya tabrakan, yang dapat
PT. Adira Finance sebagaimana diatur
menurunkan nilai jual dan/atau hilangnya
dalam menyangkut pembayaran denda
nilai jual kendaraan bermotor.
keterlambatan pada ketentuan Pasal 3
Untuk melindungi kepentinganya,
angka 4 yang menyatakan bahwa : “Atas
dengan resiko-resiko tersebut, dengan
setiap keterlambatan pembayaran angsuran
upaya perlindungan dari lembaga
hutang pembiayaan di atas, penerima
pembiayaan konsumen, dengan
menerapkan bunga yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya ketidak
dibandingkan bunga pada kredit seimbangan hak dan kewajiban antara
perbankan, dengan tujuan kepentingan pihak lembaga pembiayaan konsumen
lembaga pembiayaan atas resiko dapat dengan konsumen. Hak-hak privelege
terlindungi. Salah satu instrumen yang tersebut antara lain diwujudkan dalam
dapat digunakan oleh lembaga pebiayaan bentuk kewenangan perusahaan
untuk melindungi kepentinganya, dengan pembiayaan melakukan perbuatan-
menggunakan ikatan perjanjian perbuatan sepihak demi keuntungan
pembiayaan konsumen. dirinya, seperti memaksa konsumen untuk
Perjanjian pembiayaan konsumen mengikuti program jaminan asuransi,
kendaraan bermotor memuat klausula- pemberian kuasa menjual atas kendaraan
klausula yang telah ditetapkan secara bermotor yang dijadikanjaminan kredit.
sepihak oleh perusahaan pembiayaan, Dalam hubunganya dengan wanprestasi,
tanpa melibatkan pihak konsumen. konsumen diwajibkan memberikan kuasa
Konsumen mau atau tidak mau diharapkan kepada lembaga pembiayaan untuk
untuk menerima klausul-klausul yang menarik paksa kendaraan bermotor,
ditetapkan oleh perusahaan pembiayaan menjual kendaraan bermotor, baik secara
konsumen. Salah satu klausul yang diatur lelang maupun di bawah tangan, dan lain
dalam perjanjian pembiayaan konsumen sebagainya.
ini yaitu mengenai kewajiban pembayaran Terkait dengan klausula-klausula
kredit kendaraan beserta bunganya, baku tersebut, konsumen umumnya tidak
besarnya cicilan beserta bunganya, dan begitu terpengaruh oleh tingkat suku
tanggal jatuh temponya, tanggal penutupan bunga. Konsumen jenis ini lebih
perjanjian pembiayaan, membayar memperhatikan jumlah angsuran per bulan
cicilanya tepat waktu, dan apabila yang sesuai dengan kemampuan mereka
terlambat dikenakan denda yang besarnya membayar angsuran tersebut dari
dihitung dengan menjumlah setiap hari penghasilannya per bulan”. Bahkan dapat
keterlambatan, semua hal tersebut dikatakan berapapun besarnya angsuran
ditentukan secara sepihak. seolah tidak masalah yang penting
Klausul-klausul dalam perjanjian keinginannya memperoleh kendaraan
pembiayaan ini memberikan hak privelege bermotor dapat terpenuhi. Seorang debitur
atau keistimewaan terhadap perusahaan yang belum mampu membayar lunas
pembiayaan. Hak-hak privelege inilah hutangnya (misalnya cicilan kredit sepeda
yang dalam perkembanganya motor yang sudah jatuh tempo) adalah
suatu pelanggaran hukum, yaitu melanggar penarikan, maka tindakan tersebut
perjanjian. Dalam hal demikian kreditur merupakan pelanggaran hukum. Karena
(pihak leasing) mempunyai hak untuk tindakan menyita paksa barang oleh
menyita barang yang telah diserahkan kreditur dan debt collector-nya adalah
kepada debitur (pembeli sepeda motor) pelanggaran hukum maka tindakan itu
dengan alasan wanprestasi. dapat berindikasi tindak pidana pencurian
Atas alasan tersebut biasanya (Pasal 362 KUHP) yaitu mengambil
kreditur mengutus debt collector-nya barang yang sebagian atau seluruhnya
untuk menyita barang jika tidak berhasil milik orang lain secara melawan hukum.
menagih hutang. Suatu hubungan hutang- Atas pelanggaran hukum tersebut, pembeli
piutang antara debitur-kreditur (penjual sepeda motor berhak melaporkannya
dan pembeli, atau penerima kredit dan kepada polisi. Kreditor tidak dapat
bank) umumnya diawali dengan sewenang-wenang dengan cara paksa dan
perjanjian. Seorang pembeli sepeda motor kekerasan menarik kendaraan debitur yang
secara kredit adalah debitur yang membayar angsuran.
melakukan perjanjian jual-beli dengan Dengan terbitnya Peraturan
dealer-nya sebagai kreditur. Jika debitur Menteri Keuangan Nomor 130/ PMK.010/
wanprestasi tidak melaksanakan 2012 tanggal 7 Agustus 2012, kreditur
kewajibannya melunasi kredit, maka harus melakukan pendaftaran jaminan
berdasarkan alasan syarat batal kreditur fidusia. Jika tidak, maka kreditur (leasing)
dapat membatalkan perjanjian. Dengan tidak bisa menarik aset debitur
batalnya perjanjian maka kreditur dapat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1
menarik kembali barang-barang yang telah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
diserahkannya kepada debitur. Namun 130/PMK.010/2012. Dalam perjanjian
demikian, pembatalan tidak mudah dengan fidusia, kreditur dengan
dilakukan oleh kreditur. Pembatalan pembebanan jaminan fidusia wajib
perjanjian itu harus dinyatakan oleh mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud
putusan pengadilan. pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai
Tanpa adanya putusan pengadilan undang-undang yang mengatur mengenai
maka tidak ada pembatalan, dan tanpa jaminan fidusia (pasal 1).
pembatalan maka kreditur tidak dapat Dengan keluarnya peraturan ini,
menarik barang yang telah diterima oleh maka seluruh perusahaan pembiayaan
debitur melalui debt collector-nya. Jikapun harus mendaftarkan fidusia untuk setiap
kreditur tetap memaksakan diri melakukan transaksi pembiayaannya. Dalam pasal 2
PMK Nomor 130/PMK.010/2012, Namun demikian dalam praktik di
menyebutkan Perusahaan Pembiayaan lapangan masih saja kerap kali terjadi
wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada adanya debt collector untuk melakukan
Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 pengambilan atau penarikan sepeda motor
(tiga puluh) hari kalenderterhitung sejak sebagai objek kredit yang kreditnya macet
tanggal perjanjian pembiayaan konsumen. karena kurang pahamnya debitur sehingga
Jika Perusahaan Pembiayaan belum banyak debitur yang pasrah untuk disita
memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia sepeda motornya. Banyak lembaga
(sebagai hasil dari pendaftaran jaminan pembiayaan menggunakan isi perjanjian
fidusia tersebut), maka menurut Pasal 3 sebagai dasar untuk menarik barang
Peraturan Menteri Keuangan Nomor sebagai objek perjanjian pembiayaan
130/PMK.010/2012, Perusahaan tersebut. Salah satu contoh di Adira
Pembiayaan dilarang melakukan penarikan Finance Jember yang dalam klausul
benda jaminan fidusia berupa kendaraan perjanjian dalam buku nasabah
bermotor tersebut. menyebutkan bahwa : “Petugas Adira
Berdasarkan ketentuan tersebut di Finance atau pihak yang dikuasakan oleh
atas pada dasarnya ada 2 (dua) dasar Adira Finance (eksternal collection) akan
hukum bagi debt collector untuk melakukan penerimaan kembali kendaraan
melakukan penarikan sepeda motor apabila konsumen terlambat melakukan
sebagai objek kredit yang kreditnya macet. pembayaran lebih dari 30 (tiga puluh) hari.
Pertama, dengan menggunakan dasar Penerimaan kembali kendaraan juga akan
adanya wanprestasi sehingga perjanjian dilakukan kepada konsumen yang belum
berakhir, namun syarat pengakhiran melakukan pembayaran kurang dari 30
perjanjian tersebut harus melalui putusan (tiga puluh) hari namun telah mengalihkan
pengadilan. Kedua, dengan menggunakan atau menggadaikan kendaraannya tanpa
dasar hukum Undang Undang Nomor 42 memberitahukan kepada pihak Adira
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Finance secara resmi atau karena debitur
bahwa kreditur berhak menarik barang lainnya, maka sesuai perjanjian
yang sebagai objek jaminan fidusia dengan pembiayaan pihak Adira Finance brhak
adanya dasar sertifikat jaminan fidusia. untuk menerima penyerahan barang dari
Jadi tanpa adanya syarat tersebut, kreditur konsumen.”
tidak dapat semena-mena menarik barang Namun demikian menurut hemat
dari debtur yang wanprestasi atau penulis bahwa ketentuan tersebut dapat
terjadinya kredit macet. dimentahkan dan bertentangan dengan
ketentuan dalam kebebasan berkontrak berdasarkan atas kekuasaan, demikianlah
menurut ketentuan dalam hukum Perdata. penegasan di dalam Undang-Undang
Pasal 1233 KUHPerdata mengatur sumber Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
perikatan adalah perjanjian dan undang- 1945. Di dalam negara hukum
undang. Perikatan adalah suatu hubungan menghendaki agar hukum ditegakkan,
di bidang hukum kekayaan dimana satu artinya hukum harus dihormati dan ditaati
pihak berhak menuntut suatu prestasi. oleh siapapun tanpa terkecuali baik oleh
Sebagaimana telah disebutkan bahwa seluruh warga masyarakat maupun oleh
perjanjian menurut pasal 1313 penguasa negara, sehingga seluruh
KUHPerdata adalah suatu perbuatan tindakannya harus dilandasi oleh hukum.
dengan mana satu orang atau lebih Indonesia sebagai negara hukum akan
mengikatkan dirinya terhadap satu orang selalu senantiasa memberikan
lebih. Hukum perjanjian menganut sistem perlindungan hukumnya dan memberikan
terbuka (open system). Artinya setiap kedudukan yang sama pada setiap subyek
orang boleh mengadakan perjanjian apa hukum. Hal ini dapat diketahui dari dari
saja, walaupun belum atau tidak diatur ketentuan-ketentuan dalam Pasal 27 ayat
dalam undang-undang. Hal ini sering (1) Undang-Undang Dasar Negara
disebut “Asas Kebebasan Berkontrak“ Republik Indonesia Tahun 1945 yang
(freedom of making contract), yang diatur isinya menyatakan, “Segala warga negara
dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bersamaan kedudukannya di dalam hukum
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah dan pemerintahan dan wajib menjunjung
berlaku sebagai undang-undang bagi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
mereka yang membuatnya”. Walaupun ada kecualinya”.
berlaku asas ini, kebebasan berkontrak Ketentuan tersebut secara eksplisit
tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu : tidak telah menyatakan adanya perlindungan
dilarang oleh undang-undang, tidak hukum yang diberikan oleh negara
bertentangan dengan kesusilaan dan tidak Indonesia kepada seluruh warga
bertentangan dengan ketertiban umum. negaranya.Perlindungan bagi seluruh
rakyat Indonesia semakin dikukuhkan
Bentuk Pertanggungjawaban Debt Collector dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang
Atas Tindakan Penarikan Paksa Sepeda Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Motor Yang Menjadi Obyek Kredit Leasing
1945 yang menyatakan, “Setiap orang
Negara Indonesia adalah negara
berhak atas pengakuan, jaminan,
berdasarkan atas hukum bukan
perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan Berdasarkan hasil wawancara
hukum“. Dengan adanya kedua pasal dengan CMO (Credit Marketing Officer)
diatas dapat memberikan arti bahwa Adira Finance Jember dapat diketahui
Indonesia sebagai negara hukum alam bahwa terdapat beberapa permasalahan
pembentukan produk-produk legislatifnya yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian
harus senantiasa mampu memberikan pembiayaan konsumen pada kantor
jaminan perlindungan hukum bagi semua Jember, yaitu sebagai berikut :
warga negaranya, bahkan harus mampu 1) Debitur tidak memenuhi salah satu
menangkap aspirasi yang berkembang di kewajibannya yang ditentukan
masyarakat. Industri perbankan merupakan dalam perjanjian, yakni tidak
salah satu komponen sangat penting dalam membayar angsuran dengan
perekonomian nasional demi menjaga lewatnya waktu 30 (tiga puluh)
keseimbangan kemajuan dan kesatuan hari sejak tanggal jatuh temponya
ekonomi nasional, salah satunya dengan angsuran.
keberadaan lembaga pembiayaan 2) Debitur tidak menjaga dan merawat
konsumen. barang jaminan yakni sepeda motor
Akibat hukum debitur wanprestasi dari kemungkinan rusak atau
pada perusahaan lembaga pembiayaan hilang.
konsumen adalah kreditur tidak 3) Debitur menjual, meminjamkan,
mendapatkan pemenuhan hak-haknya yang atau melakukan hal-hal lain yang
semestinya didapatkan dengan adanya menyebabkan beralihnya sepeda
perjanjian tersebut. Hal ini terjadi karena motor kepada pihak ketiga dengan
hubungan hukum yang terjadi antara bentuk dan cara apapun tanpa
debitur dengan perusahaan pembiayaan sepengetahuan pihak kreditur,
didasarkan pada adanya sebuah perjanjian seperti misalnya sepeda motor
yakni perjanjian pembiayaan konsumen. biasanya diperuntukkan untuk
Secara yuridis, akibat hukum dari orang lain dimana jika suatu saat
wanprestasi dalam suatu perjanjian orang yang menggunakan sepeda
tidaklah sesederhana itu. Sebab perjanjian motor tersebut hilang bersama
sebagai ikatan dalam bidang hukum dengan sepeda motornya maka atas
perdata antara dua subjek hukum atau nama kredit biasanya tidak mau
lebih, dimana satu pihak berhak atas bertanggung jawab terhadap
sesuatu dan pihak yang lainnya angsurannya.
berkewajiban untuk melakukannya.
Adapun ukuran yang dipakai untuk akan dilimpahkan ke Divisi PSO (Problem
menentukan debitur telah melakukan Solving Officer) yaitu divisi penanganan
wanprestasi pada Adira Finance Kantor debitur yang terlambat melakukan
Cabang Jember, antara lain : kewajiban selama 3 bulan keatas. Apabila
1) Tidak dibayarnya angsuran hutang debitur dalam penanganan PSO tidak juga
pembiayaan dengan lewatnya waktu bisa melakukan pembayaran, maka unit
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal dalam hal ini sepeda motor akan langsung
jatuh temponya angsuran. diamankan oleh Divisi PSO. Jika Divisi
2) Sepeda motor digadaikan PSO tidak sanggup melakukan penarikan
3) Sepeda motor dibawa keluar daerah maka proses penarikannya akan dilakukan
4) Dilakukan over kredit tanpa oleh Debt Collector (DC) yang notabene
sepengetahuan pihak PT. Adira adalah karyawan eksternal perusahaan
Finance (free lance). Dalam hal sepeda motor
Untuk penyelesaian wanprestasi hilang karena debitur tidak menjaganya
pada PT. Adira Finance Kantor Cabang dengan baik atau sepeda motor digadaikan
Jember, debitur pertama-tama akan tanpa sepengetahuan terlebih dahulu dari
disomasi atau diberikan SP (Surat pihak Finance, maka pihak kreditur akan
Peringatan) oleh collector, dimana masing- meminta bantuan kepada Debt Collector
masing sebagai berikut : (DC) untuk melakukan pencarian sepeda
1) Surat Peringatan (SP) 1 diberikan motor yang menjadi barang jaminan
kepada debitur yang terlambat tersebut.
melakukan pembayaran selama 1 Sebagaimana telah disebutkan
bulan atau 30 hari. bahwa sampai saat ini belum ada peraturan
2) Surat Peringatan (SP) 2 diberikan yang secara khusus mengatur tentang
kepada debitur yang terlambat penggunaan jasa debt collector oleh
melakukan pembayaran selama 2 lembaga pembiayaan. Namun penggunaan
bulan atau 60 hari. jasa debt collector sebagai bentuk
3) Surat Peringatan (SP) 3 diberikan eksternal collector dimungkinkan oleh
kepada debitur yang terlambat pihak lembaga pembiayaan untuk menagih
melakukan pembayaran selama 3 hutang terhadap pihak lain. Dalam
bulan atau 90 hari. hubungan ketenagakerjaan, salah satu
Jika dalam tenggang waktu 3 bulan perjanjian yang mungkin ada adalah
atau 90 hari debitur tetap tidak bisa perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut
melakukan pembayaran, maka kasusnya umumnya memuat kesepakatan antara
pekerja dengan perusahaan, yang dalam berlaku ini, konsumen dapat mengajukan
hal ini sering diwakili oleh manajemen keberatan kepada perusahaan pembiayaan
atau direksi perusahaan. berdasarkan kesepakatan bersama dalam
Berdasarkan uraian pada perjanjian pembiayaan, namun apabila
pembahasan permalasana pertama bahwa tidak dapat diselesaikan, maka konsumen
pengambilan kendaraan bermotor secara dapat melaporkan pengambilan paksa
paksa dalam perjanjian pembiayaan adalah tersebut dengan dasar pasal perampasan
konsumen telah melakukan wanprestasi sebagaimana yang distur dalam Kitab
(tidak membayar angsuran sesuai yang Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).
diperjanjikan), namun apabila kendaraan Jadi apabla terjadi pengambilan paksa
bermotor sebagai obyek jaminan fidusia kendaraan bermotor yang menjadi objek
tidak didaftarkan oleh perusahaan jaminan kredit di tengah jalan, konsumen
pembiayaan pada Kantor Fidusia, maka harus menolak dan dapat melaporkanya ke
pengambilan paksa tersebut tidak sah, pihak kepolisian. Oleh karena itu
sebab hak kebendaan dari perjanjian perusahaan pembiayaan harus
fidusia tidak lahir, sehingga perusahaan mendaftarkan fidusia kendaraan bermotor
pembiayaan selaku kreditor tidak dapat sebagai obyek jaminan kredit ini
menggunakan ketentuan dalam Pasal 29 dimaksudkan supaya jika konsumen
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 wanprestasi, maka perusahaan pembiayaan
tentang Jaminan Fidusia. Seandainya memiliki dasar hukum untuk melakukan
fidusia tersebut didaftarkan sesuai penarikan kendaraan bermotor sesuai
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dengan prosedur yang diterdapat di dalam
Nomor 130/PMK.010/2012 dan jika tidak peraturan perundang-undangan yang
didaftarkan, namun pengambilan berlaku.
kendaraan bermotor (eksekusinya) harus Dalam hal konsumen wanprestasi,
melibatkan aparat kepolisian. Hal ini lembaga pembiayaan dalam
sesuai dengan Peraturan Kapolri (Perkap) menyelesaikan kreditnya sebaiknya
Nomor 8 Tahun 2011 yang menjelaskan dilakukan dengan musyawarah dengan
bagaimana tata cara pengambilan objek konsumen, tanpa harus melibatkan pihak
perjanjian kredit yang di atasnya sudah kepolisian. Sebab jika hal ini dilakukan
melekat jaminan fidusia, dan akan menambah ongkos atau biaya, dan
sepengetahuan RT/RW setempat. juga mengesankan penyelesaian yang
Terhadap pengambilan paksa yang kurang menghormati hak-hak konsumen
tidak sesuai dengan ketentuan yang sebagai pembeli kendaraan bermotor.
Tindakan debt collector yang Namun pembatalan itu tidak serta
menarik paksa barang, misalnya menarik merta dapat dilakukan oleh kreditur.

sepeda motor yang menunggak kredit atau Pembatalan perjanjian itu harus dinyatakan
oleh putusan pengadilan. Tanpa adanya
menarik barang-barang di dalam rumah
putusan pengadilan maka tidak ada
karena belum dapat melunasi hutang pada
pembatalan, dan tanpa pembatalan maka
leasing, merupakan perbuatan melanggar
kreditur tidak dapat menarik barang yang telah
hukum. Tindakan penarikan secara paksa
diterima oleh debitur (melalui debt collector-
itu ibaratnya menutup lubang masalah nya). Jikapun kreditur tetap memaksakan diri
dengan masalah yaitu menyelesaikan melakukan penyitaan, maka tindakan tersebut
pelanggaran hukum dengan melanggar merupakan pelanggaran hukum, karena
hukum yang lebih berat. Seorang debitur tindakan penarikan paksa barang oleh kreditur
yang belum mampu membayar lunas dan debt collector-nya adalah pelanggaran
hutangnya (misalnya cicilan kredit sepeda hukum maka tindakan itu dapat berindikasi
motor yang sudah jatuh tempo) adalah suatu tindak pidana pencurian (Pasal 362 KUHP) –
pelanggaran hukum, yaitu melanggar mengambil barang yang sebagian atau
perjanjian. Dalam hal demikian kreditur seluruhnya milik orang lain secara melawan
(leasing) mempunyai hak untuk menarik hukum. Atas pelanggaran hukum tersebut,
barang yang telah diserahkan kepada debitur debitur sepeda motor berhak melaporkannya
(pembeli sepeda motor) dengan alasan kepada polisi. Selain pencurian kreditur dan
wanprestasi. debt collector-nya juga dapat diancam tindak
Atas alasan tersebut biasanya kreditur pidana perbuatan tidak menyenangkan kalau
mengutus debt collector-nya untuk menyita sudah emosional dan menggebrak-gebrak meja
barang–jika tidak berhasil menagih hutang. – dan tentunya kita sudah dapat
Suatu hubungan hutang-piutang antara debitur- membayangkan tindak pidana yang yang lebih
kreditur (penjual dan pembeli, atau penerima kejam lagi jika sang debt collector telah
kredit dan bank) umumnya diawali dengan berlagak menjadi jagoan yang gampang main
perjanjian. Seorang pembeli sepeda motor pukul terhadap debitur.
secara kredit adalah debitur yang melakukan Daripada menggunakan cara-cara
perjanjian jual-beli dengan dealernya sebagai kekerasan tersebut ada baiknya pihak leasing
kreditur. Jika debitur wanprestasi (tidak dalam menyelesaikan permasalahan kredit
melaksanakan kewajibannya melunasi kredit) macet dapat menggunakan beberapa cara
maka berdasarkan alasan syarat batal kreditur sebagai berikut. Dalam hal terjadi perselisihan
dapat membatalkan perjanjian. Dengan ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk
batalnya perjanjian maka kreditur dapat menyelesaikan perselisihan yang timbul dari
menarik kembali barang-barang yang telah kedua belah pihak, yaitu dengan cara sebagai
diserahkannya kepada debitur.
berikut yang diharapkan dapat mencegah belah pihak diluar pengadilan tersebut
premanisme oleh debt collector : hanya berkekuatan sebagai
1. Perdamaian atau negosiasi, arti kata persetujuan kedua belah pihak belaka
damai disini adalah bahwa antara yang apabila tidak ditaati oleh salah
pihak kreditur dengan pihak debitur satu pihak maka masih harus diajukan
atau konsumen mengadakan suatu melalui proses di Pengadilan. Jadi
perdamaia sendiri diluar Pengadilan persoalannya hanya selesai sementara
(non litigasi). Pelaksanaan perdamaian dan sama sekali tidak dijamin bahwa
tersebut tergantung dari kedua pihak suatu saat tidak akan terjadi perselihan
sehingga terjadilah persetujuan dari kembali.
kedua belah pihak agar perselihan ini 2. Pengadilan, apabila upaya
tidak dilanjutkan ke pengadilan. Perlu penyelesaian sengketa melalui upaya
dijelaskan lebih lanjut bahwa non litigasi gagal, para pihak dapat
perdamaian yang dilakukan kedua mengajukan gugatan ke pengadilan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan uraian-uraian yang telah objek jaminan fidusia dengan adanya


dikemukakan sebelumnya dalam kaitannya dasar sertifikat jaminan fidusia. Jadi
dengan pokok permasalahan yang ada, maka tanpa adanya syarat tersebut, kreditur
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
tidak dapat semena-mena menarik
1. Pada prinsipnya ada 2 (dua) dasar
barang dari debtur yang wanprestasi
hukum bagi debt collector melakukan
atau terjadinya kredit macet.
tindakan penarikan sepeda motor yang
2. Bentuk pertanggungjawaban debt
menjadi obyek kredit perjanjian
collector atas tindakan penarikan paksa
leasing yaitu : Pertama, dengan
sepeda motor yang menjadi obyek
menggunakan dasar adanya
kredit debitur dapat mengajukan
wanprestasi sehingga perjanjian
keberatan kepada perusahaan
berakhir, namun syarat pengakhiran
pembiayaan berdasarkan kesepakatan
perjanjian tersebut harus melalui
bersama dalam perjanjian pembiayaan,
putusan pengadilan. Kedua, dengan
namun apabila tidak dapat
menggunakan dasar hukum Peraturan
diselesaikan, maka debitur dapat
Menteri Keuangan Nomor
melaporkan pengambilan paksa
130/PMK.010/2012 bahwa kreditur
tersebut dengan dasar pasal
berhak menarik barang yang sebagai
perampasan sebagaimana yang distur
dalam Kitab Undang Undang Hukum memberikan kemudahan bagi kreditur
Pidana (KUHP). Jadi apabla terjadi pada umumnya dan lembaga
pengambilan paksa kendaraan pembiayaan pada khususnya untuk
bermotor yang menjadi objek jaminan mendaftarkan jaminan fidusianya.
kredit di tengah jalan, konsumen harus 2. Apabila telah terjadi sengketa/perselisihan
menolak dan dapat melaporkanya ke maka penyelesaiaannya yang dilakukan

pihak kepolisian. adalah lebih efektif dengan cara

Bertitik tolak kepada pembahasan perdamaian atau alternatif penyelesaian

permasalahan dan kesimpulan di atas, saran sengketa dibandingkan dengan melalui

yang dapat saya berikan adalah : cara penyelesaian di pengadilan sehingga


bagi para pihak sebaiknya dihindari
1. Agar tidak terjadi perselisihan atau
penyelesaian perselisihan di pengadilan
sengketa antara para pihak yaitu lessee
atau bahkan dengan cara main hakim
dan lessor maka dalam pencantuman
sendiri dengan melakukan penarikan
klausula sangat penting dibuat dan
paksa. Untuk menghindari risiko dalam
sebaiknya menggunakan akta notariil perjanjian leasing, selain analisis
dan dilakukan pendaftaran jaminan pembiayaan dilaksanakan dengan baik
fidusia atas benda jaminan, untuk juga dengan melibatkan adanya pihak
memudahkan kreditur sendiri ketiga dalam hal ini pihak asuransi untuk
manakala terjadi wanprestasi oleh mencegah adanya risiko atau menjamin
debitur berikut eksekusi dan penarikan risiko tersebut baik dari lessee maupun

terhadap objek leasing tersebut. lessor.

Demikian halnya dengan kantor


pendaftaran fidusia perlu dibentuk
.
disetiap kabupaten/kota untuk

Anda mungkin juga menyukai