Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang ada dalam masyarakat,
karena kemiskinan menimpa sebagian dari aggota masyarakat yang ada serta
membuat mereka lemah dalam menjalankan peran dan partisipasi dalam
membangun masyarakat. Dari hal ini, timbullah iri dan dengkidalam diri mereka,
dan juga kebencian yang mendalam kepada orang – orang yang mempunyai
penghasilan yang lebih diantara mereka. Bahkan mereka pun menebarkan
kebenciannya kepada seuruh masyarakat yang ada hingga membuatnya mampu
bertindak sewenang – wenang kepada nilai – nilai yang ada dalam masyarakat, serta
membuatnya tidak mampu membedakan suatu yang baik ataupun yang buruk,
sesuatu terpuji atau tercela.
Permasalahan kemiskinan di Indonesia masih menjadi isu nasional, karena jika
di lihat dari angka kemiskinan di negeri ini masih menunjukan angka yang sangat
memprihatinkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per-Juli 2017 menunjukkan
sebanyak 27,77 Juta orang (10,64%) masih dalam kategori miskin.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan masih
membutuhkan penanganan yang serius karena pengentasan kemiskinan merupakan
kewajiban Negara dan tertuang dalam Undang-undang 1945 pasal 34 yang
menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar harus di pelihara oleh
Negara. Kewajiban Negara dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan
yang sudah dijalankan belum berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.
Hal ini terkendala pada sistem ekonomi yang menjadi acuan dalam menjalankan
strategi pengentasan kemiskinan tersebut. Secara teori, sistem ekonomi merupakan
sebuah kesatuan hubungan antara rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi
dan rumah tangga pemerintah berdasarkan pada sebuah perencanaan ekonomi skala
nasional untuk menghasilkan suatu produksi yang akan di distribusikan keseluruh
keluarga secara merata dan berkeadilan. Namun pengaplikasian teori tersebut
dalam hal pengentasan kemiskinan kadang menimbulkan persoalan-persoalan
akibat dari ketidak sesuaian sistem ekonomi yang diterapkan.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 1


Manusia merupakan makhluk yang Allah jadikan khalifah di muka bumi
ini, dan Allah pun telah menyediakan baginya semua yang ada di langit dan juga
yang ada dibumi. Allah pun melengkapi semua ini dengan nikmat – nikmat- Nya,
baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Karena itu, maka wajar apabila Islam
kemudian mencoba memahami permasalahan ini dan juga membasakan manusia
dari belenggu hawa nafsunya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai pengertian kemiskinan, pandangan islam terhadap kemiskinan, cara
islam menanggulangi kemiskinan, serta prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam
mengentas kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ekonomi syariah ?
2. Bagaimana ruang lingkup dan sumber ekonomi syariah ?
3. Apa tujuan dari ekonomi syariah ?
4. Apa saja dasar, asas – asas, dan prinsip ekonomi syariah ?
5. Apa manfaat dari ekonomi syariah ?
6. Apa Definisi Kemiskinan ?
7. Bagaimana pandangan Islam terhadap kemiskinan ?
8. Apa saja faktor – faktor penyebab kemiskinan ?
9. Bagaimana solusi Islam dalam pengentasan kemiskinan ?
10. Peran ekonomi syariah dalam pengentasan kemiskinan ?

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 2


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ekonomi Syariah


Ekonomi Syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang per
orang, kelompok orang, dan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan
hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak
komersial menurut prinsip syariah.
Menurut Dr. Muhammad Abdullah al – ‘Arabi, ekonomi syariah
merupakan sekumpulan dasar – dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari al
– Qur’an dan as – Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita
dirikan di atas landasan dasar – dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.
Menurut Prof. Dr. Zainuddin Ali, ekonomi syariah adalah kumpulan
norma hukum yang bersumber dari al –Qur’an dan al – Hadits yang mengatur
perekonomian umat manusia.
Menurut M.A. Manan, ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah – masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai –
nilai Islam.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik benang merah bahwa ekonomi
syariah merupakan sistem ekonomi yang bersumber dari wahyu ( al – Qur’an dan
as – Sunnah / al – Hadits ) dan sumber intrepretasi dari wahyu yang disebut dengan
ijtihad.
2. Ruang Lingkup dan Sumber Ekonomi Syariah
 Ruang Lingkup Ekonomi Syariah
Ruang lingkup ekonomi syariah meliputi aspek ekonomi sebagai berikut :
1. Ba’i adalah jual – beli antara benda dengan benda atau pertukaran benda
dengan uang.
2. Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.
3. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal
permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 3


4. Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau pnanam modal
untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.
5. Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk
memanfaatkan lahan.
6. Musaqah adalah kerjasama antara pihak –pihak dalam pemeliharaan
tanaman dengan pembagian hasil antara pemilik dengan pemelihara
tanaman dengan nisbah yang disepakati oleh para pihak.
7. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan
oleh shihab al – maal (pemilik harta) dengan pihak yang membutuhkan
melalui transaksijual – beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan
barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau
laba bagi shahib al – maal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau
angsur.
8. Khiyar adalah hak pilih bagi penjual atau pembeli untuk melanjutkan atau
membatalkan akad jual- beli yang dilakukan.
9. Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran.
10. Istishna adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dan
pihak penjual.
11. Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh penjamin kepada
pihak ketiga / pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua /
peminjam.
12. Hawalah adalah pengalihan utang dan muhil al ashil kepada muhal ‘alaih.
13. Rahn / gadai adalah penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi
pinjaman sebagai jaminan.
14. Ghasb adalah pengembalian hak milik orang lain tanpa izin dan tanpa niat
untuk memilikinya.
15. Itlaf / perusakan adalah penguragan kualitas nilai suatu barang.
16. Wadi’ah adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak
penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 4


17. Ju’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama kepada pihak
kedua atas pelaksanaan suatu tugas / pelayanan yang dilakukan oleh pihak
kedua untuk kepentingan pihak pertama.
18. Wakalah adalah pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan
sesuatu.
19. Obligasi syariah adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset surat
berharga baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
20. Reksadana syariah adalah lembaga jasa keuangan non-bank yang
kegiatannya berorientasi pada investasi di sektor portofolio atau nilai
kolektif sari surat berharga.
21. Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh akad investasi
kolektif efek beragun aset syariah yang portofolionya terdiri atas aset
keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan
yang timbul dikemudian hari, jual – beli kepemilikan aset fisik oleh lembaga
keuangan, efek berupa investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana
peningkatan investasi / arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai
dengan prinsip – prinsip syariah.
22. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip –
prinsip syariah.
23. Ta’min / asuransi adalah perjanjian anatara dua belah pihak atau lebih,
yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tanggungan dengan
menerima premi ta’min untuk menerima penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
24. Syuuq maaliyah / pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkan seta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 5


25. Waraqah tijariyah / surat berharga syariah adalah surat bukti
berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dipasar
dan atau pasar modal, antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat
reksadana syariah, dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
26. Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang
pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
27. Qardha adalah penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan
syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
28. Sunduq mu’asyat taqa’udil / dana pensiun syariah adalah badan usaha
yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun berdasarkan prinsip syariah.
29. Hisabat jariyat / rekening koran syariah adalah pembayaran dengan
dananya ijarah pada setiap saat dapat ditarik atau disetor oleh pemiliknya
yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
30. Ba’i al – wafa / jual – beli dengan hak membeli kembali adalah jual – beli
yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat
dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah
tiba.
Menurut UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama, maka ruang lingkup ekonomi syariah meliputi :
1. Bank Syariah
2. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
3. Asuransi Syariah
4. Reasuransi Syariah
5. Reksadana Syariah
6. Obligasi Syariah dan Surat Berjangka Menengah Syariah
7. Sekuritas Syariah
8. Pembiayaan Syariah
9. Pegadaian Syariah
10. Dana Pensiunan Lembaga Keuangan Syariah
11. Bisnis Syariah

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 6


 Sumber Ekonomi Syariah
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah,
di dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terdapat hukum – hukum dan undang – undang diharamkannya riba,
dan diperbolehkannya jual – beli yang tertera pada surat al Baqarah ayat 275
:
“... padahal Allah telah menghalalkan jual – beli dan
mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya
larangan Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba) maka orang itu adalah penghuni – penghuni neraka, mereka kekal
didalamnya.”
2. As-Sunnah an-Nabawiyah
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan Islam.
didalamnya dapat kita jumpai khazanah aturan perekonomian syariah.
“Sesungguhnya (menumpahkan) darah kalian, (mengambil) harta kalian,
(menganggu) kehormatan kalian haram sebagaimana haramnya hari
kalian saat ini, dibulan ini, dinegeri ini, ...” (HR. Bukhari)

Contoh hadits yang menerangkan larangan menipu :


“Barang siapa yang menipu kami, maka tidak termasuk golongan
kami.”(HR. Muslim)

3. Ijtihad
Menurut al-Syaukani, ijtihad adalah menegrahkan kemampuan
dalam memperoleh hukum syar’i yang bersifat ‘amali melalui cara istinbath.
Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah pengerahan kemampuan
seorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat tentang hukum syar’i.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 7


Menurut al –Amidi, ijtihad adalah pengerahan kemampuan dalam
memperoleh dugaan kuat tentang hukum syara’ dalam bentuk yang dirinya
merasa tidak mampu berbuat seperti itu.
Untuk mendapat ketentuan- ketentuan hukum muamalah (ekonomi
syariah) yang baru yang timbul seiring dengan kemajuan zaman dan
kebutuhan masyarakat, sangat diperlukan pemikiran – pemikiran baru yang
biasa dikenal dengan istilah ijtihad. Sumber ijtihad inilah yang memegang
peranan yang sangat pentung dalam menegmbangkan fiqih Islam, terutama
sekali dalam bidang muamalah (ekonomi). Tidak terlalu berlebihan kiranya
jikakita mengatakan bahwa sumber ijtihad yang paling banyak dibutuhkan,
diperlukan dalam hukum muamalah (ekonomi).

3. Tujuan Ekonomi Syariah


 Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral Islam
ِ ‫ش أي َط‬
َ ‫ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك أم‬
ٌ‫عد ٌُّو ُم ِبين‬ َّ ‫ت ال‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫اس ُكلُوا ِم َّما فِي أاْل َ أر‬
ُ ‫ض ح َََل اًل َط ِيباا َو ًَل تَت َّ ِبعُوا ُخ‬ ُ ‫يَا أَيُّهَا ال َّن‬
]٢:١٦٨[
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu. (QS. Al Baqarah ayat 168)
 Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid berdasarkan
keadilan dan persaudaraan yang universal

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. Al Hujurat ayat 13)

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 8


 Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata

“Dan Dia yang menjadikan kamu kholifah-kholifah d bumi dan


meninggikan sebagaian kamu atas sebagaian (yang lain) beberapa derajat,
untuk menguji kamu melalui apa yang diberikan-Nya kepada kamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-An’am, Ayat; 165)

4. Dasar, Asas – asas, dan Prinsip Ekonomi Syariah


A. Dasar – dasar Ekonomi Syariah
1) Mengakui hak milik (baik secara individu atau umum)
Sistem ekonomi syariah mengakui hak seseorang untuk memiliki
apa saja yang dia inginkan dari barang-barang produksi misalnya, ataupun
barang-barang konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga
kepimilikan umum. Dalam hal ini ekonomi syariah memadukan antara
maslahat individu dan maslahat umum. Tampaknya inilah satu-satunya
jalan untuk mencapai keseimbangan dan keadilan di masyarakat.
2) Kebebasan ekonomi bersyarat
Adapun syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan – kebebasan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Memperhatikan halal dan haram, misalnya tidak tabzir (boros) dan israf
(berlebih-lebihan)
b. Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan oleh
syariah Islam, misalnya : komitmen terhadap kewajian zakat.
c. Tidak menyerahkanpengelolaan harga kepada orang-orang bodoh,
kurang akal (gila) dan lemah.
d. Hak untuk berserikat (saling memiliki)dengan tetangga atau mitrakerja.
e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merugikan kepentingan
orang banyak.
f. At-Takaful al-ijtima’i (kebersamaan dalam menanggung suatu
kebaikan)

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 9


B. Asas – asas Ekonomi Syariah
Dalam filsafat ekonomi syariah terdapat tiga asas pokok, yaitu sebagai
berikut :
a. Asas yang menjelaskan bahwa dunia dan seluruh isinya, termasuk alam
semesta, adalah milik Allah SWT dan berjalan menurut kehendaknya.
b. Asas yang menjelaskan bahwa Allah SWT merupakan pencipta semua
makhluk hidup yang ada dialam semesta ini.
c. Asas yang menjelaskan bahwa iman kepada hari kiamat akan
mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku ekonomi manusia.
Beberapa asas pokok ekonomi Islam yaitu :
a. Allah Maha Pencipta, bahwa kita yakin semua yang ada dibumi dan
dilangit adalah ciptaan Allah.
b. Semua harta adalah milik Allah. Kita sebagai manusia hanya
memperoleh titipan, dan hak pakai saja.
c. Iman kepada Hari Akhir. ... Kita akan ditanya darimana harta diperoleh
dan untk apa ia digunakan, semua harus dipertanggungjawabkan.
d. Semua manusia tergantung pada Allah, sehingga setiap orang
bertanggung jawab atas pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
e. Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai
manusia.
f. Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai kebaikan dan kemalasan dinilai
sebagai kejahatan.
g. Jangan membuat mudarat dan jangan ada mudarat.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 10


C. Prinsip Ekonomi Syariah
Prinsip dasar ekonomi syariah yang menjadi pembeda dengan prinsip
ekonomi lainnya adalah :
1. Kebebasan Individu
Kebebasan individu yang dimasksud disini adalah bahwa manusia
memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kreativitas dan
melakukan inovasi dalam kehidupan dunianya.
2. Hak Terhadap Harta
Syariah mengatur kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan
bersama, sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikapsaling
menghargai dan menghormatinya.
3. Jaminan Sosial
Sayriah memperhatikan pula masalah pengelolaan harta melalui
pengaturan zakat, infaq, sedekah, dan sebagainya sebagai sarana untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera.
4. Larangan Menumpuk Kekayaan dan Pentingnya Mendistribusikan Harta
Sistem ekonomi syariah membatasi, bahkan melarang setiap
individu dengan alasan apapun menumpuk kekayaan dan tidak
mendistribusikan kepada orang lain. Sehingga seorang uslim sejati
mempunyai keharusan untuk mencegah dirinya supaya tidak berlebihan
dalam segala hal atau melampaui batas, karena sifat menumpuk kekayaan
merupakan sifat yang rakus dan merugikan orang lain.
5. Kesejahteraan Individu dan Masyarakat
Masyarakat akan menjadi faktor yang dominan dalam pembentukan
sikap individu sehingga karakter individu banyak dipengaruhi oleh
karakter masyarakat. Maka keterlibatan individu dan masyarakat sangat
diperlukan guna membentuk suatu peradaban yang maju, yang didalamnya
terdapat faktor ekonomi itu sendiri.
Syarat suatu bangunan agar tetap kokoh adalah tiang yang kokoh. Jika
bangunan yang kokoh tersebut adalah ekonomi syariah, maka tiang penyangganya
adalah sebagai berikut :
1. Siap menerima resiko

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 11


2. Tidak melakukan penimbunan
3. Tidak monopoli
4. Pelarangan interest (riba)
5. Solidaritas sosial
6. Keadilan distribusi pendapatan
7. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial

5. Manfaat Ekonomi Syariah


Apabila ekonomi sayriah diaplikasikan dalam kehidupan, maka akan
mendatangkan manfaat yang besar bagi umat Islam itu berupa :
 Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga Islamnya
tidak lagi parsial.
 Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah,
asuransi syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah dan / atau baitul maal
wa tamwil mendapatkan keuntungan didunia dan diakhirat.
 Praktik ekonomi syariah berdasarkan syariah Islam bernilai ibadah, karena
telah mengamalkan syariah Allah SWT.
 Mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah, asuransi syariah,
dan/atau BMT, berarti mendukung lembaga ekonomi umat Islam itu sendiri.
 Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau
menjadi nasabah asuransi syariah.
 Mengamalkan ekonomi syariah berarti mendukung gerakan amar ma’ruf
nahi munkar, sebab dana yang terkumpul tersebut hanya boleh
dimanfaatkan untuk usaha-usaha atau proyek-proyek halal.

Dengan mengamalkan ekonomi syariah jelas mendatangkan banyak manfaat yang


besar bagi umat Islam itu sendiri,diantaranya :
 Keberkahan,menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah akan
mendapatkan keuntungan duniawi dan ukhrawi.
 Tanpa ada pihak yang dirugikan

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 12


 Distribusi merata, bahkan untuk tuntunan yang mungkin terlihat sebagai
sesuatu yang berat dan menyakitkan, akan ada hikmah yang membawa
kemaslahatan (QS. Al-Baqarah : 216)
 Tahan krisis, ekonomi syariah dapat mengurangi kerentanan perekonomian
akibat fenomena yang disebut sbagai decoupling economy.
 Pertumbuhan entrepreneur tanpa riba

6. Definisi Kemiskinan
Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah
menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi manusia) berupa
tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan. Allah Swt. berfirman:

“Kewajiban ayah adalah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf” (QS al-Baqarah [2]:233).

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal, sesuai


dengan kemmpuanmu” (QS ath-Thalaaq [65]:6).
Dalam ajaran islam tidak dibenarkan adanya seseorang yang hidup dalam
masyarakat dalam keadaan kelaparan, berpakaian compang – camping, meminta-
minta, mengelandang atau membujang selamanya. Perhatian islam terhadap
kemiskinan amatlah besar sampai-sampai di dalam Al-Qur’an kata ‘miskin’ diulang
sebanyak 25 kali. Disadari atau tidak bahwa kefakiran yang menimpa seseorang
bahkan sebuah bangsa cendrung akan berperilaku kufur.
Dampak dari kefakiran itu sendiri itu bisa merusak aqidah, moral, dan retaknya
keluarga serta masyarakat. Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia sekarang
ini, justru tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 rupanya belum mampu menunjukkan eksistensinya “untuk memajukkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial” bahkan hal itu semua, jauh dari apa yang telah diprogramkan dalam dasar
negara kita.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 13


Kemiskinan adalah keadaan penghidupan dimana orang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasar.
Senada dengan definisi diatas, Zakiah Daradjat mendefinisikan
kemiskinan sebagai berikut kemiskinan adalah orang yang tidak cukup,
penghidupannnya dan dalam keadaan kekerangan.
Adapaun menurut Taqyuddin, kemiskinan menurut bahasa maknanya
adalah ihtiyaj (membutuhkan). Bisa dinyatakan dengan : faqara wa Iftaqara
lawwanan Kata dari istaghna (tidak membutuhkan).
Sedangkan pengertian menurut syara’ maknanya adalah orang yang
membutuhkan plus lemah keadaannya, yang tidak bisa dimintai apa – apa. Mujtahid
mengatakan : kemiskinan adalah orang yang tidak bisa. Sedangkan ikhrimah
mengatakan kemiskinan adalah orang yang lemah.
Bambang Sudibyo, mengukur ketetapan kemiskinan dengan memakai
standar nishab zakat, apabila seorang memiliki harta di bawah ukuran zakat, maka
seseorang tersebut dikatagorikan termasuk dalam dalam wilayah miskin.
Selama ini terdapat dua pengertian yang berkaitan dengan kemiskinan yakni
kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan
yang dilihat antara satu tingkatan pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya,
seseorang dalam komunitas tertentu digolongkan dalam komunitas kaya, namun
bisa masuk golongan miskin dalam komunitas lainnya, menurut Revrisond,
masalah kemiskinan relatif ini bukanlah masalah kemiskinan akan tetapi masalah
kesenjangan. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu keaadaan kemiskinan
yang ditentukan terlebih dahulu menetapkan garis tingkat pendapatan minimum
tersebut dikategorikan sebagai bukan orang miskin.

7. Pandangan Islam terhadap Kemiskinan


Dalam sudut pandang Islam, kemiskinan terbagi menjadi 3 bagian tingkatan :
1. Miskin Iman
Yang dimaksud miskin iman adalah orang yang jiwanya tidak ada
kontak atau hubungan dengan Allah, atau jika ada hubungan pun terlalu
tipis, yaitu hanya ingat pada Allah saat susah saja.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 14


2. Miskin Ilmu
Jadi miskin ilmu ini menjadi penyebab yang kedua mengapa
manusia mengalami kesusahan, miskin, dan tidak tahu cara menyelesaikan
hidup.
3. Miskin harta
Miskin harta (tak dapat memenuhi makan minum, tak dapat
membangun rumah, tak dapat berkemajuan dsb) adalah buah dari manusia
yang sudah tidak ada kontak dengan Allah dan buah dari manusia yang tidak
ada ilmu.

8. Faktor – faktor Penyebab Kemiskinan


Timbulnya kemiskinan dalam suatu masyarakat bukanlah sesuatu yang tiba
– tiba, namun dipengaruhi oleh banyak faktor. Bambang Ismawan memaparkan
beberapa penyebab terjadinya kemiskinan anatara lain :
 Kurangnya pengembangan SDM
 Adanya struktur yang menghambat pembangunan ekonomi rakyat kecil
 Ketidakberuntungan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat miskin
 Ketimpangan distribusi

Menurut Sharp et al. (2000) kemiskinan terjadi dikarenakan beberapa sebab yaitu :
 Rendahnya kualitas angkatan kerja
 Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal
 Rendahnya masyarakat terhadap penguasaan teknologi
 Penggunaan sumber daya yang tidak efisien
 Tingginya pertumbuhan penduduk

9. Solusi dalam Pengentasan Kemiskinan menurut beberapa ahli


Pengentasan kemiskinan melalui proses yang panjang dapat ditempuh langkah-
langkah dan pendekatan-pendekatan sebagai berikut (Qadir,2001) :
1. Pendekatan Parsial

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 15


Yaitu dengan pemberian bantuan langsung berupa : sedekah biasa
(tathawwu’) dari orang-orang kaya dan dari dana zakat secara konsumtif
kepada fakir miskin yang betul-betul tidak produktif lagi.
2. Pendekatan Struktural
Model pendekatan ini bertujuan untuk menuntaskan kemiskinan secara
sistematis, dengan cara menghilangkan faktor-faktor penyebab kemiskinan
itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

Ada beberapa hal menjadi kerangka kebaikan dalam pemberantasan kemiskinan


dan ketimpangan (Ahmad: 1998), antara lain sebagai berikut :
 Pemberdayaan usaha yang produktif.
 Pengadobsian strategi pertumbuhan yang berorientasi islam.
 Peraturan tentang praktik-praktik bisnis.
 Kesempatan yang adil.
 Hak milik dan kewajiban terhadap harta kekayaan dalam Islam.
 Hukum-hukum warisan
 Faktor kemitraan dan fungsi pemerataan pendapatan
 Pemberdayaan pemberian sukarela bagi kesejahteraan fakir miskin
 Kebijakan fiskal dan moneter
 Sistem jaminan sosial Islam.

10. Peran Ekonomi Syariah dalam Pengentasan Kemiskinan


Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, 2001, dalam bukunya Perbankan
Syariah yang diterjemahkan oleh Burhan Subrata, mengatakan; lembaga keuangan
syariah hadir untuk memberikan jasa keuangan yang halal kepada komunitas
muslim. Tarjet utamanya adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja, dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi serta
distribusi pendapatan yang kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan
mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu
memberikan jaminan keuntungan (bagi-hasil) kepada semua pihak yang terlibat.26

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 16


Ajaran Islam sudah mengatur tentang konsep lembaga keuangan tersebut di
atas, meski tidak disebut secara eksplisit dalam al-Qur’an. Namun jika yang
dimaksud lembaga itu suatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,
manajemen, fungsi serta hak kewajiban, maka semua lembaga itu disebut secara
jelas. Kata-kata seperti kaum, ummat (kelompok masyarakat), muluk (pemerintah),
balad (negeri), suq (pasar) dan sebagainya mengindi-kasikan bahwa al-Qur’an
mengisyaratkan nama-nama itu memiliki fugnsi dan peran tertentu dalam ekonomi,
seperti zakat, shadaqah, fai’, ghanimah, bai’, dain, mal dan sebagainya memiliki
konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu. Dalam lembaga keuangan
syariah modern, konsep al-Qur’an ini diterjemahkan menjadi sebuah lembaga
keuangan yang mampu diterima oleh masyarakat umum.

Ada banyak keunggulan sistem bank syariah yang bisa dipergunakan untuk
ikut serta memberantas kemiskinan ini dibanding bank konvensional, di antaranya:
 Bank syariah menjadi debitur sebagai mitra usaha
 Bagi hasil sangat cocok untuk sektor pertanian dan kelautan
 Mengoptimalkan dana Qardhul Hasan

Ekonomi syariah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang


unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta
ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare
(United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman) dsb.
Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem
ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten dimasa krisis. Sistem
ekonomi Islam yang diwakili lembaga perbankan syariah telah menunjukkan
ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan sistem bagi hasil sehingga
tidak mengalami negative spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan
perbankan syariah semakin berkembang dimasa-masa yang sulit tersebut.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 17


BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Ekonomi Syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
orang per orang, kelompok orang, adan usaha yang berbadan hukum atau
tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat
komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.
Sumber Ekonomi Syariah berasal dari al-Qur’an, al-Hadits dan
Ijtihad para ulama, tetapi hukum yang sering kita pakai adalah yang
bersumber dari ijtihad yang berpedoman dari Al-Qur’an maupun Al Hadits.
Definisi Kemiskinan adalah Kemiskinan adalah keadaan
penghidupan dimana orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar.
Pandangan Islam terhadap Kemiskinan, terbagi menjadi 3 bagian
yaitu kemiskinan iman, kemiskinan ilmu dan kemiskinan harta.
Solusi Pengentasan Kemiskinan, solusi pengentasan kemiskinan
menurut beberapa ahli memang menemui banyak perbedaan, tetapi dalam
perbedaan tersebut kita harus selektif dalam melaksanakan solusi tersebut.
Peran Ekonomi Syariah, Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud,
2001, dalam bukunya Perbankan Syariah yang diterjemahkan oleh Burhan
Subrata, mengatakan; lembaga keuangan syariah hadir untuk memberikan
jasa keuangan yang halal kepada komunitas muslim. Tarjet utamanya
adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi serta distribusi
pendapatan yang kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi
serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu
memberikan jaminan keuntungan (bagi-hasil) kepada semua pihak yang
terlibat.

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 18


DAFTAR PUSTAKA
 Dari Buku
a. Pasal 1 ayat 1 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
b. Dr. Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bandung : PT
Refika Aditama, 2011)
c. Adbul Ghofur Anshori, Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia,
(Bandung: Refika Aditama, 2008)
d. Prof. Dr. H. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, S.Pd, Manajemen
Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009)
e. Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)
f. M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar – dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT. Era
Adicitra Intermedia, 2011)

 Dari Internet
a. Yuli Afriyandi, http://www.academia.edu/3282725/Studi-Komparatif-
Sistem-Ekonomi-Islam-dan-Sistem-Ekonomi-Lainnya-dalam-
Pengentasan-Kemiskinan
b. Hendri Tanjung, http://www.pesantrenvirtual.com/.../ekonomi.../1079-
enam-pilar-perekonomian-modern-yang-Islami
c. Arham Hariyadi http://deerham.com/manfaat-penerapan-sistem-ekonomi-
syariah
d. Yusuf Bahtiyar, http://kumpulanmakalahislami.blogspot.com/p/blog-
page_7176.html
e. Laely Rakhmawati,
http://laelyrakhmawati.wordpress.com/2014/04/21/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-kemiskinan
f. Fatikul Himami, M.EI, http://fish.uinsby.ac.id/%3Fp%3D2657
g. Alex King, http://simplebisnis.wordpress.com/2010/09/14/peran-bank-
syariah-dalam-pengentasan-kemiskinan/
h. Rosiyanti, http://rosiyanti-aljihad.blogspot.in/2013/04/makalah-ekonomi-
syariah-solusi.html

Makalah Pendidikan Agama Islam-Ekonomi Syariah dalam Mengentas Kemiskinan 19

Anda mungkin juga menyukai