Anda di halaman 1dari 14

PERPINDAHAN PANAS DENGAN BENTUK SHELL AND TUBE

MATA KULIAH PERPINDAHAN PANAS

Disusun oleh :
Rayhan Win Hafiz 02311840000031
Rio Adi Prasetyo 02311840000034

Dosen Pengampu :
Dr. Ridho Hantoro, S.T., M.T.

KELAS B TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I

1.1 Definisi Kasus


Pada zaman sekarang perkembangan industri sangat pesat. Perindustrian sekarang ini sudah
semakin maju dan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Salah satu alat yang penting
pada perindustrian yaitu heat exchanger. Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang
berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi
dengan memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida
bersuhu rendah. Dalam perkembangannya heat exchanger mengalami transformasi bentuk
yang bertujuan meningkatkan efisiensi sesuai dengan fungsi kerjanya. Bentuk heat exchanger
yang sering digunakan ialah shell and tube. Pada kali ini dilakukan simulasi Heat exchanger
dialiri panas berupa engine oil dengan suhu 373 K dan fluida dingin berupa water liquid dengan
suhu 283 K. Kemudian diberi variasi temperatur dengan suhu pada fluida panas 360 K dan
suhu pada fluida dingin 300 K.

1.2 Spesifikasi

Komponen-komponen dari penyusun Heat Exchanger yaitu :


1. Diameter Tube = 10 mm
2. Diameter Shell = 40 mm
3. Panjang Shell dan Tube = 2000 mm
4. Jarak antar tube = 2 mm
5. Jumlah tube = 5
6. Temperatur fluida panas = 373 K, 360 K, 350K
7. Temperatur fluida dingin = 283 K dan 300 K
8. Jenis aliran = Parallel flow
9. Kecepatan fluida panas = 2 m/s dan 0.001 m/s
10. Kecepatan fluida dingin = 2 m/s dan 0.001 m/s
BAB II
SIMULASI

2.1 Geometri dan Meshing


Pada simulasi kali ini dilakukan 2 variasi yaitu variasi temperature. Oleh karena itu,
parameter yang di ukur adalah temperature pada outlet shell dan temperature pada tube.
Berikut ini merupakan gambar geometri dan meshing dari heat exchanger yang dilakukan.

Gambar 2.1 Geometri

Gambar 2.2 Mesh


2.2 Inisialisasi
Pada simulasi, fluida yang dipilih yaitu engine oil dan water-liquid dengan spesifikasi
sebagai berikut:

1. Variasi pertama
a. Engine Oil
i. Density ; 840 kg/m3
ii. Viscosity : 1.86 x 10^-2 kg/m s
iii. Velocity : 2 m/s
iv. Inlet temperature : 373 K

b. Water-liquid
i. Density : 1000 kg/m3
ii. Viscosity : 1422 x 10^-6 kg/m s
iii. Velocity : 2 m/s
iv. Inlet temperature : 283 K

2. Variasi Kedua
a. Engine Oil
i. Density : 847.8 kg/m3
ii. Viscosity : 2.52 x 10^-2 kg/m s
iii. Velocity : 2 m/s
iv. Inlet temperature : 360 K

b. Water-liquid
i. Density : 998.2 kg/m3
ii. Viscosity : 855 x 10^-6 kg/m s
iii. Velocity : 2 m/s
iv. Inlet temperature : 300 K

3. Variasi Ketiga
a. Engine Oil
i. Density : 847.8 kg/m3
ii. Viscosity : 2.52 x 10^-2 kg/m s
iii. Velocity : 0.001 m/s
iv. Inlet temperature : 360 K

b. Water-liquid
i. Density : 998.2 kg/m3
ii. Viscosity : 855 x 10^-6 kg/m s
iii. Velocity : 0.001 m/s
iv. Inlet temperature : 300 K
4. Variasi Keempat
a. Engine Oil
i. Density : 847.8 kg/m3
ii. Viscosity : 2.52 x 10^-2 kg/m s
iii. Velocity : 0.001 m/s
iv. Inlet temperature : 350 K

b. Water-liquid
i. Density : 998.2 kg/m3
ii. Viscosity : 855 x 10^-6 kg/m s
iii. Velocity : 0.001 m/s
iv. Inlet temperature : 300 K

2.3 Hasil
Dari simulasi yang telah dilaksanakan diperoleh hasil data dan gambar sebagai berikut:

Gambar 2.3 Hasil Simulasi Variasi 1

Gambar 2.4 Hasil Simulasi Variasi 2


Gambar 2.5 Hasil Simulasi Variasi 3

Gambar 2.6 Hasil Simulasi Variasi 4


Gambar 2.7 Data Tekanan Variasi 1 ( 373 K dan 283 K)
Gambar 2.8 Data Tekanan Variasi 2 (360 K dan 300 K)
Gambar 2.9 Data Tekanan Variasi ke 3
Gambar 2.10 Data Tekanan Variasi ke 4
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Data dan Pembahasan


Pada simulasi ini digunakan 2 fluida yaitu menggunakan air sebagai fluida dingin dan
minyak sebagai fluida panas. Simulasi ini menggunakan 7 tube berdiameter 10 mm dengan
jarak antar tube yaitu 2 mm. Selain itu, digunakan pula shell berdiameter 40 mm dengan
panjang 2000 mm. Pada simulasi kali ini digunakan 2 variasi temperatur. Variasi yang pertama
yaitu dengan temperatur inlet panas 373 K dan temperatur inlet dingin 283 K. Lalu variasi
kedua yaitu dengan temperatur inlet panas 360 K dan temperatur inlet dingin 300 K.
Pada simulasi ini jenis aliran fluida yg digunakan adalah parallel – flow. Pada variasi
pertama , perbedaan inlet fluida panas dan dingin adalah sekitar 90° K. . Pada variasi kedua,
perbedaan inflet fluida panas dangan dingin adalah sekitar 60°K. Jika diperhatikan, terdapat
daerah yang berwarna merah, diindikasikan sebagai inlet dari fluida panas yang bersuhu 373°
K dan 360°K dan fluida dingin yang bersuhu 283° K dan 300° K tersebut. Sedangkan daerah
yang berwarna biru , diindikasikan sebagai outlet dari fluida panas dan dingin yang sudah
bertukar kalor sehingga suhu dan tekanan dari shell nya menurun. Pada inlet ditunjukkan
bahwa pipa(shell) masih berwarna merah yang artinya masih bersuhu dan tekanan tinggi
dikarenakan adanya fluida panas berupa engine oil bersuhu 373°K dan 360° K. Kemudian
dengan pengaruh oleh tube-tube yang berisi fluida dingin yaitu water liquid yang bersuhu
283°K dan 300°K , maka temperature shell makin menurun sampai pada outlet. Hal ini
ditunjukkan oleh gradasi warna yang menunjukkan penurunan tekanan atau pressure drop. Jika
dibandingkan dengan Variasi 3 dan 4, Pressure drop dari variasi 3 dan 4 lebih halus dan tidak
terlalu signifikan jika disbanding variasi 1 dan 2. Gradasi warna yang terjadi dari inlet menuju
outlet juga merupakan salah satu ciri dari aliran parallel – flow. Karena pada parallel flow ,
aliran dari fluida dingin dan panas adalah searah melalui sisi inlet dan outlet yang sama dan
bersamaan. Sehingga pada kasusnya, parallel – flow memiliki suhu outlet yang hampir sama.
Sedangkan pada counter – flow, suhu pada masing – masing outlet mendekati angka suhu pada
inlet dari fluida lawannya. Itulah mengapa pada hasil simulasi ini yang berbasiskan aliran fluida
bertipe counter – flow ini, memiliki warna yang signifikan di antara kedua ujung. Jika pada
sebuah ujung terdapat daerah inlet fluida dingin dan outlet fluida panas, maka warna dari
daerah tersebut cenderung mendekati suhu inlet fluida dingin. Sebaliknya, jika disebuah ujung
terdapat daerah inlet fluida panas dan outlet fluida dingin, maka warna yang mengindikasikan
temperatur pada daerah tersebut cenderung memiliki interpretasi suhu yang mungkin
mendekati suhu inlet fluida panas. Counter - flow yang memiliki aliran fluida yang berlawanan
antara panas dan dingin, sehingga titik keseimbangannya adalah berada ditengah. Pada counter-
flow suhu dan tekanan pada kedua sisi cenderung mirip karena sama-sama telah terpengaruhi
dari fluida lawan.
BAB IV
VERIFIKASI ANALITIK
4.1 Perhitungan LMTD
Setelah dilakukan penghitungan yang dilakukan pada aplikasi CFD, maka dilanjutkan dengan
perhitungan analitik manual

Gambar 4.1 Perhitungan LMTD pada variasi 1

Gambar 4.2 Perhitungan LMTD pada variasi 2


4.2 Perhitungan NTU
kita tidak mengetahui flow rate massa fluida. Flow rate massa fluida digunakan untuk
menghitung Cmin. Oleh karena itu, Perhitungan NTU tidak dapat digunakan dalam perhitugan
ini
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/36812/1/Heat_Exchanger_Shell_and_Tube.pdf

Anda mungkin juga menyukai