BAB I
PENDAHULUAN
jumlah diabetisi yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia
WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Anonima, 2006). Kecenderungan peningkatan
al., 1998).
1
2
DRPs terdiri dari tujuh kategori, dua diantaranya adalah salah obat dan
interaksi obat (Strand et al., 1998). Data dari Minnesota Pharmaceutical Care
Project tercatat 17% dari DRPs teridentifikasi oleh komunitas farmasi melibatkan
(DRPs) kategori obat salah pada pasien DM tipe 2 geriatri di instalasi rawat inap
RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2007 didapatkan hasil pasien yang
orang (2,53%), dan yang mendapatkan kombinasi obat tidak tepat sebanyak 5
Proses menjadi tua adalah keadaan alamiah yang tidak dapat dihindarkan.
keberadaanya dan akan berakhir dengan kematian (Ikram, 2004). Selain jenis
penyakit yang berbeda, pada kelompok pasien berusia lanjut juga terjadi apa yang
situasi memang jumlah obat yang diberikan kepada pasien bisa lebih dari dua
macam, lebih dari tiga macam, atau bahkan lebih dari empat macam. Hal ini
Semakin banyak obat yang digunakan maka semakin banyak pula kemungkinan
obat, 22,7% dengan 6 obat, dan 55,8% dengan 12 obat. Tidak semua
3
1995). Jenis obat tersering digunakan (yang mengakibatkan efek samping) adalah
(Anonimc, 2006).
Drug Related Problems (DRPs) kategori interaksi obat dan salah obat pada pasien
DM Tipe 2 geriatri di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan menjadi rumah sakit
rujukan tertinggi untuk daerah Surakarta dan sekitarnya. Sehingga peneliti mudah
rumah sakit tersebut. Angka kejadian penyakit DM tipe 2 pada geriatri di Instalasi
B. PERUMUSAN MASALAH
permasalahan yaitu berapa besar angka kejadian Drug Related Problems (DRPs)
pada kategori interaksi obat dan salah obat pada pasien DM tipe 2 geriatri di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Periode
Tahun 2010.
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Problems (DRPs) pada kategori interaksi obat dan salah obat pada pasien DM
tipe 2 geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
D. TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
lemak, dan protein (Priyanto, 2008). DM juga sebagai hasil dari komplikasi
a. DM tipe 1
(Tjay dan Rahardja, 2007). Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang
b. DM tipe 2
muncul pada pasien usia > 40 tahun, jumlahnya kira-kira 90% dari total DM
suseptibel atau rentan kena DM. Faktor lingkungan disini berkaitan dengan 2
c. Diabetes gestasional
kehamilan. Deteksi klinik sangat penting seperti terapi yang akan mengurangi
d. DM tipe lain
Diabetes yang diakibatkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus
2. Komplikasi DM
6
komplikasi akut dan kronis. Komplikasi yang sering terjadi dan harus
a. Akut
1) Ketoasidosis diabetik
3) Hipoglikemia
b. Kronik
1) Makroangiopati
a) Pembuluh koroner
b) Vaskular perifer
c) Vaskular otak
2) Mikroangiopati
a) Kapiler retina
b) Kapiler renal
3) Neuropati
4) Gabungan
b) Kardiomiopati
5) Rentan infeksi
6) Kaki diabetik
7) Disfungsi ereksi
( Anonimb, 2006)
7
3. Gejala
Tipe 2 sering kali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk,
4. Diagnosis
yang usianya > 45 tahun, dan lebih sering bagi orang yang ada riwayat
c. Gangguan glukosa darah puasa, jika glukosa darah puasa >110 mg/dl
d. Gangguan toleransi glukosa, jika setelah 2 jam dari tes toleransi glukosa
e. Dikatakan DM jika :
8
3) Kadar glukosa 2 jam setelah tes toleransi glukosa > 200 mg/dl
1) Kadar gula darah total (mg/dl) = kadar gula darah plasma (mg/dl) x 0,85
/
2) Kadar gula darah plasma (mmol/l) =
(Priyanto, 2008)
Schrier dibagi menjadi tiga sub kelas, yaitu kelas young old, umur antara 65-
75 tahun, kelas aged (old) umur antara 75-84 tahun, dan yang terakhir oldest
old atau extreme aged ialah mereka yang berumur lebih dari 84 tahun
(Rochmah, 2007).
barat ditemukan pada 1 dari 8 orang berusia diatas 65 tahun dan 1 dari 4
Indonesia adalah 15,9 - 32,73%. Ini adalah angka dari rumah sakit di berbagai
Menurut Jeffrey (1991), peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut
lain
c. Diagnosis
lanjutnya usia, jadi pada DM usia lanjut batas glukosa darah lebih tinggi dari
pada orang dewasa non usia lanjut untuk menegakkan diagnosis DM.
10
kalau didapatkan kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dl. Apabila
kadar glukosa darah kurang dari 140 mg/dl dan terdapat gejala/keluhan
(TTGO). Apabila TTGO abnormal pada dua kali pemeriksaan dalam waktu
bahwa sel-sel lemak dan otot pada pasien usia lanjut menurun kepekaanya
d. Komplikasi
Gejala dan kelainan yang sering ditemukan akibat diabetes pada usia
glukosa darah, tidak merokok, mengendalikan tekanan darah, lipid darah dan
dapat dikurangi atau ditunda bila glukosa darah selalu terkontrol dengan baik.
pemberian cairan NaCl 0,45%. Apabila ada asidosis laktat berat diberikan
C. Pengobatan
tinggi (200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul
yang pertama pendekatan tanpa obat (non farmakologi) dan yang kedua
a. Diet
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak,
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
stress akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai
insulin dan memperbaiki respon sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah
mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter
status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan
2007).
disarankan adalah jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain
5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olahraga akan
a. Insulin
dan pelepasannya dipacu oleh glukosa, asam amino, dan asam lemak, serta
Preparat insulin didapat dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, berupa kristal
penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,
stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi
seperti pada non usia lanjut, yaitu adanya kegagalan terapi OHO,
tremor, atau keadaan fisis yang terganggu serta sering lupa. Dalam keadaan
Terdapat berbagai produk insulin yang beredar di pasaran seperti pada tabel 1
berikut ini.
(Soegondo, 2004)
(Anonim, 2005)
1) Golongan Sulfonilurea
tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua OHO merupakan golongan
choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal
(Anonim, 2005).
sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas sel β-pankreas. Pada
tetapi hal ini tidak biasa terjadi dan biasanya menandakan kelebihan dosis
berdasarkan efek samping dan lama kerja, usia pasien serta fungsi ginjal.
2) Biguanida
pertama pasien dengan berat badan berlebih dimana diet ketat gagal untuk
3) Glinid
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: repaglinid (derivat asam
18
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati
(Anonima, 2006).
4) Tiazolidindion
inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
faal hati secara berkala. Saat ini tiazolidindion tidak digunakan sebagai obat
Contoh obat golongan ini adalah akarbose. Obat ini bekerja secara
Oral :
19
a) Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan
secara bertahap
b) Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
interaksi obat
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal, baru beralih kepada
insulin
(Soegondo, 2007)
20
D. ALGORITMA TERAPI
pre-mixed
Dilakukan monitoring
>10 >275 Terapi - Insulin analog kerja cepat dan penyesuaian Rx Ditambahkan
insulin * dengan NPH atau Glargine sampai dosis efektif sensitiser insulin
maksimum untuk
- Insulin analog pre-mixed mencapai target terapi
pada terapi insulin
Target terapi
AIC > 6,5%
GDP < 100 mg/dl
GDPP < 140 mg/dl
* Untuk beberapa pasien dengan AIC >10% kombinasi OHO kemungkinan juga efektif
Singkatan:
A1C = Hemoglobin A1c: AGI=α-glucosidase inhibitor: GD = Glukosa darah; HDL = High-density
lipoprotein, GDPT = Glukosa darah puasa terganggu; TGT = Toleransi glukosa terganggu; TGM = Terapi
gizi medis; TTGO = Tes toleransi glukosa oral; PPG = Post prandial glucose, Rx = Terapi; SU =
Sulfonylurea, TZD = Thiazolidindion, DMG = Diabetes melitus gestasional, GDP = Glukosa darah puasa;
GDPP = Glukosa darah 2 jam PP
Target terapi
AIC > 6,5%
GDP < 100 mg/dL
GDPP < 140 mg/dL
Singkatan:
A1C = Hemoglobin A1c: AGI=α-glucosidase inhibitor: GD = Glukosa darah; HDL = High-density
lipoprotein, GDPT = Glukosa darah puasa terganggu; TGT = Toleransi glukosa terganggu; TGM = Terapi
gizi medis; TTGO = Tes toleransi glukosa oral; PPG = Post prandial glucose, Rx = Terapi; SU =
Sulfonylurea, TZD = Thiazolidindion, DMG = Diabetes melitus gestasional, GDP = Glukosa darah puasa;
GDPP = Glukosa darah 2 jam PP
OHO*
(tunggal atau kombinasi)
STT**
OHO dapat
dihentikan bila Bila perlu,
pasien sudah sesuaikan dosis
nyaman dengan 2-4 unit setelah
terapi insulin hari ke 3-4
tunggal
diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga
Related Problems (DRPs) dapat diatasi atau dicegah ketika penyebab dari
1. Perlu obat
3. Salah obat
a. Pasien alergi
6. Kepatuhan
Potensial DRPs. Aktual DRPs adalah problem yang sedang terjadi berkaitan
DRPs adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan
F. Interaksi Obat
1. Definisi
akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan; atau
bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan
atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Bagaimanapun, harus diperhatikan
bahwa makanan, asap rokok, etanol, dan bahan-bahan kimia lingkungan dapat
2. Mekanisme kerja
Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
(Ganiswara, 1995).
a. Interaksi farmaseutik/inkompatibilitas
perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini
b. Interaksi farmakokinetik
a) Interaksi langsung
c) Perubahan pH urin
c. Interaksi farmakodinamik
pada system reseptor, tempat kerja atau system fisiologik yang sama sehingga
terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan
3. Level signifikansi
( Tatro, 2001)
29
a. Onset
1) Cepat: efek akan terlihat dalam 24 jam dari pemasukan obat. Dibutuhkan
2) Tertunda: efek tidak terlihat hingga beberapa hari atau minggu, tidak
b. Keparahan
kerusakan permanen.
c. Dokumentasi
(Tatro, 2001)
30
bagi farmasis yang bekerja di rumah sakit maupun di apotek. Untuk dapat
obat yang digunakan oleh pasien tersebut baik obat yang diresepkan
interaksi yang berkaitan dengan kelas obat tersebut atau merupakan efek
b. Penyesuaian dosis
maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk
c. Memantau pasien
1). Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis atau jika kombinasi obat
klinis dan bagaimana interaksinya. Berikut ini adalah prinsip umum yang
interaksi obat