Jurnal Psi Pendidikan PDF
Jurnal Psi Pendidikan PDF
2000, NO. 1, 10 - 22
ABSTRACT
Perkembangan seorang anak akan ter- an anak (Riddell, 1987; Andayani dkk.,
gantung pada fungsi keluarganya (Zeitlin, 1998; Garbarino & Abramowitz, 1992);
Megawangi, Kramer, Colletta, Babatunde fungsi penyediaan kebutuhan dasar
& Garman, 1995). Baik buruknya per- (Riddell, 1987; Andayani dkk., 1998;
kembangan anak, baik secara fisik, mental, Garbarino dkk., 1992; Zeitlin dkk., 1995),
dan psikologis sangat tergantung pada status sosial (Riddell, 1987), dan sumber
keluarga ketika menjalankan fungsinya. dukungan sosial (Herristanti, 1996).
Keluarga mempunyai beberapa fungsi Sebagaimana disimpulkan oleh Zeitlin
yaitu reproduksi (Riddell, 1987) dan di dkk. (1995) keluarga yang berfungsi secara
dalamnya tercakup pula berbagi kasih sehat akan memberikan kesempatan yang
sayang antara suami dan isteri (Andayani & besar bagi perkembangan anak. Namun
Koentjoro, 1998); sosialisasi dan pendidik- demikian, pada masa sekarang ini banyak
suasana rumah menjadi ribut dan hal ini tersebut. Oleh karena itu jika pada sebuah
membuat tidak nyaman orangtua. Ibu atau keluarga ada anggota keluarga yang mem-
bapak akan melerai, menasihati, mem- punyai masalah, dikatakan anggota
bentak, atau apa pun yang dilakukan agar keluarga ini adalah identified client
anak-anak berhenti bertengkar dan suasana sementara pendekatan intervensi di arahkan
kembali tenang. Homeostasis dapat dicapai pada keluarganya sehingga keluarga dapat
dengan berbagai cara, sehat atau tidak berfungsi secara optimal kembali.
tergantung pada cara-cara yang digunakan. Masalah yang dihadapi anak-anak,
Ciri ke empat adalah hubungan antara menurut teori sistem, muncul akibat
sub-sistem atau antar anggota keluarga. fungsional keluarga tidak optimal. Oleh
Idealnya setiap anggota keluarga mem- karena itu, dengan didasari ciri-ciri
punyai hubungan akrab dengan anggota- keluarga fungsional di atas, peneliti
anggota keluarga yang lain secara berkeinginan membuat profil keluarga dari
seimbang. Pilih kasih (koalisi) atau anak-anak bermasalah dengan tujuan
penolakan (isolasi) akan menyebabkan mendapatkan informasi sumber utama dari
hubungan antar sub-sistem dalam keluarga masalah yang muncul dalam keluarga.
secara keseluruhan menjadi tidak
seimbang. Setiap dyad (hubungan antara
METODE
dua orang) atau triad (hubungan antara tiga
orang) akan mempunyai garis pembatas Penelitian ini menggunakan pendekatan
sehingga tidak semua anggota keluarga kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh
dapat memasuki hubungan-hubungan antar melalui in-depth interview dianalisis isi dan
sub-sistem ini. dievaluasi berdasarkan ciri-ciri keluarga
Ciri ke lima adalah komunikasi dan fungsional.
umpan balik. Komunikasi sebagai alat Subjek penelitian adalah keluarga dari
bersosialisasi dan bertukar informasi akan anak-anak bermasalah yang diperiksakan di
sangat diperlukan. Komunikasi yang baik Biro Konsultasi Psikologi Fakultas
adalah yang menyampaikan pesan dengan Psikologi UGM. Ada sejumlah 14 kasus
tepat sehingga pesan dapat diterima dan yang dianalisis. Tulisan ini tidak akan
dipahami secara tepat pula. Di samping mencantumkan ke-14 kasus dengan per-
cara komunikasi, umpan balik merupakan timbangan ruang yang terbatas, tetapi akan
hal penting dalam berkomunikasi. Umpan disajikan contoh kasus yang dianalisis.
balik positif adalah umpan balik yang
cenderung membuat komunikasi kehilang- HASIL PENELITIAN
an fokus. Sementara itu umpan balik
negatif adalah umpan balik yang segera A. Deskripsi Subjek
menyelesaikan persoalan dengan fokus Subjek yang dapat dilibatkan dalam
yang tidak berubah. penelitian ini adalah 13 keluarga dari 14
Teori sistem dalam mendekati masalah- anak (subjek 7 dan 8 adalah kakak
masalah dalam organisasi akan memfokus- beradik). Anak-anak yang tercatat sebagai
kan pada berfungsi atau tidaknya organisasi klien adalah satu anak tingkat play group,
tiga anak Taman Kanak-kanak, sembilan
anak Sekolah Dasar, dan satu anak SMP. dengan frekuensi pertemuan yang rendah.
Anak-anak tersebut datang dengan pokok Selebihnya merupakan keluarga utuh yang
masalah kesukaran belajar (6), masalah ke- tinggal berkumpul. Tiga keluarga merupa-
pribadian (6); dan kesiapan masuk SD (2). kan bagian dari keluarga luas (keluarga
Keluarga yang terlibat dapat dirinci orangtua), dua keluarga tinggal bersama
sebagai berikut. Tiga keluarga merupakan anggota keluarga dari keluarga luas,
keluarga orangtua tunggal karena bercerai. selebihnya adalah keluarga batih (nuklir).
Tiga keluarga yang lain merupakan Rincian tersebut dapat diperiksa pada tabel
keluarga utuh yang terpisah karena suami 1 di bawah ini.
dan isteri berada di tempat yang berbeda
Tabel 1. Karakteristik keluarga dari segi status pernikahan dan tempat tinggal
rumah, bereksplorasi di luar rumah, dan dilakukannya dan oleh isterinya dalam
pergi ke sekolah sendiri. Kelemahan mengurusi G. Ayah G mengibaratkan jika
yang disebut paling akhir dapat dia telah melakukan 16 hal isterinya hanya
dianggap wajar mengingat letak sekolah melakukan tiga hal saja. Jadi kalau ayah G
dari rumah cukup jauh dan masalah melakukan tiga kesalahan, masih lebih
keamanan di jalan perlu dijadikan banyak hal benar yang dilakukan dibanding
pertimbangan. isterinya yang melakukan satu saja
b. Observasi: Anak tidak mudah ber- kesalahan tetapi hanya dari tiga hal.
sosialisasi dengan orang dan lingkung- Ibu G mengatakan bahwa G menjadi
an baru. Kontak mata dengan asisten manja ketika ada ayahnya, dan nyatanya
konselor sangat sedikit. Anak menolak jika di tempat eyangnya G sangat mandiri,
untuk menggambar sehingga tes grafis bisa makan dan mandi sendiri. Ayah G
tidak jadi dilakukan. menegaskan bahwa apa yang dilakukannya
adalah karena G tidak akan melakukan
“tugas”nya jika tidak dituntun atau dipaksa.
Kedatangan II:
Masalahnya ibu G sangat jarang
Ayah G menjelaskan bahwa dia menangani G. Menurut ayah G, ibu G jika
memang sering menyuapi si anak karena pulang kantor langsung lepas sepatu,
jika G jika tidak disuapi bisa lupa makan simpan tas, ambil koran baru dan santai di
sampai sehari. Si ayah bertanya apakah sofa baca koran. Anak tidak digubris. Ibu G
yang dia lakukan salah kalau dia mengatakan bahwa dia sudah menyapa G
memperhatikan G sampai rinci karena jika dan kalau anak sudah sibuk sendiri
anak tidak diperhatikan seperti itu, mengapa harus di-“ganggu”. Ayah G juga
misalnya hal makan, mandi, bermain, anak mengatakan kalau mereka pergi untuk
tidak mendapat perhatian dari ibunya. Ayah jalan-jalan, ibu G juga sibuk membaca
G mengatakan kegiatan sehari-hari dia, koran, tidak pernah mengajak G
pagi dia mengantar G sekolah, kemudian berbincang-bincang. Alasan ibu G toh anak
mengantar isterinya kerja. Setelah itu nanti sudah sibuk sendiri melihat ke luar jendela
dia menjemput G pulang, dan menyiapkan jadi tidak perlu diajak omong-omong.
makan untuk G, termasuk membeli Kemudian, menurut ayah G, jika ibu G
persediaan telur, susu, dan roti untuk G. Ibu harus bekerja sampai malam, tidak pernah
G tidak pernah melakukan hal tersebut. menelpon ke rumah memberi tahu, seakan-
Sebelum ayah G pergi dia akan membujuk akan tidak peduli dengan yang di rumah
G untuk makan sesuatu. Bahkan pembantu (cemburu ya? Tukas ibu G). Bukan
keluarga juga tidak dapat melakukan hal ini cemburu, tetapi kuatir kalau ada apa-apa.
pada G. G sendiri tampak baik-baik saja Mengenai pengasuhan anak ayah G
jika ke sekolah, dia bersemangat ketika menginginkan mereka mempunyai ke-
berangkat dan bergabung dengan teman- sempatan melakukan kegiatan bersama-
temannya. Cerita G tentang sekolah juga sama, misalnya mancing karena anaknya
positif. ingin memancing. Tetapi menurut ayah G,
Ayah G mengatakan bahwa dia sampai isterinya tidak mau karena banyak
membuat “statistik” tentang apa yang telah pekerjaan yang harus diselesaikan di
di rumah sendiri, meski masih satu kota. beberapa terlihat secara aktual dalam
Walau pun demikian, campur tangan ibu I proses konseling.
masih saja terasa. W menginginkan sebuah Garis pembatas keluarga (boundary).
keluarga yang solid. Dia mengatakan Dari ke-14 kasus ke 1, 2, 4, 5, 9 dan 10
apakah lebih baik pindah di Irian sekalian menunjukkan kecenderungan garis pem-
sehingga jauh dari mertuanya. batas yang kabur atau terkoyak. Peran
keluarga luas pada keluarga klien cukup
C. Rangkuman Analisis besar sehingga dapat dikatakan orangtua
harus bersaing dengan keluarga luas
Analisis data dari ke-14 kasus (family of origin) dari salah satu orangtua
menunjukkan beberapa kecenderungan dalam perannya pada anak. Garis pembatas
dalam sistem keluarga. Kecenderungan yang tidak jelas atau terkoyak ini
tersebut adalah dari segi garis pembatas memungkinkan anggota keluarga dari
keluarga, interaksi antar sub-sistem dan keluarga luas untuk ikut campur dalam
aturan keluarga. Kecenderungan cara urusan keluarga anak. Apabila digambar-
homeostasis, bentuk komunikasi dan kan, bentuk keluarga dengan garis batas
umpan balik tidak dapat diungkap dalam terkoyak atau kabur ini seperti tampak pada
proses konseling yang pada umumnya gambar 1:
dilakukan dengan orangtua, hanya
Keluarga luas
Kakek-
Nenek
Keluarga
batih:
Ayah-Ibu
Anak
Anak
Anak
Gambar 1. Sistem keluarga batih yang menjadi bagian keluarga luas dengan garis
pembatas terbuka. Terbukanya garis pembatas keluarga batih memungkinkan
intervensi dari pihak keluarga luas dalam berbagai urusan.
Besarnya peran keluarga luas ini sekali (ditunjukkan dengan perilaku mem-
cenderung dimungkinkan karena keluarga berikan pada anak apa pun yang dikehen-
batih masih mempunyai kedekatan dengan daki tanpa tuntutan untuk melakukan tugas
keluarga luas karena berbagai alasan. disertai sanksi jika tidak melakukan).
Alasan yang paling banyak muncul adalah Hubungan antar sub-sistem. Tampak-
karena keluarga batih menjadi bagian dari nya masalah hubungan antar sub-sistem
rumah tangga keluarga luas. Alasan yang menjadi ciri yang paling menonjol karena
lain adalah karena ada kedekatan secara hampir semua kasus menunjukkan masalah
fisik antara rumah keluarga batih dan dalam hal ini. Kasus-kasus yang terlibat
keluarga luas, maupun ketergantungan menunjukkan adanya isolasi dalam
emosi antara salah satu orangtua dengan keluarga. Hal ini terjadi karena ada koalisi
orangtuanya sendiri. antara satu orangtua dengan keluarganya
Aturan keluarga. Pada kasus-kasus 1, (kasus 1 dan 4) sehingga ada pihak yang
2, 4, 5, 6, 10, dan 11 tampak bahwa aturan merasa disisihkan meskipun tidak berarti
yang diterapkan dalam keluarga seringkali tidak ada kedekatan yang lain sama sekali.
berbeda antara kedua orangtua. Aturan Isolasi yang lain terutama pada anak adalah
yang dibuat berdasarkan tuntutan pada karena tuntutan tanpa disertai afeksi
anak tidak disepakati bersama sehingga sebagai imbangannya (kasus 2 dan 11)
aturan ini membingungkan anak atau justru sehingga anak merasa tidak disayang dan
membuat anak “belajar” bahwa tidak ada merasa dikucilkan; sibling rivalry (kasus 4,
aturan yang harus diikuti. Khususnya untuk 7, 10, 11, 12, dan 14); dan juga isolasi
kasus 6 “aturan” tidak sehat karena salah satu orangtua (1, 4, dan 12).
“aturan” justru “ditetapkan” oleh si anak, Apabila digambarkan bentuk hubungan
atau dengan kata lain orangtua justru lebih dalam keluarga, maka dapat dibuat sebuah
diatur oleh si anak. Sementara itu, kasus 10 peta yang menggambarkan posisi anggota
menunjukkan bahwa cara aturan ditegak- keluarga dalam sistem keluarganya, seperti
kan adalah dengan memberikan ancaman. gambar 2.
Hal ini justru membuat anak mengembang-
Di samping terjadi isolasi yang secara
kan ketakutan yang tidak rasional daripada
jelas “meminimalkan” hubungan antara dua
kepatuhan.
orang anggota keluarga atau lebih,
“Aturan-aturan” yang diterapkan dalam hubungan antar sub-sistem juga diwarnai
keluarga-keluarga di atas, dalam arti bentuk dengan kurangnya afeksi dalam hubungan
perlakuan orangtua, selain tidak konsisten antar anggota keluarga. Kasus 1, 2, 3, 5, 6,
juga tidak menunjukkan cara penegakan 7, 8, 11, 12, 13, dan 14, menunjukkan
yang jelas. Tidak ada keluarga yang mem- bahwa hubungan antara anak dengan
berikan sanksi yang jelas jika aturan-aturan orangtua di samping kurang intensif (kasus
dilanggar. Dengan demikian dapat disim- 2, 5, 6, 12) juga kurang akrab. Kekurang-
pulkan bahwa keluarga-keluarga di atas, di akraban ini disebabkan oleh masalah yang
samping terkena pengaruh orang-orang dari berbeda seperti stres dari pihak orangtua (2,
luar keluarga batih, juga tidak secara 5, 9, 11, dan 12), kesibukan orangtua (1, 6,
konsisten menerapkan aturan atau bahkan 7, 8, 13, dan 14), dan juga perbedaan usia
mungkin justru tidak ada aturan sama yang sangat besar seperti pada kasus 3.
C
B
A
karena itu dapat dimengerti jika pada lebih lengkap dapat diperoleh. Dengan
kasus-kasus di mana ibu-ibu mengalami demikian gambaran tentang ciri keluarga
tekanan-tekanan yang cukup besar karena bermasalah di Indonesia akan lebih lengkap
masalahnya sendiri akan menyebabkan pula.
hubungan mereka dengan anak-anak akan Secara metodologi penelitian ini meng-
merenggang. abaikan peran sub-budaya dan kurang
Isolasi yang menjadi ciri yang paling menggali secara dalam peran adat-istiadat
menonjol dalam keluarga-keluarga di atas yang berlaku pada keluarga. Pemahaman
muncul dengan berbagai sebab. Kesibukan tentang adat istiadat yang dianut keluarga
orangtua, sibling rivalry, tuntutan pada akan membantu memahami mengapa
anak tanpa disertai kompensasi (power sebuah keluarga menjadi tidak fungsional.
assertion), dan kurangnya kehangatan dan Subjek penelitian terbanyak adalah
keakraban dalam hubungan merupakan anak SD dan TK. Tidak ada gambaran yang
penyebab yang pemunculannya cukup diperoleh jika yang bermasalah adalah
merata. Masalah isolasi ini semakin anak-anak remaja. Padahal anak remaja
menunjukkan bahwa keluarga tidak mampu sudah berbeda pula tuntutannya sehingga
menjadi sumber dukungan sosial mau pun pemahaman tentang penyesuaian keluarga
emosional bagi anak, bahkan justru terhadap perkembangan ini akan sangat
menambah stresor bagi si anak. membantu pemahaman masalah-masalah
Dari uraian di atas, tampaknya yang dihadapi remaja.
keluarga-keluarga anak bermasalah,
terutama ayah-ibu, sedang menggunakan
KESIMPULAN
energi mereka untuk menghadapi stres
yang sedang mereka alami sendiri. Masalah Hasil analisis di atas menunjukkan
hubungan interpersonal suami-isteri, bahwa keluarga-keluarga dari anak-anak
hubungan dengan keluarga luas, dan bermasalah yang terlibat dalam penelitian
masalah ekonomi tampaknya menjadi ini mempunyai profil sebagai berikut: (1)
stresor utama. Tampaknya keluarga lebih Garis batas keluarga kabur atau koyak
meletakkan prioritas pada mengatasi ketika keluarga batih tinggal bersama
stresor-stresor tersebut, sehingga anak-anak keluarga luas; (2) Aturan yang diterapkan
yang menjadi tanggung jawabnya justru dalam keluarga tidak jelas, tidak sehat, atau
terlupakan. Karena keadaan keluarga yang justru keluarga lebih “diatur” oleh anak.
demikian itu, anak yang paling “tidak Kondisi yang terakhir disebut adalah
tahan” dengan sistem keluarga tersebut apabila orangtua permisif atau tidak tegas
selanjutnya dikatakan Goldenberg dkk. dalam memberikan sanksi sehingga anak
(1985), menanggung akibatnya. justru lebih “berkuasa” daripada orangtua-
Penelitian ini masih bersifat eksplorasi nya; dan (3) Hubungan antara subsistem
awal sehingga belum dapat dilakukan tidak seimbang pada semua anggota
generalisasi. Oleh karena itu langkah awal keluarga karena terjadi isolasi, koalisi, atau
ini perlu dilanjutkan dengan suatu survey intensitas hubungan kurang akrab dan
yang lebih luas lagi sehingga profil yang hangat. Keluarga tidak mampu mem-
berikan dukungan sosial bagi anak tetapi
justru membuat anak menjadi lebih stres Mediating Role of Parenting Efficacy
akibat tuntutan dari keluarga. and Parental Perspective Taking.
Developmental Psychology, 33, 5, 861-
868.
SARAN
Hastings, P.D. & Grusee, J.E. 1998.
Penelitian ini belum dapat memberikan Parenting Goals as Organizers of Res-
gambaran yang lengkap mengenai profil ponses to Parent-Child Disagreement.
keluarga anak-anak bermasalah bila Developmental Psychology, 34, 3, 480-
ditinjau dari pendekatan sistem. Masih 489.
banyak hal yang harus dilakukan antara
lain mengkaitkan profil keluarga dengan Herristanti. 1996. Hubungan antara
sub-budaya yang ada di Indonesia, Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri
menggunakan metode yang lebih lengkap Remaja Penyandang Cacat Tubuh.
baik kualitatif mau pun kuantitatif untuk Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta:
menggali data, dan memperluas ciri subjek Fakultas Psikologi UGM.
selain TK dan SD sehingga gambaran pun Kodiran. Kebudayaan Jawa. Dalam
akan lebih lengkap pula. Koentjaraningrat (editor), 1975.
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.
Jakarta: Djambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Lailatushifah, S.N.F. 1998. Kesadaran akan
Andayani, B. & Koentjoro. 1998. Pengaruh Kesetaraan Gender dan Kepuasan
Pelatihan Keluarga Sakinah terhadap Perkawinan pada Suami-Isteri dalam
Peningkatan Kasih Sayang dan Keter- Rumah Tangga Pekerja Ganda. Skripsi.
bukaan dalam Keluarga. Laporan Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Penelitian. Tidak diterbitkan. Psikologi UGM.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM.
Riddell, R. 1987. Family Studies.
Garbarino, J. & Abramowitz, R.H. The Melbourne: Longman Chesire.
Family as a Social System. In
Garbarino, J. 1992. Children and Vasanty, P. Kebudayaan Orang Tionghoa
Families in the Social Environment. 2nd di Indonesia. Dalam Koentjaraningrat,
ed. New York: Aldine de Gruyter. 1975. Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Goldenberg, I. & Goldenberg, H. 1985.
Family Therapy: An Overview. New Zeitlin, M.F., Megawangi, R., Kramer,
York: Sage E.M., Colletta, N.D., Babatunde, E.D.,
& Garman, D. 1995. Strengthening the
Gondoli, D.M. & Silverberg. S.B. 1997. Family: Implications for International
Maternal Emotional Distress and Development. Tokyo: United Nations
Diminished Responsiveness: The University Press.