Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PSIKOLOGI

2000, NO. 1, 10 - 22

PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH


Budi Andayani
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Family has a responsibility in child’s well being, physically and


psychologically. Family has important roles in educating and socializing
children. It is the families a counselor should examine when children have
problems with their life such as personality, or educational problems.
The present research is aimed to make family profiles of children with such
problems, on the basis of system approach. The profile is made on the basis of
family characteristics as a system: family boundary, family rules, and sub-system
interaction.
The data was collected from Psychological Consulting Office of the Faculty
of Psychology GMU. The information was obtained through in-depth interview
as a part of counseling process, done by the researcher as a counselor. Fourteen
cases then were content analyzed.
The result shows that the families of the problematic children are
characterized by: (1) vague or widely open family boundaries caused by
relationships with extended families; (2) confusing if not inadaptive family rules;
and (3) isolations, coalitions, low intensity, lesser warm and close relationships
of family sub-systems.
Keywords: family profile – system approach

Perkembangan seorang anak akan ter- an anak (Riddell, 1987; Andayani dkk.,
gantung pada fungsi keluarganya (Zeitlin, 1998; Garbarino & Abramowitz, 1992);
Megawangi, Kramer, Colletta, Babatunde fungsi penyediaan kebutuhan dasar
& Garman, 1995). Baik buruknya per- (Riddell, 1987; Andayani dkk., 1998;
kembangan anak, baik secara fisik, mental, Garbarino dkk., 1992; Zeitlin dkk., 1995),
dan psikologis sangat tergantung pada status sosial (Riddell, 1987), dan sumber
keluarga ketika menjalankan fungsinya. dukungan sosial (Herristanti, 1996).
Keluarga mempunyai beberapa fungsi Sebagaimana disimpulkan oleh Zeitlin
yaitu reproduksi (Riddell, 1987) dan di dkk. (1995) keluarga yang berfungsi secara
dalamnya tercakup pula berbagi kasih sehat akan memberikan kesempatan yang
sayang antara suami dan isteri (Andayani & besar bagi perkembangan anak. Namun
Koentjoro, 1998); sosialisasi dan pendidik- demikian, pada masa sekarang ini banyak

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 11

anak yang mengalami masalah psikologis terkoyak menyebabkan keluarga mirip


seperti yang diamati oleh peneliti di Biro dengan rumah yang tidak berpagar,
Konsultasi Psikologi Fakultas Psikologi sehingga semua orang bebas keluar masuk
UGM. Kenyataan ini menarik peneliti ke dalamnya, sehingga dapat diibaratkan
untuk mengetahui profil keluarga dari “si empunya rumah tidak dapat menjadi
anak-anak bermasalah jika masalah tuan rumah di rumah sendiri”.
psikologik anak memang tergantung pada Ciri ke dua adalah aturan. Setiap
fungsi keluarga sebagaimana dinyatakan di organisasi berfungsi dengan aturan yang
atas. akan mendukung fungsi sehingga tujuan
Teori atau pendekatan sistem me- dari organsisasi akan tercapai. Demikian
nyebutkan bahwa keluarga merupakan pula halnya dengan keluarga. Keluarga
suatu sistem dengan unit-unit yang saling mempunyai aturan-aturan yang mengatur
berinteraksi (Goldenberg & Goldenberg, peran masing-masing anggota keluarga,
1985; Garbarino dkk., 1992). Keluarga dan bagaimana masing-masing anggota
merupakan suatu organisasi sosial yang berinteraksi satu dengan lainnya. Aturan
paling kecil yang merupakan bagian dari yang berlaku biasanya adalah aturan yang
sistem-sistem lainnya yang lebih besar. tidak tertulis tetapi yang dimunculkan
Keluarga dapat digambarkan seperti sebuah secara berulang-ulang oleh orangtua
sel yang memiliki inti sel, dalam hal ini (Jackson dalam Goldenberg dkk., 1985).
suami-isteri, dan plasma sel, anak-anak dan Aturan disebut sehat jika aturan dapat
anggota keluarga lain, serta dilingkupi oleh menyantuni semua pihak, dan tidak
membran sel. Sel ini menjadi bagian dari berorientasi pada keuntungan satu pihak
jaringan yang seterusnya akan membentuk saja. Pelanggaran terhadap aturan dapat
organ-organ. saja terjadi. Seberapa jauh keluarga akan
Berfungsi atau tidaknya suatu keluarga mentolerir pelanggaran tergantung pada
dapat dilihat dari bagaimana kondisi kaliberasi terhadap pelanggaran.
keluarga pada beberapa ciri berikut. Ciri Ciri ke tiga adalah mekanisme
yang pertama adalah boundary atau garis homeostasis. Apabila dalam keluarga
pembatas keluarga. Garis pembatas mem- terjadi ketidak-seimbangan akibat terjadi
punyai fungsi sebagai pemersatu unit-unit pelanggaran aturan, maka bagian yang
yang ada dalam keluarga, membedakan terkena dampak pelanggaran akan melaku-
antara anggota dan bukan anggota kan reaksi dengan tujuan mengembalikan
keluarga, mengelola energi, dan pada kondisi seimbang pula. Sebagai
melindungi unit-unit dari stres dari luar contoh ketika anak-anak yang seharusnya
(Goldenberg dkk., 1985). Garis pembatas, dapat bermain bersama tetapi malah
sebagaimana membran dari sel, bersifat bertengkar. Pertengkaran ini membuat
porus sehingga arus keluar dan masuk hubungan akrab antara anak-anak
dimungkinkan. Apabila keluarga tidak terganggu. Anak yang merasa dirugikan
dapat berfungsi dengan baik, hal ini dapat akan melakukan respon, misalnya protes,
disebabkan oleh garis pembatas yang agar anak lain tidak melakukan tindakan
kabur, terkoyak, atau bahkan tertutup yang menyebabkan keakraban terganggu.
sangat rapat. Bentuk garis batas kabur atau Jika pertengkaran berlangsung terus,

ISSN : 0215 - 8884


12 BUDI ANDAYANI

suasana rumah menjadi ribut dan hal ini tersebut. Oleh karena itu jika pada sebuah
membuat tidak nyaman orangtua. Ibu atau keluarga ada anggota keluarga yang mem-
bapak akan melerai, menasihati, mem- punyai masalah, dikatakan anggota
bentak, atau apa pun yang dilakukan agar keluarga ini adalah identified client
anak-anak berhenti bertengkar dan suasana sementara pendekatan intervensi di arahkan
kembali tenang. Homeostasis dapat dicapai pada keluarganya sehingga keluarga dapat
dengan berbagai cara, sehat atau tidak berfungsi secara optimal kembali.
tergantung pada cara-cara yang digunakan. Masalah yang dihadapi anak-anak,
Ciri ke empat adalah hubungan antara menurut teori sistem, muncul akibat
sub-sistem atau antar anggota keluarga. fungsional keluarga tidak optimal. Oleh
Idealnya setiap anggota keluarga mem- karena itu, dengan didasari ciri-ciri
punyai hubungan akrab dengan anggota- keluarga fungsional di atas, peneliti
anggota keluarga yang lain secara berkeinginan membuat profil keluarga dari
seimbang. Pilih kasih (koalisi) atau anak-anak bermasalah dengan tujuan
penolakan (isolasi) akan menyebabkan mendapatkan informasi sumber utama dari
hubungan antar sub-sistem dalam keluarga masalah yang muncul dalam keluarga.
secara keseluruhan menjadi tidak
seimbang. Setiap dyad (hubungan antara
METODE
dua orang) atau triad (hubungan antara tiga
orang) akan mempunyai garis pembatas Penelitian ini menggunakan pendekatan
sehingga tidak semua anggota keluarga kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh
dapat memasuki hubungan-hubungan antar melalui in-depth interview dianalisis isi dan
sub-sistem ini. dievaluasi berdasarkan ciri-ciri keluarga
Ciri ke lima adalah komunikasi dan fungsional.
umpan balik. Komunikasi sebagai alat Subjek penelitian adalah keluarga dari
bersosialisasi dan bertukar informasi akan anak-anak bermasalah yang diperiksakan di
sangat diperlukan. Komunikasi yang baik Biro Konsultasi Psikologi Fakultas
adalah yang menyampaikan pesan dengan Psikologi UGM. Ada sejumlah 14 kasus
tepat sehingga pesan dapat diterima dan yang dianalisis. Tulisan ini tidak akan
dipahami secara tepat pula. Di samping mencantumkan ke-14 kasus dengan per-
cara komunikasi, umpan balik merupakan timbangan ruang yang terbatas, tetapi akan
hal penting dalam berkomunikasi. Umpan disajikan contoh kasus yang dianalisis.
balik positif adalah umpan balik yang
cenderung membuat komunikasi kehilang- HASIL PENELITIAN
an fokus. Sementara itu umpan balik
negatif adalah umpan balik yang segera A. Deskripsi Subjek
menyelesaikan persoalan dengan fokus Subjek yang dapat dilibatkan dalam
yang tidak berubah. penelitian ini adalah 13 keluarga dari 14
Teori sistem dalam mendekati masalah- anak (subjek 7 dan 8 adalah kakak
masalah dalam organisasi akan memfokus- beradik). Anak-anak yang tercatat sebagai
kan pada berfungsi atau tidaknya organisasi klien adalah satu anak tingkat play group,
tiga anak Taman Kanak-kanak, sembilan

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 13

anak Sekolah Dasar, dan satu anak SMP. dengan frekuensi pertemuan yang rendah.
Anak-anak tersebut datang dengan pokok Selebihnya merupakan keluarga utuh yang
masalah kesukaran belajar (6), masalah ke- tinggal berkumpul. Tiga keluarga merupa-
pribadian (6); dan kesiapan masuk SD (2). kan bagian dari keluarga luas (keluarga
Keluarga yang terlibat dapat dirinci orangtua), dua keluarga tinggal bersama
sebagai berikut. Tiga keluarga merupakan anggota keluarga dari keluarga luas,
keluarga orangtua tunggal karena bercerai. selebihnya adalah keluarga batih (nuklir).
Tiga keluarga yang lain merupakan Rincian tersebut dapat diperiksa pada tabel
keluarga utuh yang terpisah karena suami 1 di bawah ini.
dan isteri berada di tempat yang berbeda

Tabel 1. Karakteristik keluarga dari segi status pernikahan dan tempat tinggal

Tinggal Tinggal Bagian Bersama anggota


Subjek Utuh Cerai Batih
Berkumpul Terpisah Keluarga Luas keluarga luas
1 9 9 9
2 9 9 9
3 9 9 9
4 9 9 9
5 9 9
6 9 9
7/8 9 9 9
9 9 9 9
10 9 9 9
11 9 9 9
12 9 9
13 9 9 9
14 9 9 9

Dari ke-13 keluarga yang memeriksa- B. Contoh kasus


kan anak ke Biro Konsultasi hanya satu
Pada bagian ini akan disajikan kasus 1,
yang datang atas saran dari guru, sementara
yaitu kasus yang memberikan gambaran
lainnya datang atas kehendak sendiri atau
yang paling lengkap daripada kasus-kasus
kesadaran sendiri bahwa ada masalah
yang lain. Informasi yang digaris-bawahi
dengan anak mereka.
adalah informasi yang merefleksikan ciri-
ciri keluarga.

ISSN : 0215 - 8884


14 BUDI ANDAYANI

Nama :G Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur : 5 th 6 bl Sekolah : TK 0 besar
Agama : Hindu
Anak ke : 1 dari 1
Ayah : Ir. HW, MS Pendidikan : Sarjana S2
Pekerjaan : Konsultan Swasta
Usia : 39 th
Ibu : dr. I Pendidikan : dokter
Pekerjaan : dokter PTT
Usia : 29 th
Status perkawinan orangtua: menikah

PERMASALAHAN nonton video. Tidak pernah ada kegiatan di


luar rumah, karena kanan-kiri rumah masih
Kedatangan I:
sawah, di depan adalah kampung. Anak
G dikeluhkan oleh ibunya kaku (tidak tidak pernah main keluar rumah, sehingga
mau mengerjakan perintah ibunya), tidak sosialisasi terputus.
bisa disiplin kalau bangun tidur mau Ibu G berusaha mengambil alih anak,
sekolah, selalu harus ditarik-tarik dan tetapi anak tidak mau dengan ibu karena
dimarahi. G tidak mau mencoba hal baru, merasa jika dengan ibu harus bisa
sulit bersosialisasi dengan orang baru, sulit melakukan tugasnya sendiri. Ibu sudah
makan. Kalau G sudah bilang tidak, tidak mencoba selama dua tahun ini, mengatakan
dapat dibujuk. G sangat tergantung pada sudah mencoba mengingatkan suaminya,
ayahnya, dan hal ini karena terlalu tetapi suaminya merasa yang paling betul,
dimanja oleh ayahnya. Sebagai contoh G dan berkilah “wong sayang anak kok tidak
selalu disuapi oleh ayahnya, dimandikan, boleh.” Ayah juga membela anaknya jika
dan jika pergi jalan-jalan sering digendong ibu memarahi.
oleh ayahnya turun tangga, atau kalau naik-
turun mainan di Time Zone. Ibu khawatir G seperti anak yang tidak percaya diri,
kalau lama kelamaan G akan berkembang masih sering menghisap jari dan tidak mau
menjadi anak manja dan tidak mandiri. lepas dari “guling wasiat” saat tidur dan
Apalagi anak, menurut si ibu, bisa seharian nonton teve. G juga tidak dekat dengan ibu.
dengan ayahnya karena ayahnya kerja Tidak ada masalah dengan sekolah anak,
kadang-kadang jam 6 sore. Bapak terlalu mengerjakan PR sepulangnya dari sekolah.
melindungi, tidak pernah diijinkan oleh
ayahnya untuk bermain keluar rumah, Hasil pemeriksaan psikologis:
dengan alasan kalau ada ayah mengapa
harus ke tempat lain. Ayah mau ngehaki a. Kemasakan sosial berdasarkan Vineland
sendiri. G sendiri memang tidak dekat Social Maturity Scale (VSMS): Usia
dengan ibu. Si ayah jika pulang kantor sosial setara dengan anak usia 4 th 9
tidak melihat anak langsung marah-marah. bulan, dengan kelemahan terutama pada
G dan ayahnya bermain video-game, kemampuan menolong diri sendiri di
kamar kecil, membantu pekerjaan

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 15

rumah, bereksplorasi di luar rumah, dan dilakukannya dan oleh isterinya dalam
pergi ke sekolah sendiri. Kelemahan mengurusi G. Ayah G mengibaratkan jika
yang disebut paling akhir dapat dia telah melakukan 16 hal isterinya hanya
dianggap wajar mengingat letak sekolah melakukan tiga hal saja. Jadi kalau ayah G
dari rumah cukup jauh dan masalah melakukan tiga kesalahan, masih lebih
keamanan di jalan perlu dijadikan banyak hal benar yang dilakukan dibanding
pertimbangan. isterinya yang melakukan satu saja
b. Observasi: Anak tidak mudah ber- kesalahan tetapi hanya dari tiga hal.
sosialisasi dengan orang dan lingkung- Ibu G mengatakan bahwa G menjadi
an baru. Kontak mata dengan asisten manja ketika ada ayahnya, dan nyatanya
konselor sangat sedikit. Anak menolak jika di tempat eyangnya G sangat mandiri,
untuk menggambar sehingga tes grafis bisa makan dan mandi sendiri. Ayah G
tidak jadi dilakukan. menegaskan bahwa apa yang dilakukannya
adalah karena G tidak akan melakukan
“tugas”nya jika tidak dituntun atau dipaksa.
Kedatangan II:
Masalahnya ibu G sangat jarang
Ayah G menjelaskan bahwa dia menangani G. Menurut ayah G, ibu G jika
memang sering menyuapi si anak karena pulang kantor langsung lepas sepatu,
jika G jika tidak disuapi bisa lupa makan simpan tas, ambil koran baru dan santai di
sampai sehari. Si ayah bertanya apakah sofa baca koran. Anak tidak digubris. Ibu G
yang dia lakukan salah kalau dia mengatakan bahwa dia sudah menyapa G
memperhatikan G sampai rinci karena jika dan kalau anak sudah sibuk sendiri
anak tidak diperhatikan seperti itu, mengapa harus di-“ganggu”. Ayah G juga
misalnya hal makan, mandi, bermain, anak mengatakan kalau mereka pergi untuk
tidak mendapat perhatian dari ibunya. Ayah jalan-jalan, ibu G juga sibuk membaca
G mengatakan kegiatan sehari-hari dia, koran, tidak pernah mengajak G
pagi dia mengantar G sekolah, kemudian berbincang-bincang. Alasan ibu G toh anak
mengantar isterinya kerja. Setelah itu nanti sudah sibuk sendiri melihat ke luar jendela
dia menjemput G pulang, dan menyiapkan jadi tidak perlu diajak omong-omong.
makan untuk G, termasuk membeli Kemudian, menurut ayah G, jika ibu G
persediaan telur, susu, dan roti untuk G. Ibu harus bekerja sampai malam, tidak pernah
G tidak pernah melakukan hal tersebut. menelpon ke rumah memberi tahu, seakan-
Sebelum ayah G pergi dia akan membujuk akan tidak peduli dengan yang di rumah
G untuk makan sesuatu. Bahkan pembantu (cemburu ya? Tukas ibu G). Bukan
keluarga juga tidak dapat melakukan hal ini cemburu, tetapi kuatir kalau ada apa-apa.
pada G. G sendiri tampak baik-baik saja Mengenai pengasuhan anak ayah G
jika ke sekolah, dia bersemangat ketika menginginkan mereka mempunyai ke-
berangkat dan bergabung dengan teman- sempatan melakukan kegiatan bersama-
temannya. Cerita G tentang sekolah juga sama, misalnya mancing karena anaknya
positif. ingin memancing. Tetapi menurut ayah G,
Ayah G mengatakan bahwa dia sampai isterinya tidak mau karena banyak
membuat “statistik” tentang apa yang telah pekerjaan yang harus diselesaikan di

ISSN : 0215 - 8884


16 BUDI ANDAYANI

rumah. Ayah G mengeluhkan kalau untuk Kepada ibu G dirangkum persoalan


acara bersama isterinya tidak punya yang dirasakan suami, bahwa ibu G kurang
waktu, tetapi kalau untuk pergi senam, aktif dalam pengasuhan anak, kemudian
rapat pun akan dikalahkan. ditanyakan persoalan apa yang dirasakan
Ibu G ganti mengatakan kalau ayah G ibu G.
diajak berenang bersama malah dia yang I merasa, suami lebih memperhatikan
menolak. Ayah G mengatakan sebenarnya anak, dan mengalahkannya dalam banyak
dia bersedia, tetapi setiap kali eyang putri hal. Misalnya, ketika G tidur (masih tidur
G selalu “ikut-ikutan” sehingga ayah G bersama orangtua), I dilarang untuk meng-
jengkel dan tidak mau ikut. hidupkan lampu ketika dia butuh berhias.
Ayah G menceritakan bahwa dia dan I Ketika disarankan meja hias dikeluarkan
menikah karena dijodohkan. Dia sebenar- saja dari kamar, W tidak mau melakukan-
nya sudah mempunyai pacar tetapi selalu nya. “Masa saya disuruh dorong-dorong
gagal karena perbedaan agama. Demikian sendiri.” Ketika ditanya mengenai per-
juga I, meski pun ketika dijodohkan dengan bedaan umur yang sembilan tahun, I
W sedang berpacaran dengan pria yang mengatakan merasa sulit berkomunikasi
berbeda agama pula. Perjodohan terjadi dengan suaminya, dan mengatakan bahwa
karena paman W mengenal keluarga ibu I suaminya mau menang sendiri. Jadi kalau
dan kemudian perjodohan terjadi. W dan I ada masalah lebih baik diam saja.
menikah ketika I berusia 22 tahun sedang W, mengatakan bahwa memang dia
W 31 tahun. I waktu itu masih kuliah, mengalami kesulitan komunikasi (Apakah
sehingga mereka berdua sepakat untuk saya terlalu tua ya? Ya memang, kata
tidak mempunyai anak dulu. Kontrasepsi isterinya). Tetapi yang paling aneh adalah
yang mereka gunakan adalah dengan W pernah pergi ke kota J untuk suatu
sistem berkala (katanya I paling ahli dalam urusan. Sampai di sana dia ditegur oleh
hal ini, kata W). Namun kemudian ibunya sendiri mengenai masalah rumah
kesepakatan tersebut mengendor karena ibu tangganya. W kaget karena merasa di
I sangat menginginkan cucu. Ibu I juga rumah tidak ada masalah. Menurut ibu W,
bersedia mengasuh si bayi sementara I ibu W mendapat telpon dari ibu I yang
menyelesaikan kuliahnya. berpesan pada ibu W untuk menegur W.
W mengeluhkan, karena ada ibu I yang Rupa-rupanya I jika ada masalah mengadu
mengurus anaknya, I menjadi jarang pada ibunya, dan ibunya mengadu pada
memegang anaknya. Bahkan kegiatannya ibu W, demikian kesimpulan W. Pada hal
pun tidak ada bedanya dengan gadis lajang, W menginginkan I berterus terang jika ada
belajar bersama malam hari sering dilaku- masalah.
kan sementara anaknya tidak diopeni. I W menyimpulkan bahwa masalah
beralasan tugas-tugas praktikum di fakultas dalam keluarganya adalah karena campur
Kedokteran sangat banyak jadi mau tidak tangan ibu I (seorang dosen PTN). Dulu
mau memang harus seperti itu. Apakah waktu mereka tinggal bersama keluarga I
suaminya cemburu. W menolak dikatakan campur tangan ini sangat terasa, sehingga
cemburu, tetapi menggugat kok anaknya kemudian W mengajak keluarganya pindah
tidak diurusi.

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 17

di rumah sendiri, meski masih satu kota. beberapa terlihat secara aktual dalam
Walau pun demikian, campur tangan ibu I proses konseling.
masih saja terasa. W menginginkan sebuah Garis pembatas keluarga (boundary).
keluarga yang solid. Dia mengatakan Dari ke-14 kasus ke 1, 2, 4, 5, 9 dan 10
apakah lebih baik pindah di Irian sekalian menunjukkan kecenderungan garis pem-
sehingga jauh dari mertuanya. batas yang kabur atau terkoyak. Peran
keluarga luas pada keluarga klien cukup
C. Rangkuman Analisis besar sehingga dapat dikatakan orangtua
harus bersaing dengan keluarga luas
Analisis data dari ke-14 kasus (family of origin) dari salah satu orangtua
menunjukkan beberapa kecenderungan dalam perannya pada anak. Garis pembatas
dalam sistem keluarga. Kecenderungan yang tidak jelas atau terkoyak ini
tersebut adalah dari segi garis pembatas memungkinkan anggota keluarga dari
keluarga, interaksi antar sub-sistem dan keluarga luas untuk ikut campur dalam
aturan keluarga. Kecenderungan cara urusan keluarga anak. Apabila digambar-
homeostasis, bentuk komunikasi dan kan, bentuk keluarga dengan garis batas
umpan balik tidak dapat diungkap dalam terkoyak atau kabur ini seperti tampak pada
proses konseling yang pada umumnya gambar 1:
dilakukan dengan orangtua, hanya

Keluarga luas

Kakek-
Nenek
Keluarga
batih:
Ayah-Ibu
Anak
Anak

Anak

Gambar 1. Sistem keluarga batih yang menjadi bagian keluarga luas dengan garis
pembatas terbuka. Terbukanya garis pembatas keluarga batih memungkinkan
intervensi dari pihak keluarga luas dalam berbagai urusan.

ISSN : 0215 - 8884


18 BUDI ANDAYANI

Besarnya peran keluarga luas ini sekali (ditunjukkan dengan perilaku mem-
cenderung dimungkinkan karena keluarga berikan pada anak apa pun yang dikehen-
batih masih mempunyai kedekatan dengan daki tanpa tuntutan untuk melakukan tugas
keluarga luas karena berbagai alasan. disertai sanksi jika tidak melakukan).
Alasan yang paling banyak muncul adalah Hubungan antar sub-sistem. Tampak-
karena keluarga batih menjadi bagian dari nya masalah hubungan antar sub-sistem
rumah tangga keluarga luas. Alasan yang menjadi ciri yang paling menonjol karena
lain adalah karena ada kedekatan secara hampir semua kasus menunjukkan masalah
fisik antara rumah keluarga batih dan dalam hal ini. Kasus-kasus yang terlibat
keluarga luas, maupun ketergantungan menunjukkan adanya isolasi dalam
emosi antara salah satu orangtua dengan keluarga. Hal ini terjadi karena ada koalisi
orangtuanya sendiri. antara satu orangtua dengan keluarganya
Aturan keluarga. Pada kasus-kasus 1, (kasus 1 dan 4) sehingga ada pihak yang
2, 4, 5, 6, 10, dan 11 tampak bahwa aturan merasa disisihkan meskipun tidak berarti
yang diterapkan dalam keluarga seringkali tidak ada kedekatan yang lain sama sekali.
berbeda antara kedua orangtua. Aturan Isolasi yang lain terutama pada anak adalah
yang dibuat berdasarkan tuntutan pada karena tuntutan tanpa disertai afeksi
anak tidak disepakati bersama sehingga sebagai imbangannya (kasus 2 dan 11)
aturan ini membingungkan anak atau justru sehingga anak merasa tidak disayang dan
membuat anak “belajar” bahwa tidak ada merasa dikucilkan; sibling rivalry (kasus 4,
aturan yang harus diikuti. Khususnya untuk 7, 10, 11, 12, dan 14); dan juga isolasi
kasus 6 “aturan” tidak sehat karena salah satu orangtua (1, 4, dan 12).
“aturan” justru “ditetapkan” oleh si anak, Apabila digambarkan bentuk hubungan
atau dengan kata lain orangtua justru lebih dalam keluarga, maka dapat dibuat sebuah
diatur oleh si anak. Sementara itu, kasus 10 peta yang menggambarkan posisi anggota
menunjukkan bahwa cara aturan ditegak- keluarga dalam sistem keluarganya, seperti
kan adalah dengan memberikan ancaman. gambar 2.
Hal ini justru membuat anak mengembang-
Di samping terjadi isolasi yang secara
kan ketakutan yang tidak rasional daripada
jelas “meminimalkan” hubungan antara dua
kepatuhan.
orang anggota keluarga atau lebih,
“Aturan-aturan” yang diterapkan dalam hubungan antar sub-sistem juga diwarnai
keluarga-keluarga di atas, dalam arti bentuk dengan kurangnya afeksi dalam hubungan
perlakuan orangtua, selain tidak konsisten antar anggota keluarga. Kasus 1, 2, 3, 5, 6,
juga tidak menunjukkan cara penegakan 7, 8, 11, 12, 13, dan 14, menunjukkan
yang jelas. Tidak ada keluarga yang mem- bahwa hubungan antara anak dengan
berikan sanksi yang jelas jika aturan-aturan orangtua di samping kurang intensif (kasus
dilanggar. Dengan demikian dapat disim- 2, 5, 6, 12) juga kurang akrab. Kekurang-
pulkan bahwa keluarga-keluarga di atas, di akraban ini disebabkan oleh masalah yang
samping terkena pengaruh orang-orang dari berbeda seperti stres dari pihak orangtua (2,
luar keluarga batih, juga tidak secara 5, 9, 11, dan 12), kesibukan orangtua (1, 6,
konsisten menerapkan aturan atau bahkan 7, 8, 13, dan 14), dan juga perbedaan usia
mungkin justru tidak ada aturan sama yang sangat besar seperti pada kasus 3.

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 19

C
B
A

Gambar 2: Isolasi. Masing-masing lingkaran menunjukkan sub-sistem dalam keluarga.


Jarak fisik masing-masing lingkaran satu dengan lainnya menunjukkan
kedekatan atau jarak antara masing-masing anggota keluarga. Lingkaran D di
atas menggambarkan anggota keluarga yang terisolasi dalam keluarganya.

D. Pembahasan pula mampu memberikan didikan yang


tepat dan sosialisasi nilai dan budaya, agar
Keluarga dalam pembentukannya di-
ketika anak-anak menjadi dewasa mereka
dasari oleh berbagai tujuan dan alasan yang
sudah mampu berperilaku tepat sehingga
berbeda. Clayton (Lailatushifah, 1998)
tetap survive dalam tugasnya nanti mem-
menyebutkan alasan pendorong mau pun
bina keturunannya sendiri.
penarik. Keluarga juga dibentuk atas dasar
kehendak untuk meneruskan garis Keluarga dalam fungsinya mendidik
keturunan. Hal ini tampaknya merupakan anak perlu menjadi sebuah tempat
alasan yang masih cukup kuat dalam berlindung yang paling aman bagi anak-
kehidupan masyarakat. anak ketika mereka mengalami stres akibat
proses sosialisasinya. Keluarga harus
Keluarga dalam fungsinya meneruskan
mampu memberikan hubungan sosial yang
garis keturunan tentunya perlu dilengkapi
menurut House (dalam Herristanti, 1996)
dengan berbagai perlengkapan yang tepat.
disebut sebagai “hubungan sosial yang
Keluarga harus mampu merawat anak-anak
bersifat menolong dengan melibatkan
agar mereka dapat mencapai usia reproduk-
aspek emosi, informasi, bantuan instrumen
tif sehingga mereka pada gilirannya dapat
dan penilaian”. Dengan kata lain keluarga
meneruskan keturunan. Keluarga harus

ISSN : 0215 - 8884


20 BUDI ANDAYANI

harus mampu memberikan dukungan sosial meneruskan pemujaan pada leluhurnya


bagi anggota keluarganya, dan terutama atau pada keluarga batih dari semua anak
anak-anak. laki-laki, meski pada masa sekarang hal
Ketika hubungan keluarga batih dengan seperti ini sudah banyak berubah. Tampak-
keluarga luas terlalu dekat mengakibatkan nya, keluarga luas baik pada suku Jawa
garis batas kabur atau terkoyak, bahkan mau pun Cina sebagaimana diuraikan
dapat dikatakan tidak ada pemersatu Kodiran (1975) dan Vasanty (1975) tidak
berbagai kekuatan dalam keluarga batih. mempunyai peran yang lebih dalam hal
Akibatnya, keluarga seolah tidak hubungan afeksi selain menangani
mempunyai energi yang cukup untuk masalah-masalah sosial keluarga.
memberikan perlindungan bagi anggota- Pola asuh yang berbeda antara kedua
anggotanya. Apalagi jika keluarga luas orangtua akan menyebabkan anak
dipimpin oleh orangtua yang dominan yang mengembangkan perilaku sebagaimana
melanggar batas wewenang dalam rumah yang dikehendakinya sendiri karena tidak
tangga keluarga batih, maka tidak ada lagi ada aturan yang pasti yang harus dia
pemersatu yang cukup kuat bagi keluarga jalankan. Akibat dari pola asuh yang
batih tersebut. berbeda ini pula anak akan lebih dekat pada
Campur tangan keluarga luas pada satu pihak yang lebih menjadi sumber
keluarga batih sebenarnya sudah menyalahi pemuasan baginya daripada pada pihak
“adat” karena pada dasarnya urusan dalam yang dianggapnya kurang menguntung-
keluarga batih seperti misalnya masalah kannya. Akibat lain dari cara pendekatan
anggaran belanja, urusan dapur, urusan yang berbeda ini pula, anak kemudian tidak
pendidikan anak, serta urusan hubungan mampu mengembangkan rasa tanggung
suami isteri sudah menjadi tanggung jawab jawab karena tidak ada aturan yang jelas
keluarga batih sendiri (Kodiran, 1975). untuk diikuti.
Campur tangan seperti ini juga menyebab- Orangtua, sebagai inti dari keluarga
kan sulitnya terjadi kesepakatan antara batih, diharapkan mampu menunjukkan
orangtua pada keluarga batih akibat ada perilaku pengasuhan yang responsif, yang
ketergantungan salah satu orangtua pada antara lain ditunjukkan oleh perilaku
keluarga luasnya. Kondisi semacam ini menerima, membuat nyaman, menyanjung,
akan sangat mengganggu terutama pada negosiasi, mengakui, mempengaruhi, dan
hal-hal yang membutuhkan kesepakatan mengalihkan perhatian (Hastings &
bersama antara lain dalam pola asuh anak- Grusee, 1998) sehingga anak-anak akan
anak. Khususnya untuk kasus ES (kasus merasa diterima dan tetapi dicintai meski
nomor 9) yang merupakan keluarga etnik pun sedang berbeda pendapat dengan
Cina, bentuk keluarga luas memang juga orangtua mereka. Masalahnya, kemampuan
merupakan bentuk keluarga yang normal seperti ini sangat dipengaruhi pula oleh
sesuai adat budaya. Mengenai hal ini kondisi emosional orangtua. Gondoli &
Vasanty (1975) hanya menyebutkan adat Silverberg (1997) menyebutkan bahwa
ini terutama berlaku untuk keluarga batih terutama ibu-ibu yang depresif akan
anak laki-laki tertua karena anak laki-laki cenderung lebih penuh penolakan, kasar,
tertua merupakan ahli waris dan yang akan dan intrusif pada anak-anak mereka. Oleh

ISSN : 0215 - 8884


PROFIL KELUARGA ANAK-ANAK BERMASALAH 21

karena itu dapat dimengerti jika pada lebih lengkap dapat diperoleh. Dengan
kasus-kasus di mana ibu-ibu mengalami demikian gambaran tentang ciri keluarga
tekanan-tekanan yang cukup besar karena bermasalah di Indonesia akan lebih lengkap
masalahnya sendiri akan menyebabkan pula.
hubungan mereka dengan anak-anak akan Secara metodologi penelitian ini meng-
merenggang. abaikan peran sub-budaya dan kurang
Isolasi yang menjadi ciri yang paling menggali secara dalam peran adat-istiadat
menonjol dalam keluarga-keluarga di atas yang berlaku pada keluarga. Pemahaman
muncul dengan berbagai sebab. Kesibukan tentang adat istiadat yang dianut keluarga
orangtua, sibling rivalry, tuntutan pada akan membantu memahami mengapa
anak tanpa disertai kompensasi (power sebuah keluarga menjadi tidak fungsional.
assertion), dan kurangnya kehangatan dan Subjek penelitian terbanyak adalah
keakraban dalam hubungan merupakan anak SD dan TK. Tidak ada gambaran yang
penyebab yang pemunculannya cukup diperoleh jika yang bermasalah adalah
merata. Masalah isolasi ini semakin anak-anak remaja. Padahal anak remaja
menunjukkan bahwa keluarga tidak mampu sudah berbeda pula tuntutannya sehingga
menjadi sumber dukungan sosial mau pun pemahaman tentang penyesuaian keluarga
emosional bagi anak, bahkan justru terhadap perkembangan ini akan sangat
menambah stresor bagi si anak. membantu pemahaman masalah-masalah
Dari uraian di atas, tampaknya yang dihadapi remaja.
keluarga-keluarga anak bermasalah,
terutama ayah-ibu, sedang menggunakan
KESIMPULAN
energi mereka untuk menghadapi stres
yang sedang mereka alami sendiri. Masalah Hasil analisis di atas menunjukkan
hubungan interpersonal suami-isteri, bahwa keluarga-keluarga dari anak-anak
hubungan dengan keluarga luas, dan bermasalah yang terlibat dalam penelitian
masalah ekonomi tampaknya menjadi ini mempunyai profil sebagai berikut: (1)
stresor utama. Tampaknya keluarga lebih Garis batas keluarga kabur atau koyak
meletakkan prioritas pada mengatasi ketika keluarga batih tinggal bersama
stresor-stresor tersebut, sehingga anak-anak keluarga luas; (2) Aturan yang diterapkan
yang menjadi tanggung jawabnya justru dalam keluarga tidak jelas, tidak sehat, atau
terlupakan. Karena keadaan keluarga yang justru keluarga lebih “diatur” oleh anak.
demikian itu, anak yang paling “tidak Kondisi yang terakhir disebut adalah
tahan” dengan sistem keluarga tersebut apabila orangtua permisif atau tidak tegas
selanjutnya dikatakan Goldenberg dkk. dalam memberikan sanksi sehingga anak
(1985), menanggung akibatnya. justru lebih “berkuasa” daripada orangtua-
Penelitian ini masih bersifat eksplorasi nya; dan (3) Hubungan antara subsistem
awal sehingga belum dapat dilakukan tidak seimbang pada semua anggota
generalisasi. Oleh karena itu langkah awal keluarga karena terjadi isolasi, koalisi, atau
ini perlu dilanjutkan dengan suatu survey intensitas hubungan kurang akrab dan
yang lebih luas lagi sehingga profil yang hangat. Keluarga tidak mampu mem-
berikan dukungan sosial bagi anak tetapi

ISSN : 0215 - 8884


22 BUDI ANDAYANI

justru membuat anak menjadi lebih stres Mediating Role of Parenting Efficacy
akibat tuntutan dari keluarga. and Parental Perspective Taking.
Developmental Psychology, 33, 5, 861-
868.
SARAN
Hastings, P.D. & Grusee, J.E. 1998.
Penelitian ini belum dapat memberikan Parenting Goals as Organizers of Res-
gambaran yang lengkap mengenai profil ponses to Parent-Child Disagreement.
keluarga anak-anak bermasalah bila Developmental Psychology, 34, 3, 480-
ditinjau dari pendekatan sistem. Masih 489.
banyak hal yang harus dilakukan antara
lain mengkaitkan profil keluarga dengan Herristanti. 1996. Hubungan antara
sub-budaya yang ada di Indonesia, Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri
menggunakan metode yang lebih lengkap Remaja Penyandang Cacat Tubuh.
baik kualitatif mau pun kuantitatif untuk Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta:
menggali data, dan memperluas ciri subjek Fakultas Psikologi UGM.
selain TK dan SD sehingga gambaran pun Kodiran. Kebudayaan Jawa. Dalam
akan lebih lengkap pula. Koentjaraningrat (editor), 1975.
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.
Jakarta: Djambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Lailatushifah, S.N.F. 1998. Kesadaran akan
Andayani, B. & Koentjoro. 1998. Pengaruh Kesetaraan Gender dan Kepuasan
Pelatihan Keluarga Sakinah terhadap Perkawinan pada Suami-Isteri dalam
Peningkatan Kasih Sayang dan Keter- Rumah Tangga Pekerja Ganda. Skripsi.
bukaan dalam Keluarga. Laporan Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Penelitian. Tidak diterbitkan. Psikologi UGM.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM.
Riddell, R. 1987. Family Studies.
Garbarino, J. & Abramowitz, R.H. The Melbourne: Longman Chesire.
Family as a Social System. In
Garbarino, J. 1992. Children and Vasanty, P. Kebudayaan Orang Tionghoa
Families in the Social Environment. 2nd di Indonesia. Dalam Koentjaraningrat,
ed. New York: Aldine de Gruyter. 1975. Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Goldenberg, I. & Goldenberg, H. 1985.
Family Therapy: An Overview. New Zeitlin, M.F., Megawangi, R., Kramer,
York: Sage E.M., Colletta, N.D., Babatunde, E.D.,
& Garman, D. 1995. Strengthening the
Gondoli, D.M. & Silverberg. S.B. 1997. Family: Implications for International
Maternal Emotional Distress and Development. Tokyo: United Nations
Diminished Responsiveness: The University Press.

ISSN : 0215 - 8884

Anda mungkin juga menyukai