Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT & DISCHARGE


PLANNING PADA PASIEN DIABETUS MILITUS

Dosen pembimbing : Djembor Sugeng Waluyo, Drs.,M.Kes.,Apt

Disusun oleh :

1. Lailatul hasanah (10218043)


2. Maria gracia kowarin (10218046)
3. Megy priza rahma putri (10218048)
4. Mirza Fitri Siswana (10218049)
5. Mitha hany pertiwi (10218050)
6. Nico sahrul yanuar abidin (10218056)
7. Octawayaning marvionada (10218059)
8. Ratna sinta nurohmah (10218064)
9. Riko firmansyah (10218066)
10. Ririn maknunin (10218067)
11. Sukmawati permatasari (10218071)
12. Trini widyaningsih (10218072)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah
yang berjudul “Peran perawat dalam pemberian obat pada pasien diabetus militus”.
Sebagian besar makalah yang berjudul “peran perawat dalam pemberian obat pada
pasien diabetus militus” ini dapat terselesaikan atas bimbingan dari dosen dan kerjasama antara
mahasiswa/i, anggota kelompok. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas partipasinya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mohon maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
isinya. Untuk penyempurnaan lebih lanjut, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun khususnya, dan bagi
pembaca pada umumnya.

Kediri, 09 Desember 2019

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... 2


Daftar Isi ..................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................... 5
BAB II Pembahasan .................................................................................. 7
2.1 Definisi diabetes militus............................................................ 7
2.2 klasifikai diabetes militus ......................................................... 7
2.3 komplikasi diabetes militus ....................................................... 8
2.4 gejala diabetes mellitus ............................................................. 9
2.5 faktor resiko diabetes mellitus .................................................. 9
2.6 penatalaksanaan diabetes mellitus ............................................ 10
2.7 peran perawat dalam discharge planning ................................ 11
2.8 discharge planning pasien diabetes mellitus ............................. 12
2.9 peran perawat dalam pemberian obat........................................ 13
BAB III Penutup ........................................................................................ 15
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 15
3.2. Saran.......................................................................................... 15
Daftar Pustaka ........................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar
negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar.
Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.
Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan
tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana
tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang
dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya
sebelum obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang

4
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat
itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya
dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat
seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber
daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang
mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi diabetes militus ?
2. Bagaimana klasifikai diabetes militus ?
3. Bagaimana komplikasi diabetes militus?
4. Apa saja gejala diabetes mellitus?
5. Apa saja faktor resiko diabetes mellitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus?
7. Apa peran peran perawat dalam discharge planning ?
8. Apa saja discharge planning pasien diabetes mellitus?
9. Apa peran perawat dalam pemberian obat?
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dan penulis mengerti apa itu diabetus militus
2. Agar pembaca dan penulis mengetahui klasifikai diabetus militus

5
3. Agar pembaca dan penuli mengetahui komplikai diabetu militu
4. Agar pebaca dan penulis mengetahui gejala
5. Agar pembaca dan penulis mengetahui faktor resiko
6. Agar pembaca dan penulis mengetahui penatalaksanaan
7. Agar pembaca dan penulis mengerti apa aja peran perawat
8. Agar pembaca dapat mengetahui discharge planning pasien dm
9. Agar pembaca dan penulis mengerti apa aja peran perawat dalam pemberian
obat diabetus militus

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Diabetes melitus adalah sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai oleh


hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat, lemak, dan protein
(Priyanto, 2008). DM juga sebagai hasil dari komplikasi kronik meliputi mikrovaskular,
makrovaskular, dan penyakit neuropati.(drug oriented, 2008)

Diabetes Melitus (DM) juga merupakan peningkatan glukosa darah dari poada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 –
160 mg /100 ml darah (Corwin, 2001). Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal,
tetapi yang paling sering adalah oleh penyakit diabetes mellitus. Pada diabetes mellitus,
gula menumpuk dalam darah karena gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi
akibat hormon yang membantu masuknya gula darah, yaitu hormon insulin, jumlahnya
kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin diproduksi oleh pankreas.

Hiperglikemia tidak menimbulkan gejala yang signifikan kecuali jika kadarnya


sudah diatas 200 mg/dL. Hiperglikemia berat biasanya akan menyebabkan gejalagejala
berupa: sering kencing; Cepat haus; Cepat lapar; Pandangan kabur; Rasa lelah; Sakit
kepala; Susah berpikir dan berkonsentrasi. Jika hiperglikemia berlangsung lama maka akan
timbul komplikasi berupa kerusakan saraf, kerusakan sistem kekebalan tubuh, pandangan
kabur, kerusakan pembuluh darah, dan kerusakan ginjal. Hiperglikemia ringan atau
sementara umumnya tidak membutuhkan pengobatan medis. Untuk penderita seperti ini,
pola hidup sehat berupa menu makanan seimbang, olah raga teratur, berhenti merokok dan
minum alkohol, mengelola stres dan lain-lain, dapat menormalkan kembali kadar gula
darah. Lain halnya dengan hiperglikemia berat

2.2 klarifikasi

Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Asssociation (ADA) sesuai


anjuran PERKENI adalah(drug oriented, 2008)

7
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 disebut juga IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes tipe
ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang
dari 5-10 ℅ dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin
pada DM tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau langerhans yang
disebabkan oleh reaksi autoimun . (drug oriented, 2008)
2. DM tipe 2
DM tipe 2 disebut juga NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM
tidak tergantung insulin atau DM dewasa karena umumnya muncul pada pasien usia
> 40 tahun, jumlahnya kira-kira 90% dari total DM (Priyanto, 2008). DM tipe 2
adalah hasil interaksi faktor genetik dan keterpaparan lingkungan. Faktor genetik
akan menentukan individu yang suseptibel atau rentan kena DM. Faktor lingkungan
disini berkaitan dengan 2 faktor utama kegemukan dan kurang aktivitas fisik. (drug
oriented, 2008)
3. Diabetes gestasional
Didefinisikan sebagai keadaan intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan.
Diabetes gestasional mempersulit kira-kira 7% dari total kehamilan. Deteksi klinik
sangat penting seperti terapi yang akan mengurangi angka keparahan dan kematian
dari perinatal.
4. DM tipe lain
Diabetes yang diakibatkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus diabetes)
termasuk gangguan endokrin (misalnya akromegali, sindrom chusing), penyakit
pankreas eksokrin (pancreatitis), dan karena obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin,
dan α-interferon).
2.3 komplikasi DM
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut
dan kronis. Komplikasi yang sering terjadi dan harus diwaspadai pada penyakit DM
adalah :

a. Akut

1. Ketoasidosis diabetic

8
2. Hiperosmolar non ketotik
3. Hipoglikemia

b. Kronik

1. Makroangiopati
 Pembuluh koroner
 Vaskular perifer
 Vaskular otak
2. Mikroangiopati
 Kapiler retina
 Kapiler renal
3. Neuropati
4. Gabungan
 Penyakit jantung koroner
 Kardiomiopati
5. Rentan infeksi
6. Kaki diabetic
7. Disfungsi ereksi
2.4 Gejala

Diabetes sering muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang
harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes.

a. Pada DM tipe 1
gejala klasik yang sering dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan
berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit)
b. Pada DM tipe 2
gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 sering kali muncul
tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit
sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih
mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan

9
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan syaraf .
2.5 Faktor Resiko
Beberapa faktor penyebab terjadinya diabates melitus adalah:
1) Faktor keturunan
Menurut penelitian faktor keturunan menjadi penyebab dari 10-20% dari semua
kasus diabetes tipe 2 (No Title, n.d.)
2) Kelebihan berat badan
Sekitar 80% penderita diabetes melitus tipe-2 adalah mereka yang tergolong gemuk
(Tim Redaksi Vitahealth, 2004). Hal ini disebabkan karena insulin tidak bisa bekerja
dengan sempurna bilamana tubuh kelebihan lemak(No Title, n.d.)
3) Kurang olah raga
Kurang aktivitas menyebabkan berkurangnya metabolisme di dalam tubuh, sehingga
peningkatan deposit lemak tidak mampu ditoleransi insulin(No Title, n.d.)
4) Umur
Individu yang beresiko menderita diabetes adalah individu yang berumur > 40 tahun
(No Title, n.d.)
2.6 Penatalaksanaan
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama
beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,
dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,
misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya
ketonuria, insulin dapat segera diberikan(No Title, n.d.) .
a. Edukasi
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif
dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,
tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat
pelatihan khusus(No Title, n.d.).

10
b Terapi Nutrisi Medis Terapi
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu.
C Latihan Jasmani Kegiatan
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang
d Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
2.7 Peran perawat dalam discharge planning

Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan


memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell, 1996).
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan
melalui proses discharge planning (Naylor,1990). Perawat dianggap sebagai seseorang
yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara
akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi
dalam masyarakat. (Harper, 1998).

Dengan cara:

 Komunikasi Interpersonal Komunikasi sangat berperan dalam mendukung pencapaian


efektivitas organisasi. Efektivitas organisasi dapat dicapai tentunya melalui pelaksanaan
komunikasi yang terbuka dengan semua anggota organisasi yang terlibat. Dengan
komunikasi yang baik, manajemen dapat menyampaikan maksud dan tujuan yang ingin

11
dicapai organisasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat, termasuk kesadaran diri,
manajemen konflik, negosiasi, advokasi dan mendengarkan. Dalam Joint Commission on
the Accreditation of Healthcare Organizations (2009) mengakui pentingnya komunikasi
unuk keselamatan pasien dengan menetapkan tujuan keselamatan pasien dengan
meningkatkan efektifitas komunikasi anatar pemberi pelayanan kesehatan atau perawat
(Ruth Mc Caffey, Rose Marie Hayes et al, 2012)
 Interdisciplinary Discharge Planning Pentingnya komunikasi interdisiplin dalam
perawatan pasien dengan Diabetes Melitus dapat dituangkan dalam sebuah kegiatan
discharge planning yang dilaksanakan. Pelaksanaan discharge planning yang baik akan
membantu pasien dan keluarga untyuk cepat beradaptasi dan mencoba meningkatkan
status kesehatan serta menjauhi semua kemungkinan kekambuhan dan komplikasi
penyerta. Penggunaan “Kartu Menuju Sehat Gula (KMSG)” sebagai bentuk komunikasi
terintegrasi diharapkan dapat mengakomodir semua kegiatan discharge planning yang
dilakukan masing-masing interdisiplin ilmu. Interaksi antara professional keperawatan
dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, nutrisionis dan tenaga kesehatan lainnya
dalam perawatan pasien dengan Diabetes Melitus
2.8 Discharge Planning Pasien Diabetes Mellitus
a. Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan yakni rendah
lemak, rendah glukosa, tinggi serat sebagai cara efektif untuk mengendalikan
lemak darah, gula darah dan kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, bingung, lemas, keringat dingin, mual, muntah.
c. Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka seperti tidak memakai
sepatu yang sempit, harus memakai alas kaki, hindari kulit yang lembab.
d. Jaga luka tetap bersih dan kering.
e. Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka.
f. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.
g. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.
h. Menjelaskan jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan dokter.
i. Minum obat secara teratur.
j. Informasikan kepada klien tentang perawatan kaki :

12
 Anjurkan/jelaskan pada k lien dan keluarga untuk membersihkan kaki
dengan sabun terutama di sela-sela setiap jari.
 Potong kuku jari kaki mengikuti lekungan jari kaki, jangan memotong
kuku berbentuk lurus pada tepinya karena dapat menyebabkan tekanan
pada jari-jari yang berdekatan.
 Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan
kuku.
 Hindari merendam kaki berlama-lama, hindari merendam dengan air
panas.
 Gunakan pelembab untuk kulit yang kering.
 Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan yang berkualitas baik.
 Hindari menyilangkan kaki saat duduk.
 Anjurkan klien untuk melakukan latihan kaki untuk mempertahankan
sirkulasi.
k. Informasikan kepada klien mengenai alas kaki.
 Hindari berjalan tanpa alas kaki.
 Anjurkan klien untuk memakai sepatu yang pas, tidak sempit.
 Periksa sepatu setiap hari dari benda asing, bagian yang kasar.
 Hindari memakai kaos kaki yang sempit.
 Ganti sepatu bila sudah rusak.
 Gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap.
2.9 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh
perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar
dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut
serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama

13
dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis
yang diberikan sesuai resep.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KEIMPULAN

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992). Pemberian obat menjadi salah satu tugas
seorang perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan.

3.2 SARAN

Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam
pemberian obat kepada pasien agar tidak terjadi kesalahan. Dan jika terjadi kesalahan dalam
pemberiaaan obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau
kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahui, agar segera
diatasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Pertama. Salemba Empat: Jakarta

Ratminto dan Atik Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Cetakan Ketiga. Rineka Cipta:
Jakarta

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi Ofset.Yogyakarta.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Cawthron, L (2005). Discharge Planning under the umbrella of Advanced nursing Practice
Case Manager. Canada: Longwoods Publishing.

16

Anda mungkin juga menyukai