Anda di halaman 1dari 34

ASFIKSIA NEONATORUM

NO.Dok : 354/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Asfiksia Neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan pada


bayi baru lahir.
2.Tujuan Menangani asfiksia neonatorum
Mencegah cacat permanent
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/ 1. Bila frekuensi napas bayi kurang dari 20 x/menit atau bayi
Langkah-Langkah mengalami megap-megap atau tidak bernapas spontan, maka
lakukan resusitasi dengan menggunakan balon dan sungku .
2. Bila mengalami apnue, lakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
dengan balon dan sungkup, bila tidak ada usaha napas sama sekali
setelah 2x30 detik lakukan intubasi dengan pipa endotrakeal yang
sesuai dan lakukan VTP sampai ada napas spontan
3. Berikan terapi oksigen untuk gangguan napas sesuai dengan skor
Down’s. kurangi oksigen secara bertahap sampai batas terendah
untuk memperbaiki gangguan napas dan mencegah sianosis sentral.
4. Skor Down’s
Nilai Frekue sianosis Jalan Grunti Retraksi
nsi masuk ng
napas udara
0 <60x/ Tidak Norma Tidak Tidak ada
menit ada l ada
(tidak
ada
obstru
ksi)
1 60- Tanpa Obstru Terden Ringan
80x/me O2 ksi gar
nit ringan lewat
stetosk
op
2 >80x/ Dengan Obstru Bias di Berat
menit FiO2 ksi dengar
diatas nyata tanpa
40% stetosk
op
skor 1-2: perlu tambahan oksigennasal kanul, nasal prong atau head
box
skor 3-6 : nasal CPAP
skor >6 : ventilator
1. Ukur suhu aksiler tiap 2 jam dan tangani bila ditemukan suhu
tubuh abnormal
2. Berikan minum bila saturasi oksigen diatas 92% dan bayi sudah
BAK
3. Pastikan bayi dapat minum dengan baik:
a. Bila bayi dapat menghisap baik dan tidak sedang
mendapat oksigen, anjurkan bayi untuk tetap menyusu
ASI
b. Bila bayi sedang mendapat oksigen atau tidak dapat
menyusu ASI, beri ASI peras dengan memasang pipa
lambung
c. Bila bayi tidak bias menerima minum termasuk pipa
lambung, pasang jalur infuse dan beri cairan dengan
dosis rumatan secara intravena.Lakukan konseling
dengan ibu tentang asfiksia dan prognosis lainnya.
6..Diagram Alir

7.Unit Terkait Ruang Bersalin


MANUAL PLASENTA
NO.Dok : 356/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Plasenta manual adalah tindakan melepas plasenta secara manual,


(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian
mengeluarkan dari kavum uteri
2.Tujuan 1. Melahirkan plasenta
2. Mencegah perdarahan postpartum
3. Mencegah infeksi
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/ 1. Melakukan konseling kepada ibu dan keluarga tentang
Langkah-Langkah
tindakan yang akan dilakukan
2. Menandatangani persetujuan tindakan oleh ibu dan keluarga
3. Menyiapkan ibu dan keluarga
4. Melakukan langakah-langkah pencegahan infeksi sebelum
melakukan tindakan
5. Member sedative dan analgetika sesuai kebutuhan
6. Mengosongkan kandung kemih/ kateterisasi
7. Jepit tali pusat dengan kocher, tegangkan tali pusat sejajar
lantai menggunakan tangan kiri
8. Tangan kanan masuk melalaui introitus vagina secara
obstetric, menelusuri tali pusat hingga serviks
9. Tangan kiri menahan fundus, tali pusat di pegang oleh asisten
10. Lanjutkan penetrasi tangan kanan ke kavum uteri, temukan
implantasi dan tepi palsenta
11. Sisipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus
12. Setelah penyisipan berhasil, gerakan tangan kiri dan kanan
sehingga secara bertahap plasenta dapat dilepaskan dengan
tepi luar jari- jari tangan dalam.
13. Pastikan tidak ada sisa plasenta
14. Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat atau memegang
pangkal tali pusat (tahan korpus uteri pada supra simphysis)
15. Letakkan plasenta pada tempat yang telah disediakan
16. Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan
17. Dekontaminasi dan tindakan pencegahan infeksi pasca
tindakan
18. Perawatan pasca tindakan
6.Unit Terkait Ruang Bersalin
CARA PENGISIAN PARTOGRAF
NO.Dok : 561/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 07 Oktober 2016
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Partograf adalah alat bantu yang dipakai untuk memantau kemajuan
persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil
keputusan dalam penatalaksanaan yang dimulai pada pembukaan 4 cm
(fase aktif)
2.Tujuan 1. Untuk mencacat kemajuan persalinan
2. Untuk mencacat kondisi ibu dan janin
3. Untuk mencacat asuhan yang diberikan
4. Sebagai informasi yang tercacat untuk mengidentifikasi
penyulit secara dini
5. Sebgai informasi yang tercacat untuk mengambil keputusan
klinis yang sesuai dan tepat waktu
3.Kebijakan 1. Dipergunakan pada ibu ketika memberikan asuhan dalam
persalinan kala 1 fase aktif
2. Dipergunakan secara rutin oleh semua penolong persalinan
yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran
4.Referensi Buku Asuhan Persalinan Normal, Depkes RI 2008, Ilmu Kebidanan
dan Kandungan,Syaifudin .AB 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
5.Prosedur/ 1. Memperkenalkan diri pada klien
Langkah-Langkah 2. Memberikan KIE tentang penatalaksaan persalinan dengan
partograf WHO mengisi format Partograf WHO yang
meliputi:
a. Identitas Ibu
b. Nama
c. Gravida, para, abortus
d. Nomor RM
e. Tanggal dan waktu mulai dirawat
f. Waktu pecahnya selaput ketuban
3. DJJ
Dicacat setiap 30 menit dengan memberikan tanda titik di
garis yang berkaitan dengan angka di sebelah kiri grafik dan
menghubungkan titik-titik tersebut dengan garis tidak terputus
4. Keadaan air ketuban
5. Dicatat setiap kali pemeriksaan dalam dan ketika ketuban
pecah
6. Mencacat temuan-temuan pada grafik dengan
menggunakan lambang-lambang :
a. U : bila ketuban belum pecah
b. J : bila ketuban pecah dan air ketuban jernih
c. M: bila ketuban pecah dan ketuban bercampur
mekonial
d. D : ketuban pecah dan air ketuban bercampur darah
e. K : ketuban sudah pecah tapi tidak ada air ketuban
(kering)
7. Perubahan bentuk kepala janin /moulase
Dicatat setiap 4 jam dengan memberikan tanda silang (X)
pada garis yang sesuai dengan waktu persalinan
8. Menghubungkan tanda (X) dari setiap pemeriksaan dengan
garis yang tidak terputus
9. Penurunan bagian bawah janin
6.Unit Terkait Ruang Bersalin
PENERIMAAN PASIEN BARU
NO.Dok : 366/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 08 Oktober 2016
Halaman : 1/1
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Penerimaan pasien yang dilanjutkan dengan pengkajian


2.Tujuan Untuk mendapatkan data Subyektif dan data Obyektif
3.Kebijakan Dilakukan oleh perawat dan bidan
4.Referensi
5.Prosedur/ 1. Memberi salam pada pasien
Langkah-Langkah
2. Pasien dipersilahkan duduk
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Menimbang BB, ,mengukur TB (prosedur tersendiri)
6. Mengukur suhu tubuh dan tekanan darah
7. Mengajukan pertanyaan sesuai blanko pengkajian
8. Mempersilahkan pasien minum air bila kelelahan
9. Mencacat semua hasil pemeriksaan pengkajian
10. Memberi penjelasan tentang program pemeriksaan selanjutnya
11. Mengakhiri pengkajian hari itu dengan sopan dan ucapan
terima kasih atas kesediaan waktunya
12. Melakukan kontrak waktu berikutnya
6.Unit Terkait UGD, KIA , POLIKLINIK ,RAWAT NGINAP , RUANG BERSALIN
MANAJEMEN AKTIF KALA III
NO.Dok : 363/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 07 Oktober 2016
Halaman : ½
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Proses pimpinan dalam kala III persalinan yang dilakukan secara aktif
2.Tujuan Melahirka Plasenta secara efektif dan Efisien
3.Kebijakan Permenkes RI Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan
4.Referensi
5.Prosedur/ A. Persiapan
Langkah-Langkah
1. Persiapan alat
 Klem tali pusat
 Larutan antiseptic
 Oksitosin
 Dispo 3 cc
 Tempat plasenta
2. Persiapan pasien
 Beri informasi maksud dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan
 Atur posisi
3. Persiapan lingkungan
 Ruangan tertutup dan nyaman terlindung dari
pemandangan umum
B. Langkah-langkah
1. Klem tali pusat pada jarak sekitar 5 cm dari
umbilikallis bayi, jepit tali pusat di antara jari
tengah dan telunjuk
2. Pasang klem kedua dengan jarak 3 cm dari klem
pertama
3. Pegang tali pusat diantara 2 klem dengan satu
tangan kiri kemudian dengan tangan yang lain
gunting tali pusat diantara kedua klem tersebut
4. Serahkan bayi pada asisten untuk perawatn
selanjutnya
5. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa ini
adalah kehamilan tunggal
6. Beri oksitosin 10 ui IM
7. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva
8. Letakkan satu tangan di atas simphysis untuk
menahan uterus, tangan lain memegang klem tali
pusat untuk menegangkan dan membuat tarikan
9. Setelah uterus berkontraksi kuat tegangkan tali pusat
dan dorong uterus ke dorso cranial
10. Upayakan tali pusat tetap kencang dan lakukan
dorongan ringan dan melepas pegangan secar
bergantian pada korpus uteri apabila juluran tali
pusat bertambah panjang
11. Lakukan gerakan ini berulang kali hingga plasenta
berada di depan vulva
12. Lahirkan plasenta dengan car memilin
13. Segera setelah plasenta lahir lakukan massase ringan
pda uterus secara sirkuler dengan telapak atau jari-
jari tangan hingga kontrkasi berlangsung baik
14. Periksa kelengkapan plasenta
15. Masukkan plasenta pada wadah plasenta yang telah
disiapkan
16. Lanjutan penanganan kala IV
C. Sikap Bidan
1. Bekerja secara hati-hati
2. Cermat
3. Teliti
4. Sopan dan ramah
6.Unit Terkait Ruang Bersalin /VK
DISTOCIA BAHU
NO.Dok : 359/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : ½
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Distosia bahu adalah kegawatdaruratan obstetric. Kegagalan untuk


melahirkan bahu secara spontan sehingga menempatkan ibu dan bayi
beresiko untuk terjadinya trauma .
2.Tujuan 1. Mencegah kematian bayi akibat distosia bahu
2. Mencegah trauma jalan lahir pada ibu
3. Mencegah kecacatan pada bayi baru lahir
3.Kebijakan
4.Referensi Buku Acuan Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Dasar Daerah Terpencil
5.Prosedur/ 1. Melakukan episiotomi yang luas pada jalan lahir ibu untuk
Langkah-Langkah
mengurangi obstruksi jaringai lunak dan memberikan ruangan
yang cukup untuk tindakan
2. Dalam posisi ibu baring telentang minta ibu untuk menekuk
kedua tungkai dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin
kearah dada
3. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua
lutut ibu kea rah dada
4. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah
pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah
simphysis pubis
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan, dilakukan penekanan
pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum bayi
untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
6. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan, masukkan tangan ke
dalam vagina, raih humerus dari lengan belakang dan dengan
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakan lengan kearah
dada. Tindakan ini akan memberikan ruangan untuk bahu
depan agar dapat bergerak di bawah simphysis pubis
7. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu
pilihan antara lain adalah patahkan klavikula untuk
mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan
8. Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan
lengan belakang
9. Setelah bayi lahir lakukan manajemen aktif kala III
10. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda asfiksia lakukan lagkah-
langkah resusitasi (SOP tersendiri)
11. Lanjutkan dengan langkah-langkah persalinan normal (SOP
tersendiri)
6.Unit Terkait Ruang Bersalin /VK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
NO.Dok : 354/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : 1/7
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/ 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua:
Langkah-Langkah  Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi BBL: temapt resusitasi datar, rata, cukup keras,
bersih, kering dan hangat, lampu 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi, tiga handuk atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lender, tabung atau balon dan sungkup
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 ui dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
3. Pakai celemek plastic
4. Melepaskan dan mnyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT) dan steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik)
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-ati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja
bersihkan dengan saksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan clorin 0,5%)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
kengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan clorin
0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan clorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. ( Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring telentang dalam
waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat
untuk ibu
 Berikan cukup asuhan cairan dan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau
60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dn bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas
cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran faksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran faksi luar, pegang secara
biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas .
24. Setelah tubuh dan lengan lahir,penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata
kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Lakukan penilaian bayi baru lahir sbb:
 Sebelum bayi lahir
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Aakah iar ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium (warna kehijauan)?
 Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)
Sambil menempatkan bayi di atas perut, lakukan
penilaian (selintas)
a. Apakah bayi menangis atau bernapas /tidak
megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk /kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 ui
IM (intramuskukar) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea
rah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat:
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat di antara kedua klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan
kulit ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri). Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 25 menit menegangkan
tali pusat:
1. Beri dosis ulangan okstitosin 10 ui IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina,lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudia lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gerakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke
dalam kantung plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap
melakukan kontk kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu
 Setelah bayi selesai menyusu dalam 1 jam pertama, beri
vitamin K1 I mg intramuscular di paha kiri dan
salep/tetes mata antibiotika
44. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi Hepatitis
B di paha kanan
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bia
disusukan
Letakan kembali bayi pada dada ibu jika bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
45. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
vaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
46. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
47. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
48. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selam
jam kedua pascapersalinan
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal
49. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan
bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5˚C)
 Jika terdapat napas cepat, retraksi dinding dada bawah
yang berat, sulit bernapas, merintih, lakukan rujukan
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi untuk kontak kulit bayi ke kulit ibunya,
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi
51. Buang bahan-bahan yang tekontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
52. Bersihkan ibu dengan menggunakan ait DTT. Bersihkan dengan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering
53. Pastikan ibu meras nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya
54. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
55. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
56. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
57. Lengkapi partograf , periksa tanda vital dan asuhan Kala IV

6.Unit Terkait Ruang Bersalin / VK


KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
NO.Dok : 357/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : ½
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian KBI adalah tindakan untuk menghentikan perdarahan dengan cara


memasukkan tangan secara obstetric melalui introitus ke dalam vagina
ibu
2.Tujuan 1. Untuk menekan pembuluh darah rahim
2. Merangsang kontraksi uterus
3. Encegah perdarahan lebih lanjut
4. Mencegah kematian ibu
3.Kebijakan
4.Referensi Buku Pedoman Pelatihan PONED
5.Prosedur/ Prosedur tindakan:
Langkah-Langkah
Persiapan alat: set partus, cairan infuse, set infuse/ transfuse set,
abocath no 16-18, bethadin, kateter
Langkah-langkah tindakan:
1. Konseling kepada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Tanda tangan persetujuan tindakan
3. Pemasangan infuse dan pemberian uterotonika dalam larutan
infuse (oxytocin sesuai protap)
4. Pencegahan infeksi sebelum tindakan. Cuci tangan,Desinfektan
5. Mengosongkan kandung kemih (kateterisasi)
6. Memakai sarung tangan bedah DTT
7. Penolong berdiri di depan vulva, oleskan larutan antiseptic
pada sarung tangan kanan, dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri, sisihkan kedua labium mayus ke lateral dan secara
obstetric masukan tangan kanan melalui introitus
8. Kepalkan tangan kanan dan letakan dataran punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior, dorong
uterus ke kranio anteriorKepalkan tangan kanan dan letakan
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior, dorong uterus ke kranio anterior
9. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
10. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan
kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior,
dilakukan selama 5 menit
11. Pertahankan posisi demikian selama 2 menit hingga kontraksi
uterus membaik
12. Keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg
secara iv
13. Jika tindakan KBI tidak berhasil dilanjutkan dengan KBE (SOP
tersendiri)
14. Keluarkan sarung tangan, rendam dalam larutan klorin, cuci
tangan lanjutkan dengan KBE.
6.Unit Terkait Ruang Bersalin
PEMERIKSAAN PALPASI TEKNIK
LEOPOLD
NO.Dok : 358/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 06 Oktober 2016
Halaman : 1/3
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Palpasi disebut juga periksa raba adalah satu jenis pemeriksaan
dengan menggunakan sensasi taktil untuk menentukan ciri-ciri satu
organ .
2.Tujuan A. Leopold I
1. Untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan
tingginya fundus uteri
2. Menentukan bagian-bagian janin yang ada pada fundus
uteri
B. Leopold II
Untuk mengetahui bagian-bagian janin yang ada pada bagian
samping kanan janin dan samping kiri janin
C. Leopold III
1. Untuk menentukan bagian tubuh janin yang berada pada
bagian tubuh bawah janin
2. Untuk mengetahui apakah bagian tubuh janin yang
berada pada bagian bawah uterus sudah atau belum
masuk ke pintu atas panggul ibu
D. Leopold IV
1. Untuk memastikan apakah bagian terendah janin benar-
benar sudah masuk ke pintu atas panggul atau belum
2. Untuk menentukan seberapa banyak bagian terendah
janin sudah masuk ke pintu atas panggul ibu
3.Kebijakan 1. Permenkes RI Nomor:369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan
4.Referensi Ilmu kandungan dan Kebidanan; Manuaba,1999
Syaifudin AB.2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Perinatal
5.Prosedur/ A. Persiapan
Langkah-Langkah 1. Persiapan Alat
Persiapan alat dilaksanakan bersamaan dengan persiapan alat
untuk melakukan pemeriksaan inspeksi
2. Persiapan Ibu
 Memberitahu tujuan pemeriksaan dan proses
pemeriksaan akan menimbulkan perasaan geli atau tidak
enak, tetapi tidak membahayakan ibu atau janin
 Memposisikan ibu tidur telentang, memakai 1 bantal dan
lutut agak ditekuk
3. Persiapan Lingkungan
Satu ruangan tertutup dan nyaman berisi satu tempat tidur
lengkap, 1 buah meja tempat menata alat pemeriksaan
B. Langkah-langkah
1. Leopold I
 Beritahu ibu maksud dan tujuan pemeriksaan
 Buka pakaian dalam yang menghalangi pemeriksaan,
longgarkan pakaian luar
 Tidurkan ibu dalam posisi tidur telentang dan kedua
lutut agak ditekuk
 Mencuci tangan
 Suhu tangn pemeriksaan disesuaikan dengan suhu ibu
dengan cara menggosok-gosok kedua telapak tangan
samapai hangat
 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu dan menghadap
ke wajah ibu
 Mulai pemeriksaan dengan mengetengahkan uterus
menggunakan tangan kiri, kemudian di tahan dengan
tangan kanan
 Gunakan jari-jari tangan kiri untuk mengukur tinggi
fundus uteri dari prosesus xypoideus sampai tepi atas
simphysis
 Lanjutkan untuk meraba bagian-bagian anak pada
daerah fundus dengan menggunakan tangan kiri dan
tangan kanan secara bergantian
2. Leopold II
 Pindahkan tangan kiri ke bagian kanan uterus dan tangn
kanan ke bagian kiri uterus
 Tangan kiri menahan uterus
 Tangan kanan meraba bagian janin yang ada di samping
kiri
 Sebaliknya tangan kanan menahan uterus
 Tangan kiri meraba bagian janin yang ada di samping
kanan
 Bila teraba bagian datar dan melebar adalah pertanda
dari punggung bayi
 Bila teraba bulat keras ada lentingan pertandad kepala
janin
3. Leopold III
 Setelah raba bagian samping kiri dan kanan uterus,
tangan kiri di pindahkan ke fundus uteri
 Tangan kanan di bagian bawah uterus
 Tangan kiri menahan uterus dan tangan kanan
menggoyang yang ada di bagian bawh uterus
 Bila teraba keras, bulat dan mudah digoyangkan
pertanda kepala janin
 Bila teraba lunak dan sulit di goyangkan tidak ada
lentingan pertanda bokong bayi
 Goyangkan bagian terendah, bila masih bisa
digoyangkan berarti bagian terendah belum masuk PAP
 Bila sulit digoyangkan berarti bagian terendah sudah
masuk PAP
4. Leopold IV
 Pemeriksa menghadap ke kaki ibu
 Ibu diminta untuk meluruskan kaki
 Tangan kiri pemeriksa dipindahkan ke sebelah lateral
kiri uterus ibu
 Tangan kanan pemeriksa dipindahkan ke sebelah lateral
kanan uterus ibu
 Ujung tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
tulang simphysis pubis
 Pertemukan kedua ujung jari dan ujung jari tangan
kanan dan kiri
 Apabila ibu jari tangan kanan dan kiri bisa bertemu satu
sama lain berarti bagian terendah janin belum masuk
PAP
 Bila sejajar berarti sebagian kecil bagian terendah sudah
masuk PAP
 Bila kedua ibu jari dan ujung –ujung jari tangan lain
tidak bertemu berarti bagian terendah sudah masuk
rongga panggul ibu.
C. Sikap Bidan:
 Berhati-hati
 Tanggap
 Cermat
 Menjaga privasi

6.Unit Terkait Ruang KIA , Ruang Bersalin


PENANGANAN SYOK
NO.Dok :365/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 08 Oktober 2016
Halaman :
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Suatu pertolongan terhadap pasien yang mengalami gannguan perfusi


jaringan atau Syok.
2.Tujuan 1. Mencegah terjadinya kekurangan oksigen pada jaringan yang
akan mengakibatkan penurunan fungsi sel.
2. Mempertahankan tekanan darah
3. Mencegah terjadi gannguan fungsi organ

3.Kebijakan UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


SK Menkes Nomor 1333 tahun 1999 tentang penerapan standar
Pelayanan Rumah Sakit.
4.Referensi
5.Prosedur/ 1. Persiapan Alat
Langkah-Langkah
1) Alat Bantu Pernafasan ( Noso/oro Pharingeal tube)
2) Oksigen (Nasal , Masker Kanule Oksigen )
3) Cairan Infus
4) Obat Emergency
2. Pelaksanaan
1) Berikan Posisi Head Down/Posisi Syok ( Kedua
Kaki lebih tinggi dari Kepala.
2) Bebaskan Jalan nafas bila perlu pasang alat bantu
pernafasan.
3) Beri Oksigen Masker

6.Unit Terkait
PENANGANAN ATONIA UTERI
NO.Dok :432/UPT/13/X/2016
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit : 29 Oktober 2016
Halaman :
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Atonia Uteri adalah Kegagalan uterus berkontrasi setelah plasenta lahir
2.Tujuan  Menilai secara dini HPP dengan cepat dan tepat
 Penatalaksanaan atonia uteri secara cepat untuk mencxegah
kematian ibu.
3.Kebijakan Proses pelayanan cepat dan tepat sesuai SOP yang dilakukan oleh
Dokter/Bidan yang terlatih di puskesmas.
4.Referensi
5.Prosedur/ Persiapan Alat :
Langkah-Langkah
1. Uterotonika ( Oksitocin 10 IU ) kalau memungkinkan
Prostalgladin ,ergometrin disesuaikan dengan kondisi ibu.
2. Spoit 3 cc,Abocat No.18
3. Set Infus Macro
4. Cairan Infus RL
Persiapan Penolongb :
1. Pakai Apd
2. Cuci tangan , Pakai sarung tangan steril
Langkah-Langkah :
1. Minta pertolongan pada tenaga kesehatan lain yang
berkompeten.
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang diagnosis dan
penatalaksanaan pada perdarahan pasca persalinan oleh
karena atonia uteri.
3. Menenangkan pasien jika pasien atau keluarga ketakutan
4. Informed concent
5. Lakukan masase pada fundus uteri selama 15 detik
6. Lakukan pemasangan infus 2 jalur , satu jalur oksitocin 10
IU dan 1 jalur RL kosong.
7. Eksplorasi jalan lahir ( Evakuasi bekuan darah )
8. Observasi perdarahan
9. Bila perdarahan masih aktif lakuakn KBI ( Kompresi
Bimanual Interna ) denagan cara :
 Tangan kanan Operator masuk secara Obstetrik
 Seluruh tangan dimasukan ke dalam vagina dan
digenggamkan , uterus ditekan antara tangan yang
ada dalam vagina dan tangan diluar di dinding
perut menekan fundus uteri.
10. Lakukan selama 5 mmenit dan diulangi pada 15 menit
berikutnya( maksimal 30 menit )
11. Pantau perdarahan dan kontraksi
12. Jika perdarahan masih aktif , segera rujuk
13. Awasi tanda tanda vital dengan mengukur tensi , nadi ,
perfusi perifer selama rujukan.
14. Dokumentasi
6.Unit Terkait Ruang bersalin
PEMASANGAN AKDR
NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Suatu tindakan yang diberikan pada akseptor dengan cara memasukan
alat kontrasepsi ke dalam rahim agar tidak terjadi kehamilan
2.Tujuan 1. Untuk menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba
fallopi
2. Mencegah terjadi pertemuan spermadan sel telur sehingga
tidak terjadi pembuahan
3.Kebijakan
4.Referensi Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi, tahun 2003
5.Prosedur/ A. Persiapan alat
Langkah-Langkah 1. Meja ginekology + lampu sorot masing-masing 1 buah
2. Alat kontrasepsi sesuai kebutuhan (Coper T,Nova T)
3. 2 buah sarung tangan steril
4. Speculum 2 buah
5. Kogel tang 1 buah
6. Gunting sibol 1 buah
7. Mangkok kecil+cairan DTT
8. Air klorin 0,5% dalam tempat tertutup dan kapas DTT
9. Kartu K1 dan KIV + persetujuan tindakan
10. Register KB
11. Tempat sampah medis dan non medis
B. Prosedur kerja
1. Memberi salam dan perkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan cara pemasangan
3. Memberikan ibu kesempatan untuk bertanya
4. Memberitahu ibu dan suami untuk menanda tangani persetujuan
tindakan
5. Menjaga privasi pasien
6. Mempersiapkan alat
7. Memberitahu pasien agar berkemih
8. Membantu pasien untuk membuka celana dalam dan tidur di
meja ginekology
9. Memakai sarung tangan
10. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kelainan yang
ada
11. Melepaskan sarung tangan dan rendam dalam air klorin 0,5%
12. Mencuci tangan dan keringkan kemudian pakai sarung tangan
kembali
13. Usap vagina , serviks dengan larutan antiseptic dan memasang
speculum
14. Menjepit serviks dengan tenakulum
15. Memasukan sonde uterus ke dalam rahim untuk mengetahui
kedalaman dan posisi uterus
16. Memasukan AKDR ke dalam kemasan steril
17. Mengatur letak biru pada tabung inserter sesuai kedalaman
rahim dengan menggunakan tekhnik withdrawal
18. Memotong benang AKDR 3-4 cm dan menarik tabung inserter
19. Melepaskan tenakulum secara perlahan dan rendam pada air
klorin
20. Melepaskan sarung tangan
21. Mencuci tangan
22. Menjelaskan pada pasien tindakan sudah selesai
23. Memberi tahu pasien agar menunggu 15-30 menit untuk d
observasi reaksi pemasangan
24. Memberitahu pasien untuk control satu minggu lagi atau bila
ada keluhan
25. Melakukan pendokumentasian
6.Unit Terkait Poli KB

2/2
PIL KB
NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Suatu bimbingan yang diberikan pada ibu pasca melahirkan tentang
kontrasepsi pil sebagai salah satu metode.
2.Tujuan 1. Ibu mampu minum pil KB secara mandiri
2. Ibu paham manfaat KB pil untuk menjarangkan kehamilan
3.Kebijakan Bimbingan minum pil KB diberikan kepada setiap calon akseptor baru
atau ganti cara
4.Referensi Buku panduan Pelayanan Keluarga Berencana Nasional
5.Prosedur/ A. Persiapan
Langkah-Langkah 1. Bidan yang berpengalaman
2. Pil KB
3. Buku catatan
4. Kartu akeptor baru
B. Prosedur
1. Memberi salam dan perkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pertemuan
3. Memberikan ibu kesempatan untuk bertanya
4. Membimbing cara minum kontrasepsi pil
5. Menjelaskan pada ibu pil mulai diminum setelah hari ketiga
haid
6. Pil diminum sesuai tanda petunjuk yang ada di balik blister
pil
7. Ibu harus minum pil secara teratur setiap hari dan tidak boleh
lupa
8. Mengingatkan ibu bila lupa minum begitu ingat harus
diminum untuk yang lupa kemudian untuk hari ini diminum
lagi seperti biasa satu lagi
9. Memberi tahu ibu pil diminum sampai habis baru plasebonya
dan disitu ibu biasanya haid
10. Hari ketiga haid ibu harus ganti pil baru
11. Memberikan ibu untuk mendemonstrasikan kembali apa yang
diajarkan
12. Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya
13. Mengakhiri pertemuan
14. Mencuci tangan
15. Melakukan pendokumentasian
6.Unit Terkait

2/2
SUNTIKAN 3 BULAN
NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman : 1/2
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian Suatu kegiatan memberikan asuhan keluarga berencana metode


kontrasepsi suntik tiga bulan dan satu bulan
2.Tujuan 4. Meningkatkan kesejateraan ibu dan keluarga
5. Menjarangkan kehamilan
3.Kebijakan 1. Setiap ibu pasca melahirkan dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi injeksi tiga bulan
2. Injeksi satu bulan diberikan setelah anak umur enam bulan
4.Referensi Buku Panduan Pelayanan Keluarga Berencana
5.Prosedur/ A. Persiapan
Langkah-Langkah
1. Bidan yang berpengalaman
2. Kupet steril+ kapas alcohol dalam tempatnya
3. Obat KB injeksi satu bulan atau tiga bulan spuit disposable dua
cc
4. Timbangan dewasa 1 buah, tensimeter lengkap dengan
stethoscope
5. Buku catatan/ register KB
6. Kartu akseptor baru
7. Alat cuci tangan lengkap
8. Tempat sampah medis dan non medis
B. Prosedur kerja
1. Memberi salam dan perkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuann pertemuan
3. Memberikan ibu kesempatan untuk bertanya
4. Menyiapkan obat dan alat
5. Mempersiapkan ibu
6. Mencuci tangan
7. Mengukur tekanan darah dan menimbang berat badan
8. Mencuci tangan kembali
9. Mempersiapkan dan memasukkan obat ke dalam spuit
10. Member tahu ibu agar membuka atau mempersiapkan daerah
yang akan diinjeksi dengan melakukan disinfeksi dengan kapas
alcohol memutas dengan diameter 3 cm
11. Memasukkan secara intramuscular
12. Melakukan aspirasi kemudian obat dimasukkan
13. Mencuci tangan
14. Menjelaskan kepada ibu tindakan sudah selesai
15. Memberitahu ibu kapan harus control untuk suntik kembali dan
harus cepat waktu
16. Melakukan pendokumentasian

6.Unit Terkait

2/2
NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman :
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/
Langkah-Langkah
6.Unit Terkait

NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman :

UPT Puskesmas Yovita Th. Bara


Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/
Langkah-Langkah
6.Unit Terkait

NO.Dok :
SOP NO.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman :
UPT Puskesmas Yovita Th. Bara
Riaraja NIP. 19641222 198811 2 001

1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur/
Langkah-Langkah
6.Unit Terkait

Anda mungkin juga menyukai