Jurnal Bu Desti 1 PDF
Jurnal Bu Desti 1 PDF
Abstrak
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang
ditunjukkan dengan perilaku actual yaitu melakukan perilaku kekerasan, baik pada dirisendiri,
orang lain maupun lingkungan yang bertujuan melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis. Berdasarkan data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB dilaporkan
bahwa jumlah pasien perilaku kekerasan yang dirawat inap terjadi peningkatan. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui gambaran factor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan
pada pasien rawat inap di RSJP NTB Tahun 2015.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriftif dan waktu penelitian menggunakan
Retrospektif, lokasi penelitian ini di semua Ruang Rawat Inap RSJP NTB. Populasi
penelitian ini adalah pasien perilaku kekerasan dalam rentang respon assertif sampai dengan
agresif yang bersedia menjadi responden sebanyak 45 orang dan sampel dalam penelitian
menggunakan Accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan
yaitu factor psikologis 62% dominan, factor perilaku 7% dominan, faktor social budaya 7%
dominan, factor bioneurologis 100% tidak dominan sebagai predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan. Sesuai hasil penelitian ini, diharapkan kepada perawat yang bertugas untuk terus
meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
perilaku kekerasan melalui standar asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien.
Kata Kunci: Faktor-Faktor; Predisposisi; PerilakuKekerasan.
Abstract
A violence is a response to a stress which is encountered by someone that is indicated by
actual behavior for instance: conducting a violence to himself, other people or environment
that aims to injure other people physically and psychologically. Based on data obtained at
Mental Hospital of West Nusa Tenggara was reported that a number of patients who obtained
a violence that treated in that Hospital has been increasing. The research objective was to
know a description of predisposition factor for violence to patients at Mental Hospital of West
Nusa Tenggara in 2015. Research desaign was descriptive and research time used
retrospective. The location of the research was all inpatient rooms provided in the Hospital.
The population in this study was patiens who obtained a violence in the range of assertive to
aggressive responses who were ready to be respondents as many as 45 people. The sample in
this study used accidental sampling and data collection used questionnaire. The research
finding indicated the predisposition factors of violence were a dominant psychological factor
62%, a dominant behavioral factor 7%, a dominant social-cultural factor 7% and 100% of
bioneurologis factor was not dominant as predisposisi occurrence of violence. In accordance
52
with the results of this study, it is expected to nurses who are in charge to improve the
professionalism in providing nursing services on patients obtained violence through optimal
nursing care standard to patients.
Keywords: Factors; Predisposition; Violence
53
kekerasan ini tidak terlepas dari bagaimana rawat inap diolah dengan memberi kriteria
proses tumbuh kembang seseorang menggunakan kuisioner, ada 4 faktor yang
sebelumnya dan berdampak terhadap akan diteliti dan setiap faktor mempunyai 5
perkembangan psikologis yang pertanyaan yang akan dijawab sesuai yang
ditampilkan saat ini. Tentunya keluarga dialami responden, selanjutnya jika
memegang peranan penting dalam jawaban Ya ≥3 maka faktor penyebab
pembentukan perilaku ini, dimana klien dikategorikan dominan, dan jika jawaban
merupakan bagian dari sistem keluarga dan Tidak <3 maka faktor penyebab
masyarakat itu sendiri. dikategorikan tidak dominan.
Berdasarkan data dan uraian diatas, Penentuan skoring pada kriteria
peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa objektif dengan menggunakan rumus :
saja yang menjadi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien rawat inap,
mengingat jumlah pasien perilaku Keterangan:
kekerasan menjadi jumlah terbanyak di a =Faktor penyebab perilaku
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi kekerasan
NTB. b =Jumlah responden
p =Prosentase kasus
METODE PENELITIAN setelah diketahui prosentasi nilai yang
diperoleh kemudian diinterpretasikan
Penelitian ini dilakukan di Rumah dengan skala kualitatif menurut Arikunto
Sakit Jiwa Propinsi NTB dan waktu (2010).
penelitian dilaksanakan bulan Agustus
sampai dengan September 2015. Desain HASIL PENELITIAN
penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif yaitu, metode A. Gambaran Umum Karakteristik
penelitian yang berusaha menggambarkan Responden
dan menginterpretasikan objek sesuai 1. Distribusi Responden Berdasarkan
dengan apa adanya. Berdasarkan waktu Umur
penelitian, ini merupakan penelitian Distribusi respoden berdasarkan
Retrospektif (retrospective study) yang umur dijabarkan pada diagram 1
berusaha melihat dari belakang (backward sebagai berikut :
looking), artinya pengumpulan data
dimulai dari efek atau akibat yang telah
terjadi. Kemudian dari efek tersebut
ditelusuri kebelakang tentang penyebab
yang mempengaruhi akibat tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi penelitian adalah pasien
dengan perilaku kekerasan dalam rentang
respon asertif yang dirawat di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma.
Sampel berjumlah 45 pasien perilaku Diagram 1. Distribusi Responden
kekerasan yang sudah kooperatif. Teknik Berdasarkan Golongan Umur di
Sampling menggunakan Accidental Ruang Rawat Inap RSJ Mutiara
Sampling. Pengumpulan Data dengan Sukma Tahun 2015
menggunakan kuesioner. Data diolah
secara deskriptif dan disajikan dalam Berdasarkan penggolongan umur,
bentuk tabel. Data tentang faktor penyebab dalam diagram 1. didapatkan umur
terjadinya perilaku kekerasan pada pasien responden terbanyak adalah umur
26-35 tahun yaitu sebanyak 17 orang
54
(38%) dan jumlah umur responden
paling sedikit yaitu 46-55 tahun 2
orang (4%).
2. Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin dijabarkan pada
diagram 2 sebagai berikut:
Diagram 4. Distribusi
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan di
Ruang Rawat Inap RSJ Mutiara
Sukma Tahun 2015
56
5. Faktor Predisposisi Perilaku Sebagian besar pasien perilaku
Kekerasan kekerasan mengatakan mereka banyak
mempunyai masalah dalam keluarga,
pada masa kecilnya ditelantarkan oleh
orang tuanya, pernah dipukul oleh orang
tua, sering dihina oleh orang lain dan
gagal dalam berumah tangga sehingga
pasien merasa frustasi dan stress
sehingga lebih memilih melakukan
perilaku kekerasan terhadap orang
sekitarnya sebagai bentuk mekanisme
koping yang dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
Diagram 9. Distribusi Responden
B. Faktor Perilaku
Berdasarkan Faktor Predisposisi
Perilaku kekerasan yang diakibatkan
Terjadinya Perilaku Kekerasan
oleh faktor perilaku yaitu sejumlah 7%
Dari Masing-Masing Responden
dominan. Menurut Yosep (2013) dalam
Tahun 2015
teorinya mengatakan perilaku yang
berhubungan dengan agresif seperti
Berdasarkan diagram 9. dari
bergerak cepat, tidak mampu duduk
pertanyaan masing-masing faktor
diam, mengacau minta perhatian,
predisposisi perilaku kekerasan
kecemasan yang ekstrim, bingung,
yang diajukan kepada responden
status mental berubah tiba – tiba,
dapat disimpulkan bahwa faktor-
disorientasi, kerusakan memori dan
faktor predisposisi terjadinya
tidak mampu dialihkan merupakan
perilaku kekerasan di Ruang Rawat
penyebab terjadinya perilaku kekerasan.
Inap Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Berdasarkan hasil wawancara bahwa
Sukma yang paling dominan adalah
dalam faktor ini pasien mengatakan
faktor psikologis (62%).
selain masa kecil yang tidak
PEMBAHASAN menyenangkan, interaksi pasien dengan
anggota keluarga yang lain tidak baik
A. Faktor Psikologis sehingga pasien lebih cemas ketika
Faktor psikologis merupakan faktor masalahnya tidak teratasi, tidak mampu
predisposisi yang paling dominan dialihkan ke yang lain ketika pasien ada
sebagai penyebab perilaku kekerasan masalah dan bingung dalam
yaitu sebanyak 62%. Hal ini sesuai menyelesaikan masalahnya yang
dengan teori Prabowo (2014), kemudian menstimulasi pasien untuk
mengatakan, kegagalan yang dialami berperilaku agresif sehingga pasien
dapat menimbulkan frustasi yang cenderung untuk melakukan perilaku
kemudian dapat timbul agresif atau kekerasan.
amuk. Masa kanak-kanak yang tidak C. Faktor sosial budaya
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dihina, dianiaya atau sanksi pasien perilaku kekerasan 51%
penganiayaan. Selanjutnya dalam teori dominan pada faktor sosial budaya dan
Kusumawati (2010) mengatakan faktor pasien perilaku kekerasan yang
psikologis terjadinya perilaku kekerasan dominan dalam faktor ini kebanyakan
yaitu frustasi, bahwa seseorang untuk memberikan keluhan-keluhan
mencapai suatu tujuan mengalami diantaranya, mengatakan kalau dirinya
hambatan akan timbul dorongan agresif mengalami gangguan jiwa karena
yang memotivasi perilaku kekerasan. banyak keluarganya yang mau menang
57
sendiri sehingga pasien lebih senang temporal dan ketidakseimbangan
menyendiri, tidak pernah ikut neurotransmitter turut berperan dalam
musyawarah dengan masyarakat dan terjadinya perilaku kekerasan. Dalam
jarang bergaul dengan masyarakat di hal ini dari hasil ini menunjukkan
lingkungannya, pasien juga sering bahwa faktor bioneurologis bukan
nonton film kekerasan ditambah lagi faktor terjadinya perilaku kekerasan
pasien dijauhi oleh tetangganya karena pada pasien rawat inap RSJ Mutiara
dikatakan gila. Menurut teori Yosep Sukma karena tidak didapatkan hasil
(2013) mengatakan kontrol masyarakat dominan dari hasil penelitian, mungkin
yang rendah dan kecenderungan ada faktor lain sebagai faktor penyebab
menerima perilaku kekerasan sebagai terjadinya perilaku kekerasan.
cara penyelesaian masalah dalam Pasien perilaku kekerasan paling
masyarakat merupakan faktor dominan disebabkan oleh faktor
predisposisi terjadinya perilaku psikologis dibandingkan dengan faktor
kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan yang lainnya yaitu faktor perilaku,
maraknya demonstrasi, film-film sosial budaya dan bioneurologis. Pasien
kekerasan, mistik, tahayul dan yang dominan dalam faktor ini lebih
perdukunan (santet) dalam tayangan disebabkan karena keluarga, banyak
televisi. dari pasien perilaku kekerasan
D. Faktor Bioneurologis menyatakan gagal dalam berumah
Berdasarkan hasil penelitian tangga dan pada masa kecilnya sering
menunjukkan bahwa pasien perilaku ditelantarkan oleh orang tua. Keadaan
kekerasan 100% responden tidak tersebut membuat pasien merasa frustasi
dominan disebabkan oleh faktor dan stress sehingga lebih memilih
bioneurologis. Berarti ada faktor lain berperilaku agresif karena menurut
yang menyebabkan pasien mengalami pasien perasaan frustasi akan berkurang
perilaku kekerasan di ruang rawat inap setelah melakukan perilaku kekerasan.
RSJ Mutiara Sukma, karena pada saat Pasien yang ditelantarkan oleh orang
ditanyakan mengenai masa lalunya tuanya menyebabkan pasien tidak
pasien menjawab dengan baik, tidak mendapatkan kasih sayang dari orang
pernah mengalami hilang ingatan, tidak tua pasien sejak kecil sehingga setelah
ada riwayat kejang dan juga pasien dewasa lebih sering melakukan perilaku
dikatakan baik dalam penciuman dan agresif sebagai bentuk tidak
penglihatan. Yosep (2013) mengatakan terpenuhinya kepuasan dan rasa aman.
neurorologik faktor, beragam komponen Hal ini sesuai dengan teori Yosep
dari sistem syaraf seperti synap, (2013) yang mengatakan adanya
neurotransmitter, dendrit, terminal ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2
akson pesan-pesan yang akan tahun dimana anak tidak mendapat
memepengaruhi sifat agresif. Sistem kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
limbik sangat terlibat dalam air susu yang cukup cenderung
menstimulasi timbulnya perilaku mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan dan respon agresif, Brain bermusuhan setelah dewasa sebagai
Area Disorder, gangguan pada sistem kompensasi adanya ketidakpercayaan
limbik dan lobus temporal, sindrom pada lingkungannya. Tidak
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
epilepsi ditemukan sangat berpengaruh dapat mengakibatkan tidak
terhadap perilaku agresif dan tindak berkembangnya ego dan membuat
kekerasan. Selanjutnya Prabowo (2014) konsep diri yang rendah. Perilaku
dalam teorinya mengatakan kerusakan agresif tindak kekerasan merupakan
sistem limbik, lobus frontal, lobus pengungkapan secara terbuka terhadap
58
rasa ketidakberdayaannya dan Arikunto, S. (2010) ProsedurPenelitian:
rendahnya harga diri pelaku tindak SuatuPendekatanPraktik (EdisiRevisi
kekerasan. Kegagalan dalam VI). PT. RinekaCipta: Jakarta.
melaksanakan tugas-tugas Azizah,L.M ( 2011 ), Keperawatan Jiwa
perkembangan di masa lalu akan Aplikasi Praktek Klinik, Jogyakarta,
menyebabkan terjadinya gangguan di Graha Ilmu
masa sekarang. Freud (1939) David, A. (1998). Premorbid adjustment
menyatakan bahwa ketika seseorang and personality in people with
mendapat masalah di masa lalunya dan schizophrenia. The British Journal of
belum terselesaikan, seringkali hal itu Psychiatry 172: 308-313.
akan menyebabkan distorsi di masa Hawari, D (2003) Pendekatan Holistik
sekarang. Pada Gangguan Jiwa : Skozofrenia,
Jakarta: Fakultas Kesokteran
KESIMPULAN Universitas Indonesia.
Faktor predisposisi terjadinya perilaku Ibrahim A.S. (2011), Skizofrenia Splinting
kekerasan pada pasien yang dirawat di Personality, Tanggerang : Jelajah Nusa
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Irmansyah. (2006). Influence Performance
sebagian besar disebabkan karena faktor IQ in Schizophrenia Cases and
psikologis yaitu sebanyak 62%, faktor Healthy Controls. Diakses 20 Mei
perilaku yaitu sebanyak 7% dan faktor 2012. dari
sosial budaya sebanyak 51%. Sedangkan http://www.aseanjournalofpsychiatry.o
100% perilaku kekerasan tidak disebabkan rg/index.php/aseanjournalofpsychiatry
oleh faktor bioneurologis. Pasien perilaku Kaplan & Sadock. (2006). Sinopsis
kekerasan ini sebagian besar menyatakan Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri
sering cemas ketika masalahnya tidak Klinis. Jilid 2. Edisi 7. Jakarta: Bina
teratasi dan bingung dalam menyelesaikan Rupa Aksara.
masalahnya dan keluarganya yang mau Keliat, B.A., & Akemat (ed.). (2010).
menang sendiri sehingga pasien lebih Model Praktik Keperawatan
senang menyendiri. Untuk itu diharapkan Profesional Jiwa: Terapi Aktivitas
agar tenaga perawat di rumah sakit jiwa Kelompok. Jakarta: EGC.
terus meningkatkan profesionalisme dalam Keliat.B.A, (2006) Proses Keperawatan
memberikan pelayanan keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi 2, Jakarta : EGC
sehingga perawatan pasien dengan perilaku Kusumawati, F. dkk. (2010). Buku Ajar
kekerasan dapat dilaksanakan secara Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:
optimal dan disarankan untuk melakukan Jakarta.
penelitian lanjutan tentang tindakan Nursalam (2009) Konsep dan Penerapan
keperawatan yang dapat dilakukan untuk Metodologi Penelitian Ilmu
menurunkan atau mengurangi faktor Keperawatan Skripsi, Tesis dan
predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Instrumen Penelitian Keperawatan
edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi
Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Anwar, K. (2011). NTB Urutan Empat Medika: Yogyakarta
Penderita Gangguan Jiwa Berat Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi
tersedia dalam Modalitas Keperawatan pada Klien
http://regional.kompas.com. Diakses Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
tanggal 19 Desember 2015 pukul Medika.
10.00 WITA.
59
Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa (Edisi
Revisi ke-V). Refika Aditama:
Bandung.
_______. (2012). 540 Ribu Warga NTB
Alami Gangguan Jiwa tersedia dalam
http://www.sehatnews.com. Diakses
tanggal 20 Nopember 2015 pukul
18.00 WITA.
_______. (2012). Hargailah Penderita
Gangguan Jiwa tersedia dalam
http://depkes.go.id. Diakses tanggal 21
Nopember 2015 pukul 21.18 WITA.
60