Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sampai saat ini belum ada
kesesuaian antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonominya.
Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat seringkali tidak diimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi yang memadai sehingga perlu adanya upaya pembatasan
jumlah kelahiran di Indonesia. Program keluarga berencana merupakan salah satu
upaya jangka panjang untuk mengatasi peningkatan jumlah penduduk yang terlalu
pesat. Dengan adanya program KB diharapkan masyarakat mampu mengikuti
slogan dan anjuran pemerintah “2 anak, lebih baik”. Untuk itu diperlukan cara
kontrasepsi yang bersifat sementara untuk menunda dan menjarangkan kehamilan
serta kontrasepsi sterilisasi untuk mengakhiri kesuburan
Sasaran gerakan KB Nasional adalah PUS, WUS, pelaksanan dan pengelola
Program KB serta wilayah dengan laju pertumbuhan tinggi. Salah satu metode
kontrasepsi hormonal yang bersifat mantap. Impian mempunyai daya aktivitas
efektivitas yang tinggi. Sedangkan komplikasi/ efek saming yang ditimbulkan
biasanya bersifat ringkas dan dapat diatasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk memberikan
asuhan kebidanan pada akseptor KB AKBK di Ruang Poli Obsgyn RSUD
Ungaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa Ny. R membutuhkan KB
AKBK, penulis mengemukakan permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan
laporan ilmiah ini, yaitu:
1. Bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor KB dengan pemasangan KB
AKBK?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan dengan memecahkan masalah dengan
managemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan asuhan dengan melaksanakan pengkajian awal kepada
pasien.
b. Memberikan asuhan dengan melaksankan interpretasi data dasar.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

1
f. Melaksanakan perencanaan.
g. Evaluasi.
h. Mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.

D. Manfaat
Dalam studi kasus ini penulis berharap dapat bermanfaat :
1. Pasien
Pasien dan keluarga dapat memahami keadaan yang terjadi pada diri pasien,
sehingga dapat berfikir positif atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan
untuk kesehatan dan keselamatan pasien.
2. Rumah Sakit
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB.
3. Tenaga Kesehatan
Memberi wawasan bagi tenaga kesehatan lain dalam menangani ibu dengan
akseptor KB.
4. Pembaca
Agar pembaca dapat mengerti tentang KB AKDR dan dapat menggunakan
KB jangka panjang.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONTRASEPSI IMPLAN
1. Profil
a. Efektif 5 tahununtuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau
Implanon.
b. Nyaman
c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
e. Kesuburan akan segera kembali setelah implant dicabut.
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak
dan amenorea.
g. Aman dipakai pada masa Iaktasi.
2. Jenis
a. Norplant. Terdri dan 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2, 4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon. Terdiri satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplan. Terdiri dan 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Cara Kerja
a. Lendir serviks menjadi kental.
b. Mengganggu proses pembentukan endometnium sehingga sulit terjadi
implantasi.
c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi.
4. Efektifitas
Sangat efektif (0,2 - I kehamilan per 100 perempuan).
5. KeuntunganKontrasepsi
a. Daya guna tinggi.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Bebas dan pengaruh estrogen.
f. Tidakmenggunggukegiatansenggama.
g. Tidak mengganggu ASI.
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

3
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
6. Keuntungan Non kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid.
b. Mengurangi jumlah darah haid.
c. Mengurangi/ memperbaiki anemia.
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
e. Menurunkan angka kajadian kelainan jinak payudara.
f. Melindungi diri dan beberapa penyebab penyakit radang panggul.
g. Menurunkanangkakejadianendometriolis.
7. Keterbatasan
a. Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorea.
b. Timbulnya keluhan- keluhan, seperti:
1) Nyeri kepala.
2) Peningkatan/ penurunan berat badan.
3) Nyeri payudara
4) Perasaan mual
5) Pening/pusing kepala
6) Perubahan perasaan (mool) atau kegelisahan (nervoursness)
7) Membutuhkan tidak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
8) Tidak memberikan efek proteksif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
9) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
10) Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat tuberculosis
(rimfampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan berbiturat)
11) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 1010.000
perempuan pertahun).
8. Yang Boleh Menggunakan Implan
a. Usia reproduksi
b. Yang telah memiliki anak atau belum
c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Pasca keguguran.
f. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
g. Riwayat kehamilan ektopik.

4
h. Tekanan darah< 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah,
anemia bulan sabit (sickle cell).
i. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang menggunaan
estrogen.
j. Sering lupa menggunakan pil.

9. Yang Tidak Boleh Menginginakan Implan


a. Hamil atau didugahamil.
b. Perdarahan pervaginan yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e. Mioma uterus dan kanker payudara.
f. Gangguan toleransi glukosa.
10. Waktu Mulai Menggunakan Implan
a. Setiap saat sebelum siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak perlu
metode kontrasepsi tambahan.
b. Insersi dapat di lakukan setiap saat, asal diyakini tidak hamil.
c. Bila klien tidak baik, insersi dapat dilakukan setiap saat asal tidak hamil
jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi lain
selama 7 hari.
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan. insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh ibu tidak perlu metode
kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid, insersi dapat
dilakukan setiap saat, jangan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 huri.
f. Bila menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implant, insersi dapat dilakukan seliap saat, asal diyakini klien tidak hamil.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya suntikan. implant dapat diberikan pada jadwal
kontrasepsi suntikan tersebut.
h. Bila kontasepsi sebelumnya non hormonal, (kecuali AKDR), implant dapat
dipasang setiap saat, asal ibu tidak hamil.
i. Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR, implant dapat diberikan pada haid
hari ke-7 dan ibu jangan melakukan hubungan seksuals elama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 harisaja. AKDR segera di
cabut.
j. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
11. Peringatan Khusus Bagi Pengguna Implant
a. terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah
terjadi kehamilan.

5
b. Nyeri perut bagiah bawab yang hehat, kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik.
c. Terjadi perdarahan banyak dan lama.
d. Adanya nanah atau darah pada bekas sayatan.
e. Ekspulsi batang implant.
f. Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, penglihatan kabur.
12. Jadwal Kunjungan Kembali Ke KIinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ada masalah kesehatan atau ingin
mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant di
pasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut
a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah
b. Perdarahan yang banyak dan kemaluan.
c. Rasa sakit pada lengan.
d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
e. Ekspulsi dan batang implant.
f. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
g. Nyeri dada hebat.
h. Dugaan adanya kehamilan.
13. Instruksi Untuk Kilen
a. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama.
b. Jelaskan bahwa mungkin teradi sedikit perih, pembengkakan, lebam pada
daerah insisi.
c. Perkerjaan rutin harian tetap dikerjakan, namun hindari benturan, gesekan
atau penekanan daerah insisi.
d. Balutan penekanan jangan dihuba selama 48 jam, sedangkan plester
dipertahankan hingga luka sembuh (5 hari).
e. Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan
tekanan yang wajar.
f. Bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, rasa sakit
menetap selama beberapa hari segera kembali ke klinik.

B. PROSEDUR KLINIK
1. Pemasangan Implan Dua Kapsul
a. Menganjurkan klien untuk mencuci lengannya dengan sabun dan air, serta
membilasnya hingga bersih.
b. Bantu klien untuk ke tempat pemasangan di meja periksa.
c. Letakkan kain bersih dan kering di bawah lengan kilen, atur posisi lengan
klien dengan benar.
d. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipat siku.

6
e. Beri tanda pada tempat implant nantinya akan dimasukkan.
f. Pastikan bahwa alat yang steril telah tersedia.
g. Buka kemasan steril dan kemasannya.
h. Buka kemasan implan dan tempatkan dalam mangkok kecil yang steril.
i. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, keringkan dengan
handuk/kain bersih.
j. Pakai sarung tangan steri/DTT.
k. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengakp dan kapsul.
l. Usap tempat pemasangan dengan antiseptic, gerakan kearah luar secara
melingkar seluas 8-13 cm, biarkan kering.
m. Pasang dock steril dilengan klien.
n. Tusukkan jarum semprit di kulil tempat lokasi insisi pada kulit nanti
dilakukan.
o. Suntikkan anestesi local tepat di bawah kulit pada tempat insisi yang telah
ditentukan, sampai sedikit menggelembung.
p. Teruskan penusukan jarum ke lapisan dihawah kulit ± 4 cm dan lokasi
insisi, lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk pembuluh
darah.
q. Suntikkan 0,5-1 cc ohat anestesi sambil menarik semprit kearah tempat
tusukan jarum di kulit tapi tidak sampai mencabut jarumnya.
r. Ulangi langkah no.17 dan 18 kira-kira membentuk sudut 20°-30° terhadap
lokasi suntikan anestesi sebelumnya.
s. Tunggu 2-3 menit lakukan uji efek anestesinya, sebelum melakukan insisi
pada kulit.
t. Buat insisi dangkal dikulit selebar 1-2 mm dengan bisturi.
u. Masukkan trokart yang pendorongnya telah dipasang, melalui tempat
insisi dengan sudut yang agak besar (30° permukaan kulit).
v. Setelah ujung trokar menembus kulit ubah sudut trokar, menjadi sejajar
kulit.
w. Masukkan trokar dan pendorongnya sampai sedikit melewati batas tanda
prtama tepat berada pada luka insisi, lain keluarkan pendorong.
x. Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangan, tadahkan
tangan yang lain di bawah kapsul sehingga dapat menangkap kapsul bila
jatuh.
y. Masukkan pendorong dan tekan kapsu kearah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan, tahan pendorong di tempatnya dengan satu tangan dan tarik
trokar keluar sampai mencapai pegangan pendorong.
z. Tarik trokar dan pendorong bersama sampai batas tanda kedua, tahan
kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar, ulang langkah 24-28.

7
å. Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah terpasang, raba daerah
insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.
ä. Tekan tempat insisi dengan kasa steril untuk menghentikan perdarahan,
dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band aid, lalu ben pembalut
tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar.
ö. Ben petunjuk klien untuk merawat luka.
aa. Sedot larutan klorin 0,5% ke dalam semprit keluarkan lagi, lepas jarum
dan semprit buang jarum di wadah khusus dan semprit di tempat sampah
medis.
bb. Letakkan semua peralatan dalam klorin 0,5% selama 10 menit, pisahkan
trokar dan pendorongnya, buang peralatan yang tidak dipakai lagi
ketempatnya.
cc. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tarigan kedalam larutan
kiorin, lalu buka dan rendam selama 10 menu.
dd. Buat rekam medik lakukan pencalatan pada buku register KB.
ee. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang.
2. Pencabutan Implan
a. Tanyakan tentang reaksi alergi terhadap obat anestesi.
b. Periksa kembali bahwa klien telah mencuci lengannya, lalu bantu klien ke
tempat meja periksa.
c. Raba kapsul untuk memastikan jumlah dan lokasi insisi.
d. Pastikan peralatan steril telah tersedia.
e. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
f. Pakai sarung tangan stetril/DTT, siapkan peralatan dan bahan yang di
perlukan.
g. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic, gerakan melingkar
seluas 8-13 cm dan biarkan kering.
h. Tusukkan jarum semprit di kulit tepat dilokasi insisi akan dilakukan.
i. Suntikkan anestesi local tepat di bawah kulit pada tempat insisi sampai
kulit sedikit menggelembung.
j. Teruskan penusukan jarum ke lapisan di bawah kulit dibawah ujung akhir
dan kapsul sampai sepertiga panjang kapsul, aspirasi untuk memastikan
jarum tidak masuk pembuluh darah.
k. Suntikkan anestesi 0,5-1 cc obat anestesi kearah tempat tusukan jarum di
kulit tapi tidak sampai mencabut seluruh jarum.
l. Tunggu 2-3 menit, uji efek anestesinya sebelum membuat insisi pada kulit.
m. Buat insisi kecil dengan bisturi dengan jarak 5 mm di bawah ujung dan
kapsul yang terdekat dengan siku. Tentukan lokasi kapsul yang termudah

8
untuk dicabut dan dorong pelan-pelan kearah insisi hingga ujung kapsul
tampak.
n. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung, dan bawa ke arah insisi.
Bersihkan kapsul dan jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggunakan kasa/ bisturi.
o. Keluarkan kapsul dengan cara menariknya menggunakan klem atau pincet,
taruh pada mangkok berisi larutan kiorin.
p. Lakukan langkah yang sama untuk kapsul berikutnya.
q. Perlihatkan kedua kapsul pada klien. Rapatkan kedua tepi luka insisi dan
tutup dengan band-aid, beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan
dan mengurangi memar.
r. Beri petunjuk cana merawat luka di rumah. anjurkan klien untuk segera
kembali ke klinik bila ada nanah atau darah yang keluar dan luka insisi.
s. Sedot artitan klorin 0,5% ke dalam semprit, keluarkan lagi lalu lepaskan
jarum dan tabung, semprit, buang jarum di wadah khusus.
t. Bereskan peralatan dan rendam dalam klorin selama 10 menit. Masukkan
tangan yang masih memakai sarung tangan dalam klorin lalu lepas sarung
tangan.
u. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan handuk
atau kain bersih.
v. Buat rekam medik tentang pemasangan implant, lakukan pencatatan pada
buku registen/catatan akseptor.
w. Lakukan observasi selama 5 menu sebelum memperbolehkan klien pulang.

C. KONSELING KB
Konseling KB merupakan salah satu proses yang diharapkan dapat terintegrasi
dalam semua aspek pelayanan KB. Untuk itu dibutuhkan pengertian, waktu dan
adaptasi. Dengan konseling diharapkan pada pelaksana kegiatan mampu
menambah pengetahuan dan membawa klien untuk mengikuti pelayanan KB
secara sukarela.
Tujuan Konseling:
1. Memahami diri lebih baik
2. Mengarahkan perkembangan diri dan masalah yang dihadapi sehingga :
a. Mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan produktif.
b. Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
c. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
d. Mampu beradaptasi dengan lingkungan, merasakan kebahagiaan

9
Konseling Pemasangan Implan
1. Wawancara pendahuluan
a. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
b. Tanyakan tujuan kunjungan klien
c. Berikan informasi umum tentang KB
d. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
e. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi (apakah klieningin mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anak)
f. Tanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung atau
menolak salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada
2. Metode konseling
a. Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan
b. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dan sebagainya )
c. Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta keuntungan masing-masing kontrasepsi
1) Tunjukan dimana dan bagaimana implan dipasang
2) Jelaskan bagaimana proses kerja implan dan efektivitasnya
3) Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin akan dialami
4) Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
d. Diskusikan kebutuhan,pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik
e. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
3. Bila klien memilih implan
a. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
b. Jelaskan proses pemasangan implan dna apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pemasangan den setelah pemasangan
c. Berikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya dan berikan
jawaban sesuai kebutuhannya
d. Persilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar inform consent dan
mintalah tanda tangan klien dan suaminya.
Konseling Paska Pemasangan Implan
1. Jelaskan rekam medik dan gambar posisi implan.
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol.
4. Ingatkan kembali masa pemakaian implan 4 tahn 9 perhatikan tergantung
jenis).

10
5. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan mencabut
kembali implan tersebut.
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
7. Berikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya berikan jawaban
seseuai kebutuhannya.
8. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
Konseling Pra Pencabutan Implan
1. Sapa klien denga ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungan klien
3. Tanyakan apa alasanya ingin mencabut implan tersebut dan jawab semua
pertanyaan yang idajukan sesuai dengan kebutuhanya
4. Tanyakan tujuan dari KB selanjutnya ( apakah klien ingin mengatur jarak
kelahirran atau membatasi jumlah anaknya )
5. Jalaskan proses pencabutan implan dan apa yang akan klien rasakan saat proses
pencabutan dan setelah pencabutan.
Konseling Paska Pencabutan Implan
1. Beritahu klien untuk menjaga luka insisi dan kapan harus kembali untuk
dikontrol
2. Beritahu apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah ( misalnya
harus kembali lagi bila seluruh implan belum berhasil dicabut )
3. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
4. Berikan kesempatan kepada klien dan suaminya untuk mengajukan
pertanyaan dan jawablah sesuai kebutuhan
5. Ulangi kembali keternagan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan
resiko serta keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin
tetap mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anakna
6. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat
kontrasepsi sementara smapai klien dapat memutuskan alat kontrsepsi baru
yang akan dipakai
7. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis memberikan asuhan kebidananan pada akseptor KB AKBK di Ruang


Poli Obsgyn RSUD Ungaran.
Identitas, keluhan yang dikaji penulis sesuai dengan teori, bahwa pasien ingin
melepas KB Implan karena waktunya sudah habis dan ingin dipasang implant yang
baru dan pasien tidak mengalami keluhan saat ini. Saat ini pasien sedang menstruasi
hari ke dua. Hal ini juga waktu yang baik untuk pemasangan AKBK karena
diyakinkan pasien tidak sedang hamil.
Analisa ditegakkan bahwa Ny. R usia 38 tahun dengan akseptor KB AKBK.
Diagnosa ini didukung oleh data fokus yaitu bahwa ibu ingin KB ABK dan pasien
sudah memenuhi syarat untuk pemasangan KB tersebut.
Interpretasi kegiatan segera secara mandiri. Menurut teori perencanaan itu
dilakukan sesuai dengan diagnosa dan masalah, sehingga berdasarkan diagnosa
penulis melakukan persiapan untuk melakukan pencabutan implant dilanjutkan
dengan pemasangan yang baru, supaya pemasangan implant yang baru masih di
tempat yang sama, melakukan pemasangan AKBK, mengajarkan cara merawat luka
sayatan bekas AKBK kepada ibu.
Berdasarkan diagnosa yaitu Ny. R usia 38 tahun dengan akseptor KB AKBK.
Sehingga antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan.
Setelah dilakukan tindakan hasilnya pasien merasa lebih tenang, dan alat
AKBK sudah terpasang yang baru. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
Secara teoritis asuhan kebidanan mendokumentasikan pengkajian yang
meliputi Subyektif (S) dan Obyektif (O). Analisa yang berbentuk diagnosa dan
masalah, tindakan dan hasil tindakan sesuai dengan praktik melakukan dokumentasi
Penatalaksanaan (P). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

12
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB pada Ny. R
Usia 38 Tahun di Ruang VK RSUD Ungaran, penulis dapat menyimpulkan
bahwa hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif pada Ny. R sudah sesuai
dengan teori yang ada dan dalam hasil pengkajian, data subyektif dan data
obyektif, tidak ditemukan beberapa permasalahan.
Analisa data yang dilakukan mengacu pada teori dan data yang ada oleh
karena itu maka diagnosa: Ny. R usia 38 tahun dengan akseptor KB AKBK.

A. Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan Akseptor KB pada Ny. R, adapun saran
yang disampaikan oleh penulis kepada:
1. Akseptor KB
Diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan tentang KB sehingga
dapat mempersiapkan pemasangan KB AKBK.
2. Instansi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar dapat lebih meningkatkan lagi
pelayanan yang diberikan khusunya pada asuhan kebidanan akseptor KB
AKBK.
3. Institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk
istitusi agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswanya.
4. Penulis
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan kualitas dan
pengetahuan penulis khusunya pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa, Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


SinarHarapan

IBI.1993. Prosedur Tetap Pelayanan Kontrasepsi untuk Bidan. Jakarta: IBI

Manuaba, I Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan KB. Jakarta: YBP

Prawirohardjo, S. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


YBP

14

Anda mungkin juga menyukai