Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Photon Vol. 9. No.

1, Oktober 2018

DETERMINAN KEJADIAN DEMAM BREDARAH DENGUE (DBD)


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA

Wenni Ardianti1, Buchari Lapau2, Oktavia Dewi2


1. Mahasiswa Prodi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Riau,
Indonesia
2. Dosen Prodi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Riau,
Indonesia
Email : wenniardhi88@gmail.com

Abstrak
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2017 terjadi sebanyak 98 kasus ( IR =
85,0 per 100.000 penduduk) dan sudah melebihi batas endemisitas Indonesia yaitu ≤ 49 per
100.000 penduduk. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian DBD di
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2015-2017. Desain penelitian adalah Studi
Kasus Kontrol Unmatch. Populasi kasus adalah seluruh penderita DBD dari tahun 2015-2017
yang berjumlah 228 orang dan populasi kontrol adalah seluruh kasus yang bukan DBD pada
bulan yang sama saat terjadi penyakit DBD tahun 2017 yang berjumlah 8.529 orang. Jumlah
sampel 180 kasus dan 180 kontrol. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh adalah umur (CI 95% = 7,889–
38,224), keberadaan sampah (CI 95% = 1,750-5,069), tidak melakukan 3M berisiko (CI 95%
= 2,226-6,243), kebiasaan tidur pagi/sore (CI 95% = 1,019- 2,877), tidak memiliki kawat
kasa pada ventilasi (CI 95% = 1,268– 3,571). Disarankan masyarakat memakai obat anti
nyamuk, menyediakan tempat sampah yang tertutup, menggunakan kawat kasa dan
melakukan 3M minimal 1x seminggu. Pihak puskesmas untuk melakukan penyuluhan cara
mengolah sampah yang padat dengan baik dan benar serta pentingnya melakukan 3M sekali
seminggu.

Kata Kunci : DBD, keberadaan sampah, Puskesmas Harapan Raya, Kawat Kasa Pekanbaru
2018

PENDAHULUAN muntah darah, kesadaran menurun atau


Penyakit Demam Berdarah Dengue renjatan (Shock) (Kemenkes RI, 2011).
(DBD) adalah penyakit menular yang Diperkirakan sekitar 2,9 juta kasus
disebabkan oleh virus dengue dan demam berdarah dengue dengan 5.906
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, kematian terjadi di Asia Tenggara setiap
yang ditandai dengan demam mendadak 2 tahunnya (Ariani, Ayu Putri, 2016). Di
sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang Indonesia pada tahun 2014 jumlah
jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, penderita DBD yang dilaporkan sebanyak
disertai tanda perdarahan di kulit berupa 100.347 kasus dengan jumlah kematian
bintik perdarahan (petechiae, lebam sebanyak 907 orang (Incidence Rate (IR) =
(echymosis) atau ruam (purapura). 39,8 per 100.000 penduduk dan Case
Kadang-kadang mimisan, berak darah, Fatality Rate (CFR) = 0,9%). Sedangkan
pada tahun 2015 terjadi sebanyak 129.650

47 MIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

kasus dengan jumlah kematian 1.071 orang karakteristik penduduk (umur, jenis
(IR = 50,75 per 100.000 penduduk dan kelamin, pendidikan dan pekerjaan),
CFR = 0,83%). Dan untuk tahun 2016, lingkungan sosial (kebiasaan
kasus DBD di Indonesia terjadi sebanyak menggunakan obat anti nyamuk,
204.171 kasus dengan jumlah kematian menggunakan kawat kasa pada ventilasi)
1.598 (IR = 78,85 per 100.000 penduduk dan lingkungan rumah (keberadaan barang
dan CFR = 0,78%) (Kemenkes RI, 2016). bekas yang dapat menampung air)
Di Provinsi Riau, jumlah kasus DBD (Prasetyani, 2015; Sitio A, 2008).
yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak Berdasarkan data dari Puskesmas
2.342 kasus dan meninggal sebanyak 31 Harapan Raya pada tahun 2015 terjadi
orang (IR = 36,83 per 100.000 penduduk sebanyak 42 kasus (IR = 38,2 per 100.000
dan CFR = 1,32%). Sedangkan untuk penduduk). Pada tahun 2016 kasus DBD
tahun 2015 terjadi sebanyak 3.261 kasus terjadi sebanyak 88 kasus dengan jumlah
dan meninggal sebanyak 22 orang (IR = kematian 1 orang (IR = 80,19 per 100.000
51,40 per 100.000 penduduk, CFR = penduduk, CFR = 1,1%). Lalu pada tahun
0,67%). Pada tahun 2016 terjadi sebanyak 2017 terjadi sebanyak 98 kasus ( IR = 85,0
4.170 kasus dan meninggal sebanyak 39 per 100.000 penduduk). Berdasarkan
orang (IR = 64,14 per 100.000 penduduk, batas endemisitas Indonesia untuk angka
CFR = 0,94%) (Kemenkes RI, 2016). kesakitan DBD tahun 2016 sebesar ≤ 49
Di Kota Pekanbaru untuk tahun 2014 per 100.000 penduduk. Dengan demikian
terjadi 209 kasus dan terdapat 5 kasus pada tahun 2017 Puskesmas Harapan Raya
meninggal akibat DBD dengan (IR = 19,9 melebihi batas endemisitas Indonesia
per 100.000 penduduk dan CFR = 2,4%). (Dinkes Kota Pekanbaru, 2016).
Sedangkan tahun 2015 terjadi sebanyak Tujuan penelitian ini adalah untuk
516 kasus dan terdapat 4 orang meninggal mengetahui Determinan Kejadian Demam
(IR = 49,7 per 100.000 penduduk dan CFR Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
= 0,77%). Untuk tahun 2016 jumlah kasus Kerja Puskesmas Harapan Raya tahun
DBD sebanyak 873 kasus dengan kasus 2015-2017. Manfaat sosial penelitian ini
yang meninggal sebanyak 10 orang (IR = adalah untuk memperoleh informasi dan
82 per 100.000 penduduk, CFR = 1,1%) masukan untuk perencanaan
(Dinkes Kota Pekanbaru, 2016). pemberantasan penyakit Demam Berdarah
Faktor-faktor risiko yang dapat Dengue (DBD) pada program
mempengaruhi terjadinya penyakit demam pemberantasan penyakit DBD dalam
berdarah diantaranya: lingkungan rumah rangka pencegahan penyakit DBD di
(jarak rumah dan kondisi tempat wilayah kerja Puskesmas Harapan
penampungan air), lingkungan biologi Rayadan manfaat ilmiah adalah hasil
(tanaman hias, tanaman pekarangan yang penelitian ini dapat menambah ilmu
mempengaruhi kelembaban serta pengetahuan dan pengembangan disiplin
keberadaan jentik), lingkungan sosial ilmu epidemiologi penyakit serta
(kebiasaan menggantung baju, kebiasaan mendapatkan informasi untuk penelitian
tidur siang, partisipasi masyarakat dalam selanjutnya.
pembersihan sarang nyamuk). Faktor lain METODE PENELITIAN
yang dapat mempengaruhi kejadian Penelitian ini bersifat kuantitatif
demam beradarah dengue diantaranya: analitik observasional dengan desain case

FMIPA-UMRI 48
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

control unmacth study. Populasi kasus dengan menggunakan kuesioner,


dalam penelitian ini adalah seluruh sedangkan data sekunder diperoleh dari
penderita DBD dari tahun 2015-2017 di buku register DBD Puskesmas Harapan
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Raya. Variabel-variabel yang digunakan
dan tercatat di buku register DBD yang adalah kejadian DBD sebagai variabel
berjumlah 228 orang, sedangkan populasi dependen dengan hasil ukur DBD dan
kontrol yaitu seluruh kasus yang bukan tidak DBD, sedangkan variabel
DBD pada bulan yang sama saat terjadi independen yaitu keberadaan sampah
penyakit DBD tahun 2017 yang dengan hasil ukur ya ada sampah dan tidak
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas ada sampah, keberadaan jentik dengan
Harapan Raya yang berjumlah 8.529 hasil ukur ya ada jentik dan tidak ada
orang. Kriteria inklusi kasus yang jentiktanaman hias dan tanaman
ditetapkan adalah Menderita DBD dari pekarangan dengan hasil ukur ya ada
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 tanaman rimbun dan tidak ada tanaman
ditandai dengan hasil S0 positif dan rimbun, melakukan 3M dengan hasil ukur
tercatat di buku register DBD, mampu tidak melakukan 3M dan melakukan 3M,
berkomunikasi dengan baik dan bersedia kebiasaan tidur pagi/sore hari dengan hasil
untuk diwawancarai, berdomisili di ukur ya tidur pagi/sore hari dan tidak tidur
Kecamatan Bukit Raya dari tahun 2015- pagi/sore hari, kebiasaan menggantung
2017 dan apabila penderita berhalangan pakaian dengan hasil ukur ya
atau belum mencukupi umur, maka dapat menggantung pakaian dan tidak
diwakilkan oleh anggota keluarga dengan menggantung pakaian, kebiasaan
syarat berusia minimal 18 tahun. Kriteria menggunakan obat anti nyamuk dengan
inklusi kontrol adalah Responden yang hasil ukur tidak menggunakan obat anti
tidak menderita DBD pada bulan yang nyamuk dan ya menggunakan obat anti
sama terjadinya kasus DBD, mampu nyamuk, menggunakan kawat kasa pada
berkomunikasi dengan baik dan bersedia ventilasi dengan hasil ukur tidak
untuk diwawancarai serta bertempat mengggunakan kawat kasa pada ventilasi
tinggal di Kecamatan Bukit Raya tahun dan menggunakan kawat kasa pada
2015-2017. Kriteria eksklusi kasus dan ventilasi, umur dengan hasil ukur <12
kontrol adalah orang yang menolak tahun dan ≥ 12 tahun, jenis kelamin
berpartisipasi (diwawancarai dan dengan hasil ukur perempuan dan laki-laki,
observasi), tidak berada di tempat saat pendidikan dengan hasil ukur rendah
penelitian. Sampel dalam penelitian ini (SD/SMP/SMA) dan tinggi (PT),.
terdiri dari sampel kasus dan sampel Pengolahan data meliputi
kontrol. Jumlah sampel pada penelitian ini Menyunting data (Editing), Mengkode
adalah 180 kasus dan 180 kontrol. data (Coding), Memasukkan data (Entry),
Pengambilan sampel kasus dan kontrol Membersihkan data (Cleaning), dan
dilakukan secara systematic random Tabulasi data (Tabulating). Analisis data
sampling. dilakukan secara univariat, bivariat
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan uji Chi Square dan
ini menggunakan data primer dan data multivariat dengan menggunakan Regresi
sekunder. Data primer diperoleh dengan Logistik Ganda.
melakukan wawancara dan observasi

49 MIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 55%, mereka yang berumur < 12


Hasil tahun sebanyak 40% serta tidak ada data
Analisis Univariat yang homogen (semua kategori >20%)
Hasil analisis univariat menunjukkan
bahwa proporsi mereka yang mempunyai Analisis Bivariat
keberadaan jentik di sekitar rumah sebesar Hasil analisis bivariat menunjukkan
66,7%, mereka yang mempunyai ada 8 variabel independen yang
keberadaan sampah di sekitar rumah berhubungan signifikan dengan kejadian
sebanyak 62,5% dan mereka yang DBD, mempunyai keberadaan sampah di
berpendidikan rendah sebesar 61,7%, sekitar rumah (CI 95% : OR = 1,9-4,6),
mereka yang tidak menggunakan kawat mempunyai keberadaan jentik di sekitar
kasa pada ventilasi sebanyak 60%, mereka rumah (CI 95% : OR = 1,06-2,5), tidak
yang berjenis kelamin perempuan melakukan 3M (CI 95% : OR = 2,1-5,1),
sebanyak 60%, mereka yang memiliki melakukan kebiasaan tidur pagi/sore hari
kebiasaan menggantung pakaian sebanyak (CI 95% : OR = 1,04-2,4), melakukan
59,7%, mereka yang memiliki kebiasaan kebiasaan menggantung pakaian (CI 95% :
tidur pagi/sore hari sebanyak 59,4%, OR = 1,1-2,6), melakukan kebiasaan tidak
mereka yang memiliki tanaman hias dan menggunakan obat anti nyamuk (CI 95% :
tanaman pekarangan sebanyak 58,1%, OR = 1,1-2,6), tidak menggunakan kawat
mereka yang memiliki kebiasaan tidak kasa pada ventilasi (CI 95% : OR = 1,3-
menggunakan obat anti nyamuk sebanyak 3,1), berumur <12 tahun (CI 95% : OR =
57,8%, mereka yang tidak melakukan 3M 3,0-7,5).

Tabel 1 Hubungan Antara Variabel Independen Dan Variabel Dependen Dengan


Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Harapan Raya Tahun 2015-2017
Kejadian DBD
No. Variabel Independen Kasus Kontrol Total P
Or
n 180 % n 180 % N % Value
1 Keberadaan Sampah
- Ya 135 75,0 90 50,0 225 62,5 3,000 0,000
- Tidak 45 25,0 90 50,0 135 37,5 (1,92-4,68)

2 Keberadaan Jentik
- Ya 130 72,2 110 61,1 240 66,7 1,655 0,033
- Tidak 50 27,8 70 38,9 120 33,3 (1,06-2,57)
3 Tanaman hias dan tanaman
pekarangan
- Ya 112 62,2 97 53,9 209 58,1 1,409 0,135
- Tidak 68 37,8 83 46,1 151 41,9 (0,92-2,14)
4 Melakukan 3M
- Tidak 125 69,4 73 40,6 198 55,0 3,331 0,000
- Ya 55 30,6 107 59,4 162 45,0 (2,15-5,14)
5 Kebiasaan tidur pagi/sore
hari
- Ya 117 65,0 97 53,9 214 59,4 1,589 0,041
- Tidak 63 35,0 83 46,1 146 40,6 (1,04-2,42)
6 Kebiasaan menggantung
pakaian
- Ya 119 66,1 96 53,3 215 59,7 1,707 0,018

FMIPA-UMRI 50
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

- Tidak 61 33,9 84 46,7 145 40,3 (1,11-2,61)


7 Kebiasaan menggunakan
obat anti nyamuk
- Tidak 116 64,4 92 51,1 208 57,8 1,734 0,014
- Ya 64 35,6 88 48,9 152 42,2 (1,13-2,64)
8 Menggunakan kawat kasa
pada ventilasi
- Tidak 123 68,3 93 51,7 216 60,0 2,019 0,002
- Ya 57 31,7 87 48,3 87 40,0 (1,31-3,10)
9 Umur
- <12 tahun 104 57,8 40 22,2 144 40,0 4,789 0,000
- ≥12 tahun 76 42,2 140 77,8 216 60,0 (3,02-7.58)
Jenis Kelamin
10 - Perempuan 111 61,7 107 59,4 218 60,6 1,098 0,746
- Laki-laki 69 38,3 73 40.6 142 39,4 (0,71-1,67)
Pendidikan
11 - Pendidikan rendah 116 64,4 106 58,9 222 61,7 1,265 0,329
- Pendidikan tinggi 64 35,6 74 41,1 138 38,3 (0,82-1,93)

Analisis Multivariat 3M, kebiasaan tidur pagi/sore hari, kawat


Hasil analisis multivariat dapat kasa pada venrtilasi dan umur. Sedangkan
disimpulkan bahwa variabel independen pendidikan memiliki hubungan terbalik
yang dominan adalah keberadaan sampah, dengan DBD.

Tabel 2 Pemodelan Multivariat Akhir


No Variabel P Value Exp (B) 95% CI For EXP (B)
Lower Upper
1 Keberaaan sampah ,000 2,978 1,750 5,069
2 3M ,000 3,728 2,226 6,243
3 Kebiasaan tidur pagi/sore hari ,042 1,712 1,019 2,877
4 Kawat kasa pada Ventilasi ,004 2,128 1,268 3,571
5 Umur ,000 17,365 7,889 38,224
6 Pendidikan ,000 ,162 ,075 ,350
Omnibus test of model coeffisient
Nagelkerke R Square = 0,408
= 0,000

Pembahasan (2008) bahwa mereka yang berumur <12


Hubungan Umur dengan Kejadian DBD tahun berisiko 19,05 kali lebih besar untuk
Dalam penelitian ini umur terserang DBD dibandingkan mereka yang
berhubungan sebab akibat dengan kejadian berumur ≥12 tahun (p<0,05). Kelompok
DBD. mereka berumur <12 tahun umur <12 tahun merupakan kelompok
berpengaruh 17,3 kali menderita DBD bila umur yang paling banyak terinfeksi virus
dibandingkan dengan mereka berumur ≥ dengue. Umur <12 tahun akan
12 tahun. Mereka yang berumur <12 tahun mempengaruhi terhadap penularan
lebih banyak menderita DBD penyakit DBD. Lebih banyak golongan
dibandingkan dengan mereka yang umur <12 tahun berarti meningkatkan
berumur ≥ 12 tahun. Hasil penelitian ini risiko untuk terjadinya penyakit DBD
sejalan dengan hasil penelitian Darjito E (Darjito E, 2008). Ditemukan teori yang

51 MIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

mendukung yaitu kelompok umur < 12 terjadinya kejadian DBD. Hal ini
tahun memiliki daya tahan tubuh yang disebabkan pengurasan tempat-tempat
masih rendah dibandingkan kelompok penampungan air perlu dilakukan secara
umur yang lebih tua, sedangkan teratur sekurang-kurangnya seminggu
aktivitasnya sering bermain atau sekolah, sekali agar nyamuk tidak dapat
dimana selama beberapa jam atau bahkan berkembang biak. Selain pengurasan bak
hampir seharian berada di dalam kondisi penampungan air, dalam tata laksana 3M
dan waktu yang meningkatkan risiko juga harus diperhatikan ketersediaan tutup
terkena gigitan nyamuk penular DBD tempat penampungan air untuk menekan
bahkan multibiting yang juga dapat jumlah nyamuk yang hinggap pada tempat
meningkatkan risiko terkena infeksi penampungan air, tempat penampungan air
sekunder sehingga meningkatkan risiko tersebut menjadi media berkembang
terkena DBD (Umaya, 2013). Oleh karena biaknya nyamuk Aedes Aegypti.
itu, direkomendasikan responden yang Ketersediaan tutup tempat penampungan
berumur < 12 tahun agar tidak beraktifitas air meliputi drum dan ember. Dan yang
atau bermain di tempat yang banyak terakhir mengubur barang bekas sehingga
nyamuk. tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur
Hubungan Melakukan 3M dengan (Fakhriadi R, dkk, 2015). Oleh karena itu
Kejadian DBD direkomendasikan agar melakukan 3M
Dalam penelitian ini melakukan 3M minimal sekali dalam seminggu.
berhubungan sebab akibat dengan kejadian
DBD. Mereka yang tidak melakukan 3M Hubungan Keberadaan Sampah dengan
berpengaruh 3,7 kali menderita DBD bila Kejadian DBD
dibandingkan dengan mereka yang Dalam penelitian ini ditemukan
melakukan 3M. Mereka yang tidak bahwa keberadaan sampah berhubungan
melakukan 3M lebih banyak menderita sebab akibat dengan kejadian DBD.
DBD dibandingkan dengan mereka yang Responden yang mempunyai keberadaan
melakukan 3M. Penelitian ini sejalan sampah di sekitar rumah berpengaruh 2,9
dengan penelitian yang dilakukan oleh kali menderita DBD bila dibandingkan
Carundeng M, dkk (2015) ada hubungan dengan responden yang tidak mempunyai
antara tindakan mengguras tempat keberadaan sampah di sekitar rumah. Hasil
penampungan air, menutup tempat penelitian ini sejalan dengan penelitian
penampungan air, tindakan mengubur yang dilakukan Hasan, A (2008) di Bandar
barang bekas dengan kejadian DBD di Lampung, keberadaan sampah yang dapat
Puskesmas Gogangoman Kota menampung air di sekitar rumah berisiko 2
Kotamobangu tahun 2015 (p < 0,05). kali lebih sering untuk kejadian penyakit
Berdasarkan penelitian Lumingas, dkk, DBD dengan (p < 0,05). Berdasarkan
2017 bahwa ada hubungan antara praktik penelitian Wahyudi H (2015), diketahui
menguras TPA, praktik menutup TPA, bahwa ada hubungan yang signifikan
dan mengubur barang bekas dengan antara keberadaan sampah yang dapat
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas menampung air dengan kejadian DBD (CI
Tanawangko tahun 2017 (p < 0,05). 95%: 1,660-10,919). Keberadaan sampah
Melakukan 3M berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap terjadinya kejadian

FMIPA-UMRI 52
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

DBD. Hal ini disebabkan ban, botol, Oleh karena itu, direkomendasikan bagi
plastik dan barang-barang lain yang dapat rumah yang luas ventilasinya tidak
menampung air merupakan sarana yang memenuhi syarat (<10%), agar membuka
memungkinkan untuk tempat jendela setiap hari agar setiap ventilasi
perkembangbiakan nyamuk. Semakin rumah harus terpasang kawat kasa dengan
banyak barang bekas (sampah) yang dapat baik.
menampung air, semakin banyak tempat
bagi nyamuk untuk bertelur dan Hubungan Kebiasaan Tidur Pagi/Sore
berkembang biak, sehingga semakin Hari dengan Kejadian DBD
meningkat pula risiko kejadian DBD Dalam penelitian ini, kebiasaan tidur
(Widodo 2012). Oleh karena itu, pagi/ sore hari berhubungan sebab akibat
direkomendasikan agar tidak sembarangan dengan kejadian DBD. Mereka yang
membuang sampah yang dapat melakukan kebiasaan tidur pagi/sore hari
menampung air di sekitar rumah. berpengaruh 1,7 kali menderita DBD bila
dibandingkan dengan mereka yang tidak
Hubungan Menggunakan Kawat Kasa melakukan kebiasaan tidur pagi/sore hari.
Pada Ventilasi dengan Kejadian DBD Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan Amrieds E, dkk (2016) ada hubungan
bahwa menggunakan kawat kasa pada antara kebiasaan tidur pagi hingga sore
ventilasi berhubungan sebab akibat dengan dengan kejadian DBD di kelurahan 19
kejadian DBD. Mereka yang tidak November Kecamatan Wundulako
menggunakan kawat kasa berpengaruh 2,1 Kabupaten Kolaka Tahun 2016 (p < 0,05).
kali menderita DBD bila dibandingkan Sejalan dengan penelitian Abdullah A, dkk
dengan mereka yang menggunakan kawat (2010) kebiasaan tidur pagi hingga sore
kasa pada ventilasi. Peneltian ini sejalan hari berhubungan dengan kejadian DBD di
dengan hasil penelitian Menurut penelitian Kab. Jeneponto (p < 0,05). Kebiasaan tidur
Widodo N (2012) bahwa tidak pagi/sore hari berpengaruh terhadap
menggunakan kawat kasa anti nyamuk terjadinya kejadian DBD. Hal ini
mempunyai hubungan bermakna dengan disebabkan Kebiasaan tidur pagi/sore hari
kejadian DBD di Kota Mataram pada biasanya dilakukan oleh anak-anak sangat
tahun 2012 dengan (p < 0,05). merugikan kesehatan. Kebiasaan nyamuk
Menggunakan kawat kasa pada ventilasi aedes aegypti menggigit pagi hari hingga
berpengaruh terhadap terjadinya kejadian sore hari saat penghuni rumah tidur siang
DBD. Hal ini disebabkan ventilasi adalah meningkatkan risiko untuk terkena
lubang tempat udara keluar masuk secara penyakit DBD dimana biasanya nyamuk
bebas. Ventilasi sebagai tempat pertukaran betina mencari mangsanya pada siang hari.
udara lubang pada ventilasi biasanya Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi
dimanfaatkan oleh nyamuk untuk ke luar sampai petang hari dengan 2 puncak
maupun masuk ke dalam rumah. aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan
Sebaiknya masyarakat memasang kawat 16.00-17.00. Aedes mempunyai kebiasaan
kasa pada lubang angin yang dapat mengisap darah berulang kali dalam satu
dimanfaatkan oleh nyamuk untuk ke luar siklus gonotropik untuk memenuhi
masuk ke rumah seperti ventilasi jendela lambungnya dengan darah. Dengan
maupun pintu (Amrieds Elvin,dkk, 2016). demikian nyamuk ini sangat efektif

53 MIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

sebagai penular penyakit DBD (Depkes pada ventilasi (CI 95% = 1,268–
RI, 2005).Oleh karena itu, 3,571).
direkomendasikan agar mengubah poa e. Mereka yang berumur < 12 tahun
tidur berisiko 17,3 kali untuk menderita
Variabel independen yang DBD dibandingkan mereka yang
berhubungan terbalik dengan kejadian berumur ≥ 12 tahun (CI 95% = 7,889–
DBD adalah variabel pendidikan. 38,224).
Sedangkan variabel independen yang tidak 2. Variabel yang berhubungan terbalik
berhubungan dengan kejadian dbd adalah dengan kejadian DBD adalah variabel
variabel keberadaan jentik, tanaman hias pendidikan.
dan tanaman pekarangan, kebiasaan 3. Tidak terdapat variabel confounding
menggantung pakaian, kebiasaan dalam penelitian ini.
menggunakan obat anti nyamuk dan jenis
kelamin Saran
1. Disarankan kepada orang tua agar
PENUTUP anaknya menggunakan obat anti
Kesimpulan nyamuk saat beraktivitas di tempat
1. Variabel yang berhubungan sebab yang banyak nyamuk dan melarang
akibat dengan kejadian DBD adalah anak untuk tidak bermain ditempat
beberadaan sampah, tidak melakukan yang banyak nyamuk.
3M, kebiasaan tidur pagi/sore hari, 2. Disarankan kepada petugas puskesmas
kawat kasa pada ventilasi dan umur : untuk dapat membudayakan
a. Mereka yang memiliki keberadaan masyarakat dalam pemberantasan
sampah di sekitar rumah berisiko 2,9 sarang nyamuk, dengan pembentukan
kali untuk menderita DBD kelompok desawisma. Bagi
dibandingkan dengan mereka yang masyarakat yang di temukan jentik di
memiliki keberadaan sampah di rumahnya maka akan diumumkan di
sekitar rumah (CI 95% = 1,750- mesjid, sehingga terbentuklah budaya
5,069). malu. Untuk warga yang tidak di
b. Mereka yang tidak melakukan 3M temukan jentik di rumahnya selama 3
berisiko 3,7 kali untuk menderita bulan maka diberi reward atau
DBD dibandingkan mereka yang penghargaan misalnya masuk ke
melakukan 3M (CI 95% = 2,226- taman wisata alam mayang secara
6,243). gratis..
c. Mereka yang memiliki kebiasaan tidur 3. Disarankan kepada masyarakat
pagi/sore berisiko 1,7 kali untuk menyediakan tempat pembuangan
menderita DBD dibandingkan mereka sampah yang tertutup disetiap rumah.
yang tidak memiliki kebiasaan tidur Dan untuk petugas kesehatan
pagi/sore (CI 95% = 1,019- 2,877). mengadakan penyuluhan bagaimana
d. Mereka yang tidak memiliki kawat cara mengolah sampah yang padat
kasa pada ventilasi berisiko 2,1 kali dengan baik dan benar.
untuk menderita DBD dibandingkan 4. Disarankan kepada masyarakat yang
mereka yang memiliki kawat kasa belum menggunakan kawat kasa agar
menggunakan kawat kasa pada setiap

FMIPA-UMRI 54
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

ventilasi dengan baik dan mengganti Media Litbang Kesehatan. Vol XVIII
kawat kasa yang sudah berlubang No. 3
dengan kawat kasa yang tidak https://media.neliti.com/media/publi
berlubang. cations/160433-ID-beberapa-faktor-
5. Disarankan kepada masyarakat jika risiko-yang-berpengaruh.pdf
tidur saat waktu puncak gigitan untuk Departemen Kesehatan Republik
menggunakan obat anti nyamuk atau Indonesia. (2005). Pencegahan dan
kelambu yang dapat mencegah gigitan Pemberantasan Demam Berdarah
nyamuk Dengue di Indonesia. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2016).
DAFTAR PUSTAKA Data Kasus Demam Berdarah
Abdullah A Z, Nawi R, Sibe A. (2010). Dengue Seluruh Puskesmas Kota
Faktor Risiko Kejadian Demam Pekanbaru: Pekanbaru.
Berdarah Dengue di Kecamatan Fakhriadi R, dkk. (2015). Faktor Risiko
Tempe Kabupaten Wajo 2009. Penyakit Demam Berdarah Dengue
(Online). Jurnal MKMI. Vol. 6 No. Di Wilayah Kerja Puskesmas
4. Guntung Paying Kota Banjarbaru.
Http://Journal.Unhas.Id/Index.Php/J Jurnal Publikasi Kesehatan
mkmi/ Article/Viewfile/1040/913 Masyarakat Indonesia. Vol. 2 No. 1.
diakses 05 Januari 2016). http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.
Amrieds E, dkk. (2016). Faktor-Faktor php/JPKMI/article/view/2703
Yang Berhubungan Dengan Hasan A. (2008). Hubungan Perilaku
Kejadian Demam Berdarah Dengue Pemberantasan Sarang Nyamuk
(DBD) Di Kelurahan 19 November Dengan Kejadian Demam Berdarah
Kecamatan Wundulako Kabupaten Dengue Di Kota Bandar Lampung.
Kolaka Tahun 2016. Jurnal Ilmiah National Public Health Journal. Vol.
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2 No. 2.
Vol. 1 No. 3. http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/art
https://media.neliti.com/media/publi icle/view/276
cations/184804-ID-faktor-faktor-
yang-berhubungan-dengan-ke.pdf Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, (2016). Profil Kesehatan
Carundeng M, dkk. (2015). Analisis Faktor-
Indonesia Tahun 2015: Jakarta
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Lumingas E, dkk. (2017). Faktor-Faktor
Puskesmas Gogagoman Kota Yang Berhubungan Dengan
Kotamobagu. Jurnal Kesehatan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Masyarakat. Vol. 4 No. 1. Di Wilayah Kerja Puskesmas
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph Tanawangko. Jurnal Media
p/kesmas/article/view/12688 Kesehatan. Vol. 9 No. 3.
Darjito E, dkk. (2008). Beberapa Faktor https://ejournalhealth.com/index.php
Risiko Yang Berpengaruh Terhadap /medkes/article/view/336
Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Kabupaten Banyumas. Jurnal

55 MIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 9. No. 1, Oktober 2018

Prasetyani, R D. (2015). Faktor-Faktor yang Kejadian Demam Berdarah Dengue


Berhubungan dengan Kejadian Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang
Berdarah Dengue. (Online). Majority. Ubi Pendopo Tahun 2012. Jurnal
Vol. 4 No. 7, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol. 4
Http://Jukeunila.Com/Wp- No. 3
Content/Uploads/2015/11/61-66-
Radita-Dp.Pdf diakses 05 Januari Wahyudi, H. (2015). Faktor-Faktor yang
2016). Mempengaruhi Tingginya Angka
Kejadian Penyakit Demam Berdarah
Sitio, A. (2008). Hubungan Perilaku Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Tentang Pemberantasan Sarang Puskesmas Kecamatan Mandau
Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
dengan Kejadian Demam Berdarah Skripsi. STIKes Hang Tuah
Dengue di Kecamatan Medan Pekanbaru, Pekanbaru.
Perjuangan Kota Medan Tahun
2008. Tesis. Universitas Diponegoro. Widodo, N. (2012). Faktor-Faktor Yang
Semarang. Berhubungan Dengan Kejadian
http://core.ac.uk/download/files/379/ Demam Berdarah Dengue Di Kota
11716372.pdf diakses 05 Januari Mataram Provinsi Nusa Tenggara
2015). Barat Tahun 2012. Universitas
Indonesia :Tesis.
Umaya R. (2013). Hubungan Karakteristik
Pejamu, Lingkungan Fisik Dan
Pelayanan Kesehatan Dengan

FMIPA-UMRI 56

Anda mungkin juga menyukai