REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan pada:
Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014 - 2019
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
UU No.17/2003 Pasal 14
Ayat (3):
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disertai dengan PRAKIRAAN BELANJA UNTUK
TAHUN BERIKUTNYA setelah tahun anggaran yang sedang
disusun. KPJM/MTEF
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
Prakiraan Maju :
Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi
dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
7
Manfaat KPJM (MTEF)
1. Meningkatkan transparansi alokasi sumber daya anggaran yang
lebih baik (allocative efficiency);
2. Meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran (to improve
quality of planning) berupa keterkaitan antara kebijakan,
perencanaan, dan penganggaran (antara KPJM, RKP, dan APBD)
3. Memperbaiki fokus terhadap kebijakan prioritas (best policy option);
4. Mengembangkan disiplin fiskal (fiscal discipline), dalam rangka
menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability);
5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.
6. Meningkatkan prediktabilitas (predictabiliy) dan kesinambungan
pembiayaan suatu program/kegiatan.
7. Memudahkan kerja perencanaan pada tahun-tahun berikutnya.
8. Mendorong peningkatan kinerja pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan kepada publik.
8
POKOK BAHASAN:
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
SASARAN POKOK
FUNGSI PRIORITAS
(IMPACT)
INDIKATOR KINERJA
SUB-FUNGSI FOKUS PRIORITAS FOKUS PRIORITAS
(OUTCOME)
MISI/SASARAN K/L
ORGANISASI
(IMPACT)
INDIKATOR KINERJA
ESELON 1A PROGRAM PROGRAM PROGRAM
(OUTCOME)
INDIKATOR KINERJA
ESELON 2 KEGIATAN KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN
(OUTPUT)
JENIS BELANJA
10
Struktur Informasi Kinerja Program dan Kegiatan
(Logic Model Theory)
Sumber : Framework for Managing Programme Performance Information, National Treasury, Republic of South Africa, May 2007
11
POKOK BAHASAN:
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
KPJM /MTEF
Tambahan
anggaran Ruang Gerak
Fiskal bagi
Inisiatif Baru
Penghematan
Baseline
Baru
PERUBAHAN BASELINE :
Baseline Sumber Pendanaan:
Awal 1. Penghematan dari pelaksanaan Program
2. Cadangan (contingency reserves) yang tidak terpakai
3. Peningkatan penerimaan/ketersediaan anggaran (+ defisit)
Pemanfaatan Dana:
1. Perubahan makro ekonomi (mis. inflasi)
2. Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan
kebijakan
3. Pemanfaatan untuk inisiatif baru *) 17 17
Langkah-langkah
Penerapan KPJM (MTEF)
Program
3
Kegiatan • Running Cost;
• Pelayanan dasar;
Output
Costing • Multi years;
• Tunggakan;
Komponen Process • Penyelesaian
kegiatan.
Prakiraan Maju
Baseline (Existing • Hasil costing;
5 • Penyesuaian
policy) parameter;
2015 2016 2017
18
D. Capaian Implementasi
KPJM (MTEF)
1) Tahun 2010:
Penerapan KPJM (MTEF) secara bertahap
Dilakukan sejalan dengan penyempurnaan Format RKA-K/L yang memfasilitasi
penuangan angka Prakiraan Maju untuk 3 tahun ke depan.
a. Penyajian informasi KPJM (MTEF) pada RKA-K/L dituangkan dalam Formulir 1 RKA-
K/L (akumulasi untuk seluruh Unit Eselon I K/L) dan Formulir 2 RKA-K/L (untuk
masing-masing unit Eselon I K/L).
b. Penghitungan KPJM (MTEF) untuk masing-masing Satker, dituangkan dalam Kertas
Kerja RKA-K/L Formulir Bagian D.
2) Tahun 2013:
Informasi penerapan KPJM (MTEF) dan hasil penghitungan angka Prakiraan Maju secara
nasional sudah dituangkan dalam Bab VII Nota Keuangan.
Hal ini sejalan dengan saran dan masukan dari pihak Bank Dunia untuk mulai
mempublikasikan kepada stakeholder.
3) Sampai dengan TA 2014:
Penerapan KPJM (MTEF) masih fokus pada penghitungan Prakiraan Maju untuk belanja
K/L berdasarkan data RKA-K/L.
Belum ada sinkronisasi antara angka KPJM (MTEF) dalam RPJMN, Proyeksi Jangka
Menengah APBN, dan realisasi untuk setiap tahun. 19
E. Kendala dan Tantangan (1)
Beberapa faktor penyebab kualitas penerapan KPJM (MTEF) saat ini masih
belum optimal antara lain :
1) Penyusunan KPJM (MTEF) oleh masing-masing K/L banyak yg tidak
konsisten dengan target kinerja dan indikasi pendanaan sesuai angka yg
ditetapkan dalam RPJMN;
2) Dalam menyusun angka Prakiraan Maju, K/L masih banyak melakukan
kesalahan dalam mengklasifikasikan :
a. Output atau Komponen “berhenti” atau “berlanjut”;
b. Komponen “utama” atau “pendukung”;
3) K/L dalam menghitung angka Prakiraan Maju pada umumnya :
a. Menerapkan perlakuan yang sama terhadap :
Output yg merupakan tugas fungsi;
Output dalam rangka penugasan;
Output yg bersifat multiyears project;
b. Memasukan alokasi belanja transito, output cadangan, dan tambahan
dana dari Hasil Optimalisasi DPR;
c. Tidak memasukan tambahan alokasi yg berasal dari BA BUN,
khususnya tambahan untuk Biaya Operasional.
20
E. Kendala dan Tantangan...(2)
4) Belum ada pedoman yang standar untuk melakukan review baseline dan
mekanisme penyesuaian baseline setiap tahun;
5) Belum ada mekanisme penyesuaian angka KPJM (MTEF) yg ditetapkan
dalam RPJMN dengan kondisi riil setiap tahun sesuai perhitungan
resource envelope dan proyeksi jangka menengah RAPBN;
6) Perlu dibangun sinergi yg semakin solid antara Kementerian Keuangan
dan Bappenas dalam menjamin kualitas penerapan KPJM (MTEF), baik
dalam dokumen perencanaan dan penganggaran;
7) Perlu dilaksanakan kegiatan edukasi terus menerus kepada para petugas
perencana pada K/L, khususnya para penanggung jawab Program dan
Kegiatan karena penyusunan angka Prakiraan Maju saat ini dilakukan
oleh para Operator K/L.
21
5. LANGKAH-LANGKAH PENYEMPURNAAN:
23
5.b. Penyempurnaan Implementasi
KPJM (MTEF)
24
5.c. Tahapan Penyempurnaan
KPJM (MTEF)
Menyempurnakan penyusunan
Menyiapkan pedoman baseline RPJMN/D 2015-2019;
review angka dasar Menyusun pedoman review
(Baseline); baseline RPJMN/D setiap tahun;
Menyempurnakan Melakukan review kebijakan secara
pedoman penilaian bertahap setiap tahun;
Inisiatif Baru;
Merumuskan formula
penghi-tungan pagu dan
identifikasi variabel;
Menyempurnakan
mekanisme Trilateral
2016
Meeting;
25
5.d. Hal yang Harus Diperhatikan
dalam Penerapan KPJM (MTEF)
1. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif
memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan
jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi
makro, penetapan target-target fiskal, total resource envelopes,
pendistribusian total pagu belanja masing-masing Satker, dan
penjabaran pengeluaran ke masing-masing Program dan
Kegiatan.
2. Dalam penghitungan prakiraan maju, proses estimasi seringkali
dipisah antara kebijakan yang sedang berjalan (on going
policies) dan prakiraan atas biaya dari kebijakan baru (new
policies).
3. Dalam rangka penerapan KPJM (MTEF), maka pemda harus
memperhatikan kebutuhan anggaran untuk setiap output
yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan
target dalam RPJMN/D dan Renstra serta budget constraint
untuk setiap tahun.
26
5.e. Penerapan KPJM (MTEF) di Daerah
27
5.f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM/MTEF
(Revisi UU 33)… (1)
Pasal 38
Bobot masing-masing provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 dan bobot masing-masing kabupaten dan kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
sepanjang tidak ada penambahan Daerah baru
28
5.f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM/MTEF
(Revisi UU 33)… (2)
30
Hubungan Kebijakan Fiskal
Nasional dan Daerah
• Kebijakan fiskal daerah
merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sis-
Inter-relasi Kebijakan Makro
tem kebijakan fiskal nasi-
onal. Karena itu, kebijak-an
fiskal daerah harus se-
jalan dengan dan mendu- KEBIJAKAN KEBIJAKAN
kung keempat elemen ke- FISKAL MONETER
bijakan makro nasional.
KEBIJAKAN
• Seluruh kebijakan NERACA KEBIJAKAN
PEMBAYARAN
ekonomi makro, SEKTOR
RIIL
terutama
Kebijakan Fiskal,
mempengaruhi
Kebijakan Transfer
ke Daerah
31
FUNGSI ANGGARAN
JANGKA MENENGAH
BERBASIS KINERJA
PENGANGGARAN
PENGANGGARAN
PENGELUARAN
KERANGKA
TERPADU
36
MENETAPKAN TARGET KINERJA: S.M.A.R.T
Contingency
Reserves
(1-2% Total
MTFF Anggaran)
Contingency
Planning
(mengamankan
baseline)
Total
Anggaran MTEF
Baseline
Resources
Envelope
38
Pengintegrasian Sistem
Informasi Keuangan Daerah
Ideal
Eksisting
Seragamnya aplikasi
Beragamnya aplikasi pengelolaan keuangan
pengelolaan keuangan daerah: Newsystem
daerah: SIMDA, SIPKD,
SIMAKDA, dll Data yang disampaikan
Data yang disampaikan Transformasi Pemda kepada DJPK:
Pemda kepada DJPK data keuangan dan
hanya data keuangan nonkeuangan
Time-lag data relatif Time-lag data relatif
lama: semesteran pendek: bulanan dan
ditarik secara otomatis
Objective
41
KONSEP PENGINTEGRASIAN
Existing System N E W System
Input
APBD Modul Input
Data
SIMDA Keuangan
dan Non
Keuangan
SIPKD KOMANDAN
Modul Modul
Others Presentasi New
(Dashboard) System
MOFISDA
SIKD
SIPRIDA
Modul
Layanan Modul
Data Konsolidator
(SPAN/GFS)
SIMTRADA
42
Eksisting Sistem Informasi Keuangan Daerah
43
Partials to Unity
New System
• Seluruh Pemda menggunakan 1 sistem yang sama dalam proses perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, yaitu
Modul Newsystem.
• Untuk melakukan konsolidasi data informasi keuangan daerah secara detil (sampai
rincian obyek) dari seluruh Pemda digunakan Modul Integrator. Modul ini bekerja
secara otomatis menarik data dari Newsystem yang ada di seluruh Pemda.
• Modul Input APBD berfungsi untuk melakukan validasi data yang dihasilkan oleh
Modul Integrator. Modul ini berupa webform yang input datanya dikerjakan oleh
pegawai Pemda dan data yang diinput bersifat summary (tidak detil). Proses input
pada modul relatif cepat karena dikerjakan oleh seluruh Pemda (banyak orang) dan
data yang dihasilkan dapat lebih valid karena divalidasi oleh masing-masing pemilik
data (Pemda).
• Modul Input Data Non-Keuangan berfungsi untuk melakukan input data-data seperti:
jumlah penduduk, luas wilayah, IPM, dan sebagainya.
• Data Warehouse merupakan kumpulan seluruh database baik berupa data
keuangan maupunn data non-keuangan yang telah final dan siap disajikan dalam
bentuk laporan (report).
• Modul Business Intelligence merupakan modul untuk menyajikan report dalam
format yang mudah dibaca secara komprehensif (summary, grafik, peta, dll). Modul
ini juga dapat digunakan untuk melakukan analisis dan simulasi kebijakan. 44
LINGKUP ARSITEKTUR SIKD
SIKD
Lapis Presentasi
Publik
Dashboard/
Report Website
Analytical
Dashboard
SIKD
DI PUSAT:
SPAN
Interface
KEMENKEU Pusat GFS
Lapis Layanan Data
UNIT
INCHARGE Interface
Pemda
Lapis Konsolidasi
DI DAERAH: New
PEMDA System Instansi
Lapis Transaksional Lainnya
45
LINGKUP ARSITEKTUR SIKD
Lapis Presentasi
Lapis Transaksional
GFS SPAN
Integrasi antara SIKD dengan SPAN dilakukan di lapis Layanan Data.
Dengan menggunakan interface (Service-Oriented Architecture), data
informasi keuangan daerah secara nasional dari SIKD dikirimkan ke SPAN
untuk dikonsolidasikan dengan data Keuangan Negara.
Data yang sudah terkonsolidasi di SPAN di-mapping ke GFS (Government
Finance Statistics). 47
KOMUNIKASI DATA DAERAH KE PUSAT
SIKD NASIONAL
1. Database Aplikasi
DJPK 4 6 SPAN transaksional
5 (Newsystem).
GFS 2. Interface Pemda.
Instansi Lain 3. Interface Pusat.
4. Data warehouse
pusat.
3 5. Aplikasi dashboard
dan reporting pusat.
Publik 6. Interface Pusat.
SIKD DAERAH
7. Data warehouse
Pemda di BUD.
PEMDA
7 8 8. Aplikasi dashboard
2 dan reporting pemda.
SIKD yang
Pemanfaatan SIKD Komprehensif, Terintegrasinya
yang lebih optimal Cepat dan IKD-IKP
Terintegrasi
Media untuk mendukung
analisis kebijakan Tersedinaya Data
desentralisasi fiskal oleh Keuangan
pemerintah dan Nonkeuangan SPAN
Referensi untuk analisis di Lebih Efektif dan Efisien
bidang keuangan negara- dengan integrasi sistem
daerah oleh internal yang sudah ada
masyarakat/akademisi (SIMTRADA, MOFISDA,
dll)
Terwujudnya penyajian
laporan keuangan daerah
satu pintu: format
Penyajian Informasi
GFS, dll
informasi dapat
dicustomize sesuai yang Cepat (terkini)
kebutuhan
49