Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN INSOMNIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Icca Narayani P.S.Kep.Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh kelompok 3 :


 Afrida Pertiwi 20171313
 Ika Liling 20171319
 Maulida Rahma 20171325
 Mustakikul Jannah 20171331
 Nila Olivia 20171335
 Oktavita Sari 20171340
 Shara Yusdiana Dewi.W 20171346
 Ulvin Nur Jannah 20171351
 Yasinta Feby Aripsa 201713
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS

Jl Lingkar Raya Kudus Pati Km.5 Jepang, Mejobo,kudus

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmatnya dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dengan judul makalah ¨ PENGARUH LATIHAN

RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA


LANSIA DENGAN GANGGUAN INSOMNIA¨.

Disamping itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dari semua pihak,semoga makalah ini
dapat berguna bagi kita semua.

Kudus,25 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
C. Tujuan penulisan ............................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
a. LANJUT USIA
1. Pengertian ............................................................................................. 7
2. Batasan-batasan usia lanjut ................................................................... 7
3. Factor pemicu proses menua ................................................................ 7
4. Perubahan pola tidur pada lansia .......................................................... 7
b. INSOMNIA
1. Pengertian ............................................................................................ 8
2. Pengolongan insomnia .......................................................................... 8
3. Gejala-gejala insomnia ......................................................................... 9
4. Penyebab insomnia ............................................................................... 10
c. PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION
1. Pengertian ............................................................................................. 11
2. Tujuan ................................................................................................... 11
3. Indikasi dan kontra indikasi .................................................................. 11
4. Waktu dan tempat ................................................................................. 11
5. Alat bahan dan persiapan ...................................................................... 11
6. Prosedur terapi ...................................................................................... 12
d. Hasil Penelitian Terapi PMR terhadap kualitas tidur lansia ........................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60
tahun keatas atau Lebih, Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di
Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69% dari jumlah penduduk.dan pada lansia
mempunyai banyak keterbatasan sehingga memerlukan bantuan peningkatan
kesejahteraan sosialnya (Samsudrajat, 2012). Lansia yang mempunyai kualitas hidup yang
baik akan mampu hidup produktif meskipun dalam keterbatasan dan sebaliknya lansia
tidak akan hidup produktif jika kualitas hidupnya rendah.

Diantaranya masalah yang menyebabkan kualitas hidup lansia menurun adalah


gangguan tidur. Fase lansia terjadi perubahan organobiologik karena organ-organ tubuh
semakin menua, adapun dampak menua yang lazim terjadi yaitu gangguan pola
tidur.Seorang lansia akan mengalami susah tidur pada malam hari sehingga total jam
tidurnya kurang.Meskipun secara fisiologik kebutuhan tidur lansia berkurang tetapi
hendaknya ketidak cukupan kuantitas dapat diimbangi dengan kualitas tidur.tidur yang
berkualitas meskipun kuantitasnya sedikit tetap lebih baik disbanding waktu tidur yang
panjang tetapi tidak berkualitas.menurut pendapat Madjid (2008).

Adapun yang dikatakan tidur berkualitas adalah suatu keadaan tidur yang dalam, tidak
sering dan tidak mudah terbangun, dapat mencapai mimpi, dan ketika bangun tubuh
menjadi lebih segar, mampu merasakan kepuasan tidur dan bebas dari ketegangan.Adapun
variasi jenis dari gangguan tidur yang dialami lansia.Menurut Association of Sleep
Disorder Centers (1999) dikutip oleh Montagna & Choroverty (2011),ada 4 jenis
gangguan tidur yang berat pada lansia, yaitu 1)Disorder of initiatingand maintaining
sleep, 2)Disorder of the excessive somnolence, 3) Abnormal of sleep behaviour, dan
4)Disorder of sleep wake cycle.dan gangguan tidur insomnia merupakan gangguan bentuk
tidur kelompok nomor 1 dan yang paling sering dikeluhkan oleh lansia.

Menurut Wolkove, dkk (2007) dan Crowley (2011) mengidentifikasikan factor


penyebab gangguan tidur yaitu respon terhadap penyakit, stress, emosi, depresi, pengaruh
lingkungan dan penggunaan obat-obatan.Penelitian Khasanah dan Hidayati (2012)

4
mengidentifikasi 3 faktor utama penyebab gangguan tidur, yaitu keadaan lingkungan yang
tidak kondusif/ berisik, merasakan nyeri, dan terbangun karena mimpi.Hasil berbeda
dalam penelitian yang dilakukan oleh Oliveira (2010) yaitu factor yang mempengaruhi
gangguan tidur yaitu pencahayaan dan inkontinensia urin.

Dampak negative yang dapat ditimbulkan akibat dari gangguan tidur diantaranya:daya
tahan tubuh menurun, prestasi kerja menurun, kelelahan, depresi, daya konsentrasi
menurun dan mudah tersinggung.Menurut Malik (2010) lansia yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan tidur yang berkualitas maka akan mengeluhkan pusing, kehilangan
gairah, ras malas, mudh marah / tersinggung, adapula hingga menyebabkan depresi dan
frustasi.

Untuk menyikapi hal tersebut kita bisa melakukan berbagai cara yang umum bisa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia antara lain melakukan aktivitas fisik
pendek, rendam kaki dengan air hangat, minum minuman hangat, membaca buku atau
kitab suci menurut Jesica (2009). Adapun cara lain yang bisa kita lakukan yaitu dengan
mematikan lampu, latihan napas dalam, latihan meditasi, yoga dan Self hypnosis akan
tetapi hal ini sulit diterapkan pada lansia menurut Stevens dkk (2012).selain cara diatas
Joshi (2008) meyakini bahwa efek rasa nyaman yang dihasilkan dari latihan Relaksasi otot
Progresif dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur.

Relaksasi Otot Progresif adalah suatu tehnik relaksasi yang menggunakan serangkaian
gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh
tubuh(Corey, 2005),rasa nyaman yang dihasilkan dapat membantu meningkatkan kualitas
tidur pada lansia.Berdasarkan penjelasan tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas
pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia dengan
gangguan insomnia sebagai bahan kajian trend dan isu kesehatan keperawatan gerontik

5
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang disebut dengan lansia?


2. Apa saja factor yang mempengaruhi proses menua?
3. Apa saja gangguan tidur pada lansia?
4. Apa yang dinamakan terapi PMR?
5. Bagaimana prosedur terapi PMR?
6. Apa yang disebut dengan insomnia?
7. Bagaimana pengaruh terapi PMR terhadap kualitas tidur pada lansia?

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :

1. Tujuan umum

Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai


terapi PMR terhadap kualitas tidur pada lansia dengan gangguan insomnia.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui apa yang disebut dengan lansia


b. Mengetahui factor yang mempengaruhi proses menua
c. Mengetahui apa saja gangguan tidur pada lansia
d. Mengetahui apa yang dinamakan terapi PMR
e. Mengetahui bagaimana prosedur terapi PMR
f. Mengetahui apa yang disebut dengan insomnia
g. Mengetahui bagaimana pengaruh terapi PMR terhadap kualitas tidur pada lansia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. LANJUT USIA
1. Pengertian
Menurut WHO Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok penduduk yang
berumur 60 tahun keatas atau Lebih.
Lanjut usia merupakan periode akhir dalam kehidupan manusia dimana
seseorang mulai mengalami perubahan dalam hidupnya yang ditandai adanya
perubahan fisik, psikologis dan social sehingga terjadi penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, perubahan lingkungan, serta perubahan
fisiologis yang terjadi (Maheswhari,2016)
2. Batasan – batasan usia lanjut
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi
a. Usia pertengahan (middle age) :usia 45 tahun sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) :usia 60 tahun sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua(old) :usia 75 tahun sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) :usia diatas 90 tahun :
3. Factor pemicu proses menua
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan seseorang menjadi tua, baik yang
dapat dikendalikan meupun yang tidak dapat dikendalikan antara lain:
a. Factor genetika, merupakan factor bawaan yang berbeda pada setiap individu,
factor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap individu,
dapat lebih cepat ataupun lebih lambat.
b. Factor lingkungan dan factor gaya hidup, factor ini terkait dengan asupan gizi,
kebiasaan merokok, minum alcohol dan kafein.
c. Factor endogenic,terkait dengan proses penuaan, yaitu perusakan sel yang
berjalan seiring dengan perjalanan waktu.terjadi perubahan pada lansia seperti
perubahan structural dan penurunan fungsional kemampuan (Wirakusuma 2009)
4. Perubahan pola tidur pada lansia
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat
berfungsi dengan baik masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur
sehingga jarang meminta pertolongan.Insomnia merupakan gangguan tidur yang
paling sering ditemukan.setiap tahun diperkirakan sekitar 20% - 50% orang dewasa

7
melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius.pravelensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 % walaupun
demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya
telah didiagnisis oleh dokter.
Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru,
diabetes,aaaaartritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk
dan durasinya kurang disbanding dengan lansia yang sehat.gangguan tidur dapat
meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan.gangguan tidur juga dikenal sebagai
penyebab morbiditas yang signifikan. Ada dampak yang seius gangguan tidur lansia
misalkan mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan memori, mood
depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penuunan
kualitas hidup.
B. INSOMNIA
1. Pengertian
Insomnia adalah suatu kondisi ketidakpuasan seseorang dalam hal kuantitas
maupun kualitas tidurnya dan berlangsung selama beberapa waktu (WHO,2002).
Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah tidur
yang diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara efisien(Berrios).
Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang sulit masuk tidur atau
kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu sehingga menimbulkan
penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi social, pekerjaan ataupun fungsi
kehidupan lainnya (Erry, 2008)
2. Penggolongan insomnia
sebagian besar insomnia dibagi menjadi 2 macam yaitu insomnia primer dan
insomnia sekunder (Bastaman,2008)
a. insomnia primer
orang- orang yang termasuk golongan insomnia primer tercakup dalam
kelompok yang khas.Mereka tidak neurotik dan tampak sehat.prinsipnya mereka
tidak menikmati tidur meskipun sebenarnya mereka dapat tidur sampai
mendengkur.Tidak dapat menikmati tidur dapat disamakan tidur tidak
mengalaminya.Insomnia primer dapat ditegakkan bila tidak berhubungan dengan
gangguan mental organic.Pada umumnya insomnia primer tidak mempunyai masa
latensi tidur yang panjang, efisiensi tidur yang rendah dan tipe ini sangat jarang.
b. insomnia sekunder

8
jenis insomnia ini banyak dijumpai pada penderita kelainan jiwa seperti
psikoneurotik.Penderita psikoneurotik mempunyai keluhan insomnia, tidurnya
terganggu oleh banyak mimpi yang berlangsung dari saat mulai tidur sampai
bangun.ola mimpi mereka hampir sama misalnya berjumpa dengan orang yang
sudah meninggal, jatuh dari tempat yang tinggi,dikejar oleh orang-orang jahat dan
binatang yang mengerikan.Oleh karena itu tidur mereka disertai mimpi yang
seram,maka keesokan harinya jika bangun tidur mereka akan merasakan kelelahan
dan kebugaran tubuhnya kurang.
Insomnia sekunder ini merupakan suatu keadaan insomnia yang berhubungan
dengan gangguan mental atau factor organic yang bermakna.WHO memasukkan
insomnia kedalam golongan Disorder of Initiating and Maintining Sleep(DIMS)
dan membagi insomnia menjadi tiga golongan besar sebagai berikut:
1) Transient insomnia
Penderita transient insomnia biasanya termasuk orang yang tidur
secara normal tetapi dikarena suatu stress yang berlangsung dalam waktu yang
tidak terlalu lama, Misalnya perjalanan jauh dengan kapal terbang yang
melampui zona waktu, maka hospitalisasi mereka menjadi tidak bisa tidur.
2) Short tern insomnia
Penderita mengalami stress situational, misalnya kehilangan atau kematian
seseorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan penyakit fisik, Biasanya
penderita insomnia golomngan ini diderita 3 minggu dan akan pulih seperti
biasa.
3) Long tern insomnia
Long tern insomnia adalaha insomnia kronik insomnia ini dapat berlangsung
dalam waktu berbulan – bulan sampai bertahun tahun perlu diobati dengan
tehnik tertentu atau dengan obat yang sesuai dengan gangguan utama yang
diderita pasien.
3. Gejala-gejala insomnia
Menurut Erry (2008) ada 3 tipe gangguan insomnia tidur diantaranya :
a. Tidak dapat masuk atau sulit tidur disebut insomnia inisial dimana pada keadaan
ini sering dijumpai pada orang muda yang mengalami ansietas, berlangsung selama
1-3 jam kemudian karena kelelahan penderita bisa tidur juga
b. Terbangun tengah malam beberapa kali,orang-orang ini dapat masuk tidur dengan
mudah tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tidur kembali, dan kejadian ini
dapat berulang bebrapa kali.

9
c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut insomnia terminal yang mana
orang ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, akan tetapi pada saat pagi
buta sudah terbangun dan tidak dapat tidur kembali, biasanya terjadi pada orang
yang depresi.
4. Penyebab insomnia
Menurut Budiman, 2009 insomnia disebabkan oleh berbagai factor yaitu:
a. Factor psikogenik
1) Masalah psikis pada seseorang seperti rasa rendah diri, perasaan disingkirkan,
tidak berguna, samapai pada keadaan depresi dapat menimbulkan insomnia
2) Rasa cemas dan perasaan takut yang berlebihan dapat pula mengakibatkan
kesulitan untuk tidur ataupun seringkali terbangun.Begitu pula dengan mimpi
yang tidak menyenang dan menakutkan seringkali mengganggu tidur
seseorang
3) Stress kejiwaan yang ebrhubungan dengan masalah perkawinan,
ketidakpuasan dalam pekerjaan, kesulitan adaptasi dengan perubahan
kehidupan modern yang sangat cepat, masalah finansial dalam keluarga dan
lain sebagainya ikut pula berpengaruh pada gangguan insomnia.
b. Factor fisik
1) Bekerja keras dan terlalu lama juga dapat mempengaruhi tidur seseorang
2) Rasa sakit dan perasaan tidak menyenangkan
3) Gangguan insomnia dijumpai pada masa anak –anak dan lansia.selama tahun
pertama dari kehidupan ketegangan pada maa bayi sering menyebabkan
gangguan tidur dan gangguan ,minum.dan pada lansia penyakit usia lanjut
seperti DM, payah jantung, Asma dapat menyebabkan insomnia.
c. Gangguan kepribadian
Bentuk –bentuk kepribadian akan menyebabkan internalisasi dari gangguan
psikologik yang mengakibatkan suatu aktivitas fisiologik dan proses ini merupakan
mekanisme psikofisiologik dari insomnia (Budiman, 2009)

C. PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION


1. Pengertian
PMR adalah terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan
otot-otot pada bebrapa bagian tubuh tertentu yang diberikan pada klien dengan

10
gangguan fisik karena penyakit maupun secara fumgsional berupa penurunan aktivitas
sehari-hari serta mengalami insomnia, Dalam melakukan terapi ini klien membedakan
sensai saat otot dalam kondisi tegang dan rileks serta merasakan kenyamanan dan
relaksasi saat otot dalam kondisi lemas (Ramdhani dan Putra,2009)
2. Tujuan Progresive Muscle Relaxation.
Tujuan terapi ini adalah
a. Membantu mengurangi tanda dan gejala insomnia seperti menurunkan
konsumsi oksigen tubuh, laju metabolisme tubuh, laju pernapasan, ketegangan
otot, dan tekanan darah sistolik serta gelombang alpha otak
b. Meningkatkan beta endorphin
c. Meningkatkan imun seluler
d. Membantu ketrampilan koping dalam mengatasi kecemasan secara aktif
3. Indikasi
Menurut Ramdhani dan Putra (2009)terdapat bebrapa hal yang menjadi indikasi
dalam PMR yaitu:
a. Managemen stress dan insomnia dengan menurunkan tanda gejala insomnia
b. Managemen nyeri pada gangguan fisik dengan meningkatkan beta endorphin
dan berfungsi meningkatkan imun seluler
c. Managemen insomnia dengan menurunkan gelombang alpha otak
4. Kontra indikasi
a. Cidera akut atau ketidak nyamanan musculoskeletal
b. Inflamasi
c. Penyakit jantung berat
d. mengalami penurunan kesadaran
e. mengalami ketidaknyamanan muskoloskeletal seperti:
1) mengalami infeksi atau inflamasi
2) mengalami ytr4auma p[ada leher dan kepala
3) mengidap penyakit jantung

5. waktu dan tempat


dikakukan 2 jam setelah responden/konseli makan untuk mencegah rasa
mengantuk, dilakukan pada tempat yanhg nyaman dan tidak ramai.
6. alat bantu dan persiapan
a. music terapi
b. diri terapis dan kemampuan diri melakukan PMR

11
c. tempat duduk atau tempat tidur
d. Leaflet
7. Prosedur terapi
a. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
2) Perkenalan diri terapis dan pasien,begitu sebaliknya
3) Tanmya perasaan dan kesiapan pasien
4) Tanyakan ketegangan otot yang dirasakan
5) Jelaskan jumlah sesi pertemuan yang bharus diikuti yaitu 4 kali pertemuan
dilakukan 2 x setiap hari
6) Waktu 30- 45 menit
b. Fase kerja
1) Minta reponden untuk melepaskan kaca mata dan jam tangan, melonggarkan
ikat pinggang dan pakaian yang ketat
2) Mempersiapkan reponden duduk dan tenang pada posisi duduk atau
berbaring
3) Meminta reponden tarik napas dalam,bebrapa kali
4) Melanjutkan dengan 14 gerakan inti
Gerakan 1
Genggam tangan dengan membuat kepalan selama 5-7 detik, dan rasakan
ketegangan yang terjadi kemudian dilepaskan selama 10 detik. Melakukan
gerakan sebanyak 2 kali
Gerakan 2
Menekuk kebelakang pergelangan tangan sehingga otot-otot ditangan bagian
belakang dan bagian bawah menegang kelangit-langit selama 5 detik, dan
dilepaskan selama 10 detik.Kemudian ulangi sekali lagi
Gerakan 3
Menggenggam tangan sehingga menjadi kepalan ke pundak selama 5
detik,dan rasakan ketegangan kemudian lepaskan selama 10 detik.Ulangi
sekali lagi
Gerakan 4
Menganggkat kedua bahu setingi-tingginya seakan akan bahu akan dibawa
hingga menyentuh kedua telinga selama 5 detik, kemudia lepaskan 10 detik
ulangi sekali lagi
Gerakan 5

12
Kerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput,lakukan selama 5 detik kemudian lepaskan selama 10 ,emit kemudian
ulangi sekali lagi
Gerakan 6
Tutup keras –keras mata sampai mata terasa tegangnya selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 menit ulangi sekali lagi
Gerakan 7
Katupkan rahang dengan menggigit gigi dengan kuat selama 5 detik dan
lepaskan selama 10 detik ulangi sekali lagi.
Gerakan 8
Moncongkan mulut sekuat-kuatnya sehingga terasa ketegangan disekitar
mulut sekitar 5 detik lalu lepaskan selama 10 detik,ulangi sekali lagi.
Gerakan 9
Tekankan kepala kepermukaan bantalan kursi atau tempat tidur sehingga
merasakan ketegangan dibelakang leher dan punggung atas
Gerakan 10
Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan leher bagian
muka
Gerakan 11
Angkat ubuh dari sandaran kursi atau tempat tidur busungkan dada tahan
konsisi tegang selama 5 detik kemusian rileks selama 10 detik ulangi sekali
lagi
Gerakan 12
Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak
mungkin,tahan selama beberapa saat sambil merasakan ketegangan didaerah
dada sampai turun ke perut,lalu rikekskan
Gerakan 13
Tarik dengan kuat perut kedalam tahan sampai menjadi kencang dan keras
tahan selama 5 detik dan lepaskan selama 10 detik ulangi sekali lagi
Gerakan 14
Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang, lanjutkan
dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah keotot
betis ulangi sekali lagi
c. Fase terminasi
Menanyakan perasaan reponden setelah melakukan terapi PMR

13
Mengucapkan salam

D. HASIL PENELITIAN TERAPI PMR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA


DENGAN GANGGUAN INSOMNIA
Insomnia yang dialami lansia merupakan hal yang harus diatasi,hal ini karena lansia
harus diusahakan cukup tidur pada lansia malam hari sehingga pada siang hari lansia bisa
beraktivitas tanpa ada keluhan yang berarti. Jika insomnia tidak segera diatasi salah
satunya dengan terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan otot dan melemaskan otot
pada beberapa bagian tubuh.Sehingga lansia dapat membedakan sensasi saat otot dalam
kondisi tegang dan rileks serta merasakan kenyamanan.hal ini dibuktikan dengan adanya
perbedaan pengaruh PMR terhadap insomnia pada lansia.hal ini juga bisa disimpulkan
antara kelompok yang diberi terapi dan tidak, lansia yang diberi terapi mengalami
penurunan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara insomnia pada lansia dan terapi
PMR yaitu
1. Tingkat insomnia sebelum lansia mendapatkan terapi PMR rata –rata sebesar 7,80
2. Tingkat insomnia sesudah mendapatkan terapi PMR mengalami penurunan yaitu 6,40
3. Ada perbedaan insomnia antara sebelum dan sesudah lansia mendapatkan terapi PMR
yaitu rata –rata sebesar 1,40.PMR terhadap insomnia pada lansia dengan P Value 0,00
dengan tingkat kepercayaan 0,05 sehingga p value < (0,00<0,05)

B. Saran
Dalam hal ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, karena penulis sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Semoga saran dan kritik yang ada dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang trend dan isu kesehatan keperawatan gerontik

15
DAFTAR PUSTAKA

Azizi,M,dan Mashady.2012.Analysis of Progressive Relaxation effect on life quality of


migraine patients,journal of social Sciences 4(2),150-152. Sosial ¨mandiri¨
Khasanah,K,dan Hidayati,W.2012.Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi
Setyoadi dan Kushariyadi.2011.Terapi Modalitas keperawatan Pada Pasien
Psikogeriatrik.Jakarta:Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai