Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwoto dan Wartonah (2004) , 48). Eliminasi alvi
adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat
atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat
melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari.
Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih
besar.
1. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara lambung
dan usus besar. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25-38 cm. bagian usus dua belas jari
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus
penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan
5. Usus Besar
Usus besar adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dan feses. Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.
6. Kolon
7. Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
feses sementara.
8. Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
C. Proses Defakasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua
pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sussum tulang
belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur
dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian
sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup
atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi
intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa
makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter
internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis
dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan
merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik
dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter
internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan
zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme,
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol
defekasi menurun.
2. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan
yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam
3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu,
proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake cairan yang
berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang
meningkat.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis,
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau antasida
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat
bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi
lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri pada
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
10. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern dirancang
untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan,
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum.
Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka
2. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras
di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan faces sampai pada kolon sigmoid.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak dapat
dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami
kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila feses diare keluar
secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia),
distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai kondisi impaksi.
Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang, pemeriksaan
Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order” dari
dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama
3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati
usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom merupakanfakta tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama
pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :
a. Stress emosional
b. Infeksi usus
c. Alergi makanan
d. Intoleransi makanan
i. Reseksi kolon
4. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien basah,
menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada perawat. Klien dengan
gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar
kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan
5. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend, merasa
penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika
berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi abdominal, dan
immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma terdorong ke atas sehingga
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus ada: pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan perhasil gas
6. Hemoroid
Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal). Hal ini
terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah
teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-
kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya
adalah konstipasi.
1. Pengkajian.
normal, frekuensi buang air besar, sedangkan pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang
dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 g.
b. Keadaan feses,
Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi antara lain perilaku atau kebiasaan defekasi, diet,pola
makan sehari-hari, aktivitas, penggunaan obat, stress, fekasi, diet,pola makan sehari-hari,
d. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaa abdomen seperti ada atau tindaknya distensi, simetris atau
tidak, gerakan peristaltic, adanya massa pada perut, dan tenderess.kemudian , pemeriksaan
rektum dan anus dinilai dari ada atau tidaknya tanda imflamasi, seperti perubahan warna, lesi,
fistula, hemorrhoid.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Konstipasi kolonik berhubunga dengan : penurunan laju metabolisme akibat hipotiroidime atau
hipertiroidisme.
c. Konstipasi dirasakan berhubungan degan : penilaian salah akibat penyimpangan susunan syaraf
pusat, depresi, kelainan obsesif kompulsif dan kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.
psikologis.
e. Ikontinensia usus berhubungan dengan : gagguan sfigter rectal akibat cedera rectum atau
Tujuan :
• Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur,misalnya pergi ke kamar mandi satu jam
setelah makan pagidan tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air.
• Diet yanag seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.
• Mengatur posisi yang baik untuk buang air besar,sebaiknya posisi duduk dengan lutut melentur
• Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat (43-46 derajat celcius,selama 15menit) jika
nyeri hebat.
• Berikan pelunak feses.Cegah duduk lama apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1 jam
• Beriksn stimulus untuk defekasi, seperti mium kopi atau jus.Bantu pasien untuk menggunakan
• Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-lain.
4) Inkontinensia Usus.
• Pada waktu tertentu , setiap 2 atau 3 jam, letakkan pot di bawah pasien.
• Berikan latihan buang air besar dan anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan.
• Kalau inkontinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang lembab, supaya pasien dan
Untuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung semangat pengertian perawatan khusus.
5) Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.
• Kaji pola eliminasi normal dan cacat waktu ketika inkontinensia terjadi.
• Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari atau katartik supositoria setengah jam sebelum
• Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah sebelum waktu defekasi.
• Bantu pasien ke toilet ( program ini kurang efektif jika pasien menggunakan pispot ).
• Intruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke bawah
4. Tindakan Keperawatan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon
desensen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk
mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan
sebagai dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon
asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus
Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi pasien
yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.
e. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan
menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat dinilai dengan adanya kemampuan
dalam:
b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup yang dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan dalam merencanakan pola makan,seperti makan dengan tinggi atau rendah serat (
tergantung dari tendensi diare atau konstipasi serta mampu minum 2000-3000 ml).
c. Melakukan latihan secara teratur ,seperti rentang gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri, dan
lain-lain).
d. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol
defekasi tanpa bantuan obat atau enema,berpartisipasi dalam program latihan secara teatur.
f. Mempertahankan integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area perianal, tidak ada