Anda di halaman 1dari 35

1

a. Skenario

SKENARIO 3
“Masa Pertumbuhan”

Seorang anak usia 8 tahun dibawa ibunya ke poliklinik anak, karena


merasa anaknya lebih besar dari teman sebayanya. Setiap kali mencium bau
makanan dia selalu lapar dan ingin makan lagi. Pada pemerikasaan fisik, BB, dan
TB sesuai dengan usianya. Dokter menjelaskan bahwa anaknya dalam masa
pertumbuhan, kondisi tersebut diakibatkan adanya pengaruh produksi hormon
tiroid dan Growth Hormone (GH) terhadap sistem saraf.

b. Klarifikasi Istilah

STEP 1

1. Hormon tiroid : Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid.


Memiliki lobus kanan dan kiri. Hormon yang
menunjang fungsi sel pada setiap sel dalam tubuh.
Hormon yang dapat memberi dampak pada sel dan
organ.
2. Growth Hormon : Hormon anabolik yang dihasilkan hipofisis
anterior yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
3. SSP : Pusat kendali seluruh tubuh dan mengatur
bagaimana fungsi tubuh bekerja. Berfungsi
memegang kendali dan pengaturan atas kerja
jaringan saraf.
4. Pemeriksaaan Fisik : Sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien.
2

c. Rumusan Daftar Masalah


STEP 2

1. Mengapa produksi hormon tiroid dapat mempengaruhi pertumbuhan ?


2. Bagaimana GH dapat mempengaruhi pertumbuhan ?
3 Bagaimana produksi hormon tiroid dan GH ?
4. Mengapa produksi hormon tiroid dan GH dapat mempengaruhi SSP ?
5. Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid ?
6. Mengapa hormon tiroid sangat penting bagi tubuh ?
7. Bagaimana peran pituitari/hipofisis dalam produksi hormon tiroid ?
8. Bagaimana kelebihan atau kekurangan hormon tiroid ?

d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Hormon Tiroid :
-Menstimulasi konsumsi O2 dan memperbesar pengeluaran energi
-Dapat meingkatkan metabolisme tubuh
-Merangsang petumbuhan sel
-Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak pada masa janin
-Merangsang produksi GH

2. GH :
-Merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak
-Merangsang regenerasi sel
-Mengurangi pengendapan lemak dan meningkatkan protein otot

3. Tiroid
- Dari tirosin yang ada di trigolobulin → digabung dengan iodida dalam sel
folikel→ dikatalis oleh enzim tiroperoksidase → menghasilkan
monoidotirosin dan diodotirosin.
1 MIT + 1 DIT = T3 (triodotironin)
1 DIT + 1 DIT = T4 (tehraioditironin)
3

- Hipotalamus menghasilkan TSH → memberi sinyal pada hipofisis →


memberikan sinyal pada kelenjar tiroid untuk memproduksi T3 dan T4 dan
menurunkan pelepasan TSH.
- Tirotrof menyekresi tiroid TSH untuk merangsang sekresi hormon tiroid.
GH
- Disekresi dari somatotrof dari sel hipofisis anterior
- GH diproduksi setiap hari.

4. GH dan Tiroid
- Merangsang sistem saraf pusat, dapat meningkatkan kecepatan berfikir.
- Hormon tiroid : menunjang fungsi setiap sel
- Mengatur dan menjaga aktivitas SSP

5. Hormon menghasilkan T3 dan T4 → peredaran darah → Mencapai sel


dalam tubuh.

6. - Memperlambat dan mempercepat detak jantung


- Mengontrol proses pembakaran kalori
- Mengontrol sistem pencernaan dan suhu tubuh
- Mengoptimalkan pertumbuhan otak
- Pertumbuhan normal tulang, gigi dan jaringan saraf bergantung pada
hormon tiroid
- Merangsang pembentukan sel darah
- Merangsang endokrin lain seperti, paratiroid, glukotiroid adenal, adrenal
kortriuotropi

7. - Mengatur kecepatan sekresi tiroid


- Menjaga keseimbangan kadar T3 dan T4
- Merangsang fungsi kelenjar lain untuk memproduksi hormonnya sendiri
(Master of Gland)
4

8. Kekurangan :
- Diare
- Penurunan berat badan
- Rambut rontok
- Tremor
- Hipertirodism : pertumbuhan lebih cepat
Kelebihan
- Hipotirodism : pertumbuhan terlambat
- Mudah lelah
- Sulit konsentrasi
- Kulit kering
- Depresi
- Rambut kering
- Kolesterol meningkat

e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan :
- Testoteron
- Progesteron
- ACTH
- LH
- Insulin
- Ghrelin
- TRL
- Somatotrofik

2. Berbagai efek GH pada tulang yang meliputi:

a. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik

yang menyebabkan pertumbuhan tulang


5

b. meningkatkan reproduksi sel-sel ini

c. dan efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi osteogenik

sehingga menyebabkan timbunan tulang yang baru.

Growth Hormone disekresikan dalam suatu pola meningkat dan menurun.


Mekanisme yang mengatur sekresi growth hormone belum sepenuhnya
dipahami, namun ada beberapa faktor yang berikatan dengan keadaan
nutrisi pasien / berikatan dengan stress yang dapat merangsang sekresi,
diantaranya adalah, kelaparan, hipoglikemi atau rendahnya konsentrasi asam
lemak dalam darah, dan olahraga. Bagian hipotalamus yang menyebabkan
sekresi GHRH (growth hormone realizing hormone) kemungkinan sebagian
besar pengaturan sekresi Growth Hormone lebih diperantarai oleh GHRH
daripada oleh somatostatin.

3. T3 dan T4 berfungsi difusi kedalam darah (sekresi)


MIT dan DIT mengalami deiodinasi. Dan iodida yang bebas didaur ulang
untuk membentuk hormon baru.

4. GH dan Tiroid
- Merangsang sistem saraf pusat, dapat meningkatkan kecepatan berfikir.
- Hormon tiroid : menunjang fungsi setiap sel
- Mengatur dan menjaga aktivitas SSP

5. Hormon menghasilkan T3 dan T4 → peredaran darah → Mencapai sel


dalam tubuh.

6. - Memperlambat dan mempercepat detak jantung


- Mengontrol proses pembakaran kalori
- Mengontrol sistem pencernaan dan suhu tubuh
- Mengoptimalkan pertumbuhan otak
- Pertumbuhan normal tulang, gigi dan jaringan saraf bergantung pada
6

hormon tiroid
- Merangsang pembentukan sel darah
- Merangsang endokrin lain seperti, paratiroid, glukotiroid adenal, adrenal
kortriuotropi

7. - Mengatur kecepatan sekresi tiroid


- Menjaga keseimbangan kadar T3 dan T4
- Merangsang fungsi kelenjar lain untuk memproduksi hormonnya sendiri
(Master of Gland

8. Kekurangan : Diare, penurunan berat badan, rambut rontok, tremor,


hipertirodism (pertumbuhan lebih cepat).
Kelebihan : hipotirodism (pertumbuhan terlambat), mudah lelah, sulit
konsentrasi, kulit kering, depresi, rambut kering.

Peta Konsep

Hipofisis

Sintesa Mekanisme Anterior Posterior

Tiroid GH
-LH -ADH
-ACTH -Oksitosin
-GH
Umpan Balik Umpan Balik
Positif Negatif -TSH
-MSH
7

f. Sasaran Belajar

STEP 5
1. Makroskopis dari Master of Gland (Hipofisis), Hipotalamus serta struktur
makroskopis yang menyertainya.
2. Mikroskopis dari Hipofisis, Adrenal, Tiroid dan Paratiroid
3. Fungsi Hipofisis dan Hipotalamus
4. Mekanisme kerja, sekresi, sintesa dan trasport dari hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan (Absorpsi) :
- Tiroid
- GH
- ACTH
- PTH
5. Regulasi sekresi hormon (feedback)

g. Belajar Mandiri
STEP 6

Belajar mandiri

h. Penjelasan
STEP 7
1. Struktur Makroskopis
A. Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau pituitary, adalah kelenjar endokrin kecil yang
terletak di rongga tulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis
dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah tangkai penghubung tipis.
(Sherwood, 2014)
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil dengan diameter kira-kira 1
cm dan berat 0,5 sampai 1 gram terletak di sela tursika, rongga tulang pada
basis otak, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh tangkai pituitary
(atau hipofisis). Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibagi menjadi
8

dua bagian yang berbeda: hipofisis anterior yang dikenal juga sebagai
adeohipofisis dan hipofisis posterior yang juga dikenal sebagai
neurohipofisis. Diantara kedua bagian ini terdapat daerah kecil, yang relatif
avaskuler yang disebut pars intermedia, yang pada manusia tidak terlalu
berkembang tetapi pada beberapa jenis hewan tingkat rendah ukurannya
lebih besar dan lebih berfungsi. (Guyton, 2011)
Secara embriologi, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber yang
berbeda. Hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi epitel faring saat pembentukan embrio dan hipofisis posterior
berasal dari penonjolan jaringan saraf hipotalamus. Asal mula hipofisis
anterior dari epitel faring dapat menjelaskan sifat epiteloid selnya,
sedangkan asal mula hipofisis posterior dari jaringan neural dapat
menjelaskan adanya sejumlah tipe glia dalam kelenjar ini. (Guyton, 2011)

Gambar Kelenjar
Hipofisis (Guyton,
2011)
9

Gambar Anatomi Kelenjar Hipofisis (Sherwood, 2014)

Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional


berbeda, hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Hipofisis posterior terdiri
dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai adenohipofisis (adeno
artinya “kelenjar”). Hipofisis anterior dan posterior hanya memiliki
kesamaan lokasi. Mereka berasal dari jaringan embrional yang berbeda,
memiliki fungsi yang berbeda, dan berada dibawah mekanisme kontrol yang
berbeda. (Sherwood, 2014)
Pelepasan hormon dari hipofisis anterior dan posterior dikontrol secara
langsung oleh hipotalamus, tetapi sifat dari kedua hubungan ini sepenuhnya
berbeda. Hipofisis anterior terhubung ke hipotalamus melalui jalur saraf,
sementara hipofisis anterior terhubung dengan hipotalamus melalui
sambungan vaskular yang unik. (Sherwood, 2014)
10

B. Hipotalamus

Gambar Hipotalamus dilihat dari medial gambaran umum, nuclei diperlihatkan


secara translusens. (Waschke, J and F. Paulsen, 2012)

Hipothalamus adalah bagian dari diencephalon yang terletak dibagian


bawah talamus. Sebagai lantai diencephalon, hipotalamus merupakan pusat
pengawasan pengaturan sistem saraf otonom. Hipotalamus tersusun atas
berbagai kelompok nuclei, yang menurut lokasinya, terbagi menjadi nuclei
anterior, intermedia et posterior hypothalami. (Waschke, J and F. Paulsen,
2012)
11

 Nuclei anterior hypothalami terdiri atas nucleus suprachiasmaticus (pemacu


laju utama bagi irama sirkadian, siklus tidur-bangun, suhu tubuh, tekanan
darah), nuclei paraventricularis et supraopticus (produksi hormon
antidiuretik [ADH] dan oksitosin serta transport aksonal [Tractus
hypothalamohypophysialis] ke neuro hypophysis), dan nuclei preoptici
(berperan dalam pengaturan tekanan darah, suhu tubuh, perilaku seks, siklus
menstruasi, gonadotropin).
 Nuclei intermedia hypothalami terdiri atas nuclei tuberales, dorsomedialis,
ventromedialis, et arcuatus [infundibularis=semilunaris] (produksi dan
sekresi hormon pelepas dan penghambat pelepasan, berperan mengatur
asupan air dan makanan).
 Nuclei posterior hypothalami terdiri atas nuclei corporis mamilaris di dalam
corpora mamillaria, yang terintegrasi ke dalam sistem limbik karena
mendapat serabut eferen ke thalamus (faciculus mamillo thalamicus).
Nuclein ini memodulasi fungsi seks dan berperan penting dalam aktivitas
yang terkait dengan ingatan dan emosi. Nuclei ini terhubung dengan
tegmentum mesenchepali via faciculus mamillotegmentalis.
(Waschke J and F. Paulsen, 2012)

Di kaudal hipothalamus, infundibulum (tangkai hypophysis)


menghubungkan hypophysis dengan bagian hypothalamus yang lain.
(Waschke J and F. Paulsen, 2012).
Hipotalamus adalah bagian utama sistem limbik. Hipotalamus berperan
khusus dalam mengendalikan sistem vasokonstriktor karena dapat
menghasilkan efek eksitasi atau inhibisi kuat pada pusat vasomotor. Bagian
posterolateral hipotalamus terutama menyebabkan ekasitasi, sedangkan
anterior dapat menyebabkan eksitasi atau inhibisi ringan, bergantung pada
bagian hipotalamus yang dirangsang. Hipotalamus terdiri atas 2 jenis
neuron-neuron magnosel (besar) yang menyintesis ADH dinukleus
supraoptik dan nukleus paraventrikuler hipotalamus. (Guyton, 2011)
12

Gambar Pusat-Pusat Pengendali di Hipotalamus (Pandangan Sagital)


(Guyton, 2011)

Bagian posterior :
- Nukleus dorsomedialis
- Hipotalamus posterior
- Nukleus periforniks
- Nukleus ventromedialis
- Badan mamilaris
- Nukleus arkuatus dan zona periventrikularis
- Area hipotalamus lateral
Bagian Anterior :
- Nukleus paraventrikularis
- Area preoptik medial
- Area preoptik posterior dan hipotalamus anterior
- Kiasma optikum
13

- Nukleus supraoptikum
- Infundibulum
(Guyton, 2011)

Hipotalamus dan hipofisis posterior bekerja sebagai satu kesatuan untuk


mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Hipotalamus dan hipofisis posterior
membentuk suatu sistem neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi
neuron neurosekretorik yang badan selnya terletak di dua kelompok di
hipotalamus, yaitu nukleus supraoptikus dan nukleus paraventrikel. Akson
dari neuron-neuron ini turun melalui tangkai penghubung tipis untuk
berakhir di kapiler di hipofisis posterior. Hipofisis posterior terdiri dari
ujung-ujung saraf ini plus sel penunjang mirip glia yang disebut pituisit.
Secara anatomi dan fungsional dan anatomis, hipofisis posterior sebenarnya
hanya perpanjangan dari hipotalamus. (Sherwood, 2014)

Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun.


Bagian ini hanya menyimpan dan setelah mendapat rangsangan yang sesuai,
mengeluarkan dua hormon peptida kecil, vasopresin dan oksitosin, yang
disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam darah. Kedua
peptida hidrofilik ini dibuat di nukleus supraoptikus dan paraventrikel,
tetapi satu neuron hanya dapat menghasilkn salah satu dari kedua hormon
ini. Hormon yang disintesis dikemas dalam granula sekretorik yang
diangkut oleh motor molekular menuruni sitoplasma akson dan disimpan
diteminal neuron hipofisis posterior. Setiap ujung saraf ini menyimpan
vasopresin atau oksitosin. Karena itu, hormon-hormon ini dapat dikeluarkan
secara independen sesuai kebutuhan. Akibat sinyal stimulatorik ke
hipotalamus, vasopresin atau oksitosin dilepaskan dalam darah sistemik dari
hipofisis posterior melalui proses eksositosis granula sekretorik yang sesuai.
Pelepasan hormon ini terjadi sebagai respons terhadap potensial aksi yang
berasal dari badan sel hipotalamus dan merambat ke ujung saraf hipofisis
posterior. Seperti pada neuron lainnya, potensial aksi dihasilkan di neuron
14

neurosekretorik ini sebagai respons terhadap sinyal sinaptik ke badan sel


saraf. (Sherwood, 2014)

Struktur yang berhubungan :

C. Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah
istmus yang sempit. Organ ini terletak diatas permukaan anterior kartilago
tiroid trakea, tepat di bawah laring. Folikel unit fungsional kelenjar tiroid.
Setiap folikel ditutup sebuah lapisan sel-sel folikular epitelial tunggal, yang
membungkus suatu rongga sentral. Epitelium folikular berbentuk kolumnar
jika distimulasi TSH dan berbentuk kuboidal jika kelenjar tidak aktif.
Rongga folikel berisi koloid, yang tersusun terutama dari protein globular
tiroglobulin. (Sloane, 2015)
a. Tiroglobulin adalah bentuk cadangan hormon tiroid
b. Tiroglobulin juga berfungsi dalam sintesis hormon tiroid
Sel parafolikular yang jumlahnya sedikit (sel C), yang mensekresi
kalsitosin, terdapat dalam ruang interfolikular dan diantara sel-sel folikel.
Kalsitonin menurunkan konsentrasi kalsium dalam darah. (Sloane, 2015)

Gambar
Kelenjar
Tiroid
(Sherwood,
2014)
15

Kelenjar tiroid ini tampak seperti dasi kupu-kupu, kelenjar bahkan terletak
ditempat yang sesuai untuk dasi kupu-kupu, berada di leher di atas trakea
tepat dibawah laring. Kelenjar tiroid sering digambarkan dengan bentuk
yang menyerupai kupu-kupu. (Sherwood, 2014)

Inervasi dan Vascularisasi Tiroid

Gambar
Inervasi dan
Vascularisas
i Tiroid
(Waschke, J
and F.
Paulsen,
2012)

Tiga vena berpasangan mengumpulkan darah glandula thyroidea. Vv


thyroideae superior dan media bermuara ke dalam V. jugularis interna,
sedangkan V. thyroidea inferior membawa darah ke dalam V. brachiocephalica
kiri. Glandula thyroidea memiliki hubungan topografi dekat dengan Nn.
Laryngei recurrentes (Nn. Laryngei inferioses). Pada sulcus di antara Trachea
dan Oesophagus saraf-saraf tersebut berjalan ke kranial menuju larynx.
A.thyroidee inferior berhubungan erat dengan ganglion cervicale media dan n.
laryngeus recurrens yang terletak di dekat aspek posterior glandula. (Waschke,
J and F. Paulsen, 2012)
16

D. Paratiroid

Kelenjar paratiroid adalah empat organ kecil, masing-masing berukuran


sebesar biji apel, terletak pada permukaan posterior kelenjar tiroid dan
dipisahkan dari kelenjar tiroid oleh kapsul –kapsul jaringan ikat. Dari sisi
utama histologi, ada dua jenis sel dalam kelenjar paratiroid: sel uatama,
yang mensekresi hormon paratiroid (PTH), dan sel oksifilik, yang
merupakan tahap perkembangan sel chief. (Sloane, 2015)

Gambar Kelenjar Paratiroid (Sherwood, 2014)

Setiap kelenjar paratiroid adalah suatu lempeng yang kaya akan


vaskularisasi, berukuran sekitar 3 x 6 x 2 mm, dan mengandung dua jenis
sel yang berbeda. Chief cells, yang berjumlah banyak dan mengandung
aparatus golgi yang mencolok serta retikulum endoplasma dan granula
sekretorik, mensintesis dan mensekresikan hormon paratiroid (PTH). Sel
oksifil, dalam jumlah yang lebih sedikit, namun lebih besar, mengandung
granula oksifil dan sejumlah besar mitikondria dalam sitoplasmanya. Pada
manusia, sebelum pubertas hanya sedikit sel oksifil yang dijumpai, dan
setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring bertambahnya usia. Fungsinya
17

tidak diketahui, walaupun sebagian peneliti berpendapat bahwa sel ini


adalah chief cell yang mengalami degenerasi. (Ganong, 2008)

E. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua massa triangular pipih


berwarna kuning yang tertanam pada jaringan adiposa. Organ ini berada di
kutub atas ginjal. Masing – masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks
dibagian luar dan medula di bagian dalam. (Sloane, 2015)

Gambar Kelenjar Adrenal (Sherwood, 2014)

a. Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks dibagi menjadi tiga lapisan,


dari luar ke dalam: Zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis.
(Sloane, 2015)
1. Zona glomerulosa, lapisan tipis sel-sel yang terletak tepat di bawah
kapsul, membentuk sekitar 15 persen koreks adrenal. Pada kelenjar
adrenal, sel-sel tersebut merupakan satu-satunya yang menyekresi
aldosteron dalam jumlah berarti karena sel-sel tersebut mengandung
enzim aldosteron sintase, yang dibutuhkan untuk sintesis aldosteron.
(Guyton, 2011)
18

2. Zona fasikulata, yakni lapisan tengah dan terlebar; membentuk sekitar 75


persen korteks adrenal dan menyekresi glukokortiroid kortisol dan
kortikosteron, serta sejumlah kecil androgen dan estrogen adrenal.
Sekresi sel-sel tersebut diatur sebagian besar sumbu hipothalamus-
hipofisis adrenocorticortropic hormone (ACTH). (Guyton, 2011)
3. Zona retikularis, yang merupakan lapisan terdalam dari korteks,
menyekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
androstenedion, juga sejumlah estrogen dan beberapa glukokortiroid.
ACTH juga mengatur sekresi sel-sel tersebut, walaupun faktor lain
seperti hormon perangsang-andogen korteks, yang disekresi oleh
hipofisis, juga terlibat. Meskipun demikian, mekanisme pengaturan
produksi androgen adrenal tidak terlalu dimengerti seperti glukokortiroid
dan mineralokortiroid. (Guyton, 2011)
b. Medula yang secara embrionik berasal dari jenis neuroektodermis sama
(sel-sel krista saraf) yang menjadi asal neuron simpatis. Sel medula
sebenarnya adalah neuron postganglionik simpatis yang bermodifikasi.
(Sloane, 2015)

2. Struktur Mikroskopis
A. Hipofisis
Hipofisis (kelenjar pituitari) terdiri atas dua subdivisi utama, adenohipofisis
dan neurohipofisis. Adenohipofsis dibagi lagi menjadi pars distal (lobus
anterior). (Eroschenko, 2015)
Bagian – bagian:
Pars tuberalis dan pars intermedia. Neurohipofisis dibagi menjadi pars
nervosa, infundibulum, dan eminentia mediana (tidak tampak). Pars
tuberalis mengelilingi infundibulum dan terlihat di atas dan di bawah
infundibulum dalam potongan sagital. Infundibulum menghubungkan
hipofisis dengan hipotalamus di dasar dasar otak. Pars distalis mengandung
dua jenis sel utama, sel kromofob (endocrinocytus chromophobus) dan sel
kromofil (endocrinocytus chromophilus). Kromofil dibagi lagi menjadi
19

asidofil (sel alfa) dan basofil (sel beta ) yang diperlihatkan pada pembesaran
yang lebih kuat. Pars intermedia dan pars nervosa membentuk lobus
posterior hipofisis. Pars nervosa terutama terdiri dari akson tidak bermielin
dan pituisit penunjang. Suatu kapsul jaringan ikat mengelilingi pars distalis
dan pars nervosa kelenjar. Pars intermedia terletak diantara pars distalis dan
pars nervosa, dan mencerminkan sisa lumen kantung rathke. Pars intermedia
biasanya mengandung vesikel terisi-koloid yang dikelilingi oleh sel pars
intermedia. Baik pars distalis maupun pars nervosa dipasok oleh banyak
pembuluh darah dan kapiler dengan berbagai ukuran. (Eroschenko, 2015)

Gambar Hipofisis (pandangan menyeluruh, potongan sagital).


(Eroschenko, 2015)
20

Jenis sel di hipofisis


Berbagai jenis sel di hipofisis pada digambarkan pembesaran yang lebih
kuat. Kromofob memperlihatkan sitoplasma yang jernih dan berwarna
jingga muda, sel tidak memiliki granula, dan akibatnya, batas selnya tidak
jelas. Granula sitoplasma asidofil berwarna merah tua, dan batas selnya
jelas. Kapiler sinusoid mengelilingi asidofil. Basofil memperlihatkan bentuk
sel yang bervariasi dan granula yang ukurannya berbeda-beda. Pituisit pars
nervosa mempunyai bentuk dan ukuran sel yang bervariasi sitoplasma
berwarna jingga yang kecil tidak terlihat jelas. (Eroschenko, 2015)

Gambar Irisan Pars Distalis. (Eroschenko, 2015)


21

B. Paratiroid

Gambar Mikroskopis Kelenjar Paratiroid (Wonodirekso, 2013)


Umumnya kelenjar paratiroid (glandula paratyroidea) ada empat terdapat di
permukaan posterior kelenjar tiroid, tetapi terpisah dari kelenjar tiroid oleh
kapsul (capsula) jaringan ikat yang tipis. Paratiroid biasanya terdapat di
kutub superior dan satu di kutub rendah setiap lobus kelenjar tiroid. berbeda
dengan kelenjar tiroid, sel-sel kelenjar paratiroid tersusun dalam bentuk pita
(korda) atau kelompok, dikelilingi oleh banyak anyaman kapiler. Terdapat
dua jenis sel di kelenjar paratiroid sel prinsipalis atau chief cell
(parathyrocytus principalis) fungsional dan sel oksifil (parathyrocytus
oxyphificus). Oksifil lebih besar, ditemukan tunggal atau dalam kelompok
kecil, dan jumlahnya lebih sedikit daripada sel prinsipalis. Pada sediaan
rutin histologik, sel ini terpulas sangat asidofilik. Kadang – kadang folikel
terisi-koloid yang kecil mungkin terlihat di kelenjar paratiroid.
(Wonodirekso, 2013)
22

C. Tiroid

Gambar Mikroskopis Tiroid. (Wonodirekso, 2013)


Kelenjar tiroid (thyroidea glandula) terletak di leher depan di bawah laring.
Ini adalah kelenjar tunggal yang terdiri dari lobus kiri dan kanan yang besar,
dihubungkan oleh lsthmus di tengah. Sebagian sel besar, jaringan atau organ
endokrin tersusun dalam bentuk pita (korda) atau kelompok, dan
menyimpan produk sekretoriknya di dalam sitoplasmanya. Kelenjar tiroid
adalah organ endokrin yang unik karena sel-selnya tersusun menjadi
struktur bulat, yaitu folikel (folliculus). Setiap folikel dikelilingi oleh serat
retikular dan suatu anyaman kapiler yang memudahkan hormon tiroid
masuk ke dalam aliran darah. Epitel folikel dapat berupa epitel selapis
gepeng, kuboid, atau kolumnar randah, bergantung pada aktivitas kelenjar
tiroid. Folikel unit adalah struktural dan fungsional kelenjar tiroid. Sel-sel
yang mengelilingi folikel, yaitu sel folikular (thyrocytus t, juga disebut
cellula principalis, mesintesis, melepaskan, dan menyimpan produknya di
luar sitoplasma, atau ekstraselular, di lumen folikel sebagai substansi
gelatinosa, yaitu koloid (colloidum). Koloid terdiri atas tiroglobulin, suatu
glikoprotein beriodin yang merupakan bentuk simpanan hormon tiroid yang
23

tidak aktif. Selain sel folikular, kelenjar tiroid juga mengandung sel
parafolikular (thyrocytus C) sel-sel ini ditemukan di tepi epitel folikel atau
di dalam folikel. (Wonodirekso, 2013)

D. Kelenjar Adrenal

Gambar Mikroskopis Kelenjar Adrenal. (Eroschenko, 2015)


Kelenjar adrenal (glandula suprarenalis) terletak di dekat kutub masing-
masing superior ginjal. Setiap kelenjar adrenal dibungkus oleh kapsul
jaringan ikat padat, tidak teratur dan melekat di jaringan adiposa di sekitar
ginjal. Kelenjar adrenal terdiri dari korteks di sebelah luar dan medula di
sebelah dalam. Meskipun kedua bagian kelenjar adrenal dalam satu organ
dan dipasok oleh pembuluh darah yang sama, tetapi memiliki asal
embriologis, struktur, dan fungsi yang berbeda. (Eroschenko, 2015)
Bagian – bagian :
Korteks adrenal dibagi lagi menjadi tiga zona konsentrik. Tepat di bawah
kapsul jaringan ikat adalah zona glomerulosa. Sel di zona glomerulosa
tersusun menjadi kompleks yang berbentuk lonjong dan dikelilingi oleh
24

banyak kapiler sinusoid. Sitoplasma sel berwarna merah muda dan


mengandung beberapa butiran lemak. (Eroschenko, 2015)
Lapisan sel di tengah dan memucat lebar adalah zona fasciculata. Sel zona
fasciculata tersusun dalam kolom vertikal atau lempengan radial.
Banyaknya butiran lemak di dalam sitoplasma menyebabkan sel zona
fasciculata terlihat terang atau bervakuol pada sediaan histologik normal.
Kapiler sinusoid di antara kolom sel juga berjalan vertikal atau radial.
(Eroschenko, 2015)
Lapisan sel ketiga dan paling dalam adalah zona reticularis. Lapisan sel ini
berbatasan dengan medula adrenal. Sel di zona reticularis membentuk pita
(korda) yang saling berhubungan dan dikeliling oleh kapiler sinusoid.
(Eroschenko, 2015)
Batas medula dengan korteks tidak berbatas tegas. Sitoplasma sel sekretorik
medula terlihat jernih. Setelah fiksasi jaringan dalam kalium bikromat, yaitu
reaksi kromafin, granula coklat yang halus menjadi kelihatan di sel-sel
medula. Granula ini menunjukkan adanya katekolamin epinefrin dan
norepinefrin di dalam sitoplasma. (Eroschenko, 2015)
Medula juga mengandung neuron simpatis yang terlihat tunggal atau dalam
kelompok kecil. Neuron memperlihatkan inti vesikuler. Kapiler sinusoid
mengalirkan isi medula ke dalam pembuluh darah medula. (Eroschenko,
2015).

3. Fungsi Hipofisis dan Hipotalamus

a. Fungsi Hipofisis

Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional yang
berbeda. Hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Secara fungsional
hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus.
Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun, bagian
ini hanya menyimpan dan setelah mendapat rangsangan yang sesuai,
mengeluarkan dua hormon peptida kecil. Vasopresin dan oksitosin, yang
25

disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam darah. Kedua


peptida hidrofilik ini dibuat di nukleus supraoptikus dan paraventrikel,
tetapi satu neuron hanya dapat menghasilkan satu dari kedua hormon ini.
Hormon yang disintesis dan dikemas dalam granula sekretorik yang
diangkut melalui sitoplasma akson dan disimpan di hipotalamus posterior.
( Sherwood, 2014 )

Tidak seperti hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon yang


disintesis oleh hipotalamus, hipofisis anterior itu sendiri membentuk
hormon-hormon yang dibebaskannya ke dalam darah. Berbagai populasi sel
di dalam hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon peptida utama.

1) Hormon pertumbuhan ( Growth Hormon )


Hormon primer yang bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tubuh
keseluruhan, juga penting dala metabolisme intermediet. ( Sherwood,
2014 )
2) Thyroid Stimulating Hormon ( TSH, Tirotropin )
Merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid. (
Sherwood, 2014 )
3) Hormon adrenokortikotropik ( ACTH )
Merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan mendorong
pertumbuhan korteks adrenal. ( Sherwood, 2014 )
4) Follicle Stimulating Hormone ( FSH )
Memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormon
ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium,
tempat berkembangnya ovum satu sel telur. Hormon ini juga
mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria FSH
diperlukan untuk produksi sperma.
( Sherwood, 2014 )
5) Luteinizing hormone ( LH ) juga berfungsi berbeda pada wanita dan
pria. Pada wanita LH berperan dalam ovulasi dan lutenisasi. LH juga
mengatur sekresi hormon-hormon seks wanita, estrogen dan
26

progesteron oleh ovarium. Pada pria hormon ini merangsang sel


interstisium leydig di testis untuk mengeluarkan hromon seks pria,
tetosteron sehingga hormon ini memiliki nama alternatif Interestitial
Cell Stimulating Hormone ( ICSH ). ( Sherwood, 2014)
6) Proaktin (PRL)
Meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu pada
wanita. Hormon ini mungkin merangsang produksi LH di testis.
Prolaktin mungkin meningkatkan sistem imun dan menunjang
pembentukan pembuluh darah baru di tingkat jaringan pada kedua
jenis kelamin kedua efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan
perannya dalam fisiologi reproduksi. ( Sherwood, 2014)

b. Fungsi Hipotalamus

Hipotalamus mengatur sekresi kelenjar hipofisis. Hampir semua sekresi


kelenjar hipofisis diatur oleh hormon maupun sinyal saraf yang berasal dari
hipotalamus. Bila kelenjar hipofisis ini diangkat dari letak namanya
dibawah hipotalamus dan ditransplantasikan ke bererapa bagian tubuh lain,
kecepatan sekresi berbagai hormonnya ( kecuali prolaktin ) akan sangat
menurun. Sekresi kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal saraf yang
berasal dan diatur oleh hipotalamus. Sebaiknya hipofisis anterior diatur oleh
hormon yang disebut hormon pelepas hipotalamus dan hormon penghambat
hipotalamus yang disekresi oleh hipotalamus. Selanjutnya diantarkan ke
hipofisis anterior melalui pembuluh darah porta hipotalamus hipofisis. (
Guyton, 2013 )

Hipotalamus juga berfungsi sebagai termostat tubuh, memantau suhu


dalam suatu ruangan dan memicu mekanisme pendingin sesuai kebutuhan
untuk mempertahankan suhu ruangan pada tingkat yang telah ditentukan.
Demikian juga, hipotalamus sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh,
menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan
memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam
mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan
27

untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Di


hipotalamus diketahui terdapat dua pusat regulasi suhu. Regio posterior
dilakukan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang
memerantai pengeluaran panas. ( Sherwood, 2014 ).

4. Mekanisme kerja sekresi sintesis serta transport dari hormon yang


mempengaruhi pertumbuhan (absorpsi)

a. Tiroid

Gambar Pembentukan, Penyimpanan, dan Sekresi Hormon Tiroid.


(Sherwood, 2014)
1) Tg yang mengandung tirosin yang dihasilkan di dalam sel folikel tiroid
oleh kompleks Golgi-retikulum endoplasma diangkut ke dalam koloid
melalui eksositosis.
2) Iodide dibawa oleh transport aktif sekunder dari darah kedalam koloid
oleh simporter di membran basolateral sel folikel.
28

3) Di dalam sel folikel, iodide dioksidasi ke bentuk aktif oleh TPO di


membran luminal.
4) Iodide aktif keluar sel melalui saluran luminal untuk memasuki koloid.
5) Dengan dikatalisis oleh TPO, perlekatan satu iodide ke tirosin di dalam
molekul Tg menghasilkan MT.
6) Perlekatan dua iodide ke tirosin menghasilkan DIT.
7) Penggabungan satu MIT dan satu DIT menghasilkan T3.
8) Penggabungan dua DIT menghasilkan T4.
9) Pada perangsangan yang sesuai, sel folikel tiroid menelan sebagian
koloid yang mengandung Tg melalui proses fagositosis.
10) T3dan T4 berdifusi ke dalam darah (sekresi)
11) MIT dan DIT mengalami deiodinasi dan iodide yang bebas didaur
ulang untuk membentuk hormon baru.
(Sherwood, 2014)

Sebagian besar pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul


tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh
kompleks golgi retikulum endoplasma sel folikel tiroid diangkut ke koloid
melalui eksositosis. Iodida dibawa oleh transpor aktif sekunder dari darah ke
dalam koloid oleh simporter di membran basolateral sel folikel, di dalam sel
folikel Iodida di oksidasi ke bentuk aktif oleh TPO membran luminal, iodida
aktif keluar sel melalui saluran luminal untuk memasuki koloid. (Sherwood,
2014).

Pada penyekresian hormon tiroid, mula mula pada rangsangan yang sesuai,
sel folikel tiroid menelan sebagian koloid yang mengandung tiroglobulin
melalui proses fagositosis. Lisosom menyerang vesikel yang ditelan tersebut
dan memisahkan produk-produk beriodium dari Tg, T3 dan T4 berdifusi
kedalam darah (sekresi). (Sherwood, 2014)

Hormon tiroid mempunyai onset yang lambat dan masa kerja yang lama.
sesudah peyuntikan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, maka selama
2 sampai 3 hari tidak tampak efek pada laju metabolisme. Begitu aktivitas
29

tiroksin dimulai maka secara progresif aktivitas itu akan mengikat dan
mencapai keadaan maksimum dalam waktu 10-12 hari. Sebagian besar
periode laten dan periode pemanjangan kerja hormone ini disebabkan oleh
pengikatan hormone ini dengan protein yang ada didalam plasma dan sel-sel
jaringan, kemudian diikuti dengan pelepasan lambat. (Guyton, 2011)

b. Growth Hormone

Gambar Kontrol Sekresi Hormon Pertumbuhan (Sherwood, 2014)


30

Berbagai efek GH pada tulang yang meliputi:

1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik


yang menyebabkan pertumbuhan tulang.
2. Meningkatkan reproduksi sel-sel.
3. Efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi osteogenik sehingga
menyebabkan timbunan tulang yang baru.
(Sherwood, 2014)
Growth Hormone disekresikan dalam suatu pola pulsatile meningkat dan
menurun. Mekanisme yang mengatur sekresi growth hormone belum
sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang berikatan dengan
keadaan nutrisi pasien / berikatan dengan stress yang dapat merangsang
sekresi, diantaranya adalah kelaparan, hipoglikemi atau rendahnya
konsentrasi asam lemak dalam darah, dan olahraga. Bagian hipotalamus
yang menyebabkan sekresi GHRH (growth hormone realizing hormone)
kemungkinan sebagian besar pengaturan sekresi Growth Hormone lebih
diperantarai oleh GHRH daripada oleh somatostatin. (Guyton, 2011)
c. ACTH

Sekresi kotrisol oleh korteks adrenal diatur oleh sistem umpan-balik negatif
yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. ACTH dari
kortikohipofisis anterior, bekerja melalui jalur cAMP, merangsang korteks
adrenal untuk menyekresikan kortisol. Karena bersifat tropik bagi zona
fasikulata dan zona retikularis, ACTH merangsang pertumbuhan dan sekresi
ke dua lapisan dalam korteks ini. Pada ketiadaan sejumlah ACTH yang
adekuat, lapisan ini mengerut dan sekresi kortisol menurun secara drastis.
Seperti kerja TSH pada kelenjar tiroid, ACTH meningkatkan banyak
langkah dalam sintesis kortisol. Sel penghasil ACTH nantinya hanya
mengeluarkan produknya atas perintah CRH (corticotrpin-releasing
hormone) dari hipotalamus, CRH merangsang korikotrop melalui jalur
cAMP. Lengkung kontrol umpan balik menjadi lengkap oleh efekin
31

hibisikortisol pada sekresi CRH dan ACTH masing – masing oleh


hipotalamus dan hipofis. (Guyton, 2011)

Seperti hormon hipofisis lain yang sekresinya diatur oleh faktor pelepas dari
hipotalamus, ACTH juga di atur oleh suatu faktor pelepas ini disebut faktor
pelepas kotikotropin (CRF). CRF disekresikan kedalam pleksus kapiler
utama dari sistem limbik dan batang otak bagian bawah. Bila tidak ada CRF
maka kelenjar hipofisis anterior ini hanya dapat menyekresi sedikit ACTH.
(Guyton, 2011)

Gambar Kontrol Sekresi Kortisol (Sherwood, 2014)


32

d. PTH

Paratiroid hormon mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan


absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang pertama merupakan suatu tahap
cepat yang dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara
progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diakibatkan oleh aktivitas sel-sel
tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Tahap kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan
membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk
menjadi berkembang penuh. Fase ini disebabkan oleh adanya proliferasi
osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik
pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari
tulang. (Guyton, 2011)

Gambar Lengkung Umpan-Balik Negatif yang Mengontrol Sekresi Hormon


Paratitoid (PTH) dan Kalsitonin. (Sherwood, 2014)
33

5. Regulasi hormon
a. Umpan Balik Positif
Jika kadar zat hormon atau non-hormon dalam darah mengakibatkan
peningkatan sekresi pada kelenjar endokrin, mekanisme ini disebut sistem
umpan balik positif. (Sloane, 2015)
Pada sebagian besar kasus, hormon hipofisiotropik memicu suatu
rangkaian tiga-hormon: hormon hipofisiotropik, hormon tropik hipofisis
anterior, dan hormon dari kelenjar endokrin sasaran di perifer. Selain
menimbulkan efek fisiologiknya, hormon kelenjar sasaran biasanya juga
menekan sekresi hormon tropik yang merangsang pengeluarannya. (Sherwood,
2014).
Pada beberapa keadaan, umpan balik positif terjadi ketika kerja biologis
hormon menimbulkan sekresi tambahan dari hormon tersebut. Contohnya
adalah lonjakan luteining hormone (LH) yang terjadi akibat efek perangsangan
estrogen pada kelenjar hipofisi anterior sebelum ovulasi. LH yang disekresi
kemudian bekerja pada ovarium untuk merangsang sekresi estrogen tambahan,
yang selanjutnya akan menimbulkan sekresi LH lebih banyak lagi. Pada
akhirnya, LH mencapai konsentrasi yang sesuai, dan pengaturan umpan balik
negatif sekresi hormon pun terjadi. (Guyton, 2011)
b. Umpan Balik Negatif
Umpan Balik Negatif Mencegah Aktivitas Sistem Hormon yang
Berlebihan
Meskipun konsentrasi plasma sejumlah hormon berfluktuasi sebagai
respons terhadap berbagai stimulus yang terjadi sepanjang hari, semua hormon
yang telah dipelajari sejauh ini agaknya dikontrol dengan ketat. Pada sebagian
besar keadaan, pengaturan ini ditimbulkan melalui mekanisme umpan balik
negatif yang membentuk kesesuaian derajat aktivitas hormon di jaringan target.
Setelah suatu rangsang menimbulkan pelepasan hormon, keadaan atau produk
yang dihasilkan dari kerja hormon tersebut cenderung menekan pelepasan
hormon tersebut lebih lanjut. Dengan kata lain, hormon (atau salah satu
produknya) memiliki efek umpan balik negatif untuk mencegah berlebihnya
34

sekresi atau aktivitas hormon tersebut di jaringan target. Variabel kontrol


kadang-kadang bukanlah berupa kecepatan sekresi hormon itu sendiri, tetapi
derajat aktivitas pada jaringan target. Oleh karena itu, sinyal umpan balik ke
kelenjar endokrin akan menjadi cukup kuat untuk memperlambat sekresi
hormon lebih lanjut hanya jika aktivitas jaringan target meningkat ke level
yang sesuai. Pengaturan umpan balik hormon dapat terjadi di semua tingkat,
yang meliputi tahapan translasi dan transkripsi gen yang terlibat dalam sintesis
hormon dan langkah yang terlibat dalam pengolahan hormon atau pelepasan
simpanan hormon. (Sherwood, 2014)

Gambar Rantai
Hierarki
Komando dan
Umpan Balik
Negatif Dalam
Kortisol
(Sherwood, 2014)
35

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V. P. 2015. Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional.


Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. EGC. Jakarta.
Guyton dan Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 12. ELSEVIER.
Singapore.
Paulsen, F. dan J. Waschke. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Mcganusia Jilid 3 Edisi
23. EGC. Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 8. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sloane, E. 2015. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Wonodirekso, Sugito, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Histologi Edisi 2. Jakarta:
Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai