Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga menjadi suatu bahan
studi yang menarik. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk
meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah.
Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jika
jembatan itu berada diatas jalan lalu lintas dinamakan viaduct. Konstruksi
jembatan dapat diklasifikasikan berdasarkan aspek yang berbeda, seperti jenis
material dari konstruksi (beton, kayu, baja, komposit, dan lain-lain); bentuk
struktur (rangka, gelagar, dinding penuh, dan lain-lain); tipe perletakan
(gelagar sederhana, overhang, menerus, dan lain-lain); lalu lintas kendaraan
(jembatan jalan raya, jembatan kereta api, dan lain-lain); letak lantai
kendaraan (lantai di atas, lantai di bawah, lantai di tengah atau kombinasi
ketiganya); jembatan permanen atau sementara; dapat atau tidak dapat
digerakkan dan sebagainya.
Terlepas dari pengklasifikasian tersebut diatas, adapun bentuk-bentuk dari
konstruksi jembatan umumnya dapat kita bedakan :
A. Bangunan bawah, ialah bagian-bagian yang menjadi penupang dan
dasar dari bangunan atas, yaitu kepala jembatan, tiang-tiang dan
pemikul jembatan. Beban-beban diteruskan oleh bangunan bawah ke
tanah bawah. Bahan-bahannya adalah kayu, batu atau beton, sekali-
kali baja. Kadang-kadang pancang-pancangnya merupakan satu
kesatuan dengan konstruksi yang langsung mendukung lalu lintas,
sehingga yang termasuk bangunan bawah tinggal terbatas pada
landasan dari titik tumpu.
B. Bangunan atas yang pada umumnya terdiri atas:
 Gelagar-gelagar induk, terbentang dari titik tumpu ketitik
tumpu.
 Konstruksi tumpuan diatas pangkal jembatan kuk atau pancang.
 Konstruksi dari lantai kendaraan dengan apa yang
diperlukan untuk itu pemikul lintang dan pemikul memanjang
yang disambung dengan gelagar-gelagar induk.

Bangunan atas menerima beban dari lalu lintas, kadang-kadang dengan


tambahan –banting dan tekanan angin, dan diteruskan pada bangunan bawah,
ditambah dengan berat konstruksinya. daerah perkotaan biasanya sering kita
jumpai jembatan komposit dengan gelagar baja yang dihubungkan dengan
shear connector untuk memikul beban yang bekerja. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menganalisa suatu jembatan komposit gelagar kayu. Ada tiga
jenis bahan utama yang digunakan dalam konstruksi Jembatan yaitu
kayu, baja dan beton. Dari masing-masing bahan bangunan tersebut
mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahan lain.
Kelebihan pada kayu yaitu ringan, mudah dikerjakan dan harga relatif murah.
Kelebihan pada baja yaitu mempunyai kuat tarik yang tinggi dan kelebihan
pada beton yaitu mempunyai kuat tekan yang tinggi. Untuk memanfaatkan
kelebihan-kelebihan tersebut maka dibuat perpaduan pada ketiga jenis bahan
bangunan yaitu menjadi balok komposit dengan gelagar kayu. Dengan
demikian dapat diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari komponen
penyusunnya. Berat jenis kayu lebih ringan bila dibanding baja ataupun
beton. Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam menahan gaya tarik,
tekan dan lentur. Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai
estetika yang tinggi.

Ketersediaan bahan kayu akan sangat terkait erat dengan potensi hutan di
suatu wilayah. Seperti halnya Indonesia yang memiliki cukup luas hutan tropis
tentunya akan sangat menunjang dalam proses konstruksi jembatan dari kayu.
Elemen kayu biasanya mempunyai potongan melintang berbentuk persegi
sehingga paling mudah untuk dianalisis. Jembatan dari kayu hampir tidak
pernah digunakan, kecuali sebagai perancah dan sebagai jembatan sementara.
Pada umumnya jembatan dari kayu digunakan untuk lalu lintas biasa pada
bentangan kecil/sederhana. Untuk jembatan berat dengan bentang yang sangat
panjang, tentunya jembatan dari kayu sudah tidak ekonomis lagi karena
dibatasi oleh panjang dan kemampuan bahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapatlah diambil suatu rumusan yang
akan digunakan sebagai acuan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah
sebagai
berikut :
a. Pengertian jembatan kayu tipe balok serta tipe-tipenya.
b. Pengertian jembatan kayu ti pe rangka serta tipe-tipenya.
b. Informasi umum lokasi observasi.
c. Bagaimana struktur jembatan gelagar yang di observasi.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang struktur jembatan
girder, yang sebelumnya penulis sudah melakukan observasi ke lapangan
langsung. Dan penulisan makalah ini juga sebagai persyaratan tugas dalam
mata kuliah Perencanaan Struktur Jembatan.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah terutama memberikan
informasi tentang struktur jembatan gelagar kepada penulis serta bagi
pembaca sendiri. Dan memberikan pengalaman serta ilmu yang baru terutama
bagi penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Bahan Kayu


Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang
relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan
listrik, dapat dengan mudah dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti
dan bisa didapat dalam waktu singkat (Felix,1965).
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat
sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai
barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat
khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya
mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut
sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.

2.2 Pengertian Jembatan Kayu Tipe Balok


Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang
relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun
pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan
atau pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya
(mekanika).
2.3 Keuntungan Jembatan Kayu
 Ringan
 Murah, terutama di daerah-daerah hutan
 Mudah dikerjakan, sehingga biaya pembangunan rendah
 Penggantiannya mudah
 Pelaksanaan cepat dan dapat dikerjakan oleh tenaga yang terdapat
dimana saja.
 Kayu merupakan bahan material ramah lingkungan.
Beberapa keuntungan lainnya yang dapat diperoleh dengan menggunakan kayu
sebagai bahan konstruksi adalah:

 Rasio kekuatan-terhadap-berat yang tinggi sehingga konstruksi kayu


sangat cocok untuk daerah rawan gempa seperti Indonesia.
 Dapat terurai sempurna secara alami (fully bio-degradable) sehingga tidak
ada istilah limbah.
 Meningkatkan kenyamanan (temperature ruangan) sehingga dapat
mengurangi penggunaan air-conditioner, hemat energi.

Tabel 2.1 Menunjukkan rasio kekuatan kayu dan kepadatan kayu terhadap
bahan beton dan baja (Awaludin, 2011a)

Material Kerapatan Kuat Tekan Kuat Tarik Rasio


(KN/m) (MPa) (MPa) Kuat Tekan
dan Kuat
Tarik
Kayu Keruing 7,4 30 28 4,1 dan 3,8
Beton Normal 24 24 - 1,0 dan -
Baja Normal 78,5 - 240 - dan 3,1

Apabila dibandingkan dari sisi kekuatannya saja, maka kekuatan tekan kayu
Keruing hanya sedikit lebih tinggi dari pada beton normal, dan kekuatan tarik
kayu Keruing jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kuat tarik Baja. Namun
demikian, konstruksi di wilayah rawan gempa, berat atau masa dari konstruksi
juga berkorelasi linier terhadap gaya (lateral) inertial yang diderita oleh
konstruksi. Oleh karena, rasio kekuatan-terhadap-berat akan lebih tepat untuk
diperbandingkan dari pada nilai kekuatan saja dan nilai rasio ini untuk material
kayu sangat memuaskan.

2.4 Kekurangan Jembatan Kayu


Ada dua perlemahan yang umum terjadi pada konstruksi kayu, yaitu pada
batang penahan tarik dan batang penahan tekan
 Pada batang penahan tarik dan bagian konstruksi yang dibebani dengan
tegangan lentur, perlemahan akibat lubang-lubang untuk alat
penyambung dan sebagainya harus diperhitungkan.
 Untuk batang penahan tekan, perlemahan akibat alat-alat penyambung
tidak perlu diperhitungkan. Tetapi apabila ada lubang kayu yang tidak
tertutup, maka lubang tersebut harus diperhitungkan sebagai
perlemahan.
 Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan
kayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang
disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk
kayu.
 Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan
terkait dengan ketahanan-keawetan(umur penggunan). Kayu dapat
membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk
karena serangan hama dan lebih mudah terbakar jika tersulut api.
 Tidak semua daerah mudah dalam memperoleh kayu dengan kualitas
yang diingankan.
 Mudah Terbakar

2.5 Jenis – Jenis Jembatan Kayu Tipe Balok

Secara umum jenis jembatan kayu tipe balok hanya di bagi beberapa jenis
antara lain :

A. Jembatan kayu Dengan Permukaan Jalan Mandiri


Dalam kategori jembatan ini, balok kayu utama ditempatkan di
bawah lantai, yang memastikan perlindungan dari presipitasi dan paparan
langsung terhadap sinar matahari.
Salah satu contoh untuk jembatan kayu dengan tipe permukaan
jalan mandiri adalah jembatan di dekat kota Luzern (Swiss). Didirikan
pada 2010.Struktur utama terbuat dari kayu kayu terpaku GL24, GL28 +
LVL, dipilih karena alasan ekonomi. Total beban jembatan adalah 40 ton.
Beban vertikal dirasakan oleh balok-balok BSH dari kayu laminasi pada
sumbu longitudinal. Dalam arah melintang, beban dirasakan oleh balok
baja yang ditempatkan dalam dua sumbu. Bagian atas terbuat dari kayu, di
sisi itu ditutupi dengan trotoar beton dengan pagar dipasang.

Gambar 2.1 Jembatan Kapel Atau Kapellbruecke

B. Jembatan Kotak dan Balok Kayu


Dalam perwujudan ini, bagian pembawa adalah saluran berlubang
yang terdiri dari balok yang direkatkan, yang menjamin konstruksi
ekonomis dan keuntungan teknis dari balok - balok tiba di lokasi
konstruksi yang dirakit, dan berbagai komunikasi dapat ditempatkan
dalam kekosongan saluran. Rentang jembatan kayu balok kotak bisa
mencapai 35 meter. Salah satu contoh jembatan yang menggunakan tipe
ini adalah Jembatan Kembar di Sneek (Belanda), dibangun pada 2008-
2010. Arsitek Hans Akhterbosh menggambar ide pembangunan jembatan
dari industri perikanan lokal, yaitu dari gambar perahu nelayan terbalik.
Bahan utama jembatan kembar adalah balok kayu yang terbuat dari Akkoy
asetat, sebuah produk teknologi tinggi modern. Bahan ini dipilih karena
daya tahan tinggi - setidaknya 80 tahun layanan, selama diperlukan untuk
mengoperasikan jembatan sesuai dengan hukum Belanda.
Gambar 2.3 Jembatan Sneek Bridge Netherlands

C. Jembatan kayu pratekan

Munculnya konstruksi pra-stres dalam konstruksi jembatan kayu dianggap


oleh banyak ahli sebagai revolusi dalam industri. Inti dari inovasi adalah
pengembangan Kanada pada pertengahan tahun 70-an dari abad ke-20 dari
metode penggabungan melintang mekanis kayu biasa atau terpaku. Untuk
menciptakan tegangan, batang logam digunakan, yang membentuk tulang
punggung sistem pendukung. Bagian bantalan jembatan terdiri dari balok-
balok individual atau balok-balok lamela yang direkatkan, yang
memberikan dua keuntungan sekaligus :

 kemungkinan membuat deck dari berbagai desain - blok, berbentuk


kotak, berbentuk T.
 kemungkinan menggunakan berbagai skema statis, dari struktur
bentang tunggal sederhana hingga multi-kilometer dan multi
bentang.
 Aspal, lembaran baja atau material komposit dengan ketahanan aus
yang tinggi digunakan sebagai lantai. Panjang bentang jembatan
bisa mencapai 70 meter.
D. Jembatan Kayu Balok Laminasi
Ternyata konstruksi kayu dengan teknik laminasi tidak terbatas
pada bangunan gedung saja. Di Norwegia telah digunakan untuk
bangunan jembatan, bahkan telah didesain dapat dilalui kendaraan
tank tempur. Bayangkan itu, mereka menyebutnya sebagai jembatan
kayu terkuat di dunia. Balok laminasi atau dikenal sebagai glulam
(glued laminated timber) merupakan salah satu produk kayu rekayasa
tertua. Balok laminasi terbuat dari dua atau lebih kayu gergajian yang
direkat dengan arah serat sejajar satu sama lain, berbentuk lurus atau
lengkung tergantung peruntukannya (Moody et al.1999). Serrano
(2003) mengatakan bahwa pada dasarnya balok laminasi adalah
produk yang dihasilkan dengan menyusun sejumlah papan atau
lamina diatas satu dengan lainnya dan merekatkannya sehingga
membentuk penampang balok yang
diinginkan. Glulam (glued laminated timber) merupakan produk
rekayasa kayu yang tertua, dibuat dari dua atau lebih lapisan kay u
yang disebut dengan laminasi diikat dengan perekat dan laminasi
disusun dengan arah sejajar serat.
 Kelebihan Balok Laminasi
 Moody dan Hernandez (1997) serta Moody et
al.(1999) menyatakan bahwa beberapa kelebihan balok
laminasi dibandingkan dengan kayu gergajian serta
bahan struktural lain adalah dalam hal ukuran, bentuk
arsitektural, pengeringan, penampang lintang (cross
section), efesiensi dan ramah lingkungan.
 Sementara Serrano (2003) menyatakan dengan ringkas
bahwa keuntungan penggunaan balok laminasi adalah
meningkatkan sifat-sifat kekuatan dan kekakuan,
memberikan pilihan bentuk geometri lebih beragam,
memungkinkan untuk penyesuaian kualitas laminasi
dengan tingkat tegangan yang diinginkan dan
meningkatkan akurasi dimensi dan stabilitas bentuk.
 Sedangkan menurut CWC (2000) dinyatakan bahwa
laminasi adalah cara yang efektif dalam penggunaan
kayu berkekuatan tinggi dengan dimensi terbatas
menjadi elemen struktur yang besar dalam berbagai
bentuk dan ukuran.

 Kekurangan Balok Laminasi


Disamping kelebihan yang disebutkan diatas, balok laminasi
juga memiliki beberapa kekurangan :
 Jika kayu solid tersedia dalam ukuran yang diperlukan
maka proses tambahan dalam pembuatan balok
laminasi akan meningkatkan biaya produksinya
melebihi kayu gergajian.
 Pembuatan balok laminasi memerlukan peralatan
khusus, perekat, fasilitas pabrik, dan keahlian dalam
pembuatannya, dibandingkan bila memproduksi kayu
gergajian.
 Semua tahap dalam proses pembuatan memerlukan
perhatian untuk menjamin produk akhir yang
berkualitas tinggi. Faktor yang harus dipertimbangkan
diawal dalam desain balok laminasi berukuran besar,
lurus, atau lengkung adalah penanganan. (Moody et al.
1999).
Gambar 2.4 Penampang tengah jembatan kayu
sungai Rena

 Metode Kontruksi Jembatan Kayu Laminasi


 Proses Erection Jembatan Kayu Laminasi

Gambar 2.5 Proses Erection Jembatan Kayu


Laminasi (A)
Gambar 2.6 Proses Erection Jembatan Kayu
Laminasi (B)

Cara penyambungan tiap-tiap elemen memakai insert-steel, seperti


sambungan baja, hanya saja tentu bagian yang terlemah adalah
bagian kayu, sehingga dimensinya ditentukan oleh kekuatan kayu.
Untuk konstruksi seperti ini, penggunaan teknologi adhesive sudah
bukan sesuatu yang asing lagi.

 Proses Pemasangan Deck Jembatan Kayu Laminasi

Gambar 2.7 Proses Pemsangan Lantai Pre Cast


Jembatan Kayu Laminasi
Gambar 2.8 Detail Sambungan Precast Deck
dan Kayu Laminasi Atas

Jika melihat tulangan di atas deck precast tersebut, maka itu


mestinya tulangan geser yang di atasnya akan dicor beton lagi, semacam
topping begitu. Jadi total tebal beton precast dan cast-in-situ adalah
sebesar 310 mm. Maklum beban rencana khan kendaraan tank tempur
milik tentara Norwegia.Hal menarik yang perlu dilihat adalah detail
sambungan precast deck ke elemen kayu laminasi bagian atas. Dari
gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa sistem sambungan precast deck
dan kayu adalah tidak menyatu, mereka bisa bergeser. Ini penting untuk
antisipasi kembang susut kedua bahan yang berbeda. Ini hebatnya
perancangan struktur yang mereka buat.

Gambar 2.9 Jembatan Kayu Sungai Rena,


Norwegia
2.6 Pengertian Jembatan Kayu Tipe Rangka
Jembatan rangka merupakan jembatan yang tersusun dari batang-batang
yang membentuk konstruksi rangka segitiga. Jembatan rangka dapat terbuat
dari bahan kayu atau logam. Jembatan rangka kayu (wooden truss) termasuk
tipe klasik yang sudah banyak tertinggal mekanika bahannya. Jembatan
rangka kayu, hanya terbatas untuk mendukung beban yang tidak terlalu besar.
Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan
baja, tipe rangka menggunakan rangka baja dengan berbaga macam bentuk
(Supriyadi, 2007). Bentuk struktur rangka batang yang merupakan susunan
dari batang-batang yang dihubungkan dengan sambungan, mejadikan
sistem struktur ini memiliki berat yang relatif ringan dibandingkan dengan
sistem struktur yang lain.

2.7 Tipe-Tipe Jembatan Kayu Tipe Rangka


Sistem struktur rangka batang memiliki banyak tipe, namun pada penelitian
ini hanya difokuskan pada tiga tipe saja yaitu :
A. Warren Truss (Gambar 3).
B. Howe Truss (Gambar 4).
C. Pratt Truss (Gambar 5).

Gambar 2.1 Macam-Macam Jembatan Kayu Tipe Rangka


A. Jembatan Rangka Tipe Waren.
Jembatan rangka tipe warren dipatenkan oleh James Warren dan
Willoughby Theobald Monzani pada tahun 1848 di Britania Raya. Rangka
jembatan Warren tersusun dari segitiga sama kaki atau segitiga sama sisi
dan tidak memiliki batang vertikal. Struktur rangkanya terdiri dari batang
horizontal atas, batang horizontal bawah, dan batang diagonal. Batang
horizontal atas mengalami gaya tekan, batang horizontal bawah
mengalami gaya tarik sedangkan batang diagonalnya sebagian mengalami
gaya tekan dan sebagian lainnya mengalami gaya tarik.

B. Jembatan Rangka Tipe Pratt.


Tipe jembatan rangka batang ini ditemukan oleh Thomas dan
Caleb Pratt pada tahun 1844. Jembatan rangka batang tipe Pratt ini
memiliki elemen diagonal yang mengarah ke bawah dan bertemu pada
titik tengah batang jembatan bagian bawah. Elemen-elemen diagonal dari
jembatan tipe Pratt menerima tegangan tarik.

C. Jembatan Rangka Tipe Howe.


Tipe jembatan rangka batang Howe memiliki elemen diagonal mengarah
ke atas. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe Pratt, dipatenkan oleh
William Howe di Massachussetts, Amerika Serikat pada tahun 1840.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bagian – Bagian dan Detail Jembatan.

Dalam perencanaan struktur, jembatan dibagi kedalam tiga sistem struktur,


yaitu :

 Sistem struktur atas (superstructure) Sistem struktur atas terdiri dari


sistem pelat-girder jembatan dan joint yang menghubungkan antar pelat-
girder tersebut. Antara lain struktur atas jembatan yaitu:
A. Slab Lantai Kendaran
B. Parapet
C. Gelagar (Girder)
D. Balok Diafragma
E. Tumpuan

Gambar 3.1 Tampak keseluruhan Jembatan Gelagar Bitung – Tangerang


Gambar 3.2 Denah Potongan Melintang Jembatan

A. Plat Lantai Jembatan


Plat lantai adalah komponen struktur jembatan yang berfungsi untk
mendistribusikan beban – beban sepanjang potongan melintang jembatan.
Plat lantai jembatan berfungsi sebagai perlintasan kendaraan. Lebar jalur
untuk kendaraan dibuat cukup untuk perlintasan dua buah kendaraan yang
besar sehingga kendaraan dapat melaluinya dengan leluasa.

Gambar 3.3 Slab Lantai Kendaraan

B. Parapet
Bagian dari jenis sandaran yang di gunakan sebagai pembatas kendaraan
dengan tepi jembatan untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jalan.
Pada perancangannya beban yang bekerja pada parapet adalah beban
horizontal (HR) dan beban angin (EW).
Gambar 3.4 Parapet Jembatan

C. Diafragma
Diafragma jembatan merupakan suatu komponen struktur atas jembatan
yang berguna sebagai pengunci dan pengaku antar girder dengan tujuan
agar girder pada jembatan tidak terjadi guling.

Gambar 3.5 Diafragma Jembatan

D. Gelagar Jembatan
Secara umum gelagar jembatan adalah struktur jembatan yang
menghubungkan antara struktur bawah dan dan penyangga di atasnya.
Gelagar jembatan ini terbagi menjadi dua yaitu gelagar induk / utama dan
gelagar sekunder.
o Gelagar induk / utama
Gelagar ini memilik fungsi yang penting, karena berfungsi untuk
mendistribusikan atau membagi beban-beban secara longitudinal ,
dan membagi bentang lantai jembatan. Selain itu gelagar induk
biasanya di desain untuk mengurangi pengaruh lendutan pada
lantai jembatan . Untuk tipe gelagar ini memiliki beberapa macam
yang di bagi berdasarkan bentuk , seperti kotak, balok , bentuk U
dan lain – lain . Untuk gelagar tipe balok (beam) biasa di sebut
istilah dengan stringer atau girder.
o Gelagar Sekunder
Gelagar sekunder dapat berupa diafragma atau ikatan silang yang
di pasang pada bagian atas dan bagian bawah gelagar utama untuk
menahan deformasi lateral.

Gambar 3.6 Gelagar Jembatan


 Sistem struktur bawah (substructure) sedangkan sistem struktur bawah
terdiri dari :
A. Pangkal jembatan (Abutment),
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall),
o Oprit, plat injak (Approach slab)
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing)
B. Pilar jembatan (Pier)
o Kepala pilar (Pier Head),
o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
C. Pondasi Jembatan
o Pondasi Dalam (Tiang Pancang)

A. Abutment
Kepala Jembatan adalah bagian bangunan pada ujung – ujung jembatan
,Selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai
Penahan tanah. Jenis-jenis kepala jembatan pada umumnya dibuat dari
beton bertulang tetapi untuk jembatan sederhana dapat dari pasangan batu
kali atau kontruksi kayu. Abutmen sendiri memiliki beberapa macam jenis
untuk jembatan antara lain :
o Abutmen tipe gravitasi
o Abutmen tipe T terbalik
o Abutmen tipe Penopang
Sedangkan pada jembatan gelagar bitung – tangerang ini menggunakan
abutmen tipe penopang.
Gambar 3.7 Abutment Wing Wall

Gambar 3.8 Expansiont Joint dan Bearings


Gambar 3.9 Korbel

 Oprit Jembatan
Oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang
abutment yang dibuat sepadat mungkin untuk menghindari penurunan.
oprit bisa terdiri atas timbunan pilihan dan timbunan biasa dan untuk
membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah tembok penahan tanah yang
berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut jika kondisi oprit
jembatan berada pada lokasi berbukit. Perencanaan konstruksi oprit ini
sangat perlu diperhatikan agar desain oprit yang dihasilkan nantinya dapat
aman dan kuat sesuai dengan umur rencana yang telah ditentukan.

Gambar 3.10 Oprit Jembatan


 Bearings Jembatan
Elastomeric Bearing Pads atau Karet Bantalan Jembatan adalah salah
satu jenis dari bantalan penahan beban Jembatan. Fungi elastomer
bearing pad sebagai media penyalur beban antara bangunan atas dengan
bangunan bawah jembatan. Berdasarkan fungsinya tersebut, maka
kualitas dari bantalan karet yang akan digunakan dalam struktur
jembatan harus sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sehingga
perlu dilakukan pengujian-pengujian di laboratorium untuk menguji
kualitas dari bantalan karet tersebut. Elastomer atau karet yang
digunakan pada karet bantalan jembatan biasanya menggunakan kompon
karet alam. jika diperlukan, ada berbagai jenis karet sintetis yang juga
dapat digunakan, seperti chloroprene yang sering disebut sebagai
“neoprene”. Pelat baja akan dilapisi karet yang kuat atau dilapisi dengan
coating khusus. Secara sederhana kegunaan dari karet bantalan jembatan
/ elastomer bearing pads ini adalah untuk mendukung beban vertikal
pada jembatan dengan memberikan kompresi yang minimal, sehingga
akan mengakibatkan terjadinya kontraksi dan ekspansi / pergeseran dari
struktur dengan resistensi / ketahanan seminimal mungkin. Selain itu
karet bantalan jembatan / elastomer bearing pads ini dapat dipasang
dengan mudah serta bebas dari perawatan.

Gambar 3.11 Bearings Jembatan


B. Pilar jembatan (Pier)
Terletak di tengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya
beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang
bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang
maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari
bagian – bagian antara lain :
o Kepala pilar (Pier Head),
o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).

Gambar 3.12 Pilar Jembatan


C. Pondasi jembatan
Pondasi berfungsi untu menyalurkan beban – beban terpusat dari
bangunan bawah kedalam tanah dengan cara demikian sehingga hasil
tegangan dan gerakan tanah dapat dipikul oleh struktur keseluruhan . Jenis
pondasi yang umum adalah sebagai berikut :

Gambar 3.13 Bagan Pondasi

Pada observasi jembatan gelagar (Girder Bridge) pondasi yang digunakan


yaitu pondasi tiang pancang yang merupakan jenis pondasi dalam dimana
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan. Tiang pancang adalah
bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu, beton, baja
yang terbentuk langsing yang di pancang hingga tertanam dalam tanah
pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur
atas melewati tanah lunak lapisan tanah yang keras.
Gambar 3.14 Pancang Jembatan

 Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan


pelengkap dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan
terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap
pemakai jalan. Macam- macam bangunan pelengkap:
A. Drainase
B. Lampu Penerangan
C. Guardraill
D. Patok Penuntun (Guide Post)

A. Drainase
Drainase pada jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di lantai
kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi lantai
kendaraan jembatan yang sangat mengganggu lalu-lintas.

Gambar 3.15 Saluran Drainase


B. Lampu penerangan jalan
Lampu penerangan jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan
yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri atau kanan jalan dan atau di
tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan
maupun lingkungan di sekitar jalan.

Gambar 3.16 Lampu Penerangan Jalan

C. Guardrail
Bagian selanjutnya adalah guardrail yang merupakan pagar pengaman
yang menjadi pembatas antara jalan tol yang berlawanan arah. Adanya
guardrail membuat pengendara dapat menghindari tabrakan dari arah yang
berlawanan, apabila terjadi potensi kecelakaan.

Gambar 3.17 Guardrail


D. Patok Penuntun (Guide Post)
Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang
akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit
jembatan.

Gambar 3.18 Guide Post

Anda mungkin juga menyukai