Anda di halaman 1dari 9

Tuhan Kenapa Pelangi Tak Kunjung Muncul

"Saya anak petani, bukan anak pejabat seperti kalian!", Kata Ara dengan wajah marah. "Lalu ada yang salah dengan
anak petani?!. Kita ini sama, bapak kita sama, sama-sama mencari uang untuk makan, hanya saja makanmu mungkin lebih
enak dan lezat, namun ku tetap bersyukur karena Tuhan masih memberiku nikmat makan dan yang ku makan adalah makanan
yang halal, meski hanya nasi putih dan ikan asin." Kata Ara tegas dan berkaca-kaca. Kata-kata itu harusnya tidak terucap, tapi
Ara sungguh naik pitam pada hari itu, membuat semua teman-temannya terdiam dan terheran. Ara adalah gadis yang pendiam
dan lemah lembut. Pada hari itu Ara melampiaskan semua kemarahannya kepada geng Centil itu. Sebab mereka sudah
keterlaluan mengejek Ara Si anak miskin bukan hanya hari itu tapi setiap hari, setiap kali mereka berjumpa. Ara berharap
kejadian ini cukup terjadi satu kali saja.

Tahun 2019 mungkin perekonomian indonesia membaik menurut berbagai sumber internet yang Ara baca. Namun tidak
untuk Ara, Desa tempat Ara dilahirkan dan di besarkan sedang mengalami masa paceklik. Kondisi persawahan hampir gagal
panen akibat cuaca yang selalu ekstrim. Hujan selalu turun, sampai bulan juni sekarang pun masih sering hujan. Padahal
seharusnya bulan ini adalah bulan santai bagi petani karena seharusnya mereka tinggal menunggu hasil padi berbuah. Namun
harapan tinggal harapan padi habis karena tenggelam akibat hujan. Kondisi ini tentu memperkeruh keadaan perekonomian
keluarga mereka. Commented [1]:
Ara adalah gadis 20 tahun yang mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi, universitas Jambi angkatan tahun 2017, jurusan
Pendidikan Matematika. Kira-kira sekarang memasuki semester kelima di universitasnya. Lah kok bisa? Padahal bapak dan
ibunya hanya seorang petani? Untuk makan pun mereka apa adanya, bagaimana bisa berkuliah?. Mungkin ini adalah kaliamat
yang ada di benak pembaca yang budiman. Bagaimana tidak, kalimat itu adalah makanan sehari- hari ara dan keluarga yang di
ucapkan oleh masyarakat kampung Ara. Tidak usah heran memang begitu adanya. Sungguh malang nasib Ara, di depan
teman-teman dia dihina ketika pulang kampung pun dihina pula, namun dia adalah gadis yang berprestasi sehingga
menghantarkannya mengenyam pendidikan tinggi lewat jalur beasiswa.

Sekarang Ara menghabiskan masa liburan panjang semester 4 di kampung halamannya. Ingin rasanya tidak pulang tapi apa
daya, kalau seandainya diam saja di kosan juga akan menghabiskan uang banyak untuk biaya hidup selama libur, mending
pulang walau harus menahan luka yang di rendam di dalam air garam.
Tahun ke 2 Ara kuliah adalah tahun yang amat menyulitkan bagi Ara dan Keluarga, yah walaupun sebenarnya memang sulit
sepanjang waktu. Ancaman gagal panen itu selalu terngiang di telinga Ara, harta satu-satunya yang dimiliki terancam tidak
mwnghasilkan apa-apa.
" Bagaimana jika tahun ini aku putus kuliah" , pikir ara kalut.
"Kasihan bapak dan ibu, kerja keras banting tulang, berpeluh-peluh karena panas mengurus sawah, tapi malah terancam gagal
panen, "Ya Allah, hamba tau engkau maha pengatur segalanya dan hamba yakin engkau telah menyiapkan jalan keluar dari
semua permasalahan pelik ini, hanya satu pinta kami ya allah berikanlah kami selalu kesabaran", doa Ara sebagai penenag
hati.
Suatu sore di pelataran rumah..
Ara duduk bersama bebarapa adik dan keponakannya yang masih kecil-kecil, yah memang dia menghabiskan liburannya
dengan mengurus rumah dan menjaga adik serta keponakannya. Sebab bapak dan ibu sibuk di sawah serta kakak
perempuannya harus kerja ke kota demi mencari nafkah untuk kedua anaknya yaitu keponakan Ara, hemm.. kakak Ara
memang sudah pisah dengan suaminya, dan kedua anaknya di titipkan ke bapak sama ibu Ara.
Ketika itu Ara melihat muda mudi hilir mudik boncengan dengan teman maupun pacarnya, begitu mesra.
" Hemm.. enak kali ya punya pacar" pikir Ara.
Hehe naluri muda Ara akhirnya muncul, namun lamunan Ara sontak hilang ketika ponakannya paling bontot berterika minta
makan.
"Bik mau makan, Biikkkk" teriak keponakannya.
" Haa iya iya, tunggu ya nak", panggilan itu selalu muncul padahal kan bukan anaknya Ara, tapi ya sama saja, kasian mereka
masih perlu panggilan seperti itu. Namun apa daya keadaan yang menghalangi dan memaksa mereka untuk kehilangan figur
seorang bapak dan ibu. Jadi Ara yang sementara menggantikan meski hanya sementara.
Setelah mengambilkan nasi untuk keponakannya Ara akhirnya merenung lagi.
"Masih untung mereka minta nasi, kalau minta uang buat jajan gimana?, " Kekhawatiran itu selalu muncul.
" Hemm ternyata emang aku gak di takdirin buat pacaran kali ya", pikir Ara lagi di dalam hati.
"Boro-boro pacaran, mikir tentang pacar aja langsung ada gangguan huuuu", nafas ara terdengar.

Kemudian keponakannya selesai makan, Ara membereskan bekas makan keponakannya, dan bergegas ke sungai untuk
mencuci semua piring kotor bekas makan siang seluruh keluarga. Setelah itu dia pun membereskan rumah dan memasak
untuk makan malam. Lauk yang sama seperti kemarin sambal ikan teri, tetap nikmat di makan dengan nasi panas di kala perut
lapar. Yang terpenting adalah nasi. Semuanya akan nikmat kalau nasi ada.
Malam pun tiba...
Ara tidak lekas tidur, rasanya badannya akan tumbang, segera ia minum obat warung, khawatir jikalau demam beneran, ibu
akan kuwalahan mengerjakannya sendiri. Setelah minum obat, Badan Ara langsung berkeringat, Ara bersyukur tidak jadi
demam. Namun mata tidak lekas tidur juga, ternyata obat tersebut memberi efek susah tidur. Waktu menunjukkan pukul
00.00, sunyi senyap, dan angin malam menembus dinding rumah Ara yang berlubang, semakin menghanyutkan pikiran Ara,
terbesit di pikiran Ara.
"Kenapa begitu susah, pengen seperti teman-teman Ara yang kuliah lainnya. Mereka begitu enak, tidur nyenyak, baju selalu
ganti setiap minggu, kuliah enak gak ada yang perlu di pikirkan, dan satu lagi mereka punya pacar!!
Dan seketika gemuruh menggeruntum, dan jendela Ara terbuka seketika karena angin tiba-tiba ribut. Lantas ara keluar dan
menutupnya kembali, lalu dalam gemuruh itu Ara berpikir lagi.
"Allah pasti marah, karena aku mengeluh tadi", kemudian Ara mengambil wudhu dan sholat meminta ampunan kepada Allah.
Setelah itu Ara pun tertidur di atas sejadah.

Gemuruh reda hanya hujannya saja yang awet, Lantas Ara terbangun dari tidur tepat pukul 02.00 dini hari, rupanya hanya 2
jam dia tidur.
"Ini signal bahwa Allah memanggilku dan merindukan ku", Akhirnya seperti biasa dia sholat tahajud.
Hujan masih menitikkan rintiknya, Ara berdoa, " Ya Allah engkau maha pengasih, maha penyayang, hamba yakin engkau
akan menurunkan pelangi setelah hujan. Engkau akan memberikan kemudahan ditengah kesulitan, Engkau rabb maha
pengampun Ampunkan dosa kami, dosa besar dan kecil. Kabulkan doa kami ya Allah."
Ara tidak tidur setelah itu, dia ambil tasbih dan mulai berzikir, karena tidak ada cara lain yang bisa menenangkan hati kecuali
bercurhat dan mengadu kepada-NYA.

demikianlah hari-hari Ara lalui dengan ikhlas, meski terkadang mengeluh sedikit namun dia langsung sadar bahwa mlengeluh
itu tidak baik dan menandakan keputusasaan. Ara yakin pasti ada jalan di setiap kesulitan yang dirasa, satu harapan dari
beribu harapan Ara, semoga dia lulus dengan nilai terbaik dan menjadi PNS, agar bisa mengangkat derajat dan kondisi
ekonomi keluarga.
Hay introduce my self, my name is rani. I am twenty years old, hehe bulan mei kemarin kok tepatnya, baru kok masuk umur
20, tapi teman-temanku bilang, aku udah umur 20 tapi tingkah laku masih kayak anak TK, pecicilan. Lah gimana dung? Aku
juga ga tau definisi dewasa itu seperti apa, apa harus kalem terus ngomongnya kata-kata bijak terus. Ya, pokoknya aku
lakukan apa yang bisa aku lakukan, tanpa di tambah-tambah. Aku apa adanya ya seperti ini, namun ga munafik aku juga
pengen jadi seperti mereka yang bisa di bilang dewasa. Dan aku yakin semua akan merasakan cuman masalah waktu aja.
Aku mahasiswa pendidikan matematika universitas Jambi 2017, aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku suka menyanyi dan
sekarang memulai menulis. Sekedar hoby dan ini merupakan tulisan pertamaku, jadi harap maklum ya kalo banyak salah. Aku
ini anak kampung, ga punya apa-apa. Jadi bisa di bilang cerpen diatas adalah kamuflase dari diri aku sendiri. Semoga kalian
berkenan ya dan simpati. Oh iya aku mau jujur kalau aku belum punya leptop jadi aku ngedit dan bikin cerpen ini pake
smartphone aku. Ya namanya juga apa adanya. Cukup berkontribusi aja aku udah senang kok, yah kalo kalo menang berarti
bonus. Alhamdulillah dung. Makasih sebelum dan sesudahnya kepada panitia dan seluruh pihak yang terlibat. Aku mohon
maaf jika ada kesalahan, karena aku manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. “hem tuh kan jadi ceramah, hehe”. Ya
udah ya Assalamualaikum.

Anda mungkin juga menyukai