HALUSINASI
A. Definisi
Menurut Cook dan Fotaine (2010), halusinasi adalah persepsi sensorik
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
Menurut Wilson (2010), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi
panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
Halusinasi adalah keadaan dimana individu / keloimpok beresiko mengalami
suatu perubahan dalam jumlah dan pola stimulasi yang datang (Carpenito, 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai
dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang sebenarnya
tidak ada (Yudi hartono. 2012).
1
Perilaku pasien :
a. Meningkatnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
b. Perhatian dengan lingkungan kurang
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori
d. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
2
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi dapat
memperlihatkan berbagai manifestasi klinis yang bisa diamati dalam
perilaku mereka sehari-hari. Tanda dan gejala halusinasi meliputi:
perubahan sensori akut, konsentrasi kurang, kegelisahan, mudah tersinggung,
disorientasi waktu, tempat dan orang, perubahan kemampuan pemecahan
masalah, perubahan pola perilaku, seperti bicara dan tertawa sendiri,
mengatakan melihat dan mendengar sesuatu padahal objek sebebnarnya tidak
ada, menarik diri, dan mondar-mandir. Mengganggu lingkungan juga
sering ditemui pada pasien dengan halusinasi. Individu menjadi sulit untuk
berpikir dan mengambil suatu keputusan, sebaliknya, beberapa pasien
halusinasi justru mengganggu lingkungan karena penyimpangan perilaku
tersebut (Galuh, 2015).
C. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,
stress berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial. Secara
umum gangguan halusinasi terjadi akibat adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Pendapat lain menyebutkan bahwa halusinasi disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti adanya kegagalan dalam menyelesaikan tahap
perkembangan sosial, koping individu tidak efektif, adanya stress yang
menumpuk, koping keluaraga tidak efektif, dan hubungan antar anggota
keluarga yang kurang harmonis. Dari tiga pendapat ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktorpenyebab halusinasi, meliputi
faktorbio, psiko, sosial maupun spiritual yang dialami oleh seseorang dan
menjadi stressor yang tidak dapat diatasi oleh orang tersebut, sehingga
menyebabkan berbagai manifestasi penyimpangan perilaku perupa
halusinasi (Galuh, 2015).
Faktor prdisposisi :
1. Faktor genetic
2. Faktor Neurobiology
3. Studi Neurotransmiter
4. Psikologis
Faktor Presipitasi :
1. Sosial budaya
3
2. Stres lingkungan
D. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk
berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku halusiansinya berupa hal yang
tidak menyenagkan maka akan mengakibatkan individu tersebut melakukan atau
mencederai orang lain dan lingkungan. (Marasmis, 2015).
E. POHON MASALAH
Effect : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunga
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial
4
halusinasinya halusinasi
3. Klien dapat 7. identrifikasi respon
klien terhadap
mengontrol
halusinasi
halusinasinya 8. latih klien cara
4. Klien dapat mengontrol
dukungan dari halusinasi
keluarga untuk SP II
mengontrol 1. bina hubungan saling
percaya
halusinasinya 2. identifikasi masalah
5. Klien dapat dan latihan
memanfaatkan obat sebelumnya
3. latih klien cara
dengan benar mengontrol
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
dengan orang lain
4. anjurkan klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian
SP III
1. bina hubungan saling
percaya
2. identifikasi masalah
dan latihan
sebelumnya
3. latih klien cara
mengontrol
halusinasi dengan
kegiatan yang biasa
dilakukan klien di
rumah sehari-hari
4. membimbing klien
memasukan jadwal
kegiatan
SP IV
1. bina hubungan saling
percaya
2. identifikasi masalah
dan latihan
sebelumnya
3. jelaskan cara
mengontrol
halusinasi dengan
minum obat teratur
4. evaluasi dari tindakan
yang dilakukan
5
Keluraga
SP 1
1. diskusikan masalah
yang dirasakan
keluarga dalam
merawat klien.
2. jelaskan
pengertian,tanda dan
gejala halusinasi.
3. jelaskan cara”
merawat pasien
halusinasi.
SP II
1. latih keluarga cara
mempraktikan
merawat pasien
dengan halusinasi
2. latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
halusinasi.
SP III
1. bantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas dirumah dan
termasuk minum
obat.
2. jelaskan follow up
pasien setelah pulang
TINDAKAN
PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan
sesuai program
2. Pantau keefektifan
dan efek sampig obat
yang diminum
3. Ukur vital sign secara
periodik
TINDAKAN
MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam
makan bersama
2. Perlihatkan sikap
menerima dengan
cara melakukan
kontak singkat tapi
sering
6
3. Berikan reinforcement
positif setiap Klien
berhasil melakukan
suatu tindakan
4. Orientasikan Klien
pada waktu, tempat,
dan orang sesuai
kebutuhannya
DAFTAR PUSTAKA
7
Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa kepoerawatan Aplikasi pada praktis klinis
(terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC.
Galuh Ayu Pravitasari. 2015. Gambaran Manajemen Gejala Hallusinasi Pada orang
dengan skizofrenia (ODS) Di Ruang Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/51770/1/SKRIPSI_GALUH_AP.pdf
Maramis, W.F. (2012). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga Universitas Press.
Stuart & Sunden. (2007). Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC