Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

Penetapan Kadar Al-dd dan H-dd Tanah

Anggik Aprilia
05101281823024

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang
membentuk kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman
dan mendukung hewan dan manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan
bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan
batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik
ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan
proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Kesuburan tanah merupakan faktor vital yang ikut mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Namun demikian, saat ini petani belum memiliki
panduan khusus untuk mengetahui apakah tanah masih subur atau tidak. Untuk
menguji beberapa yang dapat dilakukan pada uraian ini perlu untuk menguji tingkat
kesuburan sebelum menguji alat untuk menguji kesuburan tanah.
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia
pertanian. Tanpa tanah, kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan,
dan juga hutan sementara ini telah mengembangkan sistim bercocok tanam tanpa
tanah, seperti Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, serta membantu penanaman
tanaman dalam skala luas. dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat
pentingnya tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani
haruslah dilakukan dengan sebaik mungkin guna memanfaatkan kesuburan
tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal
harus memiliki kandungan yang tidak cukup, mengandung banyak bahan organik
yang menguntungkan.
Tanah yang semula suburban dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa
faktor. Salah satu yang sering digunakan adalah tanah yang digunakan tanpa proses
istirahat. Dengan seringnya kita menggunakan tanah, maka tidak ada yang
terkandung di dalamnya pun sedikit demi sedikit akan berkurang. Sifat-sifat fisika
dan kimia yang erat hubungannya dengan lenyap dan timbulnya ion H menduduki
tempat yang penting didalam ilmu tanah. Sifat ini menggambarkan reaksi kimia
yang terjadi didalam tanah, yang disebut masam, netral, dan alkali.
Dua masalah utama yang melekat pada tanah – tanah masam bagi suatu
tanaman adalah : Keracunan Alumunium,Kejenuhan Al yang lebih tinggi.
Keracunan Al ini akan merugikan tanaman yang akhirnya akan menurunkan
produksi sehingga pendapatan akan tanaman itu akan berkurang. Keracunan
alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan
menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fopor.
Didalam tanah yang memiliki pH yang rendah atau bereaksi masam
permasalahan utama adalah kelarutanAl, Fe, Mn dan unsur mikro lainnya yang
cukup tinggi, yang bersifat racun bagi tanaman. Selain itu akan terjadi interaksi
antar ion Al dan P, dimana Al akan mengikat P tanah ataupun dari pupuk dalam
bentuk persenyawaan yang tidak larut dan merupakan masalah yang banyak
dihadapi oleh tanah-tanah masam.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka perlu diadakan percobaan untuk
penetapan kadar Al-dd dan H-dd tanah, Mempelajari masalah tanah adalah hal yang
penting untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan secara langsung
maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah. Penerapan Al-dd
bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah masam. Perkiraan
jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat didalam tanah. Jumlah
Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk mencapai pH tertentu yang
paling sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah Mengetahui berapa tingkat
kemasaman tanah permanen, kejenuhan Alumunium, dan kejenuhan Hidrogen
terhadap tanah. Mengetahui kadar Al-dd dan H-dd pada sampel tanah dan
bagaimana cara perhitungan Al-dd dan H-dd terhadap kebutuhan kapur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aluminium yang dapat dipertukarkan (Al-dd) dan Kejenuhan Aluminium


Sifat-sifat fisika dan kimia yang erat hubungannya dengan lenyap dan
timbulnya ion H menduduki tempat yang penting didalam ilmu tanah. Sifat ini
menggambarkan reaksi kimia yang terjadi didalam tanah, yang disebut masam,
netral, dan alkali. Dua masalah utama yang melekat pada tanah – tanah masam bagi
suatu tanaman adalah : Keracunan Alumunium,Kejenuhan Al yang lebih tinggi.
Keracunan Al ini akan merugikan tanaman yang akhirnya akan menurunkan
produksi sehingga pendapatan akan tanaman itu akan berkurang. Keracunan
alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan
menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fopor. (Sudarman,
2017)
Didalam tanah yang memiliki pH yang rendah atau bereaksi masam
permasalahan utama adalah kelarutanAl, Fe, Mn dan unsur mikro lainnya yang
cukup tinggi, yang bersifat racun bagi tanaman. Selain itu akan terjadi interaksi
antar ion Al dan P, dimana Al akan mengikat P tanah ataupun dari pupuk dalam
bentuk persenyawaan yang tidak larut dan merupakan masalah yang banyak
dihadapi oleh tanah-tanah masam.(Herviyanti, 2015)
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0.
Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat
merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk
mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin
tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap
tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan
kapur yang diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas
tanah (Alif, 2015). Kadar aluminium sangat berhubungan dengan pH tanah.
Semakin rendah pH tanah, maka semakin tinggi aluminium yang dapat
dipertukarkan dan sebaliknya.
(Kuswandi, 2011) menyatakan bahwa keracunan aluminium menghambat
perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar
lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan
pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran yang
terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur hara.

2.2. Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan Hidrogen


Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman
tanah mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan
tanah (potensial), (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman
cadangan. Kedua bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga
perubahan pada yang satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. (Indranada,
2010)
Apabila basa dibubuhkan pada tanah yang asam, H terlarut dinetralisasi dan
sebagian H yang dapat dipertukarkan terionisasi untuk mengembalikan keadaan
seimbang. Jumlah H yang dapat dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang. H
terlarut akan menurun dan pH akan lambat laun meningkat (Mulyani, 2016).
Kemasaman tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Unsur P kurang tersedia,
2. Kekurangan unsur-unsur Ca dan Mg sebagai basa tanah,
3. Kekurangan unsur Mo,
4. Aktivitas mikroorganisme seperti fiksasi N dari tanaman kacang-kacangan
terhambat,
5. Kandungan Mn dan Fe yang berlebih sehingga dapat menjadi racun bagi tanah
dan tanaman, dan
6. Kelarutan ion Al dan H yang sangat tinggi, sehingga merupakan faktor
penghambat tumbuh tanaman yang utama pada tanah masam.
Peningkatan pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari
campuran asam basa dengan garamnya. Komponen tanah yang mempunyai sifat
menyangga adalah gugus asam lemah seperti karbonat serta kompleks-kompleks
koloidal tanah. Asam lemah tersebut mempunyai tingkat disosiasi yang lemah dan
sebagian besar dari ion H masih tetap terjerap dalam permukaan koloid. Adanya
bahan penyangga tanah, dapat menjaga penurunan pH yang drastis akibat
bertambahnya ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan. Kegiatan jasad
mikro atau penambahan pupuk yang bersifat masam akan menyumbangkan
sejumlah ion H (Madjid, 2010). Ion H yang dapat dipertukarkan adalah sumber
utama H+ sampai pH tanah menjadi di bawah 6, bila Al pada lempeng liat
Oktahedral Al menjadi tidak mantap dan diserap sebagai Al yang dapat
dipertukarkan tersebut adalah sumber H+ .H yang bebas hidrolisis oleh Al . Yang
dapat dipertukarkan ialah meningkatnya konsentrasi H+ larutan tanah yang
dihasilkan dari didosiasi H (misel) dapat dipertukarkan dan yang dihasilkan dari
hal tersebut adalah H terjerap H larutan (Poerwowidodo, 2011).

2.3. Pengaruh Al-dd dan H-dd Terhadap Tanah


Poerwowidodo (2011), menyatakan bahwa, kandungan Al-dd dapat ditetapkan
dengan menggunakan metode titrasi. Kegiatan titrasi pada tahap pertama akan
mengukur jumlah total asam yang dititrasi dapat digantikan oleh ion K+, yang
setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd. Titrasi pada tahap kedua akan mengukur
jumlah ion H yang diganti sehingga jumlah ion Al yang digantikan dapat dihitung
dengan pengurangan. Kandungan H-dd dan Al-dd ini dinyatakan dalam me
terhadap kation per 100 gram tanah kering.
Tanah yang mempunyai sifat yang sangat masam (pH 4,2), dapat menyebabkan
tanah tersebut mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan mempunyai
kejenuhan basa rendah dan bereaksi masam (Sarief, 2012). Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai sifat berikut: C tinggi, N sangat rendah,
P tersedia dan P total yang sangat rendah.
Kamprath (Soepardi, 2015), menyarankan agar pengapuran tanah di daerah
tropik didasarkan atas jumlah kapur yang diperlukan untuk meniadakan pengaruh
racun Alumunium (Al) dan menyediakan unsur kalsium (Ca). Sitorus, Leiwabessy
dan Soepardi (1974), untuk pertama kalinya menerapkan Al-dd (Al dapat
dipertukarkan) sebagai tolak ukur kebutuhan kapur pada tanah mineral masam di
Indonesia.
(Sutanto, 2015). Pada beberapa tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala
daun yang mirip difesiensi P, kekerdilan menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna
hijau dan gelap dan lambat matang,batang daun dan urat d tanaman daun berwarna
unggu , ujung daun menguning dan mati. Pada tanaman lain menunjukkan gejala
defisiensi Ca yang terinduksi atau tertekannya transfortasi Ca dalam tanaman, yaitu
dedaunana mudah mengeriting atau menggulung dan titik tumbuh atau tangki daun
tumbang. Akar yang terluka secara khas terlihat menggemuk dan rapuh. Pucuk akar
dan akar lateral menjadi tebal dan berubah coklat
Peningkatan takaran P- alam akan menurunkan kandungan Al-dd tanah,
terutama jika dikombinasikan dengan kapur, baik kalsit maupun dolomit. Efek
peningkatan takaran P-alam juga berpengaruh terhadap peningkatan kandungan
Ptersedia tanah pada setiap level pengapuran. Meningkatnya nilai pH tanah
menyebabkan penurunan kandungan Al-dd tanah sedangkan penurunan nilai Al-dd
tanah akan meningkatkan kandungan P-tersedia tanah. (Winarso, 2012)
Peningkatan pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari
campuran asam basa dengan garamnya. Adanya bahan penyangga tanah, dapat
menjaga penurunan pH yang drastis akibat bertambahnya ion H oleh suatu proses
biologis atau pemupukan. Ion H yang dapat dipertukarkan adalah sumber utama H+
sampai pH tanah menjadi di bawah 6, bila Al pada lempeng liat Oktahedral Al
menjadi tidak mantap. Yang dapat dipertukarkan ialah meningkatnya konsentrasi
H+ larutan tanah yang dihasilkan dari didosiasi H (misel) dapat dipertukarkan dan
yang dihasilkan dari hal tersebut adalah H terjerap H larutan (Lengkong, 2012).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentukan
besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montnorilonit mempunyai
KTK yang lebih besar dari pada tanah dengan mineral liat kaolinit, tanah-tanah
yang tua seperti tanah oksisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak
terdiri dari seskuiloksida. Besarnya KTK digunakan sebagai penciri untuk
klasifikasi tanah misalnya oksisol harus mempunyai KTK < 16 cmol(+)/kg liat
(Madjid, 2010)
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun waktu dan tempat penetapan kadar Al-dd dan H-dd tanah yaitu pada
hari senin tanggal 7 dan 14 Oktober 2019 dilaboratorium kimia, biologi dan
kesuburan tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-dd
tanah dilaboratorium kali ini yaitu: 1. Braker glass 100 ml; 2.Buret mikro 10 ml; 3.
Erlenmeyer 100 ml; 4. Gelas Ukur 25 ml; 5. Karet Penghisap; 6. Labu Ukur 1L; 7.
Magnetic Stirer; 8. Pipet Tetes; 9. Pipet Ukur 10ml; 10. Shaker; 11. Sprayer.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-
dd tanah dilaboratorium kali ini yaitu: 1. HCl 0,1 N; 2. Indikator PP 0,1%; 3. KCl
1N; 4. Kertas Saring W 41; 5.NaF 4% ; 6. NaOH 0,1 N; 7. Sampel Tanah

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dapat kita lakukan dalam praktikum penetapan kadar
Al-dd dan H-dd tanah dilaboratorium kali ini yaitu:
1. Timbang sampel tanah kering udara sebanyak 5 gr dan masukkan kedalam
erlenmeyer 100 ml.
2. Tambahkan 25 ml KCl 1 N dan kocok selama 30 menit.
3. Saring dengan kertas saring w 41 dan tampung dengan braker glass 100 ml
hingga volume 25 ml dengan menambah KCl 1 N.
4. Tambahkan 5 tetes indikator pp lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna
berubah menjadi pink lalu baca pembacaan kadar buret dan didapatlah T1
5. Tambahkan HCl 0,1 N maka warna akan hilang.
6. Tambahkan 2,5 ml NaF 4% warna pink akan timbul lagi dan diamkan selama
20 menit.
7. Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna pink hilang dan biarkan beberapa detik
sampai warna tidak timbul kembali lalu baca pembacaan pada buret dan
didapatlah T2.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dalam penetapan kadar Al-dd dan H-dd tanah
dilaboratorium kali ini yaitu:
Jenis tanah H-dd Al-dd
Mineral 0 – 30 cm 0,90 0,81
Mineral 30 – 60 cm 6,28 0,16
Mineral 60 – 90 cm 5,5 0,15
Pasang surut 30 – 60 cm 1,62 0,83
Rawa lebak 60 – 90 cm 0,86 0,5

Keterangan:
Kelompok 1 : Rawa lebak 60-90 cm
Kelompok 2 : Pasang surut 30-60 cm
Kelompok 3 : Mineral 0-30 cm
Kelompok 4 : Mineral 60-90 cm
Kelompok 5 : Mineral 30-60 cm

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penetapan kadar Al-dd dan H-dd tanah dapat diketahui
bahwa tanah yang paling banyak mengandung kadar alumunium yaitu terdapat pada
tanah pasang surut di lapisan 30-60 sebesr 0,83 % seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk
dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam
dengan pH < 5,0. Tanah pasang surut ini memiliki pH H2O sebesar 3,66 dan pH
KCl sebesar 2,75, Pada tanah pasang surut ini memang tanah yang bersifat sangat
masam dari sampel tanah lainnya sehingga wajar saja jika tanah pasang surut ini
memiliki kadar Al-dd yang tinggi.
Tanah menjadi asam karena kelebihan ion hidrogen menggantikan kation yang
sifatnya basa. Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca dan Mg)
ditambahkan. Dengan cara aksi massa, Ca dan Mg mengganti kembali kedudukan
ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari mineral-mineral yang larut dalam
keadaan masam. Sedangkan hidrogen berasal dari asam-asam yang banyak sekali
sumbernya (air hujan, pupuk, masam, eksudat akar, dsb).
Dua masalah utama tanah adalah keracunan Al dan kejenuhan Al yang terlalu
tinggi. Keracunan Al langsung melukai akar tanaman, menghambat
pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan serta translokasi kalsium maupun
fosfor. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung pada tanaman.
Ion OH- yang dihasilkan segera menetralkan H+ dan Al3+, sehingga pH tanah
dpat mengikat dan Al mengendap sebagai aluminium hidroksida, kompleks jerapan
yang bebas dari Al dapat diisi oleh kation. Kation dari Ca dari kapur atau kation-
kation lain yang berasal dari pupuk atau mineral.
Reaksi pengapuran secara sederhana:

CaCO3 + H2O Ca+2 + HCO3- + OH-

Kandungan Al-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode titrasi.


Kegiatan titrasi pada tahap pertama akan mengukur jumlah total asam yang dititrasi
dapat digantikan oleh ion K+, yang setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd. Titrasi
pada tahap kedua akan mengukur jumlah ion H yang diganti sehingga jumlah ion
Al yang digantikan dapat dihitung dengan pengurangan. Kandungan H-dd dan Al-
dd ini dinyatakan dalam me terhadap kation per 100 gram tanah kering.
Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam. Perkiraan jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat
didalam tanah. Jumlah Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk mencapai
pH tertentu yang paling sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman
Sampel tanah menunjukkan nilai Al-dd dan H-dd yang cukup tinggi, ini
dikarenakan tanah yang diambil merupakan tanah yang termasuk kedalam golongan
tanah masam. Oleh karena itu dalam pengolahannya perlu adanya pemberian kapur
pertanian yang berfungsi untuk menetralkan kemasaman atau menaikkan pH tanah.
Sebagian besar tanah di Indonesia ini bersifat masam. Hal ini juga disebabkan oleh
pengaruh dua iklim itu sendiri. Tanah di Indonesia menerima hujan dan panas
secara bergantian secara terus-menerus, sehingga lama kelamaan tanah menjadi
terkikis, dan terjadi pencucian basa, sehingga akhirnya bersifat masam.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-
dd tanah di laboratorium kali ini yaitu:
1. Kandungan Al-dd dan H-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode
titrasi
2. Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam.
3. Semakin masam tanah atau pH rendah maka Al-dd semakin tinggi.
4. Tanah menjadi masam karena kelebihan ion Hidrogen menggantikan kation
yang sifatnya basa.
5. Kejenuhan Al tinggi pada tanah-tanah masam tergantung pada kadar Al dan
mineral yang larut dalam keadaan masam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Al
dapat dikendalikan dengan cara pengapuran.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum penetapan kadar Al-dd dan H-
dd tanah di laboratorium kali ini yaitu diperlukan ketelitian dalam menghitung dan
melakukan percobaan, pada saat titrasi hendaknya dilakukan dengan sangat teliti
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan, dan hati-hati dalam
menggunakan bahan kimia yang berbahaya
DAFTAR PUSTAKA

Herviyanti, T.B. Prasetyo, T. Agita, A. Alif, 2015. Upaya Pengendalian keracunan


Besi (Fe) dengan asam humat dan pengelolaan air untuk meningkatkan
produktifitas tanah sawah bukaan baru. Laporan Penelitian hibah
bersaing. Oktober 2015.
Indranada K. Henry. 2010. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi
Aksara. Jakarta.
Kuswandi. 2011. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2012. Pengamatan Al-dd
Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal
: 91-97.
Mulyani, A. 2016. Potensi lahan kering masam untuk pengembangan pertanian.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28 (2): 16-17.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Poerwowidodo. 2011. Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Sarief, E. S. 2012. Kesuburan dan pemupukan tanah. Bandung. Pustaka Buana. 63
hal.
Soepardi. 2015. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian
Vol. 10 No. 22003: 63-69.
Sudarman, S. 2017. Kajian pengaruh pemberian kapur pada tanah Ultisol atas
kelakuan kalium dan agihan aluminium. Tesis Doktor, Universitas Gadjah
Mada. 305p.
Sutanto, Rachman. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Winarso. 2012. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah..Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN GAMBAR

Penambahan NaOH 1 N Pembacaan Kadar Buret

Sampel yang telah didapat nilai T1 Penambahan Indikator PP

Penambahan HCl 0,1 N dan warna pink Penambahan NaF 4% sampai warna
menghilang berubah pink

Anda mungkin juga menyukai