Anda di halaman 1dari 34

Asuhan Keperawatan pada Penyakit

Malaria

Di Susun Oleh :
Kelompok 12
1. Lovi Martini
2. M. Vaizul Rahman
3. Marnis Indah

Dosen Pembimbing : Cikwi, Skm, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Konsep Teoritis dan Asuhan Keperawatan pada Penyakit
Malaria” tanpa ada halangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam membimbing penyelesaian Makalah ini. Dalam penyusunan
makalah ini penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penyusun. Namun sebagai manusia biasa penulis tidak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata
bahasa.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
para pembaca pada umumnya. Penyusun mengharapkan saran serta kritik
dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Lubuklinggau, Oktober 2017

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Malaria berasal dari bahasa Italia (Mala+Aria) yang berarti “udara


yang jelek/salah”, baru sekitar tahun 1880 Charles Louis Alphonese
Laveran dapat membuktikan bahwa Malaria disebabkan oleh adanya
parasit didalam sel darah merah, dan kemudian Ronald Ross membuktikan
siklus hidup Plasmodium dan Transmisi penularannya pada nyamuk.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Data
WHO 2014 mencatat 198 juta kasus malaria terjadi secara global dan
menjadi penyebab 584.000 kematian di tahun 2013. Infeksi malaria
banyak terjadi di berbagai belahan dunia terutama daerah tropis dan sub
tropis termasuk Indonesia.

Indonesia adalah Negara Kepulauan yang memiliki iklim tropis


yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan iklim regional dan
global. Perubahan iklim makro dan mikro dapat mempengaruhi
penyebaran penyakit menular, termasuk penyakit tular vektor nyamuk.
Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap
dampak perubahan iklim, sehingga antisipasi perubahan iklim terhadap
sektor kesehatan di Indonesia dan lingkungannya merupakan hal yang
sangat penting. Sukowati (2008) menyatakan di Indonesia faktor iklim
berpengaruh signifikan terhadap resiko penularan penyakit tular vektor
seperti demam berdarah dan malaria.

Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang masih


menghadapi resiko penyakit malaria. Sekitar 80% kabupaten/kota di
Indonesia, menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia saat
ini masih termasuk dalam kategori endemis malaria (Kemenkes, 2010).
Malaria menyerang penduduk yang berdomisili di daerah terpencil
dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, transportasi dan komunikasi
yang sulit di capai, dan akses pelayanan kesehatan yang kurang baik.
Jumlah kasus klinis yang dilaporkan pada tahun 2009 adalah sebanyak
1.143.024 orang dengan jumlah kasus positif, berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, adalah 199.577 orang. (Kemenkes, 2010).

Sekitar 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah beresiko


terinfeksi malaria dan dilaporkan sebanyak 38 ribu orang meniggal per
tahun karena malaria berat akibat Plasmodium Falciparum. Wabah
malaria hampir terjadi setiap tahun diberbagai wilayah endemic Indonesia.
Beberapa wilayah telah dikategorikan sebagai daerah zona merah
penderita malaria seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, dan Bengkulu. Berikutnya Jambi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Gorontalo serta Aceh. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 465.764
kasus positif malaria dan angka ini telah menurun pada tahun 2015
menjadi 209.413 kasus.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan terhadap


kasus pada penyakit malaria.

1.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami dan menyusun diagnosa keperawatan pada


penyakit malaria.

2. Mahasiswa dapa memahami dan menyusun interverensi keperawatan


pada penyakit malaria.
3. Mahasiwa dapat memahami mengenai implementasi dalam konsep
asuhan keperawatan.

4. Mahasiwa dapat memahami mengenai evaluasi dalam konsep asuhan


keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teoritis Penyakit

2.1.1 Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh


plasmodium yang menyerang eritorisit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah. (Sudoyo Aru,dkk 2009)

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera


dan primata lainnya, heewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan
oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari
gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
(Depkes, 2007)

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,


disebabkan oleh protozoa jenis plasmodium ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali. ( Mansjoer.A. 2001)

Berdasarkan beberapa pengertian malaria diatas maka disimpulkan,


bahwa Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, suatu
protozoa obligat intraseluler yang termasuk dalam genus plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia.

2.1.2 Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dan genus plasmodium, yang


selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan
burung, reftil dan mamalia. Plasmodium terdiri dari empat
sepesies(Sudoyo Aru,dkk 2009)
1.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (Malignan
Malaria)

2.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (Benign Malaria)

3.Plasmodium malariae

4.Plasmodium ovale

Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit atau sel darah


merah dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anophales betina.
Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi
binatang (82 jenis burung dan reftil dan 22 pada binatang primata).

Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina


yang sebelumnya terinfeksi pada keadaan lain, malaria berkembang pasca
penularan transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi,
dimana keduanya melewati fase pre-eritositer perkembangan parasit dalam
hati. Fase pre-eritositer sporozoit yang diinjeksikan kedalam aliran darah
oleh gigitan nyamuk mencapai sinussoid hati dan memasuki sitoplasma sel
hati. Pertumbuhan dan pembelahan sel cepat dan terbentuk mikoskopik
(Schizont) yang mengandung merozoit kebanyakan kista dari semua
spesies pecah pada akhir 6 sampai 15 hari perkembangan, melepasan
beribu ribu merozoit untuk menembus sel darah marah.Namun, beberapa
bentuk P.Vivax dan P.ovale tetap dorman dalam hati selama beberapa
minggu atau beberapa bulan membuka jalan untuk relaps.

Masa inkubasi (atara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya


parasit dalam darah) berpariasi sesuai dengan spesies pada P.Falciparum
masa inkubasinya 10 sampai 13 hari. Pada P.Vivax dan P.ovale, 12 sampai
16 hari dan pada P. Malariae 27 sampai 37 hari tergantung pada ukuran
inokulum
Fase eritositer. Merozoid yang menginfasi sel darah merah mula-mula
tampak pada sediaan berwarna sebagai cincin kebiru-biruan atau
pitasitoplasma

(P.Malariae), dengan satu atau kadang-kadang dua titik merah


kromatin.Parasit yang sedang tumbuh diberinama trophozoit, dan yang
muncul bersamanya dalam sel darah merah adalah granula pigmen
kuning/cokelat yang terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin
yanng dikonsumsi parasit untuk memenuhi kebutuhannya.Bentuk
organisme berpariasai selam pertumbuhan sampai ia menjadi bulat dan
pigmen yang tersebar atau menggrombol, hampir mengisi sel darah merah,
dimana pada kasus P.Vivax, membesar dan berbintik-bintik.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik,


anemia dan splenomegali. Masa inkubasi berpariasi pada masing-masing
plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam
berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa nyeri di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak
enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering
terjadi pada P.vivax dan ovale, sedang pada P.flaciparum dan malariae
keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara


berurutan: periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, di ikuti dengan
meningkatnya tempratur ; kemudian periode berkeringat : penderita
berkeringat banyak dan tempratur turun dan penderita merasa sehat. Trias
malaria lebih sering terjadi pada infesi P.vivax dan pada P.falciparum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada P.falciparum, 36 jam pada P.vivax dan ovale, 60
pada P.malariae.

Anemia merupakan gejala yang sering di jumpai pada infeksi


malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah : penguruskan
eritrosit oleh parasit, hambatan erittropoiesis sementara, hemolisis oleh
karna proses komplement mediated imunne complex, eritropagositosis,
penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran
limpa (splenomegali) sering di jumpai pada penderita malaria, limpa akan
teraba setelah tiga hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak,
nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan orang yang penting dalam
pertahanan ubuh terhadap infeksi malaria, penelitian pada binatang
percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui
perubahan metabolisme, antigenik dan rheologikal dari eritrosit yang
terinfeksi.

Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh


hari sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Gejala-
gejala awal adalah demam, sakit kepala, menggigil, dan muntah-muntah,
sehingga jika gejala ringan sukar diduga malaria. Jika tidak di obati, dalam
waktu 24 jam malaria palcsiparum dapat berkembang cepat menjadi
penyakit malaria berat dan dapat menimbulkan kematian penderita. Di
daerah endemis malaria infeksi pada anak akan menyebabkan anemia
berat, gangguang pernapasan akibat asidosis metabolik, atau malaria
selebral. Pada orang dewasa dapat terjadi gangguan pada berbagai macam
organ tubuh (Soedarto,2011).

Baik pada malaria vivax dan malaria ovale, penderita dapat


mengalami kekambuhan yang terjadi beberapa minggu samapi beberapa
bulan sesudah infeksi yang pertama, yang bisa di alami penderita
meninggalkan daerah malaria. Hal ini disebabkan oleh plasmodium yang
berada di dalam organ ini pun harus diberantas pula secara tuntas.
Anak- anak yang mendapat malaria dibagi menjadi dua kelompok :
mereka yang tidak atau hanya sedikit mempunyai imunitas karena
kurangnya kontak sebelumnya dengan penyakit, ia menjadi sakit serius
jika tidak diobati, dan mereka yang mempunyai tingkat toleransi pada
sekitar umur 10 tahun karna infeksi malaria berulang pada awal masa anak
dimana mereka bertahan hidup walaupun pertumbuhan dan
perkembangannya dapat terganggu.

Pada anak nonimun, tanda-tanda klinis biasanya tampak delapan


smpai lima belas hari sesudah infeksi dan tidak dapat dibedakan. Demam
paroksismal mungkin sangat singkat atau mungkin berakhir selama 2
sampai 12 jam, polanya yang khas biasanya kabur pada anak kurang dari 5
tahun.

2.1.4 Patofisiologi

Studi patologi malaria hanya dapat dilakukan pada malaria


flasiparum karena kematian disebabkan oleh P.falciparum. Selain
perubahan jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah keadaan
mikrovaskuler dimana parasit malaria berada. Beberapa orang yang
terlibat antara otak, jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus, dan sumsum
tulang belakang, pada otopsi dijumpai otak yang membengkak dengan
pendarahan petekie yang multipel pada jaringan putih (white metter).
Pendarahan jarang pada substansi abu-abu. Tidak dijumpai berniasi.
Hampir seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan parasit. Pada
jantung dan paru selain sekuastrasi, jantung relatif normal, bila anemia
tanpak pucat dan dilatasi. Pada paru dijumpai gambaran edema paru,
pembentukan membran hialin, adanya agregrasi leukosit. Pada ginjal
tampak bengkak, tubulus mengalami iskemia, sekuartasi pada kapiler
glomelurus, proliferasi sel mesangial dan endotel pada pemeriksaan
imunofluorensen dijumpai diposisi imunolobulin pada membran basal
kapiler blomelurus. Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi
pendarahan karena erosi, selain sekuartasi juga dijumpai iskemia yang
menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai dyserythropoises,
makrofag banyak mengandung pigmen, dan erythrophagocytosis.
2.1.5 WOC/Patway

Gigitan nyamuk
Sporozoa masuk ketubuh
anopheles betina

Eritrosit yg mengandung parasit


melekat di endothhelium kapiler

Berkembang Eritroset mengandung


Hb
mjd tropozoid ribuan merozoit pecah
menurun

Skizon pecah (sporulasi)

Skizon msuk eritosit baru Membentuk mikro&


makro gametosid
Induksi sitolisis sel darah
merah
Oksigen dlm darah turun Oksigen dlm otak turun

Pelepasan produk metabolit


toksik ke dlm aliran darah Anemia dan hipovolemi TIK

Respon inplamasi sitematik Respon sistem saraf pusat


Mesencepalon
tertekan
Perubahan kesadaran
(delirium,kejang dan Gguan kesadaran
Intake cairan kardiorespirasi)

Diaphoresis Kelemahan
poliuri Resiko syok
Resiko (hipovolemik)
Intoleransi aktifitas
ketidakseimbangan Mialgia dan atralgia
elektolit
Nyeri Resiko penurunan
Hipertemi perfusi jaringan
otak

Ketidakseimbangan Gangguan orientasi Mual muntah,anoreksia


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intake nutrisi turun
2.1.6 Komplikasi

Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan


dengan malaria berat yang diakibatkan oleh P. Falciparum. Berikut
beberapa komplikasinya:

a. Malaria selebral: Coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS
adalah kurang dari sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang; yang tidak
disebabkan oleh penyakit lain.
b. Anemia berat, dengan Hb<5 gr% atau hematokrit <15% pada keadaan
hitung parasit >10.000.
c. Gagal ginjal akut, denagn urine <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau
<12 ml/kg BB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai
kreatinin >3mg%.
d. Oedema paru/ARDS, dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary
wedge pressure menurun. Ditandai dengan pernapasan yang dalam dan
cepat yakni >35 kali/menit.
e. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%. Hal ini disebabkan kebutuhan
metabolik dan parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati.
f. Syok: tekanan sistolik <70 mmHg (anak 1-5 tahun <50 mmHg) yang
disertai keringat dingin denagn perbedaan temperatur kulit-mukosa >1°C.
g. Pendarahan spontan dari hidung, gusi, GIT, atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskular.
h. Pendarahan spontan dari hidung, gusi, GIT Pendarahan spontan dari
hidung, gusi, GIT >2 kali/24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
i. Asidemia, ph <7,25 atau asidosis (plasma bikarbonat <15 mmol/L)
j. Makroskopik hemoglobinuri karena infeksi malaria akut.
k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan anak.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Happus darah tepi

-Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)

-Tetes tebal (lebih sensitif dekteksi parasit)

2. Res serosol

-IFA (Inderat Flovorescen Antobody)

-IH (Interean Hemoglotination)

-Untuk diagnostik akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi parasit.

3. Pemeriksaan GBC

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan malaria berdasarkan penyebabnya yaitu :

1. Malaria Falciparum tanpa komplikasi

Tabel pengobatan lini pertama pada malaria falciparum

Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur


Hari Jenis Obat 2-11 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
bln
1. Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
2. Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
3. Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2
Komposisi Obat :

Artesunat : 50 mg/tablet

Amodiakuin : 200 mg/tablet~153 Amodiakuin base/tablet

Semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia < 1 tahun)
diberikan tablet Primakuin (1 tablet berisi 15 mg primkauin basa) dengan
dosis 0,75 mg/kg BB/oral, dosis tunggal pada hari I (Hari pertama minum
obat). Dosis pada tabel diatas merupakan perhitungan kasar bila penderita
tidak ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasi berdasarkan
berat badan adalah :

Artesunat : 4 mg/kg BB/dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada


hari I, hari II, dan hari III, ditambah amodiakuin : 25 mg basa/kg BB
selama 3 hari dengan pembagian dosis : 10 mg basa/kg BB/hari/oral pada
hari I dan hari II, serta 5 mg basa/kg BB/oral pada hari III.

Apabila dalam suatu daerah belum tersedia obat kombinasi


artesunat dan amodiakuin maka dapat digunakan kombinasi sulfadoksin
dan Pirimetamin. Kombinasi obat ini diberikan dalam dosis tunggal
berdasarkan dosis sulfadoksin 25 mg/kg BB atau Pirimetamin 1,25 mg/kg
BB (dosis maksimal dewasa 3 tablet).

Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan


pengobatan lini kedua seperti tabel dibawah ini :

Tabel pengobatan lini kedua pada malaria falciparum

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur


Hari Jenis Obat 0-1 2-11 1-4 th 5-9 th 10-14 th < 15
bln bln th
3x½ 3x½
1. Kina *) *) 3x 1 3x2

Tetrasiklin/ - - - - - 4 x 1/
Dokisiklin 1x1
¾ 1½
Primakuin - - 2 2-3

2-7 Kina *) *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2


Tetrasiklin/ 4x1/
- - - - -
Doksisiklin 1x1

Keterangan :

- Kina : pada usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan yaitu 30
mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.

- Doksisiklin : tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun.
Dosis doksisiklin untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg BB/hari.

- bila tidak ada Doksisiklin, dapat digunakan Tetrasiklin. Dosis tetrasiklin


yaitu 25-50 mg/kg BB/4 dosis/hari atau 4 x 1 (250 mg) selama 7 hari;
tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.

- Primakuin : tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1
tahun. Dosis primakuin : 0,75 mg/kg BB, dosis tunggal.

2. Malaria Vivax/Ovale

Tabel pengobatan lini pertama pada malaria vivax/ovale

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur


Hari Jenis Obat 0-1 2-11 10-14
1-4 th 5-9 th < 15 th
bln bln th
½
 Klorokuin ¼ 1 1 3 3-4

Primakuin - - ¼ ¼ ¾ 1
¼ ½
 Klorokuin 1 1 3 3-4

¼ ¼ ¾
Primakuin - - 1

1/8 ¼ ½ ½ 1½
 Klorokuin 2

¼ ¾
Primakuin - - ½ 1

¼ ½ ¾
4-14 Primakuin - - 1

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan :

Klorokuin : Hari I dan II : 10 mg/kg BB, hari II : 5 mg/kg BB

Primakuin : 0,25 mg/kg BB/hari selama 14 hari

Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama maka diberikan pengobatan lini
kedua seperti tabel dibawah ini :

Tabel pengobatan lini kedua pada Malari Vivax/Ovale

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur


Ha
Jenis Obat 0-1 2-11 10-14 ≥ 15
ri 1-4 th 5-9 th
bln bln th th
3x½ 3x1½
1-7 Kina *) *) 3x1 3x2

1- ¼ ½ ¾
Primakuin - - 1
14
Dosis berdasarkan berat badan :

Kina : 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis

Primakuin : 0,25 mg/kg BB/hari

3. Malaria Berat

Pada malaria berat, diberikan untuk lini pertama yaitu Artemether


injeksi diberikan secara intramuskular selama 5 hari. Setiap ampul
artemether berisi 80 mg/ml. Dosis dan cara pemberian artemether yaitu :

 Untuk dewasa : dosis inisial 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke-1, diikuti
80 mg (1 ampul) IM pada hari ke-2 s.d ke 5.
 Dosis anak tergantung berat badan yaitu :

Hari I : 3,2 mg/kg BB/ hari

Hari II-V : 1,6 mg/kg BB/hari

Untuk lini kedua diberikan Kina per infus/drip. Cara pemberian kina per
infus yaitu :

 Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCL 25% dosis 10 mg/kg BB (
1 ampul isi 2 ml ꞊ 500 mg kina HCL 25%) yang dilarutkan dalam 500 ml
dekstrose 5 % atau NaCl 0,9% diberikan selama 8 jam, diulang dengan
cairan yang sama setiap 8 jam terus-menerus sampai penderita dapat
minum obat atau kina HCL 25% (per infus), dosis 10 mg/kg BB/jam
diberikan setiap 8 jam, diulang dengan cairan dan dosis yang sama setiap 8
jam sampai penderita dapat minum obat.
 Dosis anak-anak : kina HCL 25% (per infus) dosis 10 mg/kg BB (bila
umur < 2 bulan : 6-8 mg/kg BB) diencerkan dengan 5-10 cc dekstrose 5%
atau NaCl 0,9%/kg BB diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam-
penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per infus maka kina dapat
diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular
yaitu Kinin Antipirin dengan dosis : 10 mg/kg BB IM (dosis tunggal).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan


dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada.Untuk melakukan langkah
pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki
oleh perawat diantaranya pengetahuan dan kemampuan yang harus
dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau
sistem biopsiksosial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia
dari aspek biologis.

a. Biodata

Data yang didapat mengenai klien yang terdiri dari nama, umur,
jenis kelamin, status, alamat, agama, tanggal MRS, diagnose medis,
keluarga yang dapat dihubungi, catatan keberangkatan, MR.

b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama:
Biasanya klien dengan penyakit malaria datang ke RS dengan keluhan
demam, tidak nafsu makan, kepala terasa pusing, perut bagian kanan
atas terasa sakit, terasa mual dan ingin muntah.
 Riwayat kesehatan sekarang:
Biasanya klien yang menderita penyakit malaria pada saat dilakukan
pengkajian keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah masih terasa
demam, lemas, mual, tidak nafsu makan.
 Riwayat kesehatan dahulu:
Biasanya pasien mengalami penyakit malaria mempunyai riwayat
pernah mengalami penyakit malaria sebelumnya, dan pernah dirawat di
RS atau berobat dengan gejala atau penyakit yang sama.
 Riwayat kesehatan keluarga:
Biasanya pasien yang menderita penyakit malaria ini didalam
keluarganya juga ada yang menderita penyakit malaria.

c. Data dasar pengkajian


1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, kelemahan otot dan penurunan kekuatan
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer
kuat dan cepat (fase ke-6) kulit hangat, diuresis (diaphoresis) karena
fase dilatasi. Pucat dan lembab (fase kontruksi), hipovolemia,
penurunan aliran darah
3. Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi; penurunan saluran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksi, mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan dan
penurunan masa otot. Penurunan saluran urine,konsenterasi urine
5. Neuronsensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirum atau;
6. Pernafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan.

2.2.2 Analisa data


Data yaitu semua informasi yang relevan tentang klien, terdiri dari
informasi fakta, dan penemuan-penemuan, mencakup kekuatan-kekuatan,
dan kebutuhan hidup individu.Pengumpulan data adalah proses
pengumpulan informasi tentang status kesehatan klien secara sistematis
dan terus menerus. Berikut ini beberapa jenis data antara lain :
1.Data objektif
 Data yang diperoleh melalui observasi atau diperiksa
 Dapat dilihat,dirasa dan didengar
 Kadang disebut “tanda/sign/over data”

2.Data subjektif
 Data yang dikeluhkan oleh klien dan hanya dapat diuraikan oleh
klien
 Kadang-kadang disebut symptom=over data
Sumber data :
1.Primer : klien
2.Sekunder :
 Orang-orang penting
 Tenaga kesehatan
 Medical records
 Catatan dan laporan lainya
 Literature.
Jadi, dapat disimpulkan mengidentifikasi pola/masalah yang
mengalami gangguan yang ada mulai dari pengkajian pola fungsi
kesehatan

2.2.3 Diagnosa keperawatan


Diangosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan
dari tanda dan gejala timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini:

1. Suhu tubuh/hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme,


dehidrasi,perubahan pada regulasi temperatur.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d mual, muntah dan anoreksia.
3. Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatakan tekanan vakuler serebral.
4. Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh.

2.2.4 Intervensi Keperawatan

1. Suhu tubuh/hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme,


dehidrasi,perubahan pada regulasi temperatur

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri : -Suhu 38,9 – 41,1 c menunjukkan
-Pantau suhu pasien,perhatikan pasien proses penyakit infeksius akut. Pola
menggigil atau diaporesis. demam dapat membantu dalam
diagnosis misalnya;kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan penumonia,demam.
Menggigil merupakan puncak suhu.
-Pantau suhu lingkungan,batasin atau -Suhu ruangan/jumlah selimut harus
tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
indikasi mendekati normal.
-Berikan kompres mandi -Dapat membantu mengurangi demam.
hangat,hindari pengunaan alkohol
Kolaborasi : -Dingunakan untuk mengurangi demam
-Berikan antiperetik misalnya dengan aksisentral pada
aspirin,asetaminopen. hipotalamus,meskipun demam
mungkin dapat berguna dalam
membatasain pertumbuhan organisme
dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel terinfeksi.
-Berikan selimut tipis dan dingin yang -Digunakan untuk mengurangi demam
menyerap keringat. dengan umumnya lebih besar dari 39,5-
40 c pada waktu terjadi kerusakan /
gangguan pada otak.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d mual, muntah dan anoreksia.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
-Catat status nutrisi pasien, catat turgor -Berguna untuk mendefinisikan
kulit, berat badan dan derajat derajat/luasnya masalah dan pilihan
kekurangan berat badan, integritas kulit, intervensi yang tepat. Membantu
adanya tonus usus, riwayat mual/muntah dalam mengidentifikasi
atau diare. kebutuhan/kekuatan khusus.
Pastikan pola diet biasa pasien, yang Pertimbangkan keinginan individu
disukai/tidak disukai. untuk memperbaiki makanan.
-Berguna dalam mengukur
-Awasi masukan/pengeluaran dan berat keefektifan nutrisi dan dukungan
badan secara periodik cairan.
Sedikit anoreksia, mual, muntah dan Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
catat kemungkinan hubungan dnegan mengidentifikasi area pemecahan
obat. Awasi frekuensi, volume, masalah untuk meningkatkan
konsistensi feses. pemasukan/ penggunaan nutrien.
-Membantu menghemat energi
-Anjurkan makan sering dengan porsi khususnya bila kebutuhan metabolik
sedikit. meningkat saat demam.
-Menurunkan rasa tak enak karena
-Berikan perawatn mulut sesudah sisa muntah atau obat untuk
maupun sebelum tindakan. pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.
-Dorong orang terdekat untuk -Membuat lingkungan sosial lebih
memberikan makanan. normal selama makan dan membantu
memenuhi kebutuhan personal dan
kultural dan memberikan bantuan
dalam perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik pasien.
Kolaborasi :
-Rujuk ke ahli diet untuk menentukan -Dapat membantu menurunkan
komposisi diet. insiden mual/muntah sehubungan
-Konsul dengan terapi pernafasan untuk dengan obat/efek pengobatan
jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum- pernafasan pada perut yang penuh.
sesudah makan. Awasi pemeriksaan -Nilai rendah menunjukkan
laboratorium contohnya : BUN, protein, malnutrisi dan menunjukkan
serum, dan albumin. kebutuhan intervensi/perubahan
-Berikan terapi yang tepat. program terapi.
-Demam meningkatkan Kebutuhan
metabolik dan juga konsumsi kalori
3. Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatakan tekanan vakuler serebral.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
-Pertahankan tirah baring pada pasien selama -Meminimalkan stimulasi/meningkatkan
fase akut. relaksasi.
-Berikan tindakan non farmakologi untuk -Menurunkan tekanan vaskuler serebral
menghilangkan sakit kepala,misal:kompresi dan memperlambat respon simpatis
dingin, pijat, relaksasi. efektif dalam menghilangkan sakit
-Minimalkan aktivitas yang dapat kepala dan komplikasinya.
meningkatkan sakit kepala. -Aktivitas yang meningkat
menyebabkan sakit kepala karena
-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai adanya peningkatkan tekanan vaskuler
kebutuhan . selebral.
-Pasien biasanya mengalami pusing juga
-Berikan cairan, makanan lunak, perawatan kadang mengalami hipotensipotural.
mulut yang teratur jika terjadi pendarahan -Meningkatkan kenyamanan
hidung. umum.Kompres hidung dapat
menggangu menelan atau membutuhkan
nafas mulut.
Kolaborasi : -Menurunkan nyeri dan menurunkan
-Berikan analgesik sesuai indikasi: rangsang simpatis.
-Berikan antiansietas;lorazepan,diazepan -Mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stres.
4. Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
-Tingkatkan tirah baring atau -Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
duduk.Berikan ligkungan tenang. -Meningkatkan fungsi pernafasan dan
-Ubah posisi dengan sering.Berikan meminimalkan tekanan pada area tertentu.
perawatan kulit yang baik. -Memungkinkan periode tambahan
istirahat tapa gangguan.
-Lakukan tugas dengan cepat sesuai -Tirah baring lama dapat menurunkan
dengan toleransi. kemampuan.
-Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi,bantu melakukan latihan -Meningkatkan relaksasi dan memusatkan
rentang gerak sendi pasif atau aktif. kembali perhatian serta dapat
-Gunakan teknik manajemen meningkatkan koping.
stres,contoh relasasi bimbingan -Menunjukan kurangnya
imajinasi.Berikan aktivitas hiburan. resolusi/eksaserbasi,memerlukan istirahat
-Awasi terulangnya anoreksia dan lanjut.
nyeri tekan pembesaran hati.
Kolaborasi : -Membantu dalam manajemen kebutuhan
-Berikan obat sesuai tidur.
indikasi:sedatif,agen antiansietas

2.2.5 Implementasi

Perawat melaksanakan rencana yang telah diidentifikasi.


Implementasi untuk melaksanakan intervensi keperawatan yang di
rencanakan untuk membantu klien mencapai tujuan.
 Pengkajian ulang klien
 Memperbaharui data dasar
 Meninjau dan merevisi rencana asuhan
 Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah dierencanakan
Tindakan yang dilakukan berdasarkan renpra dapat
dimodifikasikan kondisi klien, metode implementasi:
 Membantu dalam AKS/ADL
 Konseling
 Penyuluhan
 Meberikan askep langsung,tindakan mandiri keperawatan,dokumentasi
keperawatan

Beberapa hal yang perlu diketahui oleh perawat:

 Bahaya fisik dan perlindungan pada klien,teknik komunikasi,kemampuan


dalam prosedur tindakan,pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien.
 Dituliskan dengan kalimat kerja aktif
 Jenis tindakan:
1. Tindakan keperawatan mandiri/independent
2. Tindakan keperawatan kolaboratif/independent

2.2.6 Evaluasi

Evaluasi untuk menentukan tingkat atau luasnya tujuan asuhan


keperawatan yang dicapai:
 Mengumpulkan data tentang respon klien
 Bandingkan respon klien dengan kriteria evaluasi
 Analisa alasan-alasan untuk hasil
 Modifikasi rencana asuhan
 Menetapkan keberhasilan terapi medis
 Memperbaiki rencana terapi bila perlu
Kriteria yang harus dimiliki dari evaluasi yaitu:
1. Kemampuan memahami respon terhadap intervensi keperawatan
2. Kemampuan mengambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai
3. Kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria
hasil
BAB III

KASUS MALARIA

3.1 Kasus Malaria

Ny.R umur 40 tahun datang ke poli rumah sakit dengan keluhan


badan terasa dingin menggigil hilang timbul suhu badan makin lama
makin panas (40o) dan banyak mengeluarkan keringat seperti orang mandi,
dan gejala seperti itu sering berulang, dan mengeluh sakit kepala. Klien
tampak meringis dan memegang kepala, skala nyeri = 7, Mukosa bibir
kering, klien mengatakan sudah 3 hari ini mngalami mual muntah dan
tidak nafsu makan. TD : 100/70 BB awal : 46kg BB sekarang : 40kg.

I. Asuhan Keperawatan :

A. Pengkajian
1. Anamnesa (identitas klien)
Nama : Ny.R
Umur : 40 tahun
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
malaria yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab penyakit
malaria dasar data pengkjian .
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan otot dan penurunan kekuatan
b. Sirkulasi
Tanda : tekanan darah normal atau sedikit menurun, denyut
perifer kuat dan cepat (fase demam) kulit hangat, divresis
karena vasodilatasi, pucat dan lembab.
c. Eliminasi
Gejala : diare / konstipasi
Tanda : distensi abdomen
d. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia mual dan muntah
Tanda : penurunan berat badan, penurunan
e. Neori sensori
Gejala : sakit kepala, pusing dan pingsan
Tanda : gelisah, dan ketakutan

II. Anlisa Data :

Data Subjektif :

 klien mengatakan badan terasa dingin dan menggigil yang hilang timbul
 klien mengeluhkan mual muntah sudah 3 hari
 klien mengatakan badannya semakin lama makin panas dan banyak
mengeluarkan keringat

Data Objektif :

 TD : 100/70
 Mukosa bibir kering
 T : 40o
 Tampak gelisah
 Klien tampak meringis sambil memegang kepala
 Skala nyeri = 7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama


prosesnya, malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk
aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia di tularkan oleh nyamuk
malaria (anopheles) betina. Selain dari vector nyamuk, malaria juga dapat
ditularkan melalui transfuse darah atau jarum suntik yang terkontaminasi
darah penderita malaria.
Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh
hari sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Gejala-
gejala awal adalah demam, sakit kepala, menggigil, dan muntah-muntah,
sehingga jika gejala ringan sukar diduga malaria. Jika tidak di obati, dalam
waktu 24 jam malaria palcsiparum dapat berkembang cepat menjadi
penyakit malaria berat dan dapat menimbulkan kematian penderita. Di
daerah endemis malaria infeksi pada anak akan menyebabkan anemia
berat, gangguang pernapasan akibat asidosis metabolik, atau malaria
selebral. Pada orang dewasa dapat terjadi gangguan pada berbagai macam
organ tubuh.
Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium
Falciparum dan disebut sebagai malaria tertian maligna. Ada 4 jenis
malaria : Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum), Malaria Kwartana
(Plasmodium Malariae), Malaria Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax).
4.2 Saran

Usaha yang paling memungkinkan untuk meminimalisir penyakit


malaria adalah melakukan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
terhadap penularan parasit antara lain :
Menghindari gigitan nyamuk malaria disarankan untuk memakai baju
lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari,
menggunakan klambu saat tidur,memakai minyak anti nyamuk (mosquito
repellent) saat tidur, membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dengan
bebrapa tindakan beberapa berikut ini:penyemprotan rumah didaerah
endemis malaria dengan inteksida yang dilaksanakan dalam setahun
dengan interval waktu enam bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika

Andra Saferi Wijaya,Yessie Mariza Putri.2013.KMB 2 Keperawatan Medikal


Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta:Nuha Medika

Behrman,Kliegman dan Arvin Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol


2.Jakarta:EGC

Amin Huda Nurarif, dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.Jogjakarta:Mediaction

M.Hasyimin.2010.Mikrobiologi&Parasitologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:TIM

Handayaningsih,Isti.2009.Dokumentasi Keperawatan “DAR”.Jogjakarta:Mitra


Cendikia Press

Entjang,Indah.2001.Mikrobiologi&Parasitologi.PT.Citra Aditya Bakti

Jawetz dkk.2014.Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25.Jakarta:EGC

Hidayat,A.Aziz Alimul.2011.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi


2.Jakarta:Salemba Medika

Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta:GAC

Suwito dkk.2010.Perhimpunan Entomologi Indonesia.Volume 7, No.1, http://


journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi/articel/view/6069

Wijayantri,Tri.2012.Malaria Sebagai Penyakit Zoonosis.Prima Offset.Balaba


Volume 8,No.2,http://journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi/articel/view/6069

https://www.voaindonesia.com/a/kasus-malaria-di-indonesia-masih-tinggi/16485
07.html

https://lifestyle.sindonews.com/read/1193384/155
http://www.depkes.go.id/article/print/16050200003/inilah-fakta-keberhasilan-
pengendalian-malaria.html

Anda mungkin juga menyukai