ANATOMI JANTUNG
Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yakni:
1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium viseralis.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
3. Lapisan dalam disebut endokardium.
Ruang-ruang Jantung
Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena
kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari
jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut
dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut
trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus papilaris.
Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
a. Ventrikel kanan- menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis.
b. Ventrikel kiri - menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Katup-katup Jantung
1. Katup atrioventrikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-
ventrikuler. Katup yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan
mempunyai tiga buah daun katup, disebut katup trikuspid. Sedangkan katup
yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup, disebut katup mitral. Katup atrioventrikuler memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastol
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi).
2. Katup semilunar
Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini
dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, terdiri dari 3 daun
katup yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adanya katup semilunar memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama
sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastol ventrikel.
Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi,
dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari pada tekanan di dalam pembuluh-
pembuluh arteri. Di sebelah atas daun katup aorta terdapat tiga buah
penonjolan dinding aorta, yang disebut “Sinus Valsava“. Muara arteri
koronaria terletak pada tonjolan-tonjolan ini, sinus-sinus tersebut berfungsi
melindungi muara koroner dari penyumbatan oleh daun katup pada waktu
aorta terbuka.
Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi
koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri.
Arteri koroner kanan berjalan ke sisi kanan jantung, pada sulkus atrio
ventrikuler kanan. Pada dasarnya arteri koronaria kanan memberi makan pada
atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri.
Ramus sirkumfleks memberi nutrisi pada atrium kiri dan dinding samping
serta bawah dari ventrikel kiri. Ramus desenden arterior memberi nutrisi pada
dinding depan ventrikel kiri yang masif. Meskipun nodus SA (Sino Atrial
Node SAN) letaknya di atrium kanan, tetapi hanya 55% kebutuhan nutrisinya
dipasok oleh arteri koronaria kanan, sedang 42% lainnya dipasok oleh cabang
arteri sirkumfleks kiri.
Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner.
Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu:
1. Vena tebesian merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah
dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan.
2.Vena kardiaka anterior mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
3. Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang paling besar
dan paling penting; berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena
miokard ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus koronarius yang
bermuara di samping vena kava inferior.
2. Arteriol
Adalah cabang-cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai
katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol juga
mempunyai dinding yang kuat. Arteriol mampu konstriksi/ menyempit secara
komplit atau dilatasi/ melebar sampai beberapa kali ukuran normal, sehingga
dapat mengatur aliran darah ke kapiler.
Dinding arteriol mengandung sedikit jaringan elastis dan lebih banyak otot
polos. Otot ini di persarafi oleh serabut saraf kolinergik yang fungsinya
vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/ tahanan aliran
darah, perubahan kecil pada diameternya menyebabkan perubahan yang
besar terhadap resistensi perifer. Nutrisi untuk nodus AV dipasok oleh arteri
yang melintasi kruks, yakni 90% dari arteri koroner kanan dan 10% dari
arteri sirkumfleks.
3. Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan
ruang interstitial. Untuk peran ini kapiler dilengkapi dinding yang sangat
tipis dan permeabel terhadap subtansi-subtansi bermolekul halus.
2. Vena
Berfungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan kembali ke jantung.
Karena tekanan dalam sistem vena rendah (0 – 5 mmHg), maka dinding vena
tipis namun berotot dan ini memungkinkan vena berkontraksi sehingga mem-
punyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai
kebutuhan tubuh.
Tabel 1. Sifat berbagai pembuluh darah manusia
Tebal Diameter Luas
dinding lumen penampang
Aorta 2 mm 2,5 cm 4,5 cm
Arteri 1 mm 0,4 cm 20 cm
Arteriol 20 mikron 30 mikron 400 cm
Kapiler 1 mikron 5 mikron 4.500 cm
Venul 1 mikron 20 mikron 4.000 cm
Vein 0,5 mm 5 mm 40 cm
V kava 2,5 mm 3 cm 18 cm
Sirkulasi Sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagai organ.
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4. Banyak mengalami tahanan.
5. Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru-paru
2. Hanya berfungsi untuk paru-paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4. Hanya sedikit mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang-cabang
intra-miokardial yang kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada:
1. Aktivitas.
2. Denyut jantung.
3. Rangsang sistem syaraf simpatis.
B. DEFINISI CHF
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik di mana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-
ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif
terhadap kebutuhan metabolik, dan kedua, penekanan arti gagal jantung
ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal
miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; umumnya
mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme konpensantorik sirkulasi
dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangannya menjadi gagal
jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal
sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk
melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Definisi ini mencakup segala
kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak
memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler, dan
jantung. Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana terjadi
bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme konpensatoriknya.
Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum
yaitu gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat
bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab di luar
jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari gagal jantung meliputi :
1. Kelainan Otot Jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuk-
an asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kon-
traktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Keadaan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung Lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya
terlihat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (mis., stenosis
katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis.,
tamponade perikardium, perikarditas konstriktif, atau stenosis katup AV),
atau pengosongan jantung abnormal (mis., insufisiensi katup AV).
Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah
sistemik (hipertensi “Maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun
tidak ada hipertropi miokardial.
6. Faktor Sistemik.
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (mis: demam, tirotoksikosis),
hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk
mcmenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik)
dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Disritmia jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya secara sekunder
akibat gagal jantung, menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah
fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke
Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung
normal masih dapat dipertahankan.
Pada gagal jantung jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu,
hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran
hemodinamika melalui prosedur pemantauan invasif telah mempermudah
diagnosa gagal jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi
farmakologis yang efektif.
Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu kondisi
yang dinamakan Paroxysmal Nokturnal Dispnea (PND). Hal ini terjadi bila
pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah,
pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di
ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel
kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume
dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih
lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai
bercak darah.
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan
untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk
Gejala lain yang mungkin terjadi adalah Cheyne Stokes, yaitu pola
pernafasan yang terdiri atas fase nafas dan fase berhenti. Fase nafas dimulai
dengan respirasi yang dangkal, makin lama makin dalam sampai mencapai
puncak, kemudian mendangkal lagi dan akhirnya berhenti beberapa lamanya.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, makan tekanan dalam
pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam
rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres
pernapasan.
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena
dan stasis vena di dalam rongga abdomen. Nokturia, atau rasa ingin kencing
pada malam hari, terjadi karena perfusi renal di dukung oleh posisi penderita
pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena
curah jantung akan membaik dengan istirahat. Lemah yang menyertai gagal
jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan
sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat
dari jaringan.
c. Pemeriksaan Fisik
Fokus pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung ditujukan untuk
mengobservasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan
tanda serta gejala sistemik. Semua tanda yang mengarah kesana harus
dicatat dan dilaporkan.
1) Pernapasan.
Paru harus diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk
menentukan ada atau tidak adanya krekel dan wheezing. Krekel terjadi
oleh gerakan udara melalui cairan, dan menunjukan terjadinya ko-
ngesti paru. Frekuensi dan dalamnya pernapasan juga harus dicatat.
2) Jantung.
Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4.
Adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai mengalami
kegagalan, dan pada setiap denyutan, darah yang tersisa didalam
ventrikel makin banyak. Frekuensi dau irama juga harus dicatat.
Frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan bahwa ventrikel memer-
lukan waktu yang lebih banyak untuk pengisian, serta terdapat stagnasi
darah yang terjadi di atria dan pada akhirnya juga di paru.
3) Penginderaan/Tingkat Kesadaran.
Bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka
darah yang beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transpor oksigen
menjadi berkurang. Otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan
oksigen. dan pasien mengalami konfusi.
4) Perifer.
Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya edema. Bila
pasien duduk tegak, maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai
bawah, bila pasien berbaring telentang, yang dikaji adalah sakrum dan
punggung untuk melihat adanya edema. Jari dan tangan kadang juga
bisa mengalami edema. Pada kasus khusus gagal jantung, pasien dapat
mengalami edema periorbital, dimana kelopak mata tertutup karena
bengkak.
5) Hati
Hati diperiksa juga akan adanya hepatojugular refluks (HJR). Pasien
diminta bernapas secara normal pada saat dilakukan penekanan pada
hati selama 30 sampai 60 detik. Bila distensi vena leher meningkat
lebih dari 1 cm, maka tes ini positif menunjukkan adanya peningkatan
tekanan vena.
6) Distertsi Vena Juguler.
JVD Juga harus dikaji. Ini dilakukan dengan mengangkat pasien
dengan sudut sampai 45°. Jarak antara sudut Louis dan tingginya
distensi vena juguler ditentukan. (Sudut Louis adalah hubungan antara
korpus sternum dengan manubrium). Jarak yang lebih dari 3 cm
dikatakan tidak normal. Ingat bahwa ini hanya perkiraan dan bukan
pengukuran pasti.
7) Haluaran Urin.
Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangnya haluaran urin kurang
dari 100 dan 400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin kurang dari 100
ml/24 jam). Maka penting sekali mengukur haluaran sesering mungkin
untuk membuat dasar pengukuran efektivitas diuretik. Masukan dan
haluaran harus dicatat dengan baik dan pasien ditimbang setiap hari,
pada saat yang sama dan, pada timbangan yang sama.
d. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
EKG: Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia,
dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, mis. Takikardia,
fibrilasi atrial, mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan
adanya aneurisme ventrikular (dapat menyebabkan gagal/disfungsi
jantung).
Sonogram (ekokardiogrum, ekokardiograrn dopple): Dapat
menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
Skan jantung: (Multiguted acquisition (MUGA): Tindakan
penyuntikkan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding. Kateterisasi
jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis
katup atau insufisiensi. Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat
kontras disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal
dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
Rontgen dada: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal. Kontur
abnormal, mis., bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat
menunjukkan aneurisme ventrikel.
Enzim Hepar: Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
Elektrolit: Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretik.
Oksimetri nadi: Saturasi oksigen munkin rendah, terutama jika GJK
akut memperburuk PPOM atau GJK kronis.
AGD: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
BUN, kreatinin: Peningkatan BUN menandakan penurunan perpusi
ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal
ginjal.
Albumin/transferin serum: Mungkin menurun sebagai akibat
penurunan masukun protein atau penurunan sistesis protein dalam
hepar yang mengalami kongesti.
HSD: Mungkin menunjukkan anemia, polisitemia, atau perubahan
kepekatan menandakan retensi air. SDP mungkin meningkat,
mencermikan MI baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi atau
infeksius lain.
Kecepatan sedimentasi (ESR): Mungkin meningkat, menandakan
reaksi inflamasi akut.
Pemeriksaan tiroid: Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan
hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus GJK.
e. Terapi/Pengobatan
Diuretik
Vasodilator
ACE inhibitor
Digitalis
Dopaminergik
Oksigen
Intervensi Keperawatan
1. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, dan irama jantung:
Rasional: Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventri-
kuler. KAP, PAT, MAT, PVC dan AF disritmia umum
berkenaan dengan GJK meskipun lainnya juga terjadi.
2. Catat bunyi jantung.
Rasional: S 1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi.
Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
2) Intoleransi aktivitas
Dapat dihubungkan dengan:
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen.
Kelemahan umum.
Tirah baring lama/imobilisasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Ketemahan, kelelahan.
Perubahan tanda vital, adanya disritmia.
Dispnea.
Pucat dan berkeringat.
Hasil Yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi, Pasien akan:
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan
perawatan diri sendiri.
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital DBN selama
aktivitas.
Intervensi Keperawatan:
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila
pasien menggunakan vasodilator, diuretik, penyekat beta.
Rasional: Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilatasi, perpindahan cairan (diuretik) atau
pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat.
Rasional: Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas, dengan menyebabkan
peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3. Kaji presipitator/penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping dari beberapa obat (beta
bloker), tranquilezer, dan sedatif). Nyeri dan program penuh
stres juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
Rasional: Dapat menunjukkan peningkatkan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi
periode aktivitas dengan periode istirahat.
Rasional: Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.
6. Implementsikan program rehabilitasi jantung/aktivitas.
Rasional: Peningkatan terhadap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfungsi jantung
tidak dapat membaik kembali.
Tindakan/Intervensi
1. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.
Rasional: Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas
fisik, dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan atau yang memutih.
Rasional: Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hlpoksia jaringan.
3. Ubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional: Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang
menganggu aliran darah.
4. Berikan perawatan kulit sering, merninimalkan dengan
kelembaban/ekskresi.
Rasional: Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan rnempercepat
kelembaban/ekskresi.
5. Periksa sepatu kesempitan/sandal dan ubah posisi sesuai kebutuhan.
Rasional: Edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit,
kebutuhan. meningkatkan risiko tertekan dan kerusakan
kulit pada kaki.
6. Hindari obat intramuskuler.
Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorpsi ohat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/ter-
jadinya infeksi.
7. Berikan tekanan alternatif/kasur, kulit domba, perlindungan siku/tumit.
Rasional: Menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki
sirkulasi.
Tindakan/Intervensi
1. Diskusikan fungsi jantung normal. Meliputi informasi
sehubungan dengan perbedaan pasien dari fungsi normal. Jelaskan
perbedaan antara serangan jantung dan GJK.
Rasional: Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan. -
sehubungan dengan perbedaan pasien dan fungsi normal.
Jelaskan perbedaan antara serangan jantung dan GJK.
2. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional: Pasien percaya bahwa pengubahan program pascapulang
dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau
merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan risiko
eksaserbasi gejala. Pemahaman program, obat, dan
pembatasan dapat meningkatkan kerjasama untuk
mengontrol gejala.
3. Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi
kelelahan, dan istirahat diantara aktivitas.
Rasional: Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi
melemahkan jantung, eksaserbasi kegagalan.
4. Diskusikan pentingnya pembatasmn natrium. Berikan daftar
kandungan natrium pada makanan umum yang harus dihindari/batasi.
Dorong untuk membaca label makanan dan bungkus obat.
Rasional : Pemasukan diet natrium diatas 3 g/hari akan menghasilkan
efek diuretik. Sumber umum natrium adalah garam meja
dan makanan dengan garam, meskipun sup/sayur kaleng.
daging kiloan, dan produk harian juga dapat mengandung
kadar tinggi natrium.
5. Diskusikan obat, tujuan dan efek samping. Berikan instruksi secara
verbal dan tertulis.
Rasional: Pemahaman kebutuhan terapeutik dan pentingnya upaya
pelaporan efek samping dapat mencegah terjadinya
komplikusi obat. Cemas dapat menghambat pemasukan
keseluruhan atau detil dan pasien/orang dekat merujuk ke
materi tulisan pada kertas untuk menyegarkan ingatan.
6. Anjurkan makan diet pada tiap hari.
Rasional : Memberikan waktu adekuat untuk efek obat sebelum waktu
tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
7. Anjurkan dan lakukan demonstrasi ulang kemampuan mengambil dan
mencatat nadi harian dan kapan memberi tahu pemberi perawatan,
contoh nadi di atas/dibawah frekuensi yang telah ditentukan
sebelumnya, perubahan pada irama/regularitas
Rasional : Meningkatkan pemantauan sendiri pada kondisi/efek obat.
Deteksi dini perubahan memungkinkan intervensi tepat
waktu dan mencegah komplikasi seperti toksisitas
digitalis.
8. Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol faktor risiko
(contoh, merokok) dan faktor pencetus atau pemberat (contoh, diet
tinggi garam, tidak aktif/terlalu aktif, terpajan pada suhu ekstrem).
Rasional : Menambahkan pada kerangka pengetahuan dan
memungkinkan pasien untuk membuat keputusan ber-
dasarkan informasi sehubungan dengan kontrol kondisi
dan mencegah berulang/komplikasi. Merokok potensial
untuk vasokontriksi; pemasukan natrium meningkatkan
pembentukan retensi/edema air; keseimbangan tidak tepat
antara aktivitas/istirahat dan pemajanan pada suhu
ekstrem dapat mcngakibatkan kelelahan/meningkatnya
kerja miokard dan meningkatkan risiko infeksi paru.
9. Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan perhatian medik cepat,
contoh peningkatan berat badan cepat, edema, napas pendek,
peningkatan kelelahan, batuk, hemoptisis, demam.
Rasional: Pemantauan sendiri meningkatkan tanggung jawah pasien
dalam pemeliharaan kesehatan dan alat mencegah
komplikasi, contoh edema paru, pneumonia.
10. Berikan kesempatan pasien/orang terdekat untuk menanyakan,
mendiskusikan masalah dan membuat perubahan pola hidup yang
perlu.
Rasional: Kondisi kronis dan berulang/menguatnya kondisi GJK
sering melemahkan kemampuan koping dan kapasitas
dukungan pasien dan orang terdekat, menimbulkan depresi.
11. Tekankan pentingnya melaporkan tanda/gejala toksisitas digitalis,
contoh terjadinya gangguan GI dan penglihatan, perubahan frekuensi
nadi/irama, memburuknya gagal jantung.
Rasional: Pengenalan dini terjadinya komplikasi dan keterlibatan
pemberi perawatan dapat mencegah toksisitas/perawatan
di rumah sakit.
12. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung sesuai
indikasi.
Rasional: Dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sen-
diri/penatalaksanaan di rumah.
H. PENATALAKSANAAN
Respons fisiologis pada gagal jantung membentuk dasar rasional untuk
tindakan. Sasaran penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah untuk
menurunkan kerja jantung, untuk meningkatkan curah jantung dan
kontraktilitas miokard, dan untuk menurunkan ratensi garam dan air.
Tirah-Baring
Karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar istirahat untuk
sembuh seperti luka pada patah tulang, maka hal terbaik yang dilakukan
adalah mengistirahatkan pasian; dengan demikian, melalui inaktivitas,
kebutuhan pemompaan jantung diturunkan. Tirah baring marupakan bagian
yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif, khususnya pada tahap
acut dan sulit disembuhkan.
Selain itu untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung, tirah
baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume
intravaskular melalui induksi diuresis berbaring. Penelitian tirah baring lama
telah menunjukkan bahwa dalam 48 sampai 72 jam inaktivitas terdapat penu-
runan volume plasma 300 ml atau lebih. Meskipun ini bukan volume besar
dari cairan kompartemen vaskular seluruhnya, ini membantu dalam
menurunkan beban volume yang ada untuk mengisi jantung. Untuk itu
membantu dalam menurunkan dilatasi ruang jantung dan memberikan status
kompensasi. Efek ini akibat dari stimulasi reseptor regangan atrium yang
mendeteksi peningkatan volume darah yang kembali ke sisi kanan jantung,
yang akan tersisih di ekstremitas bawah bila pasien berdiri. Reseptor ini
kemudian "turn off' produksi hormon antidiuretik, dan diuresis terjadi
kemudian. Dengan penurunan volume intravaskular dan juga jumlah darah
yang ada untuk dipompakan oleh jantung (preload), kompensasi jantung dapat
ditingkatkan.
Diuretik
Selain tirah baring, pembatasan garam dan air serta diuretik, baik oral atau
parenteral, akan menurunkan preload dan kerja jantung. Semua diuretik, tanpa
memperhatikan rute pemberiannya, dapat menyebabkan perubahan bermakna
pada elektrolit serum, khususnya kalium dan klorida. Untuk itu, penentuan
pengaturan elektrolit serum penting pada evaluasi pasien. Ini adalah rute
utama bila pasien juga menerima digitalis karena kalium rendah dihasilkan
oleh diuretik yang merupakan predisposisi pada toksisitas digitalis,
mengancam hidup tetapi komplikasi yang dapat dihindari. Karena
kemungkinan ini, suplemen kalium biasa diprogramkan bila diuretik yang
menurunkan kalium diberikan, khususnya bila digitalis diberikan juga.
Pilihata rute pemberian diuretik terutama fungsi kegawatan dari situasi klinis.
Gagal ventrikel kiri ringan sampai sedang (dimanifestasikan oleh sinus ta-
kikardi, rale pasca-batuk rejan, dan S3) biasanya dapat diatasi dengan sediaan
oral; namun, edema pulmonal akut, situasi mengancam hidup, memerlukan
pendekatan yang lebih drastis, dan rute parenteral harus dipilih.
Dengan kata lain preload dan afterload adalah -pendekatan yang ada untuk
penatalasanaan status kegagalan akut dan kronik. Baik metode farmakologis
dan mekanikal dapat bermanfaat.
Morfin
Morfin adalah obat yang paling berguna dalam menangani edema pulmonal
akut. Morfin dapat mencapai manfaat fisiologis yang bermanfaat melalui efek
vasodilatasi perifer, membentuk penampungan darah perifer (flebotomi pucat)
yang menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung. Selain itu, morfin
menghilangkan ansietas yang berhubungan dengan dispnea berat dan
menenangkan pasien, dengan demikian menurunkan mekanisme pompa
pernapasan untuk meningkatkan aliran balik vena. Morfin juga menurunkan
tekanan darah arteri dan tahanan, mengurangi kerja jantung (penurunan
afterload).
Pada kegagalan awal pada infark miokard akut, digitalis dapat meningkatkan
jumlah potensial kerusakan miokard dengan menyebabkan peningkatkan
kontraktilitas dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard. Pengebatan kegagalan pada situasi ini kemungkinkan yang terbaik
bila preload atau afterload diturunkan dengan menggunakan diuretik atau
nitrat Pasien dengan gagal jantung lebih berat mungkin mendapat
keuntunngan dari terapi digitalis jangka panjang. Mempertahankan kadar obat
serum 1,54 sampai 2,56 nmol/liter dapat memperbaiki toleransi latihan dan
kualitas hidup pada penderita gagal jantung kongestif. Tentu saja, bila penu-
runan bermakna pada tekanan aortik sentral terjadi, perfusi arteri koroner
dapat turun dan area kerusakan meningkat. Kunci pelajaran di sini adalah
bahwa obat-obatan mempunyai potensial efek samping berbahaya, dimana
program penatalaksanaan harus dipilih dengan perawatan dan dengan
pemahaman penuh tentang potensial efek samping merugikan, dan bahwa
pemantauan ketat pasien diharuskan.
Inotropik Positif
Dopamin, pada dosis rendah 2,5 sampai 5.0 ug/kg, akan merangsang -
adrenergik, B-adrenergik, dan reseptor dopamin. Ini mengakibatkan keluarnya
katekolamin dari sisi penyimpanan saraf, memperbaiki kontraktilitas dan
mendilatasi ginjal, splangnikus, serebral, dan pembuluh koroner. Reduksi kecil
pada tahanan vaskular sistemik dapat dilihat. Dosis yang lebih besar (5-10
ug/kg), respons inotropik positif (kekuatan kontraksi), kromotropik (frekwensi
jantung), dan dromotropik (kerepatan konduksi) terjadi. Ini meningkatkan
frekwensi jantung, curah jantung, dan isi sekuncup. Pada dosis maksimal (10-
20 ug/kg), vasokonstriksi terjadi, meningkatkan beban kerja jantung.
Dobutamin merangsang hanya reseptor B-adrenergik dan mengakibatkan
sedikit vasokonstriksi. Dosisnya mirip dengan dopamin, tetapi dobutamin
sintesis akan memperbaiki isi sekuncup dan curah jantung dengan sedikit
vasokonstriksi dan takikardi. Amrinon akan mengurangi tekanan pengisian jan-
tung dan tahanan vaskular sistemik. (TVS) untuk memperbaiki curah jantung.
Pada percobaan klinis amrinon menghasilkan berbagai hasil, tetapi dilatasi
arteri dan vena mengalami dampak inotropik positif. Amrinon paling mungkin
digunakan untuk pasien dengan peningkatan tekanan pengisian nyata.
I. DISCHARGE PLANNING
Discharge Planning Pasien Gagal Jantung
Setelah gagal jantung terkontrol klien dibimbing kembali ke gaya hidup dan
aktivitas sebelum sakit.
1. Merencanakan aktivitas kegiatan hidup sehari-hati untuk meminimalkan
periode apnu dan kelelahan
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi stress emosional dan menggali cara-cara
untuk menyelesaikannya
3. Memberikan Penyuluhan
a. Hidup dengan Reserve jantung terbatas
Beristirahat harus cukup
Menerima kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan
natrium yang mungkin seumur hidup
Membatasi natrium sesuai petunjuk
Menghindari makanan dan minuman berbahaya : kopi, tembakau
Menjaga berat badan stabil
Mencegah terjadinya infeksi
Memeriksa kembali program aktivitas
b. Siaga terhadap gajala yang menunjukan kekambuhan gagal jantung
4. Penyusunan jadwal tindak lanjut medis secara teratur
Daftar Pustaka
Mader, S.S. (2005). Understanding human anatomy and physiology (5th ed).
USA: McGraw Hill
Smeltzer, S.C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth's textbook of medical-
surgical nursing volume 1. Philladelphia: Lippincots William & Wilkins.
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical surgical nursing: An
integrated approach (3rd ed). USA: Delmar Cengage Learning
William, L.S. & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing
(3rd ed) USA: F.A. Davis Company