Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Adrian Aji Hariawan 12017002
Ajeng Hikmah Maulina 12017003
Aliefia Peppy Nugrahaini 12017005
Anggie Fuji Lestari 12017007
BEKASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan
mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia, efek
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan lain-lain. Pada umumnya informasi tersebut
dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang
pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis
oral, toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal,
iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal. Pemilihan
uji tersebut, tergantung dari tujuan penggunaan suatu zat dan kemungkinan terjadinya
risiko akibat pemaparan pada manusia.
Keabsahan uji toksisitas sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu sediaan uji,
penyiapan sediaan uji, hewan uji, dosis, teknik dan prosedur pengujian, serta kemampuan
SDM sehingga sangat diperlukan pemahaman terhadap bermacam-macam faktor tersebut.
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI
B. Perhitungan
Dosis Paracetamol untuk Uji Toksisitas Subkronis:
1.) Dosis untuk mencit (BB 29,40g)
Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 4 x 0,0026 = 0,0104 g
2.) Berat Paracetamol yang dibutuhkan (BB 29,40g)
0,0104 g x (29,40 g/20 g)
= 0,0104 g x 1,47 g = 0,015288 g
3.) Pembuatan Na.CMC 0,5%
0,5/100 x 3 ml = 0,015 g
Air Panas = 20 x 0,015 = 0,3 ml ad 100 ml
Dosis Paracetamol untuk Uji Toksisitas Akut:
1.) Dosis untuk mencit (BB 35,15g)
20g x 0,0026 = 0,052 g
2.) Berat Paracetamol yang dibutuhkan (BB 35,15g)
0,052 g x (35,15 g/20 g)
= 0,052 g x 1,7575 g = 0,09139 g
3.) Pembuatan Na.CMC 0,5%
0,5/100 x 3 ml = 0,015 g
C. Alat dan Bahan
Alat
Mortir dan Stamper
Batang Pengaduk
Beaker glass 100ml
Gelas Ukur
Kompor listrik
Syringe
Sonde
Bahan
Paracetamol
Na.CMC
Aquadest
D. Prosedur Kerja
I. Pembuatan Suspensi Paracetamol
Buat mucilago Na.CMC 0,5% dengan air panas 20x nya, aduk
sampai tercampur rata
Pada praktikum kali ini dilakukan uji toksisitas akut dan uji toksisitas subkronis pada
mencit. Menggunakan obat paracetamol dengan jalur pemberian obat secara peroral.
Uji toksisitas akut itu adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul
dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan dalam dosis tunggal dalam
waktu 24 jam. Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan
diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas.Pengujian toksisitas akut ini bertujuan
mengidentifikasi bahan kimia yang toksik dan memperoleh informasi tentang bahaya terhadap
manusia bila terpajan. Uji toksisitas akut digunakan untuk menetapkan nilai median Lethal Dose
(LD50) dari suatu toksikan. LD50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan
dalam penilaian resiko manfaat dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat.
Dimana makin besar indeks terapi, maka makin aman obat tersebut digunakan.
Uji toksisitas subkronis merupakan uji toksisitas yang sering digunakan untuk mengamati
adanya efek toksik suatu bahan pada hewan coba akibat pemberian berulang bahan tersebut dalam
waktu panjang. Melalui uji tersebut, gangguan yang terjadi akibat paparan suatu bahan pada fungsi
organ terutama hati sebagai organ sasaran sebagian besar senyawa asing dapat dipelajari. Tujuan
uji toksisitas subkronik adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak
terdeteksi pada uji toksisitas akut.
Pertama dilakukan pengujian toksisitas akut, terlebih dahulu mencit ditimbang yaitu
seberat 35,15 g. Kemudian buat larutan obat dengan timbang serbuk paracetamol yang sudah
dihaluskan dan sudah dihitung konversi ke dosis mencit yaitu sebanyak 0,09139 g. Lalu buat
mucilago Na.CMC 0,5% yaitu timbang 0,015g Na.CMC dengan dilarutkan menggunakan air
panas 20x nya yaitu 3 ml dan tambahkan air ad 100ml, aduk sampai tercampur rata. Setelah
tercampur ambil 1ml mucilago Na.CMC yang sudah dibuat lalu masukan kedalam lumpang.
Masukkan serbuk paracetamol yang sudah ditimbang kedalam lumpang yang berisi mucilago
Na.CMC. Gerus ad homogen dan ambil obat menggunakan sonde sebanyak 1 ml untuk dosis oral
pada mencit.
Kemudian dilakukan pemberian obat pada mencit.Posisikan mencit lurus sejajar keatas
(posisi pemberian oral). Masukkan sonde yang berisi suspensi paracetamol sebanyak 1 ml
kedalam mulut mencit dan pastikan sonde tidak masuk kedalam saluran nafas. Lalu diperhatikan
dan amati gejala ketoksikan yang muncul. Pada menit pertama sampai 5 menit mencit berdebar-
debar, kemudian pada menit ke 10,15,20,25,30,35 mencit diam. Pada menit ke 40 mencit
menggeliat, menit ke 45 mencit diam. Pada menit ke 50 dan menit ke 55 mencit menggeliat, dan
pada menit ke 60 atau setelah 1 jam mencit diam. Kemudian diamati lagi setelah 24 jam mencit
mati.
Kedua dilakukan pengujian toksisitas subkronik, terlebih dahulu mencit ditimbang yaitu
seberat 29,40 g. Kemudian buat larutan obat dengan timbang serbuk paracetamol yang sudah
dihaluskan dan sudah dihitung konversi ke dosis mencit yaitu sebanyak 0,015288 g. Lalu buat
mucilago Na.CMC 0,5% yaitu timbang 0,015g Na.CMC dengan dilarutkan menggunakan air
panas 20x nya yaitu 3 ml dan tambahkan air ad 100ml, aduk sampai tercampur rata. Setelah
tercampur ambil 1ml mucilago Na.CMC yang sudah dibuat lalu masukan kedalam lumpang.
Masukkan serbuk paracetamol yang sudah ditimbang kedalam lumpang yang berisi mucilago
Na.CMC. Gerus ad homogen dan ambil obat menggunakan sonde sebanyak 1 ml untuk dosis oral
pada mencit.
Kemudian dilakukan pemberian obat pada mencit.Posisikan mencit lurus sejajar keatas
(posisi pemberian oral). Masukkan sonde yang berisi suspensi paracetamol sebanyak 1 ml
kedalam mulut mencit dan pastikan sonde tidak masuk kedalam saluran nafas. Lalu diperhatikan
dan amati gejala ketoksikan yang muncul. Pada menit pertama sampai 5 menit mencit diam, dan
pada menit ke 7 mencit cegukan. Kemudian pada menit ke 10,15,20,25 mencit diam sambil
berdebar. Pada menit ke 30 mencit melakukan grooming atau menggaruk garuk. Pada menit ke
35,40,45,50, dan menit ke 60 atau setelah 1 jam mencit diam. Kemudian diamati lagi setelah 24
jam mencit mati.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 7
Tahun 2014 : Pedoman Uji Toksisitas Nonklonik Secara In Vivo.
BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara In Vivo. BPOM RI,
Jakarta
Lu F. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko. Nugroho, penerjemah.
Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Toxicology, Fundamentals, Target Organs, and Risk
Assesment.
Priyanto, 2009, Toksikologi : Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penilaian Resiko, Leskonfi,
Depok.
Soemardji, A. A., 2002, “Toksisitas Akut dan Penentuan LD50 Oral dan Ekstrak Air Daun
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F) pada mencit Swiis Webster”, Jurnal Matematika
dan Sains. Vol 7(2), 57-62.
Timbrell, J. A., 2002, Introduction to Toxicology Ed. 3, Taylor & Francis, London.