Anda di halaman 1dari 17

 Home

 About
 Contact
 Privacy
 Sitemap


 Join with us

Carinfomu
Menu

 Home
 Kesehatan
o
o
o
 Wiki
 Komputer
 Random Post

Home Bidan KDPK Makalah Perawat Makalah Eliminasi

Makalah Eliminasi
Diterbitkan Januari 07, 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola
eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang
teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet
yang normal lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan
mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi
klien, perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu eliminasi?
2. Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine ?
3. Bagaimana proses berkemih?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi?
5. Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?
6. Apa saja tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi?
7. Bagaimana prosedur pemasangan kateter?

3. TUJUAN
A. Mengetahui pengertian eliminasi
B. Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine
C. Mengetahui proses berkemih
D. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi
E. Mengetahui gangguan eliminasi urine dan feka
F. Mengetahui tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi
G. Mengetahui prosedur pemasangan kateter
BAB II
ISI

1. Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra.
Eliminasi merupakan proses pembuangan.Pemenuhan kebutuhan terdiri dari kebutuhan
eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi (defekasi).(KDPK kebidanan,2009,hal 39)
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi
sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung
kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada
susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada
saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol
kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih,
biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine residu. Pada
eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan
atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.

2. Organ-Organ yang Berperan dalam Eliminasi Urine


Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ retro peritoneal yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri
tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur
ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam
bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

b. Kandung kemih (bladder, buli-buli)


Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi sebagai
penampung urine. Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang
ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam
diatur oleh sistem simpatis
c . Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.Pada pria
dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat pengaliran urine dan sekaligus
sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya menyalurkan urine ke bagian luar
tubuh.(KDPK kebidanan,2009,39)

3. Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria. Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewasa)
dan 200-250 cc pada anak-anak.
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan
tersebut diteruskan melalui mesula spinalis kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di
korteks serebra. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke neuromotoris
di daerah sakra, kemudian terjadi koneksasi otot detrusor dan relakssasi otot sphincter internal.
Urine dilepasskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan spinter eksternal. Jika
waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spinter eksternal san urine
kemungkinan dikeluarkan (berkemih).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine:


a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Sosial kultural
c. Psikologis
d. Kebiasaan seseorang
e. Tonus otot dan tingkat aktifitas
f. Intake cairan dan makanan
g. Kondisi penyakit
h. Pembedahan
i. Pengobatan
j. Pemeriksaan diagnostis
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi
a) Usia
Pada usia bayi defiksasi belum berkembang sedangkan pada usia manula kontrol
defiksasi menurun.
b) Diet
Makananberserat akan mempercepat produksi feses,banyaknya makanan yang masuk
kedalam tubuh juga mempercepat proses defeksasi.
c) Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras, disebabkan karena
absorpsi cairan meningkat.
d) Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasasi.
Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
e) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic sehingga menyebabkan
diare.
f) Posisi selama defeksasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defeksasi. Toilet modern
di rancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak
kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot – otot
pahanya (Wartonah , 2004)

6. Gangguan Eliminasi Urine dan Fekal


A. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selangka teter ke
dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk
mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis),
dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa
adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine.

B. Gangguan Eliminasi Fekal


Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar,
keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik
huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai
kekolondesenden dengan menggunakan kanulrekti.

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:


a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri
rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras
di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal
melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan
yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi
tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan
dasar pasien tergantung pada perawat.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri
yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-
masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

7. Tanda dan Gejala pada Sistem Eliminasi


1. Tanda Gangguan Eliminasi urin
a. Retensi Urin
1). Ketidaknyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
b. Inkontinensia urin
1). Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2). Pasien sering mengompol
2. Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
1). Menurunnya frekuensi BAB
2). Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3). Nyeri rektum
b. Impaction
1). Tidak BAB
2). Anoreksia
3). Kembung/kram
4). Nyeri rektum
c. Diare
1). BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
2). Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
3). Iritasi di dalam kolon merupakan factor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa.
4). Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia Fekal
1). Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
2). BAB encer dan jumlahnya banyak
3). Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter
anal eksternal
e. Flatulens
1). Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
2). Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
3). Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemoroid
1). pembengkakan vena pada dinding rectum
2). Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
3). Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4). Nyeri
8. Prosedur pemasangan kateter dan huknah

a. Pemasangan kateter pada wanita :


1) Pengertian
Katerisasi adlah mmasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk
membuang urin. Kateter hendaknya hanya dilakukan pada pasien bila mutlak perlu, karena dapat
menimbulkan bahaya infeksi.
2) Tujuan
 Untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi
 Sebagai pengambilan bahan pemeriksaan.
3) Alat dan bahan
 Sarung tanga steril
 Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
 Duk steril
 Minyak pelumas/jelly
 Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
 Spuit yang berisi cairan
 Perlak dan alasnya
 Pinset anatomi
 Bengkok
 Urineal bag
 Sampiran
4) Prosedur Tindakan
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur ruangan
 Pasang perlak atau alas
 Gunakan sarung steril
 Pasang duk steril
 Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah kurang lebih tiga kali hingga bersih
 Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam
 Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil anjurkan
untuk tarik napas, asupan (2,5-5 cm) atau hingga urine keluar
 Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya dengan menggunakan spuit untuk
dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap,tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam
 Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi ke arah samping
 Rapikan alat
 Cuci tangan

a.
b. Pemasangan kateter pada pria :
1) Pengertian
Katerisasi adlah mmasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk
membuang urin. Kateter hendaknya hanya dilakukan pada pasien bila mutlak perlu, karena dapat
menimbulkan bahaya infeksi.
2) Tujuan
 Untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi
 Sebagai pengambilan bahan pemeriksaan.
3) Alat dan bahan
 Sarung tangan steril
 Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
 Duk steril
 Minyak pelumas/jelly
 Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
 Spuit yang berisi cairan
 Perlak dan alasnya
 Pinset anatomi
 Bengkok
 Urineal bag
 Sampiran
4) Prosedur Tindakan
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur ruangan
 Pasang perlak atau alas
 Gunakan sarung steril
 Pasang duk steril
 Bersihkan penis dengan kapas sublimat
 Buka penis dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam
 Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil anjurkan
untuk tarik napas, asupan (2,5-5 cm) atau hingga urine keluar
 Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya dengan menggu nakan spuit untuk
dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap,tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam
 Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi ke arah samping
 Rapikan alat
 Cuci tangan

Pemasangan huknah rendah


Pengertian
Memberikan huknah rendah adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
desenden dengan kanula rekti melalui anus.
Tujuan
Untuk mengosongkan usus pada proses pra bedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi
makanan sebagai dampak dari pasca operasi dan merangsang buang air besar bagi pasian yang
mengalami kesulitan dalam buang air besar.
Alat dan bahan
 Pengalas
 Irigator lengkap dengan kanula rekti
 Cairan hangat ±700-1000 ml dengan suhu 40,5-43°C pada orang dewasa.
 Bengkok
 Jelly
 Pispot
 Sampiran
 Sarung tangan
 Tissu
Prosedur tindakan
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan
 Atur ruangan dengan menggunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau
tutup pintu apabila di ruang sendiri
 Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien
 Gunakan sarung tangan
 Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-43°C) dan hubungkan dengan kanula
rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka klanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan
jelly pada ujung klanula.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eliminasi merupakan proses pembuangan dan terdiri dari eliminasi uri dan eliminasi
alvi. Organ yang berperan dalam proses eliminasi urin adalah ginjal, kandung kemih, uretra.
Gangguan eliminasi urin misalnya retensi urin, inkontinensia urine dan enuresis .
Sedangkan gangguan eliminasi fecal misalnya konstipasi, impaction, diare, inkontinesia
fecal, flatulens, dan hemoroid.
Gangguan eliminasi urine dan fecal dapat di bantu dgn menggunakan pispot dan urinal,
memasang kateter sementara dan memasang kateter menetap.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan- kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih,Tri. 2009,KDPK KEBIDANAN Teori dan Aplikasi, Jogjakarta, Nuha
Medika.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :
http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-masalah.html
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-
fecal/
Kusmiyati,Yuni, 2007, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik, Penerbit fitramaya: Yogyakarta.
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan

Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu Keprawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Uliyah,musrifatul dan Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008, KDPK untuk kebidanan. Penerbit Salemba
Medika:Jakarta.
Short URL
Google Facebook Twitter
Bidan
KDPK
Makalah
Perawat

Artikel Terkait

SEJARAH KB DI INDONESIA

Hot News! Job Fair Poltekkes Yogyakarta

Makalah Menu Seimbang dewasa


Dampak Negatif Wifi

Makalah Sejarah Singkat Kebidanan di Ontario (Kanada)

Makalah Pemberian Obat pada Vagina

litpemimpi kecil




Makalah Ambulasi KDPK
MAKALAH BBL ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Emoticon

 Popular
 Arsip

 MAKALAH BBL ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR


 Makalah Eliminasi

Contoh ASKEB BBL Pathologi Bayi Asfiksia dan Labiopalatoskizis

Contoh ASKEB Ibu Nifas Pathologi Dengan Anemia

Contoh ASKEB Ibu Nifas Normal

Kategori

About Contact Privacy Policy Sitemap


Copyright © 2017 Carinfomu Blogger

Anda mungkin juga menyukai