Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

EDUKASI PASIEN POST OPERASI

Oleh:

D3 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI

Kelompok: 16

1. Robby Azizy Alhaq (201704017)


2. Diah Novitasari (201704052)
3. Santi Gita Nirmala (201704009)
4. Siti Nur Hotima (201704035)
5. Khoirotun Nisa (201704089)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019
SAP EDUKASI PASIEN POST OPERASI

Pokok Bahasan : Edukasi pasien post operasi

Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan tentang cara mengedukasi pasien pada saat

post operasi

Sasaran : Keluarga pasien di lingkungan Ruang Bedah Cempaka

RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tempat : Ruang Bedah Cempaka

Hari, Tanggal : Kamis, 19 Desember 2019

Waktu : 09.00 WIB

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien di ruang Bedah
Cempaka dapat mengerti tentang merawat pasien post operasi.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah di beri penyuluhan 1×30 menit sasaran di harapkan mampu:

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu berapa
jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine, nefros.

B. Materi Penyuluhan
Materi tentang edukasi pasien post operasi di ruang Bedah Cempaka

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu berapa jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine, nefros.
C. Kegiatan penyuluhan
1. Pembukaan selama 10 menit
a. Menyebutkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Kontrak waktu
d. Mengkondisi keluarga dan pasien
e. Apersepsi
2. Kegiatan inti selama 15 menit

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi


b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu berapa
jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine, nefros.

3. Kegiatan penutup selama 5 menit


Salam penutup

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media

1. Laptop
2. Leaflet

F. Sumber

Tietjen, Linda, Bossemeyer, Debora, & Melntosh, Noel (2004). Panduan


Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Tridasa Printer: Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN,
(2007). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya. Cetakan Pertama.
Poter, Patricia, Pery, (2002). Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Mosby:Elsevier
Science.

G. Evaluasi

1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c. Undangan untuk peserta disampaikan 3 hari sebelum penkes
d. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes
e. SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes
2. Evaluasi proses
a. 75 % peserta datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan penyaji
c. Peserta aktif bertanya dan memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara aktif
3. Evaluasi hasil (bisa berisi pertanyaan untuk memperoleh hasil di bawah)
a. Menjelaskan pengertian mobilisasi pasien post operasi
b. Menyebutkan makan dan minum untuk pasien post operasi dalam waktu berapa
jam.
c. Menyebutkan apa yang menjadi resiko jatuh pada pasien post operasi
d. Menyebutkan apa tujuan dipasang syringe pump
e. Menyebutkan tujuan dipasang NGT, CVC, kateter, draine, nefro
MATERI PENYULUHAN

A. Mobilisasi fisik pada pasien Post Operasi (sesudah operasi )


1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner &
Suddarth, 2002).
Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan pasien setelah beberapa jam post/pasca operasi.

2. Tujuan Mobilitas Fisik dini Post Operasi


Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.

3. Macam-macam mobilitas fisik post op


Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu
dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri
tanpa bantuan dari orang lain. Untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring
pasien menggerakkan kakinya.

4. Manfaat mobilisasi fisik post operasi


Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi anak post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit, membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama penutupan luka
jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan
merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu
mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b. dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

5. Kerugian bila tidak melakukan mobilitas fisik


Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawatan dirumah sakit

6. Kontraindikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini :


Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak terlalu
lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau syok
sepsis, kontraindikasi lain dapat di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat
energi yang kurang.
7. Tahap-tahap Mobilisasi Fisik Dini
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan
dijelaskan tahap mobilisasi dini antara lain :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu. Mobilisasi
dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan
otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli.
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.
e. Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan
pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka pasca operasi.
Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital
yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
f. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu setelah
pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali setelah
dilakukan pembiusan regional. pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat
tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga
menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.

B. Nutrisi dalam penyembuhan luka pada Post Operasi


1. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara ptimal. Diet pasca operasi
adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan
dan jenis penyerta.
2. Tujuan pemenuhan nutrisi
Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk
mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan daya tahan tubuh pasien
dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
b. Menggantikan protein, glukosa, zat besi, dan zatgizi lain.
c. Memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit dan cairan
d. Mencegah dan menghentikan perdarahan
3. Jenis makanan yang baik untuk penyuluhan luka post operasi
Diantara makan yg mengandung karbohidrat, pretein, lemak, vitamin, mineral,
dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka adalah
proten dan vitamin C (penyembuhan luka, berperan untuk pencegahan infeksi dan
perdarahan luka).
4. Tata cara pelaksanaan untuk pemenuhan nutrisi
a. Tingkatan n utrisi yg mengandung protein dan vitamin C
b. Bila mual :
1) Makan sedikit tapin sering
2) Sajiakan ketika masih hangat
3) Sebelum makan minumlah air hangat
4) Hindari makanan dengan berbumbu tajam
5. Tips perawatan pasca operasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan
kondisi pasien pasca perasi, perlu kita perhatikan tips dibawah ini :
a. Makan makanan bergizi
b. Komsumsi makanan berprotein tinggi ( daging, ayam, ikan, telor, dan
sejenisnya)
c. Minum sedikmitnya 8-10 gelas perhari
d. Usahakan istirahat cukup
e. Mobilitas bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa
f. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tuuh
g. Minum obat sesuai anjuran dokter
6. Kapan pasien boleh diberi makan dan minum setelah post operasi
Sebelum dilakukan pembedahan pasien dianjurkan untk berpuasa selama
kurang lebih selama 6 jam. Setelah itu akan dilakukan pembiusan, pada saat
terjadi pembiusan fungsi tubuh akan dimatikan tentu saja kecuali jantung. Ketika
operasi selesai obat bius mulai meredah secara perlahan organ tubuh pasien juga
akan mulai bangun namun pemulihan kinerja organ tubuh belum tentu bisa secara
serentak bangun, bisa jadi kondisi usus pasien belum pulih sehingga belum siap
untuk dimasuki makanan dan minuma. Namun ketika klien sudah bisa kentut
artinya usus telah pulih normal untuk beraktivitas seperti sedia kala. Setelah itu
pasien boleh diberikan makanan dan minuman namun dengan porsi sedikit tapi
sering.
Namun bila pasien belum kentut tapi sudah diberi minum maka biasanya dapat
menyebabkan kembung dan mual karena oegan dalam tubuh yang masih belum
siap kondisi masih dalam keadaan mengkerut namun sudah dimasuki minuman
dan makanan maka makanan dan minuman tidak dapat diperoses dan dicerna
seperti biasanya sehingga akan menumpuk dibagian pemasukan usus.

C. Resiko Jatuh pada Post Operasi


1. Pengertian Resikon Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihatkejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
dilantai/tempat yanglebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Rouben, 1996).
2. Faktor Resiko Jatuh
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik
a. Faktor Instinsik, misalnya:
1) Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi
darah ke otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba,
masalah pada jantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga
tidak dapat mentoleransi aktivitas dan hipertensi.
2) Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons
motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti
stroke, parkinson, hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh
lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo,
pusing.
3) Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan
seperti nyeri persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota
gerak, bentuk kaki yang tidak normal, penurunan kekuatan otot,
kekakuan jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema
pada kaki.
4) Gangguan penglihatan dan pendengaran
5) Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa dengan
keterbatasan.
b. Faktor Ekstrinsik, misalnya:
1) Cahaya ruangan yang kurang terang
2) Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
3) Lantai yang licin
4) Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti-
psikotik, alkohol, dan obat hipoglikemi)
5) Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.

3. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :

a. Luka (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural


b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit
c. Disabilitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan
fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan
pembatasangerak.
d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
e. Meninggal

4. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat


menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedangdiderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
b. Managemen obat-obatan
1) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
2) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
3) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan.
4) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers.
5) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali
atas indikasi klinis kuat.
6) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.

c. Modifikasi lingkungan
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
8) Gunakan lantai yang tidak licin.
9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghin dari
tersandung.
10) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
dikamar mandi.
11) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya :
1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4) Hindari olahraga berlebihan.

e. Alas kaki
1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
2) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjagakeseimbangan.
3) Pakai sepatu yang antislip.

f. Alat bantu jalan


Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang
membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan
langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk,
terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan
alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada
lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-
obatan maupun pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah
dengan alat bantu jalan seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan
walker. (Jika hanya 1ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yangdigunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan.Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled
walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan
oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
g. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan
dan alat bantu pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.
D. Syringe Pump
1. Penegertian syring pump
Salah satu alat yang digunakan untuk memasukkan obat dengan
system berkala dan teratur secara otomatis, dengan perhitungan yang
tepat sehingga mempermudahkan dan lebih efektif terutama dalam
pemberian obat dan cairan.
2. Fungsi syringe pump
a. Sebagai alat yang digunakan untuk memasukkan obat dan cairan
dengan tingkat ketepatan yang tinggi ke dalam tubuh pasien
b. Sebagai alat yang digunakan secara kontinyu sesuai aturan tanpa
memberikan efek kadar obat yang terlalu rendah atau tinggi karena
dilakukan dengan tepat dan akurat
c. Pemasukan obat yang efektif terutama bagi pasien yang memiliki
kesulitan memasukkan obat dalam bentuk tablet atau kapsul.
3. Langkah-langkah penggunaan syring pump
a. Melakukan pengisisna daya selama kisaran 15 jam sebelum
digunakan
b. Hidupkan alat
c. Melakukan pengaturan setelah alat selesai melakukan kalibrasi dan
dalam bentuk workmode dengan menekan tombol menu. Anda bisa
melakukan kecepatan wakt dan berat
d. Pelakukanj pengaturan injection rate dan injeksi volume
e. Setelah alarm berbunyi anda bisa menekan tombole silence dan
memeriksa apa yang menyebabkan alarm berbunyi
f. Matikan alat jika alat berbunyi pencet tombol stop .

E. Tujuan dipasang NGT, CVC, Draine, Kateter, Nefros


Seseorang perlu menggunakan kateter apabila ia:

-Tidak dapat buang air kecil sendiri


-Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran
urinnya.
-Memiliki masalah kesehatan kemih.
-Dirawat inap untuk operasi.
-Sedang dalam koma.
-Dibius dalam jangka waktu lama.
Seseorang juga memerlukan kateter apabila ia:
-retensi kemih akut atau kronis
-Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya akibat cedera
atau setelah operasi.
-Frekuensi dan volume produksi dan aliran keluarnya urin perlu
dimonitor, misalnya pada pasien penyakit ginjal.
-Pernah didiagnosis dengan kondisi medis yang perlu pemasangan
kateter. Beberapa contohnya meliputi cedera saraf tulang belakang,
multiple sclerosis dan demensia.

Indikasi pemasangan NGT

Indikasi pasien yang di pasang NGT diantaranya sebagai berikut :

-Pasien tidak sadar.

-pasien Karena kesulitan menelan.

-pasien yang keracunan.

-pasien yang muntah darah.

-Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut.


Tujuan Pemasangan NGT
Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut :

-Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan.

-Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak


sadar.

-Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.

PENGERTIAN
Drain merupakan alat yang dimasukkan kedalam luka untuk
membantu mengeluarkan cairan dari luka melalui bagian yang
terbuka pada luka. Drain terbuat dari berbagai material, antaralain
ada yang berasal selang karet dan kasa. Tanpa drain, banyak luka
akan sembuh hanya dari permukaan atau bagian atas luka saja,
sehingga cairan dapat terjebak dibagian dalam atau dibawah luka.

TUJUAN
1. Untuk membuang adanya cairan dari kulit, sehingga
menurunkan bahaya iritasi kulit.
2. Menurunkan banyaknya mikroorganisme yang ada dan
kemungkinan infeksi.
3. Mempercepat proses penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai