Makala Pad
Makala Pad
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan
keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut.
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan
daerah.
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan
Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan
keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak agak keuangan daerah
tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pendapatan asli daerah (PAD) yang ada selama ini ?
2. Bagaimana tujuan dan pembagian danaperimbangan di daerah ?
3. Bagaiman mekanisme dalam pinjaman daerah ?
4. Apa sajakah yang mencangkup penerimaan pembiayaan daerah ?
5. Apa sajakah pengeluaran dari belanja daerah dan pengelolaannya ?
6. Apa sajakah jenis pembiayaan dearah ?
TUJUAN
1. Untuk Mengetahui pendapatan asli daerah (PAD) yang ada selama ini ?
2. Untuk Mengetahui tujuan dan pembagian danaperimbangan di daerah ?
3. Untuk Mengetahui mekanisme dalam pinjaman daerah ?
4. Untuk Mengetahui yang mencangkup penerimaan pembiayaan daerah ?
5. Untuk Mengetahui pengeluaran dari belanja daerah dan pengelolaannya ?
6. Untuk Mengetahui jenis pembiayaan dearah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana datur dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, yaitu:
Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan
penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan
dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri.
Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu daripada pendapatan
daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus
dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan utama untuk
mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan
daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan
kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu,
dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan haruslah bersifat professional dan harus
tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi. (Penjelasan atas UU No.5
Tahun 1962)
Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dalam
pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya
kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru,
pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Menurut H.A.W Wijaya (2007) menyatakan bahwa biaya administrasi, biaya penyiapan proyek
fisik, biaya penelitian, biaya perjalanan pegawai daerah, dan lain-lain biaya umum yang sejenis
tidak dapat dibiayai oleh dana alokasi umum.
Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja daerah adalah
semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan menurut Abdul Halim (2002:73)
mengemukakan bahwa : Belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama
periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi asset, atau terjadinya utang yang
mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada
peserta ekuitas dana.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
unsur penerimaan, belanja rutin dan belanja pembangunan. Ketiga komponen itu meskipun
disusun hampir secara bersamaan, akan tetapi proses penyusunannya berada di lembaga yang
berbeda. Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berasa di tangan Sekretaris Daerah
yang bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD. Sedangkan
proses penyusunan belanja rutin disusun oleh Bagian Keuangan Pemda, proses penyususnan
penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja
pembangunan disusun oleh Bappeda (Bagian Penyusunan program dan bagian keuangan).
(Dedi Haryadi,2001) Dan menurut Permendagri No.59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah diungkapkan
pengertian belanja daerah, yaitu “belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagaian pengurang nilai kekayaan bersih” Dari pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suato
periode anggaran yang berupa arus kas aktiva keluar, deplesi aktiva atau timbulnya utang yang
bukan disebabkan oleh pembagian kepada milik ekuitas dana (rakyat).
2. Belanja Pembangunan
Belanja Pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat sesuai dengan
tuntutan dan dinamika yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Dalam pembangunan daerah, masyarakat perlu dilibatkan dalam
proses perencanaannya, sehingga kebutuhan mereka dapat dijabarkan dalam kebijakan-
kebijakan yang akan ditetapkan berdasarkan prioritas dan kemampuan daerah. (Abdul Halim,
2002) Selain itu menurut Pambudi (2007) belanja juga dapat dikategorikan menurut
karateristiknya menjadi dua bagian, yaitu : (1) Belanja selain modal (Belanja administrasi
umum; Belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik; Belanja transfer; Belanja
tak terduga). (2) Belanja modal. Secara umum belanja dalam APBD dikelompokan menjadi
lima kelompok, yaitu :
b. Belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik merupakan semua pengeluaran
Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok
belanja ini meliputi:
1. Belanja Pegawai (kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik)
merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk orang/personal yang berhubungan langsung
dengan suatu aktivitas atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.
2. Belanja barang (Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik)
merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk biaya penyediaan barang dan jasa yang
berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
3. Belanja perjalanan (Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik)
merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan
langsung dengan pelayanan publik.
4. Belanja pemeliharaan (Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana
Publik) merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang
berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
c. Belanja modal merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal
dibagi menjadi:
1. Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat
umum
2. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur.
d. Belanja transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga tanpa
adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari
pengalihan keuangan tersebut. Kelompok belanja ini terdiri atas pembayaran:
a. Angsuran pinjaman
b. Dana bantuan
c. Dana cadangan
d. Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah.
Daerah utnuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.
Menurut Nurlan (2008) menyatakan bahwa belanja tidak terduga merupakan belanja untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian
atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencaan merupakan tahap yang sangat krusial. Peran DPRD dan masayarakat dalam
tahap perencanaan ini sangat besar. Kualitas hasil (outcome) dari pengelolaan keuangan daerah
sangat dipengaruhi oleh seberapa bagus perencanaan dibuat. “ Input dalam tahap perencanaan
ini berupa dokumen perencanaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah” (Mahmudi, 2006 :
15). Perencanaan ini sendiri pada dasarnya juga terdapat proses yang harus dilakukan sehingga
menghasilkan output perencanaan berupa dokumen perencanaan daerah. Dokumen
perencanaan daerah dapat dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Dokumen perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Darah (Renstra
RKPD), dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) yang memuat visi,
misi, tujuan, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan.
2) Dokumen perencanaan keuangan daerah berupa Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan RAPBD. Perencanaan pembangunan daerah disusun
berdasarkan jangka waktu perencanaan, yaitu dua puluh tahun untuk RPJPD, lima tahun untuk
RPJMD, dan satu tahun untuk RKPD. Sedangkan untuk rencana keuangan daerah yaitu berupa
RAPBD baerlaku satu tahun.
2. Tahap Pelaksanaan
Output dari tahap perencanaan adalah berupa RAPBD yang telah disahkan oleh DPRD
menjadi APBD. Output dari tahap perencanaan tersebut akan menjadi input bagi tahap
pelaksanaan, yaitu implementasi anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran terdapat suatu
proses berupa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). SAPD ini sangat penting, karena
bagaimana pun bagusnya perencanaan anggaran apabila dalam tahap implementasi tidak
terdapat SAPD yang memadai, maka banyak hal yang direncanakan tidak mencapai hasil yang
diinginkan. SAPD yang buruk akan memicu terjadinya kebocoran inefisiensi, dan
ketidakakuratan laporan keuangan.