Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRESENTASI KASUS

G9P6A2 GRAVIDA ± 32 MINGGU DENGAN PEB

Disusun Oleh :
dr. Regina Putri

Pembiming :
dr. Purwantoro, Sp.OG

Pendamping :
dr. Utami Ratna Dewi
dr. Hj Nina Siti Hasanah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
2019
Identitas Pasien
 Nama : Ny. Y
 Nomor RM : 00.35.67.07
 Usia : 39 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Kab. Purwakarta
 Status pernikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Suku bangsa : Sunda
 Tanggal masuk : 19 Oktober 2019 (20.11)

Anamnesis awal :
Keluhan utama : Nyeri kepala
Seorang wanita, G9P6A2, mengaku hamil 8 bulan, datang ke IGD RSBA, tanpa
rujukan, dengan keluhan nyeri kepala sejak 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan hampir di seluruh
bagian kepala, nyeri tidak disertai rasa berdenyut. Keluhan nyeri kepala disertai dengan mual
dan muntah sebanyak 2x, yang baru dirasakan hari ini, sekitar 6 jam SMRS. Muntah berisi
makanan, tidak disertai darah.
OS mengaku belum merasakan adanya rasa mulas. OS juga mengaku belum ada
keluar air-air dari jalan lahir. OS masih merasakan janin bergerak aktif.
Keluhan tidak disertai dengan rasa nyeri di ulu hati, pandangan yang menjadi buram,
ataupun kejang.
OS rutin ANC ke bidan, terakhir ANC kurang lebih 1 minggu yang lalu. Dari ANC
tersebut, dikatakan bahwa tensi OS tinggi, sekitar 160an. OS disarankan untuk banyak
beristirahat di rumah dan diberikan obat penurun tekanan darah. Obat tersebut tidak rutin
diminum. OS mengaku tekanan darahnya normal sebelum hamil ini.
HPHT : lupa

Riwayat penyakit dahulu :


OS belum pernah dirawat ataupun menjalani operasi sebelumnya.
OS pernah mengalami tensi tinggi saat hamil anak ke 7.
OS menyangkal riwayat kencing manis, jantung, asma, TB, kejang, kuning, ataupun
ginjal.
Riwayat kebiasaan:
OS tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, dan tidak pernah menggunakan
obat-obatan narkoba.
Tidak ada obat-obatan rutin yang dikonsumsi OS.

Riwayat pernikahan: 1x selama 21 tahun, OS menikah saat usia 15 tahun.

Riwayat obstetrikus:

Lama Persalinan Keadaan


Kehamilan Penolong Komplikasi JK BBL Umur Sekarang

9 bulan Paraji Spontan P 2500 gr 21 thn Hidup

9 bulan Paraji Spontan L 2500 gr 19 thn Hidup

9 bulan Paraji Spontan L 2500 gr 9 thn Hidup

9 bulan Paraji Spontan P 2500 gr 8 thn Hidup

9 bulan Paraji Spontan P 2500 gr 4 thn Hidup

- Abortus, - - Mati
Abortus -
tidak dikuret
- Abortus, - - Mati
Abortus -
tidak dikuret
Bidan Spontan, L - Mati
9 bulan -
IUFD
Hamil ini

Pemeriksaan Fisik
o Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
o Kesadaran : E4 V5 M6, Compos Mentis
o Tanda Vital
 Tensi : 180/110 mmHg
 Nadi : 116 kali / menit
 Respirasi : 24 kali / menit
 Suhu : 36°C
 SpO2 : 98%
Status Generalis
o Kepala :
– Pupil : Isokor, RC +/+
– Sklera : Tidak ikterik
– Konj : Tidak anemis
o Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat
o Thorax :
– Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
– Pulmo : Simetris, VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
o Abdomen : Cembung, NT epigastrium -, lihat status obstetrikus
o Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2”, edema tungkai +/+
Status Obstetrikus
o Abdomen :
– Cembung, TFU : 27 cm, puka, presentasi kepala, DJJ (+) 139x/menit
– His (-)
o Genital / anus :
– VT: Vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tebal, pembukaan belum ada,
ketuban (+), kepala masih tinggi.

Pemeriksaan Penunjang

o Hasil Laboratorium Tanggal 19 Oktober 2019

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Hb 13.6 g/dL 12.3 - 15.3

Ht 36.5 % 36 – 46

Leukosit 14.6 103/µL 4.4 - 11.3

Eritrosit 4.40 106/µL 3.8 – 4.8

Trombosit 227 mm3 170 – 394

MCV 83 fL 80 – 95

MCH 30.9 Pg 27 – 31

MCHC 37.3 g/dl 32 – 36

Golongan Darah 0 --
Rhesus Positif --

Waktu Pembekuan 12’ 30” Menit 9 – 15

Waktu Perdarahan 3’ 00” Menit 1–6

HIV tanpa Reagen Non Reaktif -- Non Reaktif

Gula Darah Sewaktu 126 mg/dl <140

Protein Urin Positif Satu -- Negatif

Ureum 13 mg/dL 10 – 50

Creatinin 0.98 mg/dL 0.5 – 1.

SGOT 13 U/L <31

SGPT 14 U/L <31

Diagnosis

 G9P6A2 gravida ± 32 minggu dengan PEB

Terapi

 Rawat
 IVFD RL 20 tpm
 MgSO4 40 % 4 gr bolus IV pelan
 Selanjutnya MgSO4 40% 6 gr dalam RL 500 cc 30 tpm, habis dalam 6 jam
 Selanjutnya MgSO4 40% 10 gr dalam RL 500 cc 16 tpm, habis dalam 10 jam, ulang
dua kali.
 Dexamethasone 2x2 amp IV (2 hari)
 Kaltofren supp 3x1
 PCT 4x2 tab PO
 Metildopa 3x500 mg PO
PENDEKATAN DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA

I. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular
yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

II. Klasifikasi Preeklampsia


Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat. Preeklampsia berat dibagi menjadi preeklampsia berat tanpa
impending eclampsia dan preeklamsia berat dengan impending eclampsia.

1. Kriteria preeklampsia ringan :


 Tekanan darah > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali
pemeriksaan, tanpa disertai kerusakan organ.
 Proteinuria > 300 mg / 24 jam atau > +1 pada pemeriksaan dipstik.
 Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.

2. Kriteria preeklampsia berat :


 Tekanan darah > 160/110 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali
pemeriksaan.
 Proteinuria > 5 gr / 24 jam atau > +3 pada pemeriksaan dipstik.
 Oliguria < 400 ml / 24 jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg / dl
 Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala
persisten, skotoma, dan pandangan kabur.
 Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
kapsula glisson.
 Edema paru dan sianosis.
 Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat
dehidrogenase.
 Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3 ).
 Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.
 Gangguan fungsi hepar yang ditandai dengan peningkatan kadar enzim
ALT dan AST.

III. Faktor yang Berperan pada Preeklampsia


Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Terdapat beberapa teori mengenai penyebab preeklampsia.

A. Protasiklin dan Tromboksan


Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta
berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi
tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi
generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan
memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan
tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak
50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.

B. Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada
kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral
dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
proteinuria.

C. Faktor Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita
preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut
beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A
23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia
dan pertumbuhan janin terhambat.
D. Disfungsi Endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada
terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat
menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi
trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

IV. Komplikasi Preeklampsia

A. Pada Ibu
 Hipovolemia akibat ekstravasasi cairan intravaskular ke ekstraselular,
sehingga terjadi penurunan cardiac preload.
 Tidak berfungsinya autoregulasi di otak akibat tekanan darah tinggi.
 Edema retina.
 Edema paru.
 Perubahan fungsi dan integritas hepar.
 Glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan dari kapiler endotel
glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal.
 DIC dan destruksi eritrosit.
 Gangguan RAA sistem.

B. Pada Janin
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi
uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga
mortalitas janin meningkat.

Dampak preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth


restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion,
prematur, bayi lahir rendah, dan solusio plasenta.
V. Penatalaksanaan Preeklampsia
Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya
eklampsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah
mortalitas maternal dan perinatal.
A. Pada Preeklampsia Ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena
pada ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu
dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang
beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia
tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, dalam hal ini
kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
B. Pada Preeklampsia Berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut
sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan.
Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan
larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit.
Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien
baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit.
Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis.
Selain magnesium sulfat, pasien dengan preeklampsia dapat juga
diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun
diazepam 20 mg secara intramuskular.

VI. Definisi Eklampsia


Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat yang disertai dengan kejang tonik
klonik generalisata atau menyeluruh, bahkan hingga koma. Eklampsia ditandai
dengan serangan kejang tonik yang kemudian disusul kejang klonik, disertai gejala-
gejala lain, yaitu wajah bengkak, bintik-bintik perdarahan pada konjungtiva, mulut
mengeluarkan liur berbusa disertai bercak-bercak darah.
Setelah kejang berakhir, frekuensi pernapasan meningkat cepat mencapai 50
kali per menit sebagai respon terjadinya hiperkarbia akibat asidemia laktat, asidosis
respiratorik, dan hipoksia. Terjadinya demam dengan suhu 390C, merupakan tanda
yang sangat buruk akibat manifestasi perdarahan dari sistem saraf pusat.

VII. Penatalaksanaan Eklampsia


Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menstabilisasi fungsi vital
penderita dengan terapi suportif Airway, Breathing, Circulation (ABC),
mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi
hipertensi krisis sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada
kondisi optimal.
Pengendalian kejang dapat diterapi dengan pemberian magnesium sulfat pada
dosis muatan (loading dose) 4 – 6 gram IV diikuti 1,5 – 2 g/jam dalam 100 ml infus
rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek toksik.

VIII. Prognosis
 Kriteria Eden :
◦ Koma yang lama
◦ Frekuensi nadi di atas 120 kali/menit
◦ Suhu 39,4 0 C atau lebih
◦ Tekanan darah > 200mmHg
◦ Kejang > 10kali
◦ Proteinuria 10 gram / lebih
◦ Tidak oedem, oedem menghilang
 Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, preeklampsia tergolong ringan
 Bila terdapat 2 gejala atau lebih, preeklampsia tergolong berat, dan prognosis
cenderung lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai