Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan pada Wanita Dengan Infeksi

Maternal
TORCH

Disusun Oleh:
1. Dewantari Putri Abadi (20171660089) 2.
Muh. Iqbal Oktavain (20171660090)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Wanita Dengan Infeksi Maternal TORCH dan Infeksi
Pasca Partum” dengan tujuan untuk memenuhi tugasmata kuliah Maternitas II
Tahun Ajaran 2019.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung
dalammenyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
17 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 ..................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 4 B.
RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4
C. TUJUAN ...................................................................................................... 4
BAB 2 ..................................................................................................................... 5
STUDI LITERATUR .............................................................................................. 5
A. PENGERTIAN ............................................................................................. 5
B. ETIOLOGI ................................................................................................... 5
C. PATOFISIOLOGI ........................................................................................ 6
D. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................. 8
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ................................................................ 9 F.
PENATALAKSANAAN ........................................................................... 10 G.
PENCEGAHAN ......................................................................................... 11
H. WEB OF CAUTION ................................................................................... 13
BAB 3 ................................................................................................................... 14
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 14
A. PENGKAJIAN SISTEM REPRODUKSI (GORDON) ............................. 14
B. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................ 14
C. DIAGNOSA ...............................................................................................
14
D. INTERVENSI ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi TORCH (Toxoplasma, rubella, cytomegalovirus/CMV dan
hepes simplex II) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari
wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH beresiko
tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan darah atau skrinning. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi
aktif, selanjutnya disarankan pemeriksaan diagnostic berupa pengambilan
sedikit cairan ketuban untuk diperiksa laboratorium.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang
disebabkan oleh Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes
simplex II dalam wanita hamil. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan
berbagai masalah pada wanita maupun pria mengenai kesuburan sehingga
menyebakan sulit terjadinya kehamilan.
Maka dari itu penyakit TORCH pada ibu hamil membutuhkan
penanganan dalam menyelesaikan masalah ini. Di dalam penulisan ini akan
membahas mengenai pencegahan hingga penanganan. Begitu juga asuhan
keperawatan yang seharusnya dilakukan pada penanganan penyakit TORCH
pada kehamilan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk penyakit TORCH pada ibu
hamil?
3. Bagaimana konsep infeksi pascapartum?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk infeksi pascapartum?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana perjalanan infeksi TORCH hingga dampak yang
ditimbulkan yang terjadi pada ibu hamil
2. Membuat asuhan keperawatan mengenai infeksi TORCH pada ibu hamil
3. Mengetahui bagaimana infeksi pascapartum dan membuat asuhan
keperawatannya
BAB 2

STUDI LITERATUR

A. PENGERTIAN
Infeksi TORCH merupakan beberapa infeksi yang umum dialami ibu
hamil dan akan ditularkan kepada bayinya antara lain: Toxoplasma, Other
infection Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex.
1. Toxoplasma
Toxoplasma disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii, yang
ditularkan ke manusia melalui makanan seperti daging mentah, susu
kambing yang tidak dipasteurisasi, atau feses kucing. Tidak ada gejala
infeksi pada 90% orang dewasa yang terpapar toksoplasma. Apabila
gejala terjadi selama tahap infeksi akut, gejala tersebut menyerupai
influenza yang disertai dengan limfadenopati.
2. Rubella
Rubella atau yang lebih familiar disebut sebagai campak jerman,
campak 3 hari atau orang jawa menyebutnya gabagan, adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Rubella. Campak ini sebenarnya merupakan
penyakit ringan dan dapat segea sembuh dengan senidirnya bagi orang
normal. Namun menjadi sebuah permasalahan dan ancaman bagi ibu
hamil. Rubella dapat mengakibatkan dampak yang sangatmerugikan bagi
janin, seperti gangguan pertumbuhan janin, cacat bawaan hingga abortus.
3. Cytomegalovirus
Cytomegalovirus adalah jenis virus DNA yang termasuk dalam
keluarga virus herpes. Kata Cytomegalovirus berasal dari bahasa yunani,
cyto berarti sel dan mega berarti besar. Sebagai anggota dari keluarga
besar virus Herpes, CMV memiliki karakteristik latensi, artinya virus ini
memiliki kemampuan bersembunyi di dalam tubuh untuk waktu yang
lama.
4. Herpes Simplex Virus – II
Herpes simplex adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Herpes simplex (HSV). Herpes simplex adalah penyakit yang dapat
menyerang mulut, kulit, dan alat kelamin. Ciri khas yang disebabkan oleh
penyakit ini adalah kulit melepuh dan rasasakit pda otot sekitar daerah
yang terjangkit.

B. ETIOLOGI
Agen penyebab TORCH yang utama adalah Toxoplasma gondii,
virus Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex virus II. Keempat agen ini
bertanggung jawab terhadap sebagian besar infeksi TORCH yang terjadi.
Toxoplasma gondii adalah protozoa parasite yang tergolong dalam
genus toxoplasma. Parasite ini hidup di kucing dan hewan mamalia lainnya.
Toxoplasma gondii dapat ditularkan kepada manusia dan menyebabkan
penyakit toxoplasmosis.
Virus Rubella adalah jenis virus RNA, artinya virus yang memiliki
materi genetik berupa rantai tunggal saja. Virus Rubella berasal dari keluarga
dan genus rubivirus. Virus rubella lebih familiar disebut sebai virus campak.
Cytomegalovirus (CMV) merupakan virus yang tergolong dari
keluarga herpeviridae. Virus ini juga dikenal dengan sebutan virus herpes
manusia.
Virus Herpes simplex II adalah jenis virus yang dapat menyerang
bagian pinggang ke bawah. Virus ini ditularkan melalui hubungan kelamin,
ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya serta penularan melalui tangan.

C. PATOFISIOLOGI
1. Toksoplasmosis
Penyebab toksoplasmosis bukanlah kucing, melainkan organisme
yang sangat kecil yang disebut Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii
adalah protozoa parasite yang yang dapat menginfeksi manusia dan
binatang berdarah panas, seperti kucing, anjing, sapi, kuda, tikus, domba,
ayam, burung, babi, dan lain sebagainya. Hanya saja, kucing dan
binatang Filidae (suku kucing-kucingan) lainnya merupakan inang
definitive, dimana pada tubuh inang ini terjadi perkembangbiakan
seksual.
Ada dua macam cara perkembangbiakan Toxoplasma gondi, yaitu
secara seksual (melalui perkawinan) dan secara aseksual (tidak melalui
perkawinan). Sementara, penularan toksoplasmosis terjadi ketika tergigit
binatang yang terinfeksi, serta memakan daging yang terinfeksi tanpa
dimasak terlebih dahulu.
Ketika berada di luar tubuh inangnya, Toxoplasma gondii berbetuk
kista. Kista Toxoplasma gondii keluar bersama feses binatang yang
terinfeksi. Dalam bentuk kista, Toxoplasma gondii dapat bertahan dalam
jangka waktu yang sangat lama. Kista ini dapat berpindah ke tubuh
manusia dengan cara tertelan, terhirup, ataupun menembus lapisan tubuh.
Kista Toxoplasma gondii akan terbawa aliran darah hingga akhirnya
sampai di jaringan otot.
2. Rubella
Virus Rubella hanya dapat menginfeksi manusia dan tidak dapat
menginfeksi makhluk hidup lainnya. Virus rubella hanya memiliki waktu
hidup singkat di udara atau di lingkungan terbuka. Virus ini mudah rusak
oleh panas, cahaya, pH asam, dan enzim pencernaan.
Virus rubella tidak memiliki perantara dan penularannya terjadi
secara langsung. Virus rubella masuk kedalam tubuh melalui percikan
dahak penderita yang terhirup maupun bersentuhan dengan keringat
penderita. Jika daya tahan tubuh kuat virus akan mati. Akan tetapi bila
kondisi daya tahan tubuh lemah virus akan masuk ke dalam tubuh dan
mulai menginfeksi pertama kali di hidung dan bagian belakang
tenggorokan. Setelah berkembang biak di sel sel tenggorokan, virus
Rubella menyebar melalui aliran darah dan pembuluh getah bening.
Virus ini menyebar ke seluruh bagian tubuh, terutama di organ: saraf dan
otak, sendi, mata, organ kelamin/genital, limpa, amandel, paru paru,
kulit. Masa inkubasi virus ini 7-20 hari.
Untuk dapat mengakibatkan dampak bagi tubuh, virus rubella harus
menempuh fase-fase sebagai berikut:
1. Fase penetrasi: fase dimana virus berusaha masuk ke dalam
tubuh.
2. Fase prodromal atau permulaan: fase ini berlangsung kurang
lebih 4-5 hari. Virus yang berhasil masuk kedalam tubuh
melakukan replikasi untuk memperbanyak dirinya dan menyebar
ke seluruh tubuh. Pada tahap ini muncul gejala: demam tinggi
dan berkepanjangan, suhu tubuh mencapai 38oC bahkan dapat
mencapai 40oC, mata terasa nyeri, sakit persendian, pusing dan
sakit kepala, hilang nafsu makan, wajah pucat dan lemas, serta
terkadang disertai pilek.
3. Fase erupsi: pada fase ini mulai muncul bercak kemerahan (ruam
makulopapular) yang mulai timbul secara berurutan dari
wajah/kepala, badan, tangan, hingga kaki. Pada fase ini penderita
dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
4. Fase konvalasen atau penyembuhan: pada fase ini suhu tubuh
berangsur turun hingga kembali normal. Ruam kulit sudah
muncul secara merata di seluruh permukaan tubuh dan berangsur
menghilang, menghilangkan bercak kehitaman
(hiperpigmentasi). Bekas ini akan menghilang sendirinya setelah
1-2 minggu.
3. Cytomegalovirus (CMV)
Setelah infeksi primer (infeksi pertama kali), virus ini akan
menimbulkan masalah bagi kesehatan tubuh kita, selama daya tahan
tubuh baik. Namun jika daya tahan tubuh melemah, virus ini dapat aktif
kembali (reaktivasi), melakukan pembelahan (replikasi) yang
menyebabkan infeksi ulangan (reinfeksi).
CMV di dalam tubuh dapat berpindah pindah dari organ dan jaringan
yang satu ke organ dan jaringan yang lain. Virus ini membonceng aliran
darah untuk sampai di organ dan jaringan tujuan, untuk menimbulkan
infeksi yang jauh lebih luas.
4. Herpes-II
Penyakit ini menyerang tubuh bagian bawah, khususnya daerah
kelamin dan sekitarnya. Virus ini hanya dapat ditularkan melalui kontak
langsung atau hubungan seksual.
Sebagai anggota dari family virus Herpesviridae, virus herpes
simplex memiliki sifat latensi. Virus ini dapat bersembunyi cukup lama
di dalam tubuh setelah infeksi pertama (infeksi plimer). Virus ini
bersembunyi di badan sel saraf. Pada saat daya tahan tubuh kita
melemah, virus ini akan berpindah ke kulit dan menyebabkan gejala
berupa vesikel yang berisi cairan. Infeksi ulangan selalu muncul ditempat
dimana infeksi pertama terjadi.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Toxoplasma
Infeksi pada daya tahan tubuh normal a.
Demam
b. Nyeri otot
c. Sakit tenggorokan
d. Nyeri dan ada pembesaran limfe
Infeksi berat
a. Sakit kepala
b. Muntah
c. Depresi
d. Nyeri otot
e. Pneumonia
f. Hepatitis
g. Miokarditis
h. Ensefalitis
i. Delirium
j. Dapat terjadi kejang
2. Rubella
Gejala yang umum teramati pada ibu hamil adalah gejala ringan seperti:
a. Pembengkakan kelenjar limfa belakang telinga dan leher belakang
b. Demam tinggi dan berkepanjangan, suhu tubuh mencapai 38oC
bahkan dapat mencapai hingga 40oC
c. Sakit kepala
d. Ruam kulit berwarna kemerahan di dada atas dan perut. Ruam
menetap selama 2-3 hari
e. Sakit tenggorokan
f. Lemah, lesu, kehilangan nafsu makan
g. Nyeri otot dan nyeri sendi
h. Hasil pemeriksaan serum darah menunjukkan IdM terdereksi pada 1-
5 hari setelah muncul ruam dan bertahan hingga 1-4 minggu. Titer
turun, tidak terdeteksi setelah 6-12 minggu. IgG dapat dideteksi pada
1-3 hari setelah muncul gejala, bertahan seumur hidup
3. Cytomegalovirus
Lebih dari 90% infeksi CMV pada ibu hamil bersiat asimptomik atau
tidak menimbulkan gejala secara klinis. Kalaupun muncul gejala yaitu
gejala ringan yang sering tidak diperhatikan yaitu:
a. Demam
b. Lesu
c. Sakit tenggorokan
d. Nyeri otot
e. Sakit kepala
4. Herpes simplex II
a. Munculnya vesikel di daerah kelamin
b. Rasa sakit atau terasa terbakar di daerah yang terserang,
c. Rasa tidak enak badan,
d. Demam
e. Sakit kepala
f. Kelelahan
g. Nyeri otot

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Toxoplasmosis
Diagnosis toxoplasmosis secara definitive dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi agen penyebab toksoplasma, yaitu toxoplasmosis
gondii, yang terdapat di darah, cairan tubuh, ataupun jaringan. a. Enzim
Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
2. Rubella
a. Pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti Rubella IgG pada sampel
darah ibu hamil
b. Pemeriksaan air ketuban atau darah janin dalam kandungan dengan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
c. Uji hemaglutinasi pasif
d. Uji hemolysis radial
e. Uji aglutinasi latek
f. Imunoasai Enzim
3. Cytomegalovirus
a. Isolasi virus. Isolasi ini sering dilakukan dari urine
b. Pemeriksaan serologic
c. Pemeriksaan rheumatoid factor
d. Pemeriksaan IgM
4. Herpes simplex II
a. Analisis laboratorium cairan lepuhan atau sampel cairan tulang
belakang.
b. Uji diagnosis immunoflouresense
c. Metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
d. Pemeriksaan serologi untuk menentukan IgM dan IgG

F. PENATALAKSANAAN
1. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai samapi saat ini hanya membunuh bentuk takizoid
T.gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya a. Pirimetamin dan
sulfonamide
b. Spiramisin
c. Klindamisin
d. Azitromisin
2. Rubella
Penanggulangan Rubella adalah dengan pencegahan infeksi yanitu
vaksinasi. Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama
wanita yang tidak hamik. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada
wanita hamil atau akan hamil dalamtiga bulan setelah pemberian vaksin.
Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat
beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
3. Cytomegalovirus
Hanya mengatasi gejala seperti: a.
Penatalaksanaan demam
b. Tranfusi untuk anemia
c. Dukungan pernafasan
4. Herpes simplex II (HSV)
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4
jam sesudah pecah ketuban. Sedang untuk herpes genitalis sekunder SC
tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC. Bayi baru lahir Dilakukan untuk
pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus.
Kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir
3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari

G. PENCEGAHAN
1. Toxoplasmosis
a. Memasak makanan sampai benar-benar matang
b. Mencuci tangan dan peralatan dengan benar
c. Mencuci buah dan sayur dengan air mengalir sebelum dikonsumsi
d. Jangan mengonsumsi susu murni yang tidak dimasak dengan baik
e. Merawat binatang peliharaan, terutama kucing, dengan benar
f. Sebaiknya menghindari kucing saat sedang hamil
g. Memeriksa kesehatan tubuh menyeluruh secara berkala
2. Rubella
a. Memastikan apakah anda telah memiliki kekebalan terhadap virus
Rubella dengan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti
Rubella IgM
b. Jika hasil keduanya negatif, segera upayakan untuk mendapatkan
vaksinasi. Anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
c. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan
anti-Rubella IgG positif, sebaiknya anda menunda kehamilan
d. Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi
dan antibody yang terdapat dalam tubuh dapat melindungi dari
serangan virus Rubella. Bila anda hamil, bayi anda pun akan
terhindar dari sindroma Rubella Kongenital
3. Cytomegalovirus
a. Memberikan informasi tentang cara hidup sehat dan higienis kepada
seluruh lapisan masyarakat
b. Mengusahakan untuk menghindari kontak dengan cairan tubuh orang
yang diduga menderita infeksi CMV
c. Melakukan hubungan seksual secara sehat dan tidak berganti-ganti
pasangan
d. Hati-hati dalam menerima transfuse darah
e. Memeriksa kesehatan diri menyeluruh secara berkala, termasuk tes
TORCH didalamnya
4. Herpes simplex II
a. Mengupayakan hidup sehat dengan pola hidup dan pola makan yang
baik
b. Menjaga kebersihan diri dan selalu mencuci tangan, terutama ketika
akanmenyentuh daerah kelamin
c. Memberikan arahan kepada orang-orang yang beresiko mengidap
infeksi Herpes genital untuk mencegah penularan penyakit ini
d. Mendeteksi gejala pada orang-orang yang beresiko, serta
mengusahakan agar tidak melakukan kontak dengan penderita
e. Melakukan aktivitas seksual yang baik dan sehat, serta tidak
berganti-ganti pasangan
f. Memeriksakan kesehatan diri menyeluruh secara berkala, termasuk
pemeriksaan TORCH
H. WEB OF CAUTION
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN SISTEM REPRODUKSI (GORDON)
1. Identitas klien 2. Keluhan utama: Demam 3. Riwayat kesehatan:
e) Suhu tubuh meningkat
f) Malaise
g) Sakit tenggorokan
h) Mual dan muntah
i) Nyeri otot
4. Riwayat kesehatan dahulu:
a. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
b. Klien sering memakan danging setengah matang
c. Klien pernah mendapat transfuse darah
5. Data psikologis 6.
Data psikospiritual 7.
Pemeriksaan fisik:
a. Mata : nyeri, acites
b. System pencernaan: diare, mual, dan muntah
c. Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit
d. Musculoskeletal: nyeri dan kelemahan
e. Hepar: hepatomegaly dan icterus

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan. Tanda-tanda vital diperiksa, dan setiap
peningkatan suhu tubuh diperhatikan. Tanda-tanda infeksi (kemerahan,
bengkak, dan mengeluarkan cairan) diperiksa di mukosa hidung, faring, dan
membrane timpani. Apabila klien mengalami batuk dan mengeluarkan
dahak, paru-paru diauskultasi untuk mendengarkan suara yang tidak normal.
Periksa adanya ruam pada kulit; jika ada, warna, karakteristik, dan
penyebarannya dicatat. Pemeriksaan juga mencakup derajat dari lokasi
limpadenopati.

C. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (inflamasi)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
c. Gangguan intregitas jaringan/kulit berhubungan dengan perubahan
pigmen

D. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (inflamasi)
a. Manajemen nyeri
Tujuan: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
Rasional: untuk penanganan nyeri perlu adanya identifikasi dan
monitor
b. Edukasi teknik napas
Tujuan: meningkatkan relaksasi, meredakan nyeri,
dan ketidaknyamanan
Rasional: teknik napas dapat mengurangi rasa nyeri karena relaksasi
mengurangi ketegangan dan membuat rasa nyaman
c. Pemberian obat oral
Tujuan: untuk memndapat efek local atau sistemik
Rasional: pemberian obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
dengan memblok pembentukan prostaglandin
d. Terapi relaksasi
Tujuan: mengurangi nyeri
Rasional: relaksasi mengurang ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)


a. Manajemen hipertermia
Tujuan: mengetahui peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Rasional: mengontrol suhu tubuh
b. Manajemen cairan
Tujuan: mengelola keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi
akibat ketidakseimbangan cairan
Rasional: asupan cairan yang lebih maka kadar oksigen di dalam
darah akan semakin baik dan otak dapat menerima oksigen lebih
banyak
c. Pemberian obat oral
Tujuan: untuk memndapat efek local atau sistemik
Rasional: pemberian obat antipiretik untuk penurunan suhu tubuh
dengan cara mempengaruhi tingkat aliran darah yang mengalir ke
purifier untuk bertambah banyak dari biasanya dan membentuk
keringat. Keringat inilah yang mengubah panas tubuh menjadi air
untuk dikeluarkan oleh tubuh dan menurunkan suhu tubuh.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan hormonal


a. Perawatan integritas kulit
Tujuan: untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan mencegah
perkembangan mikroorganisme
Rasional: perlu adanya perawatan untuk pemulihan jaringan/kulit
agar tidak semakin parah
e) Manajemen nyeri
Tujuan: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
Rasional: untuk penanganan nyeri perlu adanya identifikasi dan
monitor
b) Pemberian obat kulit
Tujuan: untuk memulihkan gangguan kulit
Rasional: pemberian obat untuk memulihkan yang bagian luar obat
c) Edukasi perawatan kulit
Tujuan: untuk mamperbaiki damn meningkatkan integritas jaringan
kulit
Rasional: dengan perawatan maka kulit menjadi terjaga
DAFTAR PUSTAKA
Jannah Anisa’ul dan Winkanda Satria Putra. 2015. Mengenal dan Memahami
Bahaya TORCH Bagi Wanita Hamil dan Janin dalam Kandungannya.
Yogyakarta: KATAHATI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai