Anda di halaman 1dari 2

Penyebab Mental Illness

Salah satu kasus mentalillness adalah depresi. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya,
depresi dan stress memiliki suatu perbedaan yang mana stress merupakan salah satu pemicu
terjadinya depresi.
Depresi dapat terjadi akibat adanya kekecewaan, stress, perceraian, sakit yang lama misalnya
seperti cancer, dan masalah keuangan serta masalah pekerjaan. Pada beberapa kasus, depresi
ditimbulkan oleh kombinasi dari beberapa penyebab, misalnya merasa tertekan setelah sakit,
trauma, maupun kabar dukacita dari orang terdekat.
Terkadang hal yang memperburuk keadaan adalah saat seseorang merasa tertekan kemudian ia
sedang memiliki permasalahan dengan orang terdekat sehingga ia tak bisa menceritakan apa
yang dirasakannya pada orang lain. Setelah itu ia merasa sendiri dan akhirnya mengalihkannya
pada hal-hal seperti mabuk, narkotika, dan juga memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Berdasarkan sebuah artikel berujudul What Caused Depression yang diterbitkan oleh Harvard
Medical School, emosi bukan sesuatu yang dirasakan di hati, melainkan dipengaruhi oleh suatu
system syaraf di otak. Di otak sendiri terdapat beberapa region yang berperan significant pada
suatu depresi, yaitu amygdala, thalamus, dan hippocampus.
Di artikel itu pun disebutkan bahwa gen juga berpengaruh pada suatu keadaan depresi, terutama
pada orang yang memiliki gen rentan terhadap depresi karena faktor genetic berperan dalam
sensitivitas dalam menghadapi beberapa tekanan di hidup. Apabila terdapat gen yang rentan akan
depresi dan dibarengi dengan situasi hidup yang menekan akhirnya dapat menimbulkan depresi.
Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai reaksi kimia dan Stres memiliki konsekuensi
fisiologisnya sendiri. Ini memicu rantai reaksi kimia dan respons dalam tubuh. Jika stres itu
berumur pendek, tubuh biasanya kembali normal. Tetapi ketika stres kronis atau sistem terjebak
dalam gir, perubahan pada tubuh dan otak bisa berlangsung lama.
Kemudian, trauma emosional yang pernah kita alami pun dapat memicu kerentanan terhadap
depresi di kemudian hari. Sebuah penelitian kecil namun menarik dalam Journal of American
Medical Association menunjukkan bahwa wanita yang dilecehkan secara fisik atau seksual
sebagai anak-anak memiliki respons stres yang lebih ekstrem daripada wanita yang tidak
dilecehkan. Para wanita memiliki tingkat hormon stres ACTH(adenokortikotropik) dan kortisol
yang lebih tinggi, dan jantung mereka berdetak lebih cepat ketika mereka melakukan tugas-tugas
yang membuat stres, seperti mengerjakan persamaan matematika atau berbicara di depan
audiensi.
Banyak peneliti percaya bahwa trauma dini menyebabkan perubahan halus pada fungsi otak yang
menyebabkan gejala depresi dan kecemasan. Daerah otak utama yang terlibat dalam respons
stres dapat diubah pada tingkat kimia atau seluler. Perubahan mungkin termasuk fluktuasi
konsentrasi neurotransmiter atau kerusakan sel-sel saraf. Namun, penyelidikan lebih lanjut
diperlukan untuk mengklarifikasi hubungan antara otak, trauma psikologis, dan depresi.

Anda mungkin juga menyukai