Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PROGRAM KESEHATAN/KEBIJAKAN PEMERINTAH:

POSYANDU KENANGA KELURAHAN UTAN KAYU SELATAN


JAKARTA TIMUR

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep

Disusun oleh:
Sanaya Azizah Puteri 1710711079
Stephanie Ester 1710711133

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Selawat dan salam kita junjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW..

Makalah yang berjudul Analisis Program Kesehatan/Kebijakan Pemerintah:


Posyandu Kenanga Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas dan nilai semester mata kuliah Keperawatan Komunitas I. Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan


rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami akui masih
memiliki banyak kekurangan maka penyusun memohon untuk saran dan kritiknya.

Depok, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 4
1. Tujuan Umum................................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................... 5
A. Posyandu ............................................................................................................ 5
B. Gizi ................................................................................................................... 10
C. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)..................................................... 12
BAB III PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN/KEBIJAKAN DALAM
MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN UTAMA DI INDONESIA........ 14
A. Konsep Program PERISI (Peduli Nutrisi) ....................................................... 14
1. Pengertian ..................................................................................................... 14
2. Visi/Misi/Tujuan .......................................................................................... 14
3. Sasaran .......................................................................................................... 15
4. Pelaksanaan .................................................................................................. 15
5. Kegiatan Pokok ............................................................................................ 15
B. Analisis SWOT Program/Kebijakan ................................................................ 15
C. Kasus di Masyarakat yang Diselesaikan dengan Program/Kebijakan ............. 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18
A. Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga
perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh
seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan
pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia dengan mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistim
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas
(Depkes, 2011).
Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak
dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan serta
umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna
(Depkes, 2011). Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode
1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi
kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai
target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu
tiga kali lipat dibandingkan target MDGs. Upaya percepatan penurunan AKI

1
dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB
pasca persalinan (Kemenkes, 2019).

Upaya kesehatan anak telah menunjukkan hasil yang baik terlihat dari angka
kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN
sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan
AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019).

2
Posyandu yang terletak di RW 007 Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur sendiri
sudah berjalan sejak lebih berpuluh-puluh tahun yang lalu. Semenjak itu pula
program-program kegiatan yang ditujukan pada balita, ibu hamil, ibu menyusui,
dan ibu nifas dilaksanakan setiap bulan pada minggu ketiga. Terdapat 110 Kartu
Keluarga di RW 007 dengan jumlah bayi dan balita sebanyak kurang lebih 100
orang. Setiap bulannya Ibu membawa anaknya ke Posyandu.
Salah satu tujuan dicanangkannya Posyandu adalah untuk mengurangi AKI
(Angka Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi), dan AKABA (Angka
Kematian Balita). Menurut Kader RT 009 Posyandu Kenanga, Ibu Ine Anggraini,
belum pernah ada angka kematian ibu baik saat hamil, persalinan, hingga saat
masa nifas. Sedangkan untuk kematian bayi dan/atau balita di lingkungan RW
007 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur pernah terjadi beberapa kali.
Ibu Ine mengatakan selama masa jabatannya sebagai Kader perwakilan RT 009
Posyandu Kenanga, terdapat tiga balita yang meninggal akibat kekurangan gizi.
Ketiga anak tersebut merupakan anak Ibu Ida, yang kini menjadi salah satu kader
Posyandu Kenanga. Ibu Ine mengatakan dulu Ibu Ida sangat malas membawa
anaknya ke Posyandu, oleh karena itu kader-kader Posyandu beserta bidan dan
perawat yang bertugas memutuskan untuk mengunjungi rumah Ibu Ida secara

3
langsung dan didapatkan anaknya tidak memiliki gizi yang baik. Lingkungan
rumahnya pun tidak bersih. Terdapat selokan di depan rumah yang kotor dan
penuh dengan sampah. Tidak banyak udara dan cahaya yang masuk ke dalam
rumah karena kurangnya jendela dan ventilasi udara.
Ibu Ine pun mengatakan, gizi kurang bukan hanya masalah yang terjadi pada
balita di RW 007, tetapi juga keberishan lingkungan. Terdapat kesenjangan
ekonomi dan sosial di salah satu RT di RW 007 di mana pada RT tersebut rumah
warga dapat dikatakan cukup kumuh dan tidak bersih. Kurangnya pengetahuan
tentang kebersihan dan kesehatan menyebabkan salah satu anak di RT tersebut
menjadi korbannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis serta
membahas masalah sebagai bahan penulisan yang berjudul Analisis Program
Kesehatan/Kebijakan Pemerintah: Posyandu Kenanga Utan Kayu Selatan,
Jakarta Timur.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang melingkupi semua tujuan penelitian
(Dahlan, 2010). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
masalah kesehatan pada bayi dan balita RW 007 Utan Kayu Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya masalah kesehatan bayi dan balita di RW 007.
b. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan
bayi dan balita di RW 007.
c. Ditemukannya solusi dalam menyelesaikan masalah kesehatan bayi dan
balita di RW 007.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Posyandu
Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
yang sudah menjadi milik masyarakat serta menyatu dalam kehidupan dan budaya
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap
atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Pelayanan kesehatan dasar di
Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5
(lima) kegiatan, yakni Kesehatan lbu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare (Depkes, 2011).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh
kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat,
pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah
anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang
disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu bekerja secara sukarela,

5
dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup waktu untuk
bekerja bagi masyarakat (DEPKES, 2011).
Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil,
ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya
dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
dan ditentukan masyarakat sendiri (DEPKES, 2011).
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus Posyandu menurut (Depkes, 2011)
adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya (Depkes, 2011):
1. Bayi
2. Anak balita
3. lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Fungsi Posyandu adalah sebagai berikut (Depkes, 2011):
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama

6
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Manfaat Posyandu adalah sebagai berikut (Depkes, 2011):
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan
AKI, AKB dan AKABA.
b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu
dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait

7
dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi
setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-
masing sektor.
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut
(Depkes, 2011):
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian IT unisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (F4K)
serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan itu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas lbu Hamil padc setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lail sesuai dengan kesepakatan.
Kegiatan Kelas lbu Hamil antara lain sebagai berikut:
a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil,
persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan
gizi
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI
c) Peragaan pola makan ibu hamil
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir

8
e) Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,
lnisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 Sl (1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama).
3) Perawatan payudara.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan
secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh
kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu
menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak
digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan
pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu
disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk
balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan dan konseling
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan
pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh

9
kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang
diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMn lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila
ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih
lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

B. Gizi
Menurut (Supariasa & dkk, 2013), gizi (Nutrition) adalah proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

10
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Almatsier (2006) mengatakan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi juga
merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan nutrien dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah
keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi
dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis.
Status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang yang ditentukan oleh
nutrien yang diterima dan langsung dimanfaatkan oleh tubuh. Status Gizi
(Nutrition Status) merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa & dkk, 2013).
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi
dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang
dibutuhkan dalam jumlah besar. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro
adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan.
Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin.
Energi dalam makanan terutama diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam tubuh seperti
proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan,
proses fisiologi lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi
dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup
dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein diperlukan
oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat
pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat anti energi dimana tiap gram
protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Almatsier, 2002).

11
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi
adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik
untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita. Menurut
WHO, pemeliharan status gizi anak sebaiknya:
1. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
2. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.
3. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food) bergizi, mulai
usia 4 atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu
lengkap keluarga.
4. Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki.
Menurut (Lanoh, Sarimin, & Karundeng, 2015), ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi status gizi seorang balita. Dimana peranan orang tua sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita tersebut. Secara garis besar,
kebutuhan gizi balita dapat ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat
badan dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat
dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan di cocokan dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) (Proverawati & Asfuah, 2009).
Kebutuhan gizi pada masa balita membutuhkan lebih banyak nutrusi karena
masa balita (usia 1-5 tahun) adalah periode keemasan. Hal ini akan berpengaruh
pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik itu mental maupun fisik
(Hasdianah, 2014).

C. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)


Setiap keluarga yang mempunyai bayi dan anak usia 6-24 bulan hendaknya
mempunyai pengetahuan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA),
agar mampu memberikan ASI ekslusif dan menyiapkan MP-ASI yang sesuai di
masing-masing keluarga. Pendampingan oleh orang yang terdekat dalam hal ini
termasuk kader posyandu sangat penting. Untuk itu kader posyandu perlu dilatih

12
agar mempunyai pengetahuan tentang ASI ekslusif dan MP-ASI serta
keterampilan pemantauan pertumbuhan dan keterampilan memberikan konseling.
Peranan tenaga kader posyandu terampil sangat besar terhadap keberhasilan
Pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu,
peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi
dan anak yang akan meningkatkan status gizi balita. Oleh karena itu keberadaan
kader posyandu perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Untuk melatih kader yang
tersebar diseluruh desa di Indonesia agar menjadi seorang konselor PMBA yang
baik, maka perlu dilakukan pelatihan berjenjang. Hal ini dapat dimulai dengan
melatih pelatih Konseling PMBA kader tingkat Propinsi/Kabupaten dilanjutkan
dengan melatih pelatih PMBA kader tingkat Puskesmas yang diharapkan dapat
melatih bidan desa dan kader posyandu didaerahnya.

13
BAB III
PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN/KEBIJAKAN
DALAM MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN UTAMA DI
INDONESIA

A. Konsep Program PERISI (Peduli Nutrisi)

1. Pengertian
Menurut (Supariasa & dkk, 2013), gizi (Nutrition) adalah proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi. PERISI (Peduli Nutrisi) merupakan sebuah program
yang dicanangkan untuk meningkatkan gizi bayi dan balita RW 007 Utan
Kayu Selatan.

2. Visi/Misi/Tujuan
a. Visi
1) Meningkatnya jumlah bayi dan balita dengan gizi cukup
dan gizi baik di RW 007 Utan Kayu Selatan.
2) Menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan angka
kematian balita (AKABA) akibat gizi buruk di lingkungan
RW 007 Utan Kayu Selatan.
b. Misi
1) Menyelenggarakan kegiatan pokok PERISI yaitu
penyuluhan dan demonstrasi pembuatan menu sehat setiap
tiga bulan.
2) Bekerja sama dengan kader Posyandu dalam
mengobservasi gizi bayi dan balita RW 007 Utan Kayu
Selatan.

14
3) Optimalisasi peran serta fungsi kader Posyandu dalam
meningkatkan gizi bayi dan balita RW 007 Utan Kayu
Selatan.
c. Tujuan
Tujuan program PERISI adalah untuk memperbaiki gizi bayi dan
balita RW 007 Utan Kayu Selatan.

3. Sasaran
Sasaran program PERISI adalah seluruh warga RW 007 Utan Kayu
Selatan, terutama:
a. Ketua RW 007
b. Seluruh ketua RT di RW 007
c. Kelompok kerja serta kader Posyandu
d. Bidan, perawat, dan ahli gizi di Puskesmas setempat
e. Ibu dengan anak usia di bawah 5 tahun
f. Bayi dan Balita

4. Pelaksanaan
Jadwal, lokasi, dan waktu pelaksanaan kegiatan ditentukan bersama oleh
sasaran program PERISI. Waktu penyuluhan sekitar 1-2 jam dan harus
disepakati dan ditaati bersama.

5. Kegiatan Pokok
a. Penyuluhan tentang gizi seimbang untuk bayi dan balita.
b. Demonstrasi membuat makanan gizi seimbang oleh ahli gizi.
c. Observasi hasil penyuluhan bersamaan dengan kegiatan Posyandu
setiap bulan.

B. Analisis SWOT Program/Kebijakan


Strength Opportunities
 Dapat bekerja sama dengan kader  Belum adanya program atau
Posyandu. kegiatan secara khusus untuk gizi

15
 Dapat mengembangkan sistem yang pada bayi dan balita.
sudah ada.
Weakness Threats
 Kurangnya SDM untuk  Kurangnya kesadaran warga
mengoptimalkan program PERISI. terhadap gizi seimbang.
 Sulitnya mengubah pemikiran dan
perilaku warga yang sudah terbiasa
hidup dengan makanan gizi kurang
seimbang.

C. Kasus di Masyarakat yang Diselesaikan dengan Program/Kebijakan


Selama beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa bayi dan balita di
lingkungan RW 007 yang meninggal. Rumah-rumah penduduk di sebagian area
berdempetan dan berada di dalam gang sempit. Warga sering buang sampah
sembarangan sehingga dihinggapi banyak lalat. Selokan tampak kotor dan penuh
sampah. Pada sore hari anak-anak biasanya bermain di gang tersebut ditemani
oleh ibu mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu kader
Posyandu, sebagian warga memang kurang memahami pentingnya kebersihan dan
kesehatan sehingga sudah merasa nyaman tinggal di lingkungan yang tidak
bersih. Dari 100 bayi dan balita di RW 007 Utan Kayu Selatan, 24 diantaranya
mengalami gizi kurang.
Dalam beberapa tahun terakhir sudah ada tiga balita yang meninggal akibat
gizi buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu dengan balita,
anak mereka lebih suka mengonsumsi mie instan dan es krim dibandingkan
dengan makanan gizi seimbang dan susu.
Kegiatan Posyandu dilakukan setiap bulan dan kader selalu mengingatkan
untuk datang ke Posyandu. Pada pagi hari, kader-kader Posyandu berkeliling
untuk mencatat jumlah Ibu dan anak yang akan hadir pada kegiatan Posyandu saat
itu serta mengingatkan mereka agar datang ke Posyandu. Satu Ibu kemudian

16
mengajak Ibu yang lainnya dan seterusnya sehingga warga kompak bersama-sama
pergi ke Posyandu.
Ibu-ibu kader membantu dalam sistem lima meja di Posyandu yaitu
pendaftaran anak balita, penimbangan bayi dan anak balita, dan pencatatan hasil
pengukuran berat badan dan panjang badan anak. Untuk meja ke-empat dan
kelima yaitu penyuluhan kesehatan dan gizi serta pelayanan imunisasi dan KB
dilakukan oleh bidan atau perawat dari Puskesmas setempat. Jika status gizi
menunjukkan anak di bawah garis merah dan gizi buruk pada KMS (Kartu
Menuju Sehat), anak akan diberikan biskuit Makanan Tambahan Balita yang
harus habis dalam sebulan sehingga saat kembali lagi ke Posyandu di bulan
berikutnya gizi anak sudah membaik.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, utamanya
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Salah satu kegiatan di Posyandu adalah pelayanan gizi yang dilakukan oleh
kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi
dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMn lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan
ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2
kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera
melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.
PERISI (Peduli Nutrisi) merupakan sebuah program yang dicanangkan
untuk meningkatkan gizi bayi dan balita RW 007 Utan Kayu Selatan. Tujuan
program PERISI adalah untuk memperbaiki gizi bayi dan balita di daerah
setempat.

A. Saran
Untuk kesempurnaan dan tercapainya tujuan penulisan ini, penulis
merekomendasikan beberapa saran diantaranya:
1. Melakukan implementasi lebih lanjut dan dalam skala lebih besar untuk
meningkatkan status nutrisi bayi dan balita.
2. Mendukung dan membantu mengoptimalkan program-program
pemerintah dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) atau
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan terutama tujuan 2 yaitu tanpa
kelaparan; mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, S. (2010). Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

DEPKES. (2011). Pedoman Umum Pelayanan Posyandu. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Depkes. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.

Hasdianah. (2014). Gizi, Pemanfaatan Gizi, dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Kemenkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Lanoh, M., Sarimin, S., & Karundeng, M. (2015). Hubungan Pemanfaatan Posyandu
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota
Manado.

Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Supariasa, I., & dkk. (2013). Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Yula. (2006). Hubungan Sanitasi Rumah Tinggal dan Hygiene Perorangan dengan
Kejadian Dermatitis di Desa Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan. 4.

19

Anda mungkin juga menyukai