Anda di halaman 1dari 3

Nama : Frela Tasya Salsabila

NIM : 1802016073

PENYESELESAIAN SENGKETA TANAH TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL

A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara dengan sebutan negara agraris, yang artinya
suatu negara yang dimana penduduknya itu berprofesi sebaga petani, maka tidak
dipungkiri bahwa negara Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang yang
sebagian besar rakyatnya menggantungkan hidupnya pada sektor agraris. Tanah sebagai
salah satu sektor agraris yang terpenting dari yang lain, menurut UUPA pasal 4 ayat (1)
“ Tanah adalah permukaan bumi yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang baik sendiri mapun bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum”
diaya selanjutnya yakni pasal 4 ayat (2) diperjalas bahwa “ tanah-tanah yang dimaksud
dalam ayat (1) memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan
sekedar diperlukan untuk kepentingan langsung berhubungan dengan penggunaan
tanah dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan yang lebih tinggi”.
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang paling berkembang di dunia,
mengapa begitu karena cepatnya pertumbuhan dan perkembangan manusia adanya
populasi manusia yang sangat melimpah ruah hingga negara Indonesia disebut negara
yang padat penduduknya, tetapi adanya hal tersebut munculah banyak masalah karena
apa padatnya manusia yang membutuhkan tempat pemukiman, tempat tinggal yang
merupakan kebutuhan yang wajib dipunyai oleh setiap masyarakat Indonesia. Tempat
tinggal tersebut merupakan sebuah bidang tanah dan beberapa bidang tanah yang
dibutuhkan untuk bertempat tinggal.
Tanah adalah sesuatu yang mendasar yang menjadi kebutuhan yang paling
penting adanya, jika diibaratkan seperti jari telunjuk dan tengah yang tidak bisa
dipisahkan semenjak manusia lahir hingga meninggal yang merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa. Tanah juga pijakan pertama manusia di dunia yang merupakan sumber
kehidupan dan mata pencaharian manusia, maka dari itu tanah merupakan persoalan
terpenting yang perlu dibahas, perlu ditata dan direncanakan dengan penuh hati-hati dan
khidmat. Dalam hal tersebut maka Undang-Undang Pertanahan Agraria mengatur
dalam pasal 33 ayat (3) mengaskan bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkamdung di dalamnya yang penguasaanya ditugaskan kepada Negara Republik
Indonesia, harus dipergunkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Pasal 33 ayat 3 merupakan bukti autentik bahwa dasar hukum politik pertanahan
adalah untuk kemakmuran rakyat, maka seyogyanya penguasaan tanah tidak boleh jauh
dari maksud, arti dan tujuan yang sudah diterangkan dan diperjelas dalam pasal tersebut
yang merupakan implementasi konstitusi tujuan negara. Adanya perundang-undangan
yang mengatur maka wajiblah untuk kita khidmat pada peraturan yang sudah dibuat
sedemikian rupanya hingga terjadilah perkembangan yang melesat pada perekonomian
dalam negeri dan nasional yang bersangkutan dengan masalah tanah., perekonomian
tersebut terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang mana seringkali menjadi suatu
persengketaan yang hanya bisa diselesaikan di meja pengadilan, hal ini muncul karena
keberadaan tanah yang amat snagat penting bagi manusia dalam kehidupan mereka yang
membuat mereka berusaha dan bagaimana caranya memperoleh tanah dengan cara
apapun.
Tanah merupakan suatu hal yang terpenting bagi mereka, hingga seorang dengan
seseorang lainnya memikirkan bagaimana caranya memperoleh tanah tersebut yang
merupakan salah satu sumber kehidupan mereka tetapi sayangnya dalam memperoleh
hal tersebut seringkali timbulnya masalah dan persilisihan mengenai pertanahan dalam
kehidupan mereka. Akibatnya, munculah konflik-konflik yang berkepanjangan antara
seseorang dengan yang lainnya bahkan terdengar oleh ahli warisnya yang dapat
menimbulkan korban. Dari semua itulah para pihak berlomba-lomba untuk
mendapatkan tanah tersebut dan membuktikan bahwa dirinyalah yang berhak
mendapatkan hal tersebut.
Berhubungan dengan hal tersebut maka adanya kepastian hukum yang harus
ditegakkan dalam lingkungan mereka agar tidak terjadinya kesalahpahaman diantara
mereka yang bertujuan mendapatkan jaminan kepastian hukum dan kepastian hak atas
kepemilikan tanah, oleh karena itu perlunya masyarakat dalam mendaftarkan tanahnya
kepada pihak yang berwenang guna mendapatkan sertifikat tanah.
Sertifikat tanah berfungsi sebagai alat bukti yang kuat atas kepemilikan tanah
tersebut, sebagaimana diatur dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA dan pasal 32 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah, yang
sekarang telah dicabut dan ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997.
Sertifikat tanah merupakan alat bukti yang kuat dan autentik, yang menjadikan
kekuatan kepastian hukum di dalamnya bagi pemegang sertifikat sebagai alat bukti yang
sempurna. Akan tetapi seiring dengan berjalanannya waktu nilai dan manfaat tanah,
menjadikan masyarakat berupaya untuk memperoleh bukti sertifikat tanah tetapi
sayangnya masyarakat memperoleh bukti tersebut dengan sesuatu yang dzalim yaitu
sertifikat palsu, dimana seolah-olah sertifikat tersebut asli tapi aslinya palsu atau
serifikat ganda dimana data tersebut tidak singkron dengan data yang ada pada buku
tanah. Sertifikat ganda muncul juga adanya cacat hukum administrasi yang tidak
dipetakan dalam pendaftaran tanah yang mengakibtkan efek samping yang fatal karena
adanya sertifikat ganda tersebut secara tidak langsung menjadikan tanah tersebut tidak
produktif dan gangguan stabilitas perekonomian yang ada. Sengketa timbul juga
diakibatkan adanya para pihak yang dirugikan oleh Badan Pertanahan Indonesia.
B. ISI
Apa yang mendasari terjadinya sertifikat ganda di dalam lingkungan Badan
Pertanahan Indonesia
1. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Pendaftaran tanah merpakan hal yang
wajib dan tidak boleh ditinggalkan oleh siapapun pemilik tanah agar
mempunyai kekuatan hukum dan mendapat jaminan atas hak tanah
tersebut, karena pendaftran tersebut merupakan hal yang wajib untuk
mengetahui bahwa tanah tersebut memiliki pemilik kepemilikan tanah,
tetapi dalam hal proses pendaftaran sebuah tanah tersebut bukanlah hal
yang mudah dan pastinya terdapat langkah-langkah yang harus dipenuhi
dalam mencapai hal tersebut. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah di
Badan Pertanahan Nasional bukanlah hal yang mudah tetapi juga bukan
hal yang sulit akan tetapi terdapat beberapa masalah diantaranya adalah
hal sengketa hak hak atas tanah yang terjadi dalam lingkaran masyarakat
yang berupa gugatan-gugatan, hingga masalah sengketa ini harus
diselesaikan di ranah pengadilan, yang mengakibatkan terjadinya
pemblokiran sertifikat hak atas tanah tersebut oleh Kantor Pertanahan.
Permohonan pemblokiran terhadap sertifikat hak atas tanah tersebut
dapat dilakukan pihak pengadilan karena adanya gugatan.
2. Kesalahan dari pemilik tanah yang kurang memperhatikan tanah
miliknya serta tidak memanfaatkan miliknya dengan baik dan benar
sehingga tanah tersebut dapat pindah kepemilikannya kepada orang lain
karena tidak dijaga sebaik mungkin karenaorang lain merasa bahwa
tanah tersebut tidak bertuan sehingga orang tersebut merasa bahwa tanah
tersebut adalah miliknya setelah itu orang tersebut menerbitkan sertifikat
agar tanah tersebut menjadi kepemilikannya yang sah tanpa cek dan
ricek bahwa tanah tersebut sudah bertuan walaupun aslinya orang
tersebut sudah mengetahui tanah tersebut sudah bertuan dan bersertifikat
tetapi seolah-olah tidak mengetahui agar memanfaatkan lembaga Badan
Pertanahan Nasional mendapatkan sertifikat yang baru tanpa melakukan
peralihan hak atas tanah
3. Kesalahan dari Badan Pertanahan Nasional dan pemerintahan setempat
mengenai tanah yang sudah terdaftar dan tanah yang belum didaftarkan,
seharusnya tindakan dari Badan Pertanahan nasional membuat pemetaan
tentang pendaftaran tanah secara rinci dan tertata sehingga sistematis dan
tidak akan terjadinya sertifikat ganda atau palsu disamping itu juga wajib
perlunya penyeleksian seseorang yang bekerja di Badan Pertanahan
Nasional yang sesuai dengan SOP yang ada.

Penyelesaian sengketa ini tidak dilakukan di dalam Badan Pertanahan Nasional tetapi
dalam ranah pengadilan umum dan KTUN (Keputusan Tata Usaha Negara) yang
bersangkutan serta pertimbangan hakim agung yang merupakan aspek terpenting yang
melahirkan sebuah keadilan dan kepastian hukum serta mengandung manfaat bagi yang
melangar ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang.

C. KESIMPULAN
Latar belakang timbulnya sertifikat ganda di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional awalnya timbul persengketaan kepemilikan tanah yang ada dalam lingkungan
masyarakat yang masyarakat tersebut rata-rata adalah awam dan tidak tahu-menahu
tentang tanah, karena fikir mereka tanah adalah salah satu sumber kehidupann yang
penting yang harus mereka punyai mau tidak mau mereka bertindak apapun demi
mendapatkan hal tersebut sehingga menimbulkan konflik-konflik diantara mereka yang
salah satunya adalah munculnya sertifikat ganda dimana-mana yang muncul karen
beberapa faktor yang ada dari pendaftaran tanah, kepemilikan tanah yang tidak dijaga
dan dirawat semstinya hingga kesalahan fatal yang ditimbulkan oleh Badan Pertanhan
Nasional dan pemerintahan setempat yang kurang memberikan kenyamanan dan
kepastian hukum yang ada maka cara pencegahannya yaitu memperhatikan keadaan
serta mengurangi faktor timbulmya sertifikat ganda karena hal tersebut dapat
terealisasikan atau mengurangi adanya sengketa tersebut supaya kebersamaan bersama
dan jaminan hukum.

Anda mungkin juga menyukai