Anda di halaman 1dari 5

1. a.

Seismic section bisa menampakkan rekaman seolah-olah ada hasil refleksi multireflektor
karena pada muka gelombang pada batas antar medium yang memiliki perbedaan
kecepatan gelombang.
b.
Hubungan antara pola difraksi dengan ukran objek batuan bawah permukaan adalah untuk
melihat setiap titik-titik pengganggu yang berada di depan muka gelombang utama akan
menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Di dalam eksplorasi
seismik titik-titik pengganggu yang berada didepan muka gelombang utama dapat berupa
patahan, rekahan, pembajian, antiklin, dll. Sedangkan deretan gelombang baru merupakan
pola gelombang difraksi.
2. a. Data pelengkap yang diperlukan dalam interpretai seismik
Sebelum melakukan interpretasi yang lebih jauh data seismik harus diikat terlebih
dahulu dengan data log agar data seismik yang diperoleh dapat dikoreksikan dengan
data geologi. Sukmono (2000) menerangkan bahwa untuk meletakkan horizon seismic
(skala waktu) pada posisi kedalaman sebenarnya dan agar data seismic dapat
dikoreksikan dengan data geologi lainnya yang umumnya diplot pada skala kedalaman,
maka perlu dilakukan well-seismic tie. Terdapat banyak teknik pengikatan ini, tapi
yang umum dipakai adalah dengan memanfaatkan seismogram sintetik dari hasil suvei
kecepatan (well velocity survey). Seismogram sintetik adalah rekaman seismik buatan
yang dibuat dari data log kecepatan dan densitas. Data kecepatan dan densitas
membentuk fungsi koefisien refleksi (RC) yang selanjutnya dikonvolusikan dengan
wavelet. Seismogram sintetik dibuat untuk mengkorelasikan antara informasi sumur
(litologi, umur, kedalaman, dan sifat-sifat fisis lainnya) terhadap trace seismik guna
memperoleh informasi yang lebih lengkap dan komprehensif. Dengan demikian
pembuatan 20 seismogram sintetik untuk meletakan horison seismik (skala waktu) pada
posisi kedalaman sebenarnya dan agar data seismik dapat dikorelasikan dengan data
geologi lainnya yang umumnya diplot dalam skala kedalaman (well seismic tie).
Berikut merupakan data tambahan yang diperlukan dalam interpretasi data seismik
 Density log
Log ini menggambarkan berat jenis relatif dari setiap formasi dengan merekam radiasi
yang berasal dari setiap formasi.
 Velocity log
Tipe log ini hampir sama dengan log density hanya saja yang direkam adalah acoustic
velocity dari masing-masing formasi.
 Source wavelet
Menghitung source wavelet dengan korelasi melintang seismic trace secara otomatis.
 Data checkshot survey

b. Wavelet polaritas

3. a. Resolusi vertikal adalah tingkat kemampuan untuk mendeteksi dan meresolve lapisan
tipis, sedangkan resolusi horizontal adalah tingkat kemampuan untuk mendeteksi dan
meresolve fitur-fitur dalam map sense seperti fitur fault atau stratigrafi
b. Suatu perlapisan terbentuk dimana batu gamping berkecepatan tinggi membaji kedalam
batu lempung berkecepatan rendah, hal ini akan terjadi 2 keadaan efek interferensi yaitu
destructive interference dan constructive interference. Dikatakan destructive
interference jika respon seismik menjadi saling meniadakan nilai amplitudo satu sama
lain sehingga merusak respon seismik sedangkan constructive interference jika respon
seismik antara boundary saling menguatkan nilai amplitudo satu sama lainnya.
Jika constructive interference nya maksimum maka fenomena ini dikenal
dengan tuning thickness yaitu suatu ketebalan di mana respon seismik pada ketebalan
tersebut mempunyai nilai amplitudo paling besar yang diakibatkan oleh interferensi

4. a. 1) Zona fresnel adalah lebar bidang benda anomali yang mampu dilihat oleh gelombang
seismik. Lebar sempitnya Zona Fresnel (B-B') tergantung pada panjang gelombang
dan frekuensi gelombang seismik yang digunakan. Semakin tinggi frekuensi seismik
yang digunakan, semakin sempit Zona Fresnel dan sebaliknya.
2) Zona Fresnel merupakan ukuran atau area reflektor yang mengirimkan kembali
energinya ke receiver dalam setengah cycle (1/4 λ), sehingga akan menghasilkan
interferensi konstruktif.
b. dimana; r = zona fresnel (m)

v= kecepatan gelombang seismik (m/s)

t = waktu tempuh gelombang seismik (TWT/2)

f = frekuensi (Hz)

5. a. Prinsip dasar melakukan pengikatan data wel dengan data seismik ( well to seismic tie )
adalah log sonic, density dan checkshoot.
b. Tiga tahap dasar melakukan well to seismic tie, yaitu :
1) Konversi data well ke domain waktu.
data seismic umumnya berada dalam domain waktu (TWT) sedangkan data well
berada dalam domain kedalaman (depth). Sehingga, sebelum kita melakukan
pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi data well ke
domain waktu. Untuk konversi ini, kita memerlukan data sonic log dan checkshot.
2) Sonic corrected checkshot
Data sonic log dan checkshot memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing.
Kelemahan data sonic diantaranya adalah sangat rentan terhadap perubahan lokal di
sekitar lubang bor seperti washout zone, perubahan litologi yang tiba-tiba, serta
hanya mampu mengukur formasi batuan sedalam 1-2 feet. Sedangkan kelemahan
data checkshot adalah resolusinya tidak sedetail sonic. Untuk ‘menutupi’ kelemahan
satu sama lain ini, maka kita melakukan koreksi dengan memproduksi ‘sonic
corrected checkshot’. Besarnya koreksi checkshot terhadap sonic disebut dengan
‘Drift’.
3) Tahapan berikutnya adalah membuat reflectivity log (dari data sonic dan density),
lalu membuat seismogram sintetik dengan cara meng-konvolusi-kan reflectivity log
dengan sebuah wavelet.
c. Seismogram sintetik atau rekaman seismic buatan merupakan hasil konvolusi antara
deret koefisien refleksi dengan suatu wavelet. Seismogram sintetik dibuat dari data log
kecepatan yang sudah dikoreksi checkshot dan log densitas. Dari kedua log tersebut
dapat diketahui koefisien refleksi yang menggambarkan bidang batas antara dua
medium berbeda. Dalam pembuatan seismogram sintetik hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu wavelet. Wavelet dapat diperoleh secara teoritis, secara statistic dari
data seismic, dan secara deterministic. Dari ketiga metode tersebut, wavelet dari data
seismic-lah yang biasanya menghasilkan nilai korelasi yang lebih besar. Wavelet yang
digunakan adalah wavelet yang mempunyai korelasi bagus antara trace seismic buatan
dan trace seismic asli. Wavelet diekstrak dari data seismic di sekitar area target. Tipe
wavelet yang diekstrak adalah constant phase atau zero phase. Seismogram sintetik
diperoleh dengan mengkonvolusikan koefisien refleksi dengan wavelet.
d. Fungsi seismogram sintetik dalam eksplorasi seismik adalah untuk mengkorelasikan
antara informasisumur litologi, umur, kedalaman dan sifat-sifat fisis lainnya terhadap
penampangseismic lainnya guna memperoleh informasi lebih lengkap dan
komprehensif.
e. Log Gamma Ray merupakan suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.Log ini bekerja dengan merekam radiasi
sinar gamma alamiah batuan, sehingga berguna untuk mendeteksi / mengevaluasi
endapan-endapan mineral radioaktif seperti Potasium (K), Thorium (Th), atau bijih
Uranium (U). Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat
digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi. Selain itu
pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar
kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan
berdasarkan intrepretasi data logging. Teknik interpretasinya, secara sederhana yaitu
dengan membuat suatu garis batas (cut off) antara shale base line (yang menyatakan
nilai GR tertinggi) dengan sand base line (yang menyatakan nilai GR terendah).
Sehingga diperoleh zona di sebelah kiri cut off sebagai zona reservoar, dan zona non-
reservoar di sebelah kanan garis cut off.
Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan porositas,
dan identifikasi kandungan fluida dengan memanfaatkan pancaran sinar gamma.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber
radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma
menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan
tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian dari energinya
dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh
detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Sinar gamma yang menyebar dan
mencapai detektor dihitung dan akan menunjukkan besarnya densitas batuan formasi.
Formasi dengan densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada
detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang
diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan
berhubungan dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada
densitas matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana
tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang
bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas
maupun ukuran lubang bor.

Anda mungkin juga menyukai