Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau


lingkungan dan merupakan kegiatan fisik yang terjadi di dalam tubuh yang
dikendalikan melalui otak. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010; Davis R, 2015)
Gangguan perilaku merupakan masalah perilaku dan emosional yang
melibatkan gejala perilaku negatif termasuk agresi kepada orang lain dan
hewan, merusak barang dengan sengaja, mencuri, berbohong, dan
membolos sekolah dan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam
fungsi social dan akademik. (AACAP, 2013; Janzen JF, 2014; Pradnyawati D,
2015)
Gangguan perilaku diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu gangguan
internalisasi dan gangguan eksternalisasi. Gangguan internalisasi meliputi
kecemasan dan depresi dan gangguan eksternalisasi meliputi kepribadian
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. (Murray J, 2016;
Lancefield KS, 2016)
Laporan kesehatan mental yang menggambarkan jumlah anak AS
berusia 3-17 tahun memiliki gangguan mental yang spesifik data dikumpulkan
dari berbagai sumber data antara tahun 2005-2011 digunakan. Analisis data
menunjukkan hasil untuk gangguan perilaku sebesar 3,5%. Hasil survai
terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rerata nilai
rapornya kurang dari 6 dinyatakan 33% mengalami gangguan perilaku.
Gangguan tingkah laku lebih sering terjadi pada lelaki dibandingkan
perempuan dengan rasio 3:1. Prevalens gangguan tingkah laku diperkirakan
2

antara 1,5%-3,4% dari populasi umum. Terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan gangguan tingkah laku dapat dibedakan menjadi factor
biologis, factor individual, dan factor keluarga. Data Dinkes Provinsi Sulawesi
Tengah, tentang gangguan perilaku pada anak SD tahun 2016 didapatkan 1
kasus di Palu, Poso 1 kasus, Buol 4 kasus. (Pradnyawati D, 2015; Dinkes
Provinsi Sulteng, 2016; CDC, 2017)

B. Rumusan Masalah

Gangguan tingkah laku menyebabkan penurunan yang signifikan dalam


fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. Anak dengan gangguan perilaku
dikemudian hari rentan menjadi pemakai zat terlarang dan berubah menjadi
orang dewasa dengan gangguan psikologis di masa depan.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Gambaran Perilaku Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Palu

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku pada anak usia sekolah dasar di Kota


Palu?
2. Bagaimana gambaran perilaku anak usia sekolah dasar dengan gangguan
internalisasi meliputi cemas dan depresi ?
3. Bagaimana gambaran perilaku anak usia sekolah dasar dengan gangguan
eksternalisasi meliputi gangguan kepribadian, gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas ?
3

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku anak usia sekolah


dasar di Kota Palu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan


perilaku pada usia sekolah dasar di kota palu
b. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
internalisasi meliputi kecemasan
c. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
internalisasi meliputi depresi
d. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
eksternalisasi meliputi gangguan kepribadian
e. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
eksternalisasi meliputi gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas
f. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
perilaku pada kelompok umur 6-12 tahun
g. Untuk mengetahui berapa banyak anak yang mengalami gangguan
perilaku pada kelompok gender laki-laki dan perempuan pada usia 6-12
tahun

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti

Manfaat untuk saya sebagai peneliti adalah menambah pengetahuan


saya terutama mengenai gangguan perilaku pada anak dan menambah
pengalaman meneliti.
4

2. Untuk Peneliti Lain

Hasil data penelitian ini berguna bagi peneliti lain yang ingin lebih
dalam melanjutkan penelitian tentang gangguan perilaku pada anak.

3. Untuk Institusi Pendidikan Kesehatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi
tambahan untuk mahasiswa di institusi kesehatan, kedokteran, untuk
bagian psikiatri khususnya anak dan remaja dan bagian pediatrik di rumah
sakit.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku
a. Definisi
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan. Perilaku adalah sikap atau tingkah laku, setiap atau
seluruh aktivitas total seseorang, khususnya yang dapat diamati dari luar.
Perilaku merupakan kegiatan fisik yang terjadi di dalam tubuh dan
dikendalikan oleh otak. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010; Davis R, 2015)

b. Klasifikasi
1) Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Kata 'terbuka' dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang jelas dan
terbuka ditampilkan. Perilaku yang dapat diamati seperti berjalan,
berbicara, tertawa, yang dapat dilihat dengan mudah dikategorikan
sebagai perilaku terbuka. (Psychestudy, 2017)
2) Perilaku Tertutup (Covert behaviors)
Perilaku tertutup adalah tindakan yang tidak teramati yang hanya dapat
disimpulkan oleh diri sendiri. Contoh perilaku ini adalah mengamati,
mengingat, penalaran, berpikir, menciptakan dan bermimpi di antara
banyak lainnya. (Psychestudy, 2017)
6

c. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembentukan Perilaku


1) Faktor Biologis
Anak-anak yang lahir di keluarga; mewarisi banyak sifat dan fitur dari
orang tua mereka. Anak-anak mendapatkan karakteristik fisik dan
psikologis dari orang tua mereka yang menjadi bagian dari kepribadian
mereka. (Studylecturenotes, 2017)
2) Faktor Sosial
Ketika seorang individu berinteraksi dengan orang lain dalam /
kelompoknya memberi dan menerima hubungan berlangsung dan hal itu
mempengaruhi kepribadian seorang. (Studylecturenotes, 2017)
3) Faktor Kultural
Budaya setiap masyarakat menentukan perilaku dan kepribadian
seseorang, seseorang mengikuti semua norma-norma sosial budaya yang
menghasilkan pembentukan kepribadian yang baik sementara tidak sesuai
dengan aturan budaya sehingga mengembangkan kepribadian yang
abnormal atau buruk. (Studylecturenotes, 2017)
4) Lingkungan Fisik
Semua perasaan, emosi, ide, sikap, kebiasaan dan perilaku serta
struktur tubuh merupakan hasil dari lingkungan fisik milik individu.
(Studylecturenotes, 2017)
5) Faktor Situasi
Perilaku orang dan kepribadiannya muncul ketika berinteraksi dengan
lingkungan, budaya, masyarakat, orang tua, teman-teman dan orang-
orang yang datang dalam kontak secara kebetulan. (Studylecturenotes,
2017)
7

2. Gangguan Perilaku
a. Definisi
Gangguan perilaku merupakan masalah perilaku dan emosional yang
melibatkan gejala perilaku negatif termasuk agresi kepada orang lain dan
hewan, merusak barang disengaja, mencuri, berbohong, dan membolos
sekolah dan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam fungsi sosial,
akademik.(AACAP, 2013; Janzen JF, 2014; Pradnyawati D, 2015)

b. Klasifikasi
Gangguan perilaku diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu
internalisasi dan gangguan eksternalisasi. (Lancefield KS, et al, 2016)
1) Gangguan Internalisasi
a) Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan khawatir dan gugup. Kecemasan
terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial, stres atau
trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. Kecemasan
yang terjadi pada anak usia dini, seperti gangguan kecemasan akan
perpisahan, dan kondisi yang terutama muncul dari remaja dan
seterusnya, seperti fobia sosial dan gangguan panik. (Elvira SD, 2013,
Shen M, et al, 2015, Murray J, et al, 2016; Sonuga-Barke EJS, et al,
2016)
b) Depresi
Depresi adalah perasaan murung yang terbendung, sebagai akibat
dari sistem pendekatan perilaku aktif yang gagal untuk menghasilkan
efek positif atau motivasi. (AACAP, 2013; Shen M, et al, 2015; Murray
J, et al, 2016; Sonuga-Barke EJS, et al, 2016)
8

2) Gangguan Eksternalisasi
a) Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah pola pengalaman dan perilaku batin
yang bertahan lama yang sangat berbeda dari ekspektasi budaya
individu, bersifat pervasif dan tidak fleksibel dan menimbulkan
perasaan tertekan. Gangguan kepribadian ditandai dengan pola
mendalam dari perilaku antisosial dan agresif, pelanggaran yang
signifikan dari hak orang lain dan/atau norma-norma sosial. (Gorman
DA, et al, 2015; Murray J, et al, 2016; Decety J, et al, 2016;
Bienenfeld D, 2018)
b) Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH) /
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH)
adalah kondisi perkembangan yang kurang terhadap perhatian dan
konsentrasi yang dapat terganggu oleh rangsangan eksternal atau
oleh pikiran yang tidak relevan dengan atau tanpa hiperaktivitas
menyertai. Ada 3 bentuk dasar GPPH yaitu lalai, hiperaktif-impulsif
dan digabungkan. Gangguan pemusatan perhatian ditandai dengan
perkembangan tingkat hiperaktif yang tidak lazim, impulsif, dan/atau
kurangnya perhatian. (Gorman DA, et al, 2015; Murray J, et al, 2016;
Decety J, et al, 2016; Soreff S, 2017)

c. Epidemiologi
Prevalensi gangguan perilaku di AS adalah 9,5% (laki-laki=12,0%,
perempuan=7,1%). Hasil analisis mengidentifikasi lima subtipe gangguan
perilaku yaitu pelanggaran aturan, penipuan/pencurian, agresif, perilaku
yang tertutup, dan gejala gangguan perilaku yang menetap. Hasil juga
menunjukkan bahwa gangguan perilaku biasanya mempengaruhi suasana
9

hati dan gangguan penggunaan zat, tetapi paling sering gangguan


kecemasan. (Nock MK, 2006)
Hasil penelitian yang dilakukan di kota Tehran menunjukkan bahwa
tingkat prevalensi gangguan perilaku sebesar 10,5%. (laki-laki=13,43%,
perempuan=7%). Gangguan perilaku yang lebih umum di antara anak laki-
laki dapat sebagai akibat dari fakta bahwa anak laki-laki dibandingkan
dengan perempuan secara fisik, mental dan psikologis karena mereka
lebih kuat daripada anak perempuan dan tampaknya penyakit, ketegangan
keluarga dan kemiskinan memiliki lebih banyak efek pada mereka.
(Azadyekta M, 2011)
Laporan kesehatan mental yang menggambarkan jumlah anak AS
berusia 3-17 tahun memiliki gangguan mental yang spesifik data
dikumpulkan dari berbagai sumber data antara tahun 2005-2011. Analisis
data menunjukkan hasil untuk gangguan perilaku sebesar 3,5%. (CDC,
2017)

Tabel 1. Prevalensi Anak Dengan Gangguan Perilaku di Dunia

No. Nama Penulis Lokasi Tahun Prevalensi

1. Matthew K. Nock Amerika Serikat 2007 9,5%

2. Mehrnaz Azadyekta Kota Tehran, Iran 2011 10,5%

3. CDC Amerika Serikat 2017 3,5%

Prevalensi masalah emosional dan perilaku pada anak adalah sebesar


27,1%. Terdapat berbagai macam jenis masalah emosional dan perilaku
seperti gangguan emosi, gangguan perilaku, hiperaktif, dan masalah
dengan teman sebaya. Masalah emosional dan perilaku dipengaruhi oleh
10

multifaktor yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling


mempengaruhi.
Hasil survei terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia
yang rerata nilai rapornya kurang dari 6 dinyatakan 33% mengalami
gannguan perilaku. Gangguan perilaku lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dengan rasio 3:1. Prevalensi gangguan tingkah
laku diperkirakan antara 1,5%-3,4% dari populasi umum. (Pradnyawati D,
2015)

Table 2. Prevalensi Anak Dengan Gangguan Perilaku di Indonesia

No. Nama Penulis Lokasi Tahun Prevalensi

1. Farid Agung Rahmadi Brebes 2015 24,2%

2. Dewi Pradnyawati Bali 2015 1,5%-3,4%

Jumlah kasus gangguan perilaku berdasarkan data dari Dinas


Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2016 untuk wilayah Palu
berjumlah 1 kasus, Poso berjumlah 1 kasus, Buol berjumlah 4 kasus. Data
dari RS Madani terdapat 4 kasus untuk gangguan perilaku pada anak usia
sekolah dasar pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 terdapat 30 kasus.
11

Table 3. Prevalensi Anak Dengan Gangguan Perilaku di Sulawesi Tengah

No. Nama Penulis Lokasi Tahun Jumlah Kasus

1. Dinkes Sulteng Palu 2016 1

2. Dinkes Sulteng Poso 2016 1

3. Dinkes Sulteng Buol 2016 4

4. RS Madani Palu 2015 4

5. RS Madani Palu 2016 30

d. Etiologi
Penyebab gangguan perilaku mungkin dari anak sendiri atau mungkin
dari lingkungannya, akan tetapi kedua faktor ini saling mempengaruhi.
(Maramis WF, 2009)
1) Internal
a) Penyebab yang diturunkan. Diketahui bahwa ciri dan bentuk
anggota tubuh dapat diturunkan. Demikian juga beberapa sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Karena anak itu mempunyai ciri dan sifat-sifat ini, maka
suatu keadaan atau hal tertentu mungkin menimbulkan stres pada
anak yang bersangkutan, tetapi tidak pada anak yang lain.
(Maramis WF, 2009)
b) Penyebab yang diperoleh pada waktu anak berkembang. Telah
lama diketahui bahwa gangguan otak seperti trauma kepala,
ensefalitis, neoplasma dan lain-lain dapat mengakibatkan
perubahan kepribadian. Anak dengan sindrom otak organik ini
12

mungkin menunjukan hiperkinesa, kegelisahan, kecenderungan


untuk merusak dan kekejaman. (Maramis WF, 2009)

2) Lingkungan
Faktor lingkungan sering lebih menetukan. Dan karena lingkungan
itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat
dipengaruhi atau dapat dicegah. Beberapa penyebab gangguan
perilaku yang berasal dari lingkungan ialah:
a) Orang tua: sikap orang tua terhadap anak mereka merupakan faktor
yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak itu.
Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian menimbulkan
kebingungan pada anak. Bila orang tua hidup tidak rukun, maka
sering mereka tidak konsekuen dalam hal mengatur disiplin dan
sering mereka bertengkar didiepan anak. Sebaliknya disiplin yang
dipertahankan secara kaku dapat menimbulkan frustasi yang hebat.
Disiplin harus dipertahankan secara bijaksana, jangan sampai
seakan-akan ada dua blok dirumah, yaitu orang tua di satu pihak
dan anak-anak dilain pihak. Kadang-kadang dengan kata-kata yang
lemah lembut dari ibu atau ayah boleh saja “menolong” anak-anak
terhadap pendapat atau tuntutan salah satu orang tua yang lain
mengenai hal-hal yang tidak prinsipil dalam suasana penuh
pengertian dan tanpa perasaan “menang” atau “kalah”. Kepribadian
orang tua sendiri juga sangat penting. Misalnya ibu yang nerotik
atau psikopatik tidak dapat mengadakan hubungan anak otang tua
yang baik, sehingga pengembangan kepribadian anak akan
terganggu. Orang tua seperti ini pada umumnya bersikap menolak
terhadap pada anaknya. (Maramis WF, 2009)
b) Saudara-saudara: rasa iri hati saudara-saudara adalah normal,
biasanya lebih nyata pada anak pertama dan lebih besar antara
13

anak-anak dengan jenis kelamin yang sama. Perasaan ini akan


bertambah keras bila orang tua memperlakukan anak-anak tidak
(pilih kasih). Untuk menarik perhatian dan simpati orangtua, anak-
anak tersebut biasanya menunjukan perilaku yang agresif atau
negativistik. (Maramis WF, 2009)
c) Orang-orang lain didalam rumah, seperti nenek, saudara orang tua
atau pelayan, juga dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak. Nenek pada umumnya menunjukan sikap
memanjakan terhadap cucunya. (Maramis WF, 2009)
d) Hubungan disekolahnya juga perlu diselidiki. Tidak jarang seorang
guru yang sifatnya terlalu keras justru menimbulkan kenakalan pada
murid-muridnya. (Maramis WF, 2009)
e) Keadaan ekonomi: gangguan perilaku lebih sering didapati pada
anak-anak dari golongan sosio-ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini
terjadi mungkin karena orang tua mereka terlalu sibuk dengan
kegiatan-kegiatan sosial (pada kalangan atas) atau sibuk dengan
mencari nafkah (pada kalangan rendah) sehingga lupa
menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan baik dengan
anak-anak mereka. (Maramis WF, 2009)

e. Manifestasi Klinis
1) Agresi terhadap manusia dan hewan
a) mengganggu, mengancam atau mengintimidasi orang lain
b) sering memulai perkelahian fisik
c) telah menggunakan senjata yang dapat menyebabkan kerusakan fisik
yang serius bagi orang lain (misalnya bata, pecahan botol, pisau atau
pistol)
d) secara fisik kejam terhadap orang atau binatang
e) mencuri dari korban saat menghadapi mereka (misalnya perkelahian)
14

f) memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual


2) Penghancuran Properti
a) sengaja terlibat dalam perkelahian dengan maksud untuk
menyebabkan kerusakan dengan sengaja menghancurkan harta milik
orang lain
b) Kebohongan, berbohong, atau mencuri
c) telah merusak bangunan, rumah, atau mobil orang lain
d) kebohongan untuk mendapatkan barang, atau bantuan atau untuk
menghindari kewajiban
e) mencuri barang tanpa menghadapi korban (misalnya menguntit)
3) Pelanggaran aturan yang serius
a) sering keluar di malam hari meskipun ada larangan orang tua
b) lari dari rumah
c) sering membolos dari sekolah
(AACAP, 2013)
4) Anak-anak dengan gangguan perhatian sering memperlihatkan ledakan
emosi yang tidak terkendali, cepat dan perubahan berlebihan dalam
suasana hati (emosi labil), dan mudah frustrasi dengan tantangan
emosional yang tak terduga. (Ho N-F, et al, 2015)
5) Pada anak yang beranjak dewasa biasanya gejala yang nampak adalah
beberapa perilaku seperti berbohong, mencuri, berkelahi dengan teman
sebaya, sangat kasar terhadap teman dan bianatang, mengejek, memiliki
kesulitan belajar, perilaku kriminal, fitur kepribadian antisosial dan psikopat
dan ditandai dengan pola berulang dari perilaku yang melanggar
peraturan, beberapa gejala gangguan perilaku meliputi merusakan
properti. (Pradnyawati D, 2015; Psychestudy, 2017)
15

f. Prosedur Diagnosis
1) Suatu pola yang diulang dan menetap dari tingkah laku yang berkaitan
dengan hak dasar orang lain atau agresifitas yang tidak sesuai dengan
norma-norma masyarakat atau melanggar aturan-aturan, seperti yang
nampak melalui tiga (lebih) dari kriteria berikut ini dan sudah
berlangsung selama 12 bulan,dengan paling sedikit satu kriteria muncul
dalam enam bulan. (Pradnyawati D, 2015)
a) Kriteria pertama yaitu agresi terhadap orang dan binatang (mengancam,
memulai perkelahian, melukai orang lain, mencuri, memaksa aktivitas
seksual)
b) Kriteria kedua yaitu merusak hak milik (dengan sengaja membakar atau
merusak milik orang lain)
c) Kriteria ketiga adalah berbohong
d) Kriteria terakhir adalah pelanggaran aturan yang serius (sering keluar
malam, kabur dari rumah, dan bolos sekolah). (Pradnyawati D, 2015)
2) Gangguan tertentu yang cenderung didiagnosis sebagai gangguan
perilaku adalah kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati yang
masuk masalah internalisasi. Gangguan oposisi pemberontak, gangguan
mood, psikosis, dan penyalahgunaan zat terlarang, merupakan gangguan
eksternalisasi. (Janzen JF, 2014)
3) Kriteria berdasarkan buku PPDGJ-III dan DSM-5, yaitu:
a) Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah
laku dissosisal, agresif atau menentang yang berulang dan menetap.
b) Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu
memperhitungkan tingkat perkembangan anak. Temper tantrums,
merupakan gejala normal pada perkembangan anak berusia 3 tahun,
dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnosis ini.
Begiru pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada tindak
pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7
16

tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostik bagi


anak kelompok usia tersebut. Contoh-contoh perilaku yang dapat
menjadi dasar diagnosis mencakup hal-hal berikut: perkelahian atau
menggertak pada tingkat berlebihan; kejam terhadap hewan atau
sesama manusia; perusakan barang yang hebat atas barang milik
orang; membakar; pencurian; pendustaan berulang-ulang; membolos
dari sekolah dan lari dari rumah; sangat sering meluapkan temper
tantrum yang hebat dan tidak biasa; perilaku provokatif yang
menyimpang; dan sikap menentang yang berat serta menetap. Masing-
masing dari kategori ini, apabila ditemukan, adalah cukup untuk
menjadi alasan untuk diagnosis ini, namun demikian perbuatan
dissosial yang terisolasi bukan merupakan alas an yang kuat.
c) Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti yang
diuraikan di atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

g. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
a) Kecemasan
Merupakan obat pilihan pertama, pemberian benzodazepin dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon
terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan
dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.
Golongan benzodazepin yang diberikan adalah Diazepam (Valium)
dengan dosis 2-5 mg/kg/hari PO. (Elvira SD, 2013; Nutter DA, 2017)
b) Depresi
Antidepresan membutuhkan waktu 3 sampai 4 minggu untuk
memberikan efek terapi yang bermakna meskipun ada yang
menunjukan efek terapi lebih awal dan secara relative, semua
17

antidepresan yang tersedia menjadi toksik pada dosis yang kelebihan


dan menunjukan efek samping.
Antidepresan yang diberikan adalah Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI):
i) Fluoxetine (Prozac)
10-20 mg/hari PO
ii) Paroxetine (Paxil)
10-20 mg/hari PO
iii) Sertraline (Zoloft)
25 mg/hari PO
(Elvira SD, 2013; Giardino AP, 2017)
c) Gangguan Kepribadian
Terapi psikofarmaka diberikan bila individu datang dengan keluhan
tertentu dengan target pengobatan menghilangkan gejala yang dialami
pasien, misalnya depresi, cemas, dll. (Elvira SD, 2013)
d) Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH)
Untuk anak-anak dengan gangguan perhatian awalnya diberi
psikostimulan (methylphenidate dan amfetamin) dan kemudian
mempertimbangkan untuk non-psikostimulants dan untuk anak-anak
yang memiliki respon tidak memadai (inadekuat) atau efek samping tak
tertahankan dapat menggunakan risperidone. Methylphenidate
diberikan 0.3-0.7mg/kgBB/hari dimulai dengan 5 mg/hari pada pagi hari
dengan dosis maksimal 60mg/hari. (Elvira SD, 2013; Sonuga-Barke
EJS, et al, 2016).

2) Non-farmakologi
a) Terapi kognitif perilaku dan terapi kemampuan sosial pada anak dilakukan
dengan beberapa target yang ingin dicapai, diantaranya : mengurangi
perilaku agresif, meningkatkan interaksi sosial, dan memperbaiki
18

kekurangan kognitif, gangguan dan evaluasi diri yang tidak akurat yang
dilakukan oleh anak lain. (Sonuga-Barke EJS, et al, 2016)
b) Terapi keluarga merupakan psikoterapi yang dapat diberikan pada anak
gangguan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam
memanajemen perilaku dan meningkatkan juga kualitas hubungan orang
tua-anak. (Sonuga-Barke EJS, et al, 2016)
c) Salah satu terapi psikoanalisis adalah terapi seni, pengobatan dan
penyembuhan mental dan masalah psikologis masalah menggunakan
media seni dimana klien dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan
di dalam. (Hu H-F, 2016)

h. Prognosis
1) Anak dengan gangguan perilaku dikemudian hari rentan menjadi pemakai
zat terlarang dan berubah menjadi dewasa dengan gangguan psikologis di
masa depan. (Sonuga-Barke EJS, et al, 2016; Hu H-F, 2016)
2) Anak-anak dengan dukungan sosial rendah memiliki tingkat kecemasan
dan depresi yang tinggi. (Ross JM, 2015)
3) Perilaku antisosial, misalnya, kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma atau kejam, perilaku agresif, bermanifestasi sebagai
gangguan perilaku dimasa kecil, yang mungkin atau mungkin tidak
bertahan sebagai gangguan kepribadian antisosial diusia dewasa. (Samek
DR, 2015)
19

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep


20

D. Definisi Operasional
1. Dikatakan anak jika berusia 6-12 tahun (WHO, 2007)
2. Dikatakan anak usia sekolah jika berusia 7-12 tahun (Kemendikbud, 2016)
3. Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan
jenis kelamin perempuan.
4. Dikatakan mengalami gangguan perilaku jika untuk anak yang berusia 4-6
tahun dan jumlah nilai adalah 24 atau lebih.
5. Dikatakan mengalami gangguan perilaku jika untuk anak yang berusia >6
tahun dan jumlah nilai adalah 28 atau lebih.
6. Dikatakan depresi jika skor ≥ 5 pada PSC dengan memenuhi kriteria item
dengan nomor:
(11) Sedih Dan Murung
(13) Cepat Putus Asa
(19) Memandang Rendah Diri Sendiri
(22) Kecemasan Yang Berlebihan
(27) Kurang Gembira
7. Dikatakan cemas jika skor ≥ 5 pada PSC dengan memenuhi kriteria item
dengan nomor:
(11) Sedih Dan Murung
(13) Cepat Putus Asa
(19) Memandang Rendah Diri Sendiri
(22) Kecemasan Yang Berlebihan
(27) Kurang Gembira
8. Dikatakan gangguan kepribadian jika skor ≥ 7 pada PSC dengan
memenuhi kriteria item dengan nomor:
(16) Berkelahi Dengan Anak Lain
(29) Tidak Mengikuti Peraturan
(31) Tidak Memahami Perasaan Orang Lain
21

(32) Mengganggu Orang Lain


(33) Menyalahkan Diri Sendiri
(34) Mengambil Barang Yg Bukan Miliknya
(35) Menolak Untuk Berbagi
9. Dikatakan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas jika skor ≥ 7
pada PSC dengan memenuhi kriteria item dengan nomor:
(4) Gelisah Sulit Untuk Duduk Tenang
(7) Berperilaku Seolah Olah Di Kendalikan Oleh Mesin
(8) Terlalu Banyak Melamun
(9) Mudah Teralih Perhatiannya
(14) Susah Berkonsentrasi
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Design metode penelitian adalah metode observasional deskriptif


dengan pendekatan Cross sectional. Design penelitan :

Gambar 3. Design Penelitian


23

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada …. Desember 2018 - ….. Februari 2019.

2) Tempat Penelitian
Sekolah Dasar di Kecamatan Palu Utara yaitu SDN 8 Mamboro dan SDN 9

Mamboro, Kecamatan Palu yaitu Timur SDN INPRES 1 Lolu dan SDN

INPRES 6 Lolu, Kecamatan Palu Barat yaitu SDN 2 Palu dan SDN 6 Palu,

Kecamatan Palu Selatan yaitu SDN INPRES 1 Tatura dan SDN INPRES 3.

C. Populasi dan Subyek Penelitian

1) Populasi
Anak usia sekolah dasar

2) Subyek
Orang tua dari anak yang memenuhi kriteria penelitian

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a) Kriteria Inklusi
1) Siswa SD di Kota Palu
2) Perempuan atau laki-laki
3) Orang tua lengkap
4) Anak diasuh orang tua atau keluarga dekat
5) Usia sekolah dasar (6-12 tahun)
6) Orangtua bersedia mengikuti dalam penelitian ini tanpa ada paksaan
setelah mendapat penjelasan
24

b) Kriteria Ekslusi
1) Anak panti asuhan
2) Siswa SD yang alami gangguan perkembangan (retardasi mental)
3) Anak dengan cacat bawaan (lumpuh,buta,dll.)

E. Besar Sampel

Penelitian ini bersifat deskriptif kategorik, maka besar sampel


yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan dengan rumus dan tabel
Isaac and Michael.

Rumus yang digunakan:

Keterangan:
s = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
d2= Presisi yang ditetapkan
λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
d = 0,05
P = Q = 0,5

S= (0,1)2.38618.0,5.0,5 = 268 sampel


(0,05) (38618-1)+(0,1)2.0,5
2

Dari 4 wilayah diambil 2 sekolah perwilayah dengan total sekolah yang


diambil yaitu 8 sekolah. Dengan metode proporsional setiap satu sekolah
didapatkan 33 sampel.

8 Sekolah = 33 siswa(i)/sekolah
268 Sampel
25

F. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Non-


Probability Sampling berupa Consecutive Sampling pada orang tua dari
murid SD di Kota Palu yang yang memenuhi kriteria penelitian.

G. Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian


26

H. Prosedur Penelitian

1. Populasi yang akan diteliti adalah semua anak SD di Kota Palu. Diberikan
penjelasan kepada subyek penelitian dalam bahasa yang bisa dimengerti
oleh subyek:
a) Tentang latar belakang, tujuan, dan manfaat dari penelitian. Serta diberi
penjelasan mengenai perlakuan terhadap subyek selama penelitian dan
jaminan kerahasiaan data *serta jaminan keselamatan selama tindakan
penelitian.
b) Juga tentang hak-hak dari subyek, yaitu hak menolak dan mengundurkan
diri dari penelitian tanpa konsekuensi kehilangan hak mendapat pelayanan
kesehatan yang diperlukannya, hak untuk bertanya dan mendapat
penjelasan bila masih diperlukan. Subyek juga diberitahu bahwa semua
biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.
c) Tentang persetujuan subyek tanpa paksaan, bisa menolak tanpa
konsekuensi.
2. Setelah subyek mengerti dengan semua penjelasan, maka peneliti akan
meminta persetujuan dari subyek tersebut untuk ikut serta menjadi subyek
penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan.
3. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria
eksklusi akan diikutkan dalam penelitian.
4. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data dengan tanya jawab dan
diisi oleh peneliti di kuesioner.
5. Semua data data yang telah terkumpul akan di input ke dalam computer
dalam tabel untuk analisa deskriptif.
6. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisis data lebih lanjut
dengan mengunakan program SPSS. Mula-mula secara deskriptif lalu
dengan analisa multivariant untuk mengetahui karakteristik masing-masing
jenis gangguan perilaku..
27

7. Data yang ada akan sangat dijaga kerahasiaannya dengan memakai


nomor kode mengunci semua data di komputer.
8. Setelah analisis data selesai, peneliti melakukan penulisan hasil untuk
selanjutnya disajikan.

I. Rencana Analisis Data

1. Menggunakan deskriptif kategorik dengan hasil berupa frekuensi dan


presentase (proporsi) yang dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik.

J. Aspek Etika

1. Sebelum melakukan penelitian , peneliti menjelaskan secara lengkap


tentang tujuan, cara penelitian yang akan dilakukan dan dimintakan
persetujuan dari setiap subyek.
2. Subyek mempunyai hak untuk bertanya dan ikut ataupun menolak untuk
mengikuti penelitian ini, tanpa ada paksaan dan rasa takut untuk
mengikuti penelitian.
3. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian dan bahaya karena hanya
menggunakan metode kuisioer dan wawancara biasa yang menggunakan
alat yang sangat aman sesuai dengan yang telah dijelaskan.
4. Peneliti tidak akan mencantumkan nama penderita pada lembar
pengumpulan data (kuesioner) yang akan diisi oleh peneliti dan semua
data disimpan dengan aman dan disajikan secara lisan maupun tulisan
secara anonym.
5. Semua pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian tidak
memungut biaya apapun.
28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan di delapan sekolah di Kota Palu mencakup

Kecamatan Palu Utara yaitu SDN 8 Mamboro dan SDN 9 Mamboro,

Kecamatan Palu yaitu Timur SDN INPRES 1 Lolu dan SDN INPRES 6 Lolu,

Kecamatan Palu Barat yaitu SDN 2 Palu dan SDN 6 Palu, Kecamatan Palu

Selatan yaitu SDN INPRES 1 Tatura dan SDN INPRES 3 Tatura terhadap

268 siswa(i) yang dilakukan sejak 15 november 2018 sampai 10 januari

2019. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi wawancara

langsung untuk mengisi kuesioner. Data yang di peroleh terdiri dari gambaran

demografi (usia dan jenis kelamin), gambaran perilaku (depresi, cemas,

gangguan perhatian dan hiperaktivitas, dan gangguan kepribadian). Hasil

analisa statistic ditampilkan dengan sistematika sebagai berikut :

a. Menurut Gambaran Usia dan Jenis Kelamin

Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran usia dan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini :


29

Tabel 4. Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran usia di Kota Palu

Usia

Siswa(i) Frekuensi Persentase(%)

6 16 6.0

7 28 10.4

8 43 16.0

9 43 16.0

10 50 18.7

11 48 17.9

12 40 14.9

Total 268 100.0


30

Anak Dengan Gangguan Perilaku Terhadap


Usia
1.2 1.1
1

0.8 0.7 0.7


0.6

0.4

0.2
0 0 0 0
0
6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun
Persentase%

Gambar 5. Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran usia di Kota Palu

Tabel 1. Dapat diketahui dari 268 siswa(i) yang memenuhi kriteria sampel

penelitian pada kelompok umur 6 tahun sebesar (6,0%), pada kelompok

umur 7 tahun sebesar (10,4%), pada kelompok umur 8 tahun sebesar

(16,0%), pada kelompok umur 9 tahun sebesar (16,0%) dengan anak yang

mengalami gangguan perilaku sebesar (0,7%), pada kelompok umur 10

tahun sebesar (18,7%) dengan anak yang mengalami gangguan perilaku

sebesar (1,1%), pada kelompok umur 11 tahun sebesar (17,9%), pada

kelompok 12 tahun yaitu sebanyak (14,9%) dengan anak yang mengalami

gangguan perilaku sebesar (0,7%).


31

Tabel 5. Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran jenis kelamin di Kota

Palu

Jenis Kelamin

Siswa(i) Frekuensi Persentase(%)

Laki-Laki 121 45.1

Perempuan 147 54.9

Total 268 100.0

Persentase%
2 1.9
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8 0.7
0.6
0.4
0.2
0
Laki-laki Perempuan
Persentase%

Gambar 6. Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran demografi (jenis

kelamin) di Kota Palu


32

Tabel 2. Dapat diketahui dari 268 siswa(i) yang memenuhi kriteria sampel

penelitian terbanyak ditemukan pada kelompok perempuan sebesar (54,9%)

dengan yang mengalami gangguan sebesar (1,9%) dan pada kelompok laki-

laki sebesar (45,1%) dengan yang mengalami gangguan sebesar (0,7%).

b. Menurut Gambaran Perilaku

Distribusi responden berdasarkan gambaran perilaku dapat dilihat pada

Tabel 3 berikut ini:

Tabel 6. Distribusi siswa(i) berdasarkan gambaran perilaku di Kota Palu

Gambaran Perilaku

Gambaran
Frekuensi Persentase(%)
Perilaku

Negatif 261 97.4

Positif 7 2.6

Total 268 100.0

Tabel 3. Dapat diketahui dari 268 siswa(i) yang memenuhi kriteria sampel

penelitian yang tidak mengalami gangguan perilaku/negatif sebesar (97,4%)

dan yang mengalami gangguan perilaku/positif sebesar (2,6%).


33

c. Menurut Gangguan Perilaku

Distribusi responden berdasarkan gangguan perilaku dengan subskala

internalisasi dapat dilihat pada Tabel 4 dan subskala eksternalisasi dapat

dilihat pada table 5 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi siswa(i) dengan gangguan internalisasi

Subskala Internalisasi

Gangguang Internalisasi Frekuensi Persentase %

Normal 258 96.3

Depresi 5 1.9

Cemas 1 0,4

Depresi & Cemas 4 1.5

Total 268 100.0

Tabel 4. Dapat diketahui dari 268 siswa(i) yang memenuhi kriteria sampel

penelitian berdasarkan subskala internalisasi yang meliputi normal (96,3%),

depresi (1,9%), cemas (0,4%), depresi dan cemas (1,5%).


34

Tabel 8. Distribusi siswa(i) dengan gangguan eksternalisasi

Subskala Eksternalisasi

Gangguan
Frekuensi Persentase %
Eksternalisasi

Normal 252 94.0

ADHD 2 0,7

GK 10 3.7

ADHD & GK 4 1.5

Total 268 100.0

Tabel 5. Dapat diketahui dari 268 siswa(i) yang memenuhi kriteria sampel

penelitian berdasarkan subskala eksternalisasi yang meliputi normal (94,0%),

ADHD (0,7%), gangguan kepribadian/GK (3,7%), ADHD dan GK (1,5%).


35

B. PEMBAHASAN

a. Menurut Gambaran Usia dan Jenis Kelamin

1. Menurut Usia

Dari hasil penelitian menurut usia terhadap gangguan perilaku adalah

tertinggi pada kelompok usia 10 tahun. Resiko awal kemunculan gangguan

perilaku rentan pada usia 10 tahun. Hal ini terjadi karena adanya disfungsi

neuropsikologis yang berhubungan dengan tempramen yang memicu

munculnya perasaan mudah tersinggung dan aktivitas berlebihan pada anak.

(Rehani, 2012).

Menurut penelitian (Rahmadi FA 2015) di Brebes dengan desain cross

sectional menemukan bahwa yang beresiko tinggi untuk memiliki gangguan

perilaku pada saat usia 11 tahun. Data dari CDC menunjukan bahwa anak

kelompok usia 3–17 tahun rentan untuk memiliki gangguan perilaku.

2. Menurut Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian menurut jenis kelamin terhadap gangguan perilaku

adalah tertinggi pada perempuan (54,9%). Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Pradnyawati D, 2015) di Denpasar Bali yang

menyatakan bahwa lebih banyak pada jenis kelamin laki–laki dibanding

perempuan dengan rasio 3:1. Penyebabnya adalah karena anak laki-laki

secara fisik, mental dan psikologis mereka lebih kuat dibandingkan anak
36

perempuan, sehingga anak perempuan lebih rentan untuk mengalami

gangguan perilaku sejalan dengan hasil penelitian ini (Azadyekta M, 2011).

b. Menurut Gambaran Perilaku

Dari hasil penelitian menunjukan gambaran gangguan perilaku terhadap

siswa(i) di Kota Palu dengan total persentase yang positif mengalami

gangguan perilaku sebesar 2,6%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan

oleh (Pradnyawati D, 2015) menunjukan bahwa gangguan perilaku di

Denpasar Bali antara 1,5%-3,4%.

Ditinjau dari subskala internalisasi pada penilitian ini yang tertinggi adalah

depresi (1,9%) dan yang terendah adalah cemas (0,4%). Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Bronsard G, 2016) yang tertinggi

adalah cemas (4%) dan yang terendah adalah depresi (1%). Kecemasan

merupakan perasaan khawatir dan gugup. Berdasarkan teori, kecemasan

terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial, stres atau trauma

yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. Kecemasan yang terjadi

pada anak usia dini, seperti gangguan kecemasan akan perpisahan, dan

kondisi yang terutama muncul dari remaja dan seterusnya, seperti fobia

sosial dan gangguan panik. (Elvira SD, 2013, Shen M, et al, 2015, Murray J,

et al, 2016; Sonuga-Barke EJS, et al, 2016). Depresi adalah perasaan

murung yang terbendung, sebagai akibat dari sistem pendekatan perilaku

aktif yang gagal untuk menghasilkan efek positif atau motivasi. (AACAP,
37

2013; Shen M, et al, 2015; Murray J, et al, 2016; Sonuga-Barke EJS, et al,

2016).

Sedangkan subskala eksternalisasi pada penelitian ini yang tertinggi

adalah gangguan kepribadian (3,7%) dan yang terendah adalah gangguan

perhatian (0,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Bronsard G, 2016) yang tertinggi adalah gangguan kepribadian (6%) dan

yang terendah adalah gangguan perhatian (2%). Berdasarkan teori,

gangguan kepribadian adalah pola pengalaman dan perilaku batin yang

bertahan lama yang sangat berbeda dari ekspektasi budaya individu, bersifat

pervasif dan tidak fleksibel dan menimbulkan perasaan tertekan. Gangguan

kepribadian ditandai dengan pola mendalam dari perilaku antisosial dan

agresif, pelanggaran yang signifikan dari hak orang lain dan/atau norma-

norma sosial. (Gorman DA, et al, 2015; Murray J, et al, 2016; Decety J, et al,

2016; Bienenfeld D, 2018). Gangguan Pemusatan Perhatian Dan

Hiperaktivitas (GPPH) adalah kondisi perkembangan yang kurang terhadap

perhatian dan konsentrasi yang dapat terganggu oleh rangsangan eksternal

atau oleh pikiran yang tidak relevan dengan atau tanpa hiperaktivitas

menyertai. Ada 3 bentuk dasar GPPH yaitu lalai, hiperaktif impulsive dan

digabungkan. Gangguan pemusatan perhatian ditandai dengan

perkembangan tingkat hiperaktif yang tidak lazim, impulsif, dan/atau

kurangnya perhatian. (Gorman DA, et al, 2015; Murray J, et al, 2016; Decety

J, et al, 2016; Soreff S, 2017).


38

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di delapan sekolah di Kota

Palu mencakup Kecamatan Palu Utara yaitu SDN 8 Mamboro dan SDN 9

Mamboro, Kecamatan Palu yaitu Timur SDN INPRES 1 Lolu dan SDN

INPRES 6 Lolu, Kecamatan Palu Barat yaitu SDN 2 Palu dan SDN 6 Palu,

Kecamatan Palu Selatan yaitu SDN INPRES 1 Tatura dan SDN INPRES 3

Tatura terhadap 268 siswa(i) tahun 2018, kesimpulannya sebagai berikut:

1. Ditemukan 7 org siswa dengan perilaku terganggu dari 268 siswa SD

(2,6%).

2. Dari 7 org siswa dengan perilaku yg terganggu ditemukan ..... internalisasi

(%) dan .... ektsternalisasi(%)


39

B. Saran

Dari kesimpulan di atas maka saran dari penulis yaitu:

1. Hendaknya setiap guru konseling perlu mengetahui dan mampu

menggunakan alat ukur pediatric symptomp checklist, sehingga dapat

mengguanakannya bila ada murid yang menunjukan tanda tanda adanya

gangguan perilaku.

2. Anak yang mengalami gangguan perilaku berdasarkan PSC perlu

penanganan khusus oleh pihak sekolah melalui guru konseling yang

mlibatkan orang tua siswa dan bila perlu berkonsultasi dengan psikiater.

DAFTAR PUSTAKA

1. Janzen JF. Parent and teacher involvement : children with emotional and

behavioral disorders. Manhattan : Kansas; 2014. p. 4,5. Dari :

https://krex.kstate.edu/dspace/bitstream/handle/2097/17602/JessicaWhite

2014.pdf?sequence=1

2. Pradnyawati D, Ardjana IGAE. Gangguan Tingkah Laku Pada Anak. 2015

Mei. p. 120-1. Dari:


40

http://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/18091

3. Lancefield KS, Raudino A, Downs JM, Laurensa KR. Trajectories of

childhood internalizing and externalizing psychopathology and psychotic-

like experiences in adolescence: A prospective population-based cohort

study. 2016 May. p. 527. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4855987/

4. Murray J, Burgess S, Zuccolo L, Hickman M, Gray R, Lewis SJ. Moderate

Alcohol Drinking In Pregnancy Increases Risk For Children’s Persistent

Conduct Problems: Causal Effects In A Mendelian Randomisation Study.

2016. p. 580. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4855628/pdf/JCPP-57-

575.pdf

5. Bazargan Y, Pakdaman S. The Effectiveness Of Art Therapy In Reducing

Internalizing And Externalizing Problems Of Female Adolescents.Volume

19, Number 1. 2016 January. p. 51. Dari:

http://www.aimjournal.ir/pdffiles/69_Jan016_009.pdf

6. Sonuga-Barke EJS, Cortese S, Fairchild G, Stringaris A. Annual

Research Review: Transdiagnostic Neuroscience Of Child And

Adolescent Mental Disorders – Differentiating Decision Making In

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, Conduct Disorder, Depression,

And Anxiety. 2016. p. 329,332-6. Dari:


41

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4762324/pdf/JCPP-57-

321.pdf

7. Hu H-F, Chou W-J, Yen C-F. Anxiety And Depression Among

Adolescents With Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: The Roles Of

Behavioral Temperamental Traits, Comorbid Autism Spectrum Disorder,

And Bullying Involvement. 2016 February 3. p. 104. Dari:

http://www.kjms-online.com/article/S1607-551X(16)00003-6/pdf

8. Ho N-F, Chong JSX, Koh HL, Koukouna E, Lee T-S, Fung D, et al.

Intrinsic Affective Network Is Impaired In Children With Attention

Deficit/Hyperactivity Disorder. 2015 September 25. p. 2. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4583510/pdf/pone.013901

8.pdf

9. Shen M, Gao J, Liang Z, Wang Y, Du Y, Stallones L. Parental Migration

Patterns And Risk Of Depression And Anxiety Disorder Among Rural

Children Aged 10–18 Years In China: A Cross-Sectional Study. 2015

October 06. p. 3,5. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4710829/pdf/bmjopen-

2015-007802.pdf

10. Decety J, Yoder KJ, Lahey BB. Sex Differences In Abnormal White Matter

Development Associated With Conduct Disorder In Children. 2016 August

30. p. 1. Dari:
42

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4536170/pdf/nihms709412

.pdf

11. Gorman DA, Gardner DM, Murphy AL, Feldman M, Bélanger SA, Steele

MM, et al. Canadian Guidelines On Pharmacotherapy For Disruptive And

Aggressive Behaviour In Children And Adolescents With Attention-Deficit

Hyperactivity Disorder, Oppositional Defiant Disorder, Or Conduct

Disorder. Vol 60. No 2. 2015 February. p. 73. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4344948/pdf/cjp-2015-

vol60-february-62-76.pdf

12. Lindhiem O, Bennett CB, Hipwell AE, Pardini DA. Beyond Symptom

Counts For Diagnosing Oppositional Defiant Disorder And Conduct

Disorder?. 2015 October. p. 2. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4561600/pdf/nihms673769

.pdf

13. Ross JM, Coxe S, Schuster RM, Rojas A, Gonzalez R. The Moderating

Effects Of Cannabis Use And Decision Making On The Relationship

Between Conduct Disorder And Risky Sexual Behavior. 2015 April. p.

2,10. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4441872/pdf/nihms-

682867.pdf
43

14. Samek DR, Elkins IJ, Keyes MA, Iacono WG, McGue M. High School

Sports Involvement Diminishes The Association Between Childhood

Conduct Disorder And Adult Antisocial Behavior. July 2015. p. 2. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4478127/pdf/nihms674023

.pdf

15. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. 2010. Behaviour disorder; h.241.

16. Overt Behavior. [Online]. [cited 2017 Feb 10]; dari:

https://www.psychestudy.com/behavioral/behavior/overt

17. Covert Behavior. [Online]. [cited 2017 Feb 10]; dari:

https://www.psychestudy.com/behavioral/behavior/covert

18. Mental Health Surveillance Among Children — United States, 2005–2011

Centers for Disease Control and Prevention. [Online]. [cited 2017 Feb

11]; dari:

https://www.cdc.gov/childrensmentalhealth/data.html

19. Factors of Personality, Biological, Social, Cultural & Situational. [Online].

[cited 2017 Feb 11]; dari:

http://www.studylecturenotes.com/social-sciences/sociology/120-factors-

of-personality

20. Maramis WF, Maramis AA. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:

Airlangga University Press; 2009. h. 507-22


44

21. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Conduct

Disorder : Facts for Families. No. 33. 2013 August. [Online]. [cited 2018

Apr 10]; dari:

https://www.aacap.org/aacap/Families_and_Youth/Facts_for_Families/Fa

cts_for_Families_Pages/Conduct_Disorder_33.aspx

22. Elvira SD, Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. h. 253

23. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Depression in

Children and Teens. No. 4. 2013 July. [Online]. [cited 2018 Apr 11]; dari:

https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/F

FF-Guide/The-Depressed-Child-004.aspx

24. Bienenfeld D. Personality Disorder. Departments of Psychiatry and

Geriatric Medicine, Wright State University, Boonshoft School of

Medicine. 2018 Feb 15. [Online]. [cited 2018 Apr 12]; dari:

https://emedicine.medscape.com/article/294307-overview

25. Soreff S. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Boston

University. 2017 Oct 26. [Online]. [cited 2018 Apr 12]; dari:

https://emedicine.medscape.com/article/289350-overview

26. Azadyekta M. Prevalence of Conduct Disorder among Elementary

Students in Tehran City. Islamic Azad University, Iran. 2011. p. 697. Dari:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042811027558
45

27. Nock MK, Kazdin AE, Hiripi E, Kessler RC. Prevalence, Subtypes, and

Correlates of DSM-IV Conduct Disorder in the National Comorbidity

Survey Replication. Department of Psychology, Harvard University,

Cambridge. 2006 May. p.1. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1925033/pdf/nihms22387.

pdf

28. Rahmadi FA, Galuh Hardaningsih G, Pratiwi R. Prevalensi Dan Jenis

Masalah Emosional Dan Perilaku Pada Anak Usia 9-11 Tahun Dengan

Perawakan Pendek Di Kabupaten Brebes. Departemen Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2015 Juni. Vol. 3.

No. 2. h. 116. Dari:

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/viewFile/10697/8490

29. Davis R, Campbell R, Hildon Z, Hobbs L, Michie S. Theories of behaviour

and behaviour change across the social and behavioural sciences: a

scoping review. 2015. Dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4566873/

30. Giardino AP. Pediatric Depression Medication. 2017 Nov 15. [online].

[cited 2018 Apr 20]. Dari:

https://emedicine.medscape.com/article/914192-medication#3

31. Elvira SD, Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. Bab 15. Gangguan

Depresi. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2013. h. 228


46

32. Nutter DA. Pediatric Generalized Anxiety Disorder Medication. 2017 Oct

27. [online]. [cited 2018 Apr 20]. Dari:

https://emedicine.medscape.com/article/916933-medication

33. Elvira SD, Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. Bab 16. Gangguan Cemas

Menyeluruh. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2013. h. 253

34. Elvira SD, Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. Bab 27. Gangguan

Kepribadian. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2013. h. 343

35. Elvira SD, Hadikusanto G. Buku Ajar Psikiatri. Bab 34. Gangguan

Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH). Edisi Kedua. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. h. 483

36. Wilkes MA. Pediatric Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Medication. 2017 Apr 23. [online]. [cited 2018 Apr 20]. Dari:

https://emedicine.medscape.com/article/912633-medication

Anda mungkin juga menyukai