BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
10% atau kurang dari 500 ml, yakni yang dihirup saat inspirasi danyang dihembuskan
saat ekspirasi (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien penderita asma, untuk
mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap pasien dapat segera sembuh
kembali.Penanganan yang utama pada penderita asma adalah memenuhi kebutuhan
oksigen. Kerja sama dengan tim medis serta melibatkan pasien dan keluarga sangat
diperlukan agar perawatan dapat berjalan dengan lancar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Konsep Dasar Oksigenasi
1.3.2 Mengetahui Asuhan Keperawatan Oksigenasi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.2.1.1 Hidung
Hidungterdiri atas dua Nostril yang merupakan pintu masuk rongga hidung.
Dilapisi mukosa respirasi serta epitel batang, besilia dan berlapis semu. Mukosa
berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk melalui
hidung.
2.2.1.2 Sinus Pranasal
Sinus Pranasal berfungsi menyereksi mukus, membantu pengaliran air mata
melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan hidung
tetap berfungsi menyereksi mukus, membantu pengaliran air mata melalui saluran
nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan hidung tetap bersih dan
lembab.
2.2.1.3 Faring
Faring adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir
sampai persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan kriloid, Faring
terdiri dari tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (di
belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), laringofaring ( di belakang laring)
2.2.1.4 Laring (tenggorokan)
terletak di ruang ke-4 atau ke-5 dan berakhir di ruang ke-6 vetebra servikalis.
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
2.2.1.5 Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
2.2.2 Saluran Pernafasan bawah terdiri dari bagian-bagian yang terdapat di dalam
rongga dada. Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara
dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri dari :
2.2.2.1 Trachea
Tracheaatau sering disebut batang tenggorok, memiliki panjang ± 9 cm yang
dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis ke 5. Trachea
5
tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding
trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara, mencegah terjadinya kolap atau
ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem
pernafasan.
2.2.2.2 Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari
pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
2.2.2.3 Brokhus Pulmonaris
berfungsi menghantarkan udara ketempat pertukaran gas di paru.
2.2.2.4 Duktus Alveolaris dan Alveoli
berfungsi sebagai tempat penyimpanan udara dan dimana udara (oksigen)
akan di suplai keseluruh tubuh dengan diikat oleh HB ( hemoglobin) dan di bawa
keseluruh tubuh, dan juga tempat keluarnya CO2 dari kapiler ke alveoli yang dibawa
oleh HB (Muttaqin, 2008).
Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Primer
3.1.1.1 Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dan lain-lain.
3.1.1.2 Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
3.1.1.3 Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok
dan lain-lain.Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical,
bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
3.1.2 Pengkajian Sekunder
3.1.2.1 Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
3.1.2.2 Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3.1.2.3 Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare / konstipasi.
3.1.2.4 Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi
abdomen, oedema umum, dan lain-lain.
13
14
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Asuhan keperawatan 1. Kaji frekuensi pernafasan klien/R Mengetahui
selama 3 x 24jam : frekuensi pernafasan paasien
1. Menunjukkkan pola nafas efektif 2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah
dengan frekuensi nafas 16-20 posisi/RDuduk tinggi memungkinkan ekpansi
kali/menit dan irama teratur. paru dan memudahkan pernafasan
2. Mampu menunjukkan perilaku 3. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang
peningkatan fungsi paru benar/Rdapat memberikan pengetahuan pada
klien tentang teknik bernafas
4. Kolaborasikan dalam pemberian oksigen
sesuai kebutuhan/RPengobatan
15
16
Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas
selama 2 X 24 jam diharapkan pertukaran dan adanya secret/RUntuk mengindikasi
gas dapat dipertahankan dengan kriteria akumulasi sekret/ketidakmampuan
hasil : membersihkan jalan napas sehingga otot
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi aksesori digunakan dan kerja pernapasan
dan oksigenasi jaringan meningkat.
2. Tidak ada sianosis 2. Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi
fowler/RMemudahkan klien untuk bernafas
3. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu
aktivitas sesuai kebutuhan/Runtuk
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
respirasi.
4. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang
benar/R dapat memberikan pengetahuan pada
klien tentang teknik bernafas
16
17
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN
Keterangan:
: Laki-laki
19
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: HubunganKeluarga
: TinggalSatuRumah
kesukaran menelan atau normal. Saat pengkajian pasien tampak sakit sedang, pasien
mampu menghabiskan 1 porsi makanan.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 piring makan
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam ±1000 cc/24 jam ±1200 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak ada
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hariNy. M di Ruang Bougenville
Masalah Keperawatan: Resiko Defisit Nutrisi
4.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan
pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam dan siang hari 1 jam Masalah
keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
4.1.4.4 Kognitif
Setelah diberikan penjelasan pasien mengetahui tentang penyakit yang
diderita dan pasien juga mengetahui tentang dindakan yang akan dilakukan.
Masalah: Tidak ada masalah
4.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang istri dan
ibu harga diri: padien merasa selalu dihargai, Peran: pasien adalah sebagai istri
sekaligus ibu rumah tangga.
Masalah Keperawatan: tidak ada
4.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
24
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : pasien mengatan “batuk Bersin, batuk Bersihan Jalan
berdahak bercampur darah”
Napas Tidak
DO : Percikan dahak
- Pasien tamapak sesak Efektif
- Pasien tampak batuk Kuman TB
- Sputum pasien bercampur darah
- Irama napas pasien tidak teratur Mencapai lobus paru
- Terdapat suara napas tambahan
ronchi basah Tuberculosis paru
- Pasien tampak menggunakan
oksigen nassal kanul 3 lpm Bakteri sampai pada
- Tanda-tanda vital bagian alveoli
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit Peradangan
S : 35,5 oC
RR : 28 x/menit Stimulasi sel-sel goblet dan
sel mukosa
Reseptor nyeri
Hypotalamus
Nyeri
28
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mucus dibuktikan dengan, pasien mengatakan “batuk berdahak bercampur darah”,
Pasien tampak sesak, asien tampak batuk, sputum pasien bercampur darah, irama
napas, pasien tidak teratur, suara napas bronkhovesikuler, terdapat suara napas
tambahan ronchi basah, pasien tampak menggunakan oksigen nassal kanul 3 lpm.
Tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 35,5 oC, RR : 28 x/menit
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada paru dibuktikan dengan, P :
nyeri saat bernapas, Q : seperti tersayat, R : nyeri terasa menyebar di area dada, S :
ringan (3), T : dirasakan 1-3 kali dalam 1 jam muncul secara tiba-tiba. Ekspresi
wajah pasien tampak meringis, pasien tampak memegang dada (area nyeri), tanda-
tanda vital, TD : 140/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 35,5 oC, RR : 28 x/menit
29
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
Ruang Rawat : Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas sbnormal
efektif keperawatan selama 3 x 24 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan bersihan kedalaman, dan usaha napas) sputum di dalam jalan
jalan napas efektif dengan 2. Monitor jumlah sputum napas pasien. Serta
kriteria hasil : pasien frekuensi pernapasan dapat
- Frekuensi pernapasan 3. Berikan posisi semifowler menunjukan kemampuan
dalam rentang normal 15- jika tidak ada kontraindikasi pasien dalam upaya
22 x/menit 4. Anjurkan pasien minum air bernapas
- Produksi sputum menurun hangat 2. Karakterisitik sputum dapat
- Tidak ada betuk berdarah 5. Kolaborasi dalam pemberian berubah sesuai penyebab
- Tidak ada bunyi napas bronkodilator, ekspektoran, atau etiologi penyakit
tambahan mukolitik 3. Memudahkan pemeliharaan
- Mampu melakukan batuk jalan napas dan
efektif mempermudah udara
masuk
4. Air hangat bertujuan untuk
membantu mengencerkan
dahak
5. Membantu mengencerkan
dahak
30
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
Ruang Rawat : Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Memantau nyeri agar dapat
keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, durasi, mengetahui intervensi yang
jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas dan sesuai
berkurang dengan kriteria intensitas nyeri serta skala 2. Teknik untuk mengalihkan
hasil : nyeri perasaan nyeri
- Pasien melaporkan nyeri 2. Berikan teknik non- 3. Menambah pengetahuan
terkontrol farmakologi untuk bagi pasien agar mengerti
- Pasien mampu mengurangi rasa nyeri apa itu nyeri dan
mengendalikan omset 3. Anjurkan memonitor nyeri bagaimana cara
nyeri secara mandiri penanganan nyeri sesuai
- Pasien mampu 4. Anjurkan menggunakan indikasi
mengendalikan penyebab analgetik secara tepat 4. Pemberian analgetik adalah
nyeri 5. Kolaborasi dalam tindakan farmakologi
- Pasien mampu pemberian obat analgetik untuk meredakan nyeri
menggunakan teknik non-
farmakologi
31
BAB 5
1.1. Kesimpulan
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai
sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan,
tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan.
Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh
(Asmadi, 2012). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh dapat mengalami
kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian.Otak merupakan organ yang
sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi
kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen.
1.2. Saran
1.2.1. Bagi Mahasiswa praktik
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk referensi-referensi dalam
pengelolaan asuhan keperawatan, dan memberikan referensi untuk memberikan
intervensi sesuai kebutuhan dasar pada pasien tersebut
1.2.2. Bagi tempat praktik
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan tambahan
supaya mengelola pasien dengan kebutuhan dasar yang menjadi dasar pemenuhan
dan hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang maksimal
37