Anita Faradilah Abubakar (21601051023)
Anita Faradilah Abubakar (21601051023)
Proposal Skripsi
Disusun Oleh
1
juga simpang tak bersinyal, ada juga simpang yang dilengkapi dengan pengaturan
dengan menggunakan lampu lalu lintas.
Baik buruknya kinerja simpang ditunjukkan oleh beberapa aspek seperti
nilai derajat kejenuhan, tundaan dan antrian. Untuk melakukan perhitungan
terhadap kinerja simpang tersebut, dibutuhkan sebuah metode. Perhitungan
kinerja simpang di Indonesia menggunakan metode MKJI. MKJI memiliki
perangkat lunak untuk mempermudah analisannya. Perangkat lunak tersebut
dikenal dengan nama KAJI.
Dari kondisi simpang Jalan Ir. Soekarno-Jalan Dada Prejo-Jalan Drs. Moh,
Hatta dapat dilihat kemacetan diperparah dikarenakan tidak terdapatnya sinyal
lalu lintas seperti lampu lalu lintas, sejauh ini juga belum pernah dilakukan
penelitian simpang tak bersinyal pada lokasi tersebut, sehingga tidak diketahui
kinerja dari simpang saat ini. Dengan demikian penelitian terhadap simpang ini
perlu dilakukan.
2
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah.
mengetahui kinerja Jalan Ir. Soekarno-Jalan Dada Prejo-Jalan Drs. Moh, Hatta
dengan menggunakan analisis Manual Kapasitas Jalan Indonsia (MKJI) 1997.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Setiap simpang haru diatur, agar tidak banyak konflik yang dapat
menyebabkan kecelakaan. Pengaturan simpng harus memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut.
1. Arus lalu lintas.
2. Biaya.
pemerintah harus tepat dalam memilih atau menentukan jenis pengaturan
untuk simpang karena jika pengaturan yang ada tidak tepat akan menyebabkan.
1. Tundaan.
2. pemborosan fasilitas.
3. Kecenderungan masyarakat untuk melanggar.
5
2.3.2 Arus Jenuh
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), bahwa arus jenuh
didefinisikan sebagai besarnya keberangkatan rata rata antrian di dalam suatu
pendekat simpang selama sinyal hijau yang besarnya dinyatakan dalam satuan
smp per jam hijau (smp/jam hijau).
Adapun nilai arus jenuh suatu persimpangan bersinyal dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FLT x FRT
Dimana:
S = Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)
S0 = Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)
FCS = Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping
FG = Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiran
dekat lengan persimpangan
FLT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
Besar setiap faktor koreksi arus jenuh sangat tergantung pada tipe
persimpangan. Penjelasan lebih rinci mengenai nilai setiap faktor koreksi arus
jenuh bisa ditemukan dalam MKJI (1997).
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukansebagai fungsi dari
lebar efektif pendekat:
S0 = 600 x We
Penggambaran arus jenuh dengan menggunakan metode Webster terlihat
pada Gambar 1
6
Gambar 1. Model dasar arus jenuh
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
7
Tabel 3. Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan
samping dan kendaraan tek bermotor.
Lingkungan Hambatan Tipe Rasio Kendaraan Tak Bermotor
Jalan Samping Fase 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 >0,25
Komersial Tinggi Terlawan 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
(COM) Terlindung 0,93 0,91 0,88 0,87 0,85 0,81
Sedang Terlawan 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71
Terlindung 0,94 0,92 0,89 0,88 0,86 0,82
Rendah Terlawan 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,72
Terlindung 0,95 0,93 0,90 0,89 0,87 0,83
Pemukiman Tinggi Terlawan 0,96 0,91 0,86 0,81 0,78 0,72
(RES) Terlindung 0,96 0,94 0,92 0,99 0,89 0,84
Sedang Terlawan 0,97 0,92 0,87 0,8 0,79 0,73
Terlindung 0,97 0,95 0,93 0,90 0,87 0,85
Rendah Terlawan 0,98 0,93 0,88 0,83 0,80 0,75
Terlindung 0,98 0,96 0,84 0,91 0,88 0,88
Akses Tinggi / Terlawan 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
terbatas Sedang /
(RA) Rendah Terlindung 1,00 0,98 0,95 0,93 0,90 0,88
8
d. Faktor Penyesuaian Parkir
Faktor penyesuaian parkir dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
FP = [LP/3-(WA-2) x (LP/3-g)/WA]/g
Dimana:
LP = jarak antar garis henti dan kendaraan yang diparkir pertama (m)
atau panjang dari lajur pendek.
WA = Lebar Pendekat
g = Waktu hijau pada pendekat
9
f. Faktor Penyesuaian Belok Kiri
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari
rasio kendaraan belok kiri PLT. Faktor penyesuaia belok kiri hanya untuk
pendekat tipe tan LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
FLT = faktor penyesuaian belok kanan
PLT = Rasio belok kiri
Faktor penyesuaian belok kanan juga dapat diperoleh nilainya
menggunakan Gambar 4.
Dimana:
C = Kapasitas pendekat (smp/jam)
10
S = Arus jenuh (smp/jam hijau)
g = Waktu hijau (detik)
c = Waktu siklus
b. Derajat Kejenuhan
menurut PKJI 2014 Derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu-
lintas terhadap kapasitas jalan, digunakan sebagai faktor utama dalam
penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Untuk menghitung
besarnya nilai derajat kejenuhan digunakan rumus:
DJ =
di mana:
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya;
11
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau (g/c)
C = Kapasitas (smp/jam).
12
Gambar 5. Perhitungan jumlah antrian (NQmax) dalam smp.
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997.
b. Angka Henti
Angka henti (NS) pada masing-masing pendekat adalah jumlah rata-rata
kendaraan berhenti per smp, ini termasuk henti berulang sebelum melewati
garis stop simpang. Untuk memperoleh nilai angka henti dapat menggunkan
rumus seperti berikut.
NS = 0,9 x x 3600
Dimana:
NS = angka henti
NQ = jumlh antrian
c = waktu siklus (detik)
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
Penghitungan jumlah kendaraan terhenti (NSV) untuk tiap pendekat dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Nsv = Q x NS
Dimana:
Nsv = jumlah kendaraan berhenti
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
NS = angka henti
Perhitungan laju henti rata-rata untuk seluruh simpang dilakukan dengan
cara membagi jumlah kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus
simpang total Q dalam kendaraan/jam.
Berikut ini laju henti rata-rata dapat dihitung menggunakan persamaan:
NSTOT =
Dimana:
NSTOT = laju henti rata-rata
ΣNSV = jumlah kendaraan terhenti pada seluruh pendekatan
QTOT = arus simpang total (kendaraan/jam)
13
c. Rasio Kendaraan Terhenti
Menurut MKJI (1997), rasio kendaraan terhenti (PSV) yaitu rasio
kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu
simpang (i), dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
PSV = min NS
Dimana:
NS = angka henti dalam suatau pendekatan
d. Tundaan
Menurut MKJI, tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal,
yaitu.
1. Tundaan lalu lintas (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan
lainnya pada suatu simpang.
2. Tundaan geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan saat
membelok pada suatu simpang dan/atau terhenti karena lampu merah.
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j merupakan jumlah tundaan lalu
lintas rata-rata (DTj) dengan tundaan geometrik rata-rata (DGj) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.
Dj = DTj + DGj
Dimana:
Dj = tundaan rata-rata untuk pendekatan (detik/smp)
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekatan j (detik/smp)
DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekatan j (detik/smp)
Berdasarkan pada Akcelik (MKJI, 1997) tundaan lalu lintas rata-rata
(DT) pada suatu pendekat j dapat ditentukan dengan rumus berikut.
DT = c x +
Dimana:
DT = tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
c = waktu siklus yang disesuaikan (det)
GR = rasio hijau (g/c)
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya.
C = kapasitas (smp/jam)
14
Tundaan geometri rata-rata (DG) pada suatu pendekat dapat diperkirakan
dengan persamaan sebagai berikut:
DGj = (1-Pw) x PT 6 +n(Pw x 4)
Dimana:
DGj = tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp)
Pw =rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekatan
PT = rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat.
Menurut Tamin (2000), jika kendaraan berhenti terjadi antrian
dipersimpangan sampai kendaraan tersebut keluar dari persimpangan karena
adanya pengaruh kapasitas persimpangan yang sudah tidak memadai. Semakin
tinggi nilai tundaan semakin tinggi pula waktu tempuhnya.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
2.3 Flow Chart
Rancangan penelitian tentang analisa kinerja simpang tiga tak bersinyal
dengan menggunakan metode MKJI 1997 pada persimpangan Jalan Ir. Soekarno-
Jalan Raya Dada Prejo-Jalan Drs. Moh, Hatta Kota Batu ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantatif yang akan dilaksanakan sebagai
berikut.
mulai
Penentuan lokasi
Pegumpulan data
Data sekunder
Data primer
Data-data hasil
Observasi
studi
Survei lapangan
Buku referensi
Analisa data
pembahasan
Kesimpulan
selesai
Gambar 3.1
Diagram Alir Penelitian
Sumber: Penelitian 2020
17
2.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah terbatas pada analisa kinerja simpang
tiga tidak bersinyal di Kota Batu. Dimana lokasi penelitian tersebut pada
persimpangan Jalan Ir. Soekarno-Jalan Raya Dada Prejo-Jalan Drs. Moh, Hatta
Kota Batu. Lokasi tersebut layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian
dikarenakan seringnya terjadi kamecatan di wilayah tersebut.
Gambar 3.1
Lokasi penelitian
(Sumber: Google Maps, 2020)
18
2.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peralatan (instrumen) yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Literatur sebagai referensi yang menjadi landasan teori.
Program Exel adalah formula yang akan digunakan sebagai perhitungan
antara kecepatan, kerapatan, kejenuhan dan kepadatan lalun lintas.
Meteran sebagai alat ukur panjang segmen jalan, lebar jalur dan lebar bahu
jalan untuk acuan pengumpulan data yang diperlukan saat analisa data.
19
2.7 Waktu Survey
Pengambilan data (survey) dilakukan pada hari kerja (Senin, Selasa dan
Rabu) dimana pada hari tersebut dilakukan selama 8 (delapan) jam dengan durasi
per 15 menit selama 3 (tiga) minggu.
20