Anda di halaman 1dari 9

ILMU PERUNDANG - UNDANGAN

ADINDA ANCELLA PUTRI AILENT

18010000156

KELAS :C

PRODI : ILMU S1 HUKUM

FAKULTAS : HUKUM
ILMU PERUNDANG – UNDANGAN

1.
A. Sebutkan lembaga negara berserta dasar hukum dan produk hukumnya! Pasal dan isinya.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Dalam UUD 1945 perubahan antara lain dirumuskan sebagai berikut :

Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang
undang. *)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. *)

Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
Fungsi pengawasan. **)

Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undang-undang.*)

Produk hukum : Undang – Undang (UU)


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya dapat membentuk Undang - Undang dengan
persetujuan Presiden, yang merupakan Peraturan Perundang – undangan yang
tertinggi.

PRESIDEN

Presiden Republik Indonesia sesudah Perubahan UUD 1945 adalah Kepala


Negara, Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang
undang sebagaimana mestinya.

Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. ****)
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. ***)
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-
undang. ***)

Pasal 13
(4) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(5) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. *)
(6) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

Pasal 20
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. *)
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang. *)

Produk hukum : Undang – Undang (UU)

*) : Perubahan Pertama
**) : Perubahan Kedua
***) : Perubahan Ketiga
****) : Perubahan Keempat

B. Sebutkan lembaga pemerintah beserta dasar hukumnya dan produk hukumnya! Pasal dan
isinya

PRESIDEN

Dalam UUD 1945 perubahan antara lain dirumuskan sebagai berikut :

Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya.
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
undang-undang. ****)

Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)

Pasal 20
(1) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. *)
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi undang-undang. *)

Pasal 23
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)

Produk hukum : Peraturan Pemerintah (PP), Perpu, Perpres.

MENTERI

Dalam UUD 1945 perubahan antara lain dirumuskan sebagai berikut :

Pasal 17
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang - undang.***)

 Berdasarkan rumusan dalam Pasal 17 UUD 1945 Perubahan, dapat disimpulkan


bahwa menteri – menteri negara bukanlah pegawai tinggi biasa, meskipun kedudukan
menteri itu tergantung Presiden. Selain itu berdasarkan Pasal 17 ayat (3) UUD 1945,
sebenarnya menteri – menterilah yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah
(pouvoir executif) di bidangnya.
 Berdasarkan ketentuan Pasal 17 UUD 1945 perubahan, maka Menteri – Menteri
Negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden tersebut tentunya
bertanggungjawab kepada Presiden, bukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Produk hukum : Per. Menteri


LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 TH 2001 tentang Kedudukan,


Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia, yang
telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 3 Th. 2002, Lembaga Pemerintah Non
Departemen adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas pemerintahan tertentu oleh Presiden, sesuai dengan ketentuan perundang –
undangan yang berlaku.

Produk hukum : Per. Kepala Lembaga pemerintah non departemen

DIREKTORAT JENDRAL DEPARTEMEN

Setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden No.44 Tahun 1974, tentang


Pokok – Pokok Organisasi Departemen Republik Indonesia maka Direktorat Jenderal
suatu Departemen dapat mengeluarkan peraturan perundang – undangan yang
bersifat teknis.

kewenangan Direktorat Jendereal diatur pula dalam Peraturan Presiden


No. 9 Th. 2005 tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Negara Republik Indonesia. Khususnya Pasal 74 sampai Pasal 77.

Pasal 75
Direktorat Jenderal mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidangnya.

Pasal 76
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75, Direktorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidangnya;

b. pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

c. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidangnya;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Produk hukum : Per. Direktur Jenderal


BADAN “HUKUM” NEGARA

Dengan perubahan UUD 1945. Badan ‘Hukum’ Negara adalah Lembaga


negara atau Lemabaga Pemerintah yang dibentuk dengan suatu Undang – Undang
dan berfungsi menyelenggarakan urusan – urusan yang berhubungan dengan bidang
tugas dan kewenangannya seperti Bank Indonesia.

Dalam Pasal 4 Undang – Undang No. 23 Th. 1999 Tentang Bank Indonesia
yang telah diubah dengan Undang – Undang No. 3 Th. 2004 Tentang Perubahan
Atas Undang – undang Repbulik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, dirumuskan tentang status Bank Indonesia sebagai berikut:

Pasal 4
(1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
(2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak
lain, kecuali untuk hal - hal yang secara tegas diatur dalam Undang - undang ini.
(3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini.

Selain itu dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 Undang – Undang Bank
Indonesia dirumuskan bahwa:

“Peraturan Bank Indonesia adalah ketetuan hukum yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan mengikat setiap orang atau badan dan dimuat dalam Lembaran
Negara”

Produk hukum : Peraturan Bank Indonesia.

PEMERINTAH DAERAH

Dalam Ketentuan Undang – Undang No. 32 Th. 1999 tentang Pemerintah


Daerah dinyatakan bahwa,

Pasal 1
(2) Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kewenangan Pemerintah Daerah untuk membentuk Peraturan Daerah


dirumuskan secara lebih konkret dalam Pasal 136 Undang – Undang No. 32 Th.
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 136
(1) Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama
DPRD.
(2) Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/
kabupaten/kota dan tugas pembantuan.
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran
lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
(4) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
(5) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku setelah diundangkan
dalam lembaran daerah.

Produk hukum :
Pemerintah Daerah Provinsi (Perda. Provinsi)
Pemerintah Daerah Kab/ Kota (Perda. Kab/Kota)

KEPALA DAERAH

Dalam Undang – Undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan


Daerah ditetapkan antara lain bahwa,

Pasal 24
(1) Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala
daerah.
(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut
Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.

Pasal 146
(1) Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan,
kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala
daerah.
(2) Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
Perda, dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Produk hukum :
Kepala Daerah Provinsi (Per. Gub)
Kepala Daerah Kab / Kota (Per. Bub / Per. wali)

Sebagai penyesuaian terhadap berlakunya Undang – Undang No. 10 Th. 2004


tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan, saat ini pembentukan
peraturan yang bersifat mengatur (regeling) dilakukan dengan Peraturan Kepala Daerah,
sedangkan pembentukan ketentuan yang bersifat menetapkan (beschikking) dilakukan dengan
keputusan kepala daerah.
C. Menurut saudara apakah dengan memberi kekuasaan membuat UU pada DPR ( Pasal 20 ayat
(1) ), kekuasaan membuat UU tidak lagi di tangan Presiden ?

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.*)

Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. *)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untukmendapat persetujuan bersama. *)
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa
itu.*)
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang. *)
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut
disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan. **)

ketentuan yang ada dalam pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 UUD 1945 Perubahan tersebut
mempunyai makna, bahwa kekuasaan membentuk undang – undang itu sebenarnya dipegang
secara bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden. Dan dijelaskan pula dalam
Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 Perubahan bahwa keberadaan persetujuan
bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden tersebut adalah merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan secara “bersama”, “secara serentak”, atau “berbarengan dengan”
ataupun “pada saat yang sama” agar suatu rancangan undang – undang dapat disahkan
menjadi undang – undang.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa sesudah Perubahan UUD 1945 kewenangan
Presiden dalam Pembentukan Undang – Undang tidak jauh berbeda dengan sebelum
Perubahan UUD 1945.

2.
A. Hal – hal apa saja yang menjadi materi muatan UU ?

Terkait dengan materi muatan Perppu diatur pada Pasal 11 UU 12/2011 yang menyebutkan bahwa materi muatan Perppu sama dengan
materi muatan undang-undang (“UU”). Lalu perihal pengaturan materi muatan tersebut (UU dan Perppu) diatur lebih rinci dalam Pasal
10 UU 12/2011 yaitu :

Materi muatan yang harus diatur dengan Undang- Undang berisi:

a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Kemudian, Maria Farida dalam bukunya Ilmu Perundang-Undangan:Proses dan Teknik Pembentukanya (hal.80) mengatakan bahwa secara
hierarki Undang-Undang memiliki tingkatan yang sama dengan Perppu sehingga fungsi maupun materi muatan Perppu juga sama dengan
undang-undang.[1]

Anda mungkin juga menyukai