Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Definisi
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan
paling sering di gunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Bayi Berat Lahir
Rendah (low) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram, berat lahir sangat rendah (very low) adalah berat
lahir kurang dari 1500 gram dan berat lahir teralu rendah (extremely low)
adalah berat lahir kurang dari 1000 gram.

BBLR dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena
premature (umur kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi
berat badan kurang untuk umurnya (Depkes RI, 2003).

Definisi BBLR menurut World Health Organization (WHO) yaitu berat


badan saat lahir <2.500gr (5,5 pon). Berdasarkan pengamatan
epidemiologi, bayi dengan berat <2.500gr mempunyai risiko 20 kali untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan bayi yang berat badanya
normal. BBLR lebih banyak terjadi di negara berkembang jika
dibandingkan dengan negara-negara maju (WHO, 2004).

Menurut ICD X, berat lahir adalah berat pertama janin setelah bersalin.
Pada bayi yang lahir hidup, berat diukur antara jam pertama kehidupan
sebelum terjadi kehilangan berat postnatal. Berat lahir dibagi menjadi tiga
kategori yaitu berat lahir rendah (<2500 gram), berat lahir sangat rendah
(<1500 gram) dan berat lahir terlalu rendah (<1000 gram). Salah satu
penyebab utama kematian perinatal dan neonatal adalah BBLR (Berat Bayi
Lahir Rendah) yaitu berat badan lahir bayi < 2500 gram.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh
kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi
keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur
kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di
luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas,
menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat
(Depkes RI, 2009).

Menurut Manuaba (2010) istilah prematuritas diganti dengan BBLR karena


terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan lahir
<2.500gr, yaitu karena umur kehamilan ibu <37 minggu atau bayi yang
mengalami IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) yaitu bayi yang lahir
cukup bulan (aterm) tetapi memiliki ukuran kecil, IUGR merupakan
penyebab utama BBLR di negara-negara berkembang (Fall et al, 2003).
IUGR merupakan akibat dari rendahnya berat dan tinggi ibu sebelum
hamil, status gizi ibu yang rendah, dan rendahnya penambahan berat badan
selama kehamilan (Kelly A et al dalam Adisasmita 2002). BBLR adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang <2500gr tanpa memandang
masa kehamilan.

Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan
baik dalam kandungan selama kehamilan. Bayi yang termasuk KMK yaitu
KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. Bayi KMK
cukup bulan kebanyakan mampu bernafas dan menghisap dengan baik.
Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan
menghisap lemah (Depkes RI, 2009).

Sekitar 11,5% bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 2.500 gram
(Riskesdas 2007). Penyumbang utama kematian BBLR adalah
prematuritas, infeksi, asfiksia lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang
kurang adekuat. BBLR merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap
morbiditas dan mortalitas bayi di dunia, dimana 70% kematian neonatal
disebabkan oleh BBLR.

Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi
bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama
disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan adalah komplikasi neonatal
seperti asfiksia, pneumoni, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila
bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai pula kerusakan pada syaraf dan
akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya
(Mochtar, Rustam; Sinopsis obstetri 1992 dalam Noviani, 2011).

Menurut Depkes RI (2009), bayi dengan berat lahir rendah lebih mudah
mengalami kematian atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat
bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi
dan semakin muda masa kehamilan maka semakin besar risikonya.
Masalah yang sering terjadi pada BBLR, yaitu:
1. Asfiksia
BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia
lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan dalam tindakan
resusitasi. Gangguan pernafasan Sindroma gangguan pernafasan pada
bayi BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru. Gangguan
pernafasan yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah
penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah
aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus
segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.
2. Hipotermi
Stres dingin dapat terjadi pada bayi karena hanya sedikitnya lemak
tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. Metode kanguru dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
membantu bayi BBLR agar tetap hangat.
3. Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi
baru lahir dengan BBLR. Bayi dengan BBLR membutuhkan ASI
sesegara mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam)
pada minggu pertama.
4. Masalah Pemberian ASI
Bayi berat lahir redah yaitu ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang
energi, lemah, lambung kecil dan tidak dapat menghisap, sehingga
menyebabkan bayi dengan BBLR membutuhkan bantuan dalam
mendapatkan ASI . Pemberian ASI dilakukan dalam jumlah yang
lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥35 minggu dan
berat badan lahir ≥2000gr umumnya bisa langsung menetek.
5. Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum
matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus
melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci
tangan dengan baik.
6. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
Ikterus merupakan kuningnya warna kulit, selaput lendir, dan berbagai
jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus terjadi karena fungsi hati
belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal dan
lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.
7. Pendarahan
Masalah pendarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan
dosis 1 mg intramuskular segera sesudah lahir (dalam 6 minggu
pertama). Untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian
pendarahan ini. Injeksi ini dilakukan di paha kiri, Depkes RI (2009).

2.1.2 Manifestasi Klinis BBLR


Manifestasi klinis bayi dengan BBLR menurut Atikah & Ismawati, 2010,
adalah:
1. Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak dibawah
kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500gr
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dan dapat terjadi apneu
9. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi (lurus)
10. Kepala tidak mampu untuk tegak
11. Pernafasan 40 – 50 kali/menit
12. Nadi 100 – 140 kali/menit
2.1.2.1 BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh
dengan keadaannya lemah, yaitu sebagai berikut:
1. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB) yaitu:
- Kulit tipis dan mengkilap
- Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk
dengan sempurna.
- Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada punggung.
- Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
- Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora
- Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang
belum turun
- Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
- Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
- Aktifitas dan tangisanya lemah
- Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

2. Tanda-tanda bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu :


- Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya
kurang dari 2500gr.
- Gerakanya cukup aktif dan tangisanya cukup kuat
- Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
- Bila kurang bulan jaringan payudara kecil dan puting kecil. Bila
cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan.
- Bayi perempuan bila cukup bulan, labia mayora menutupi labia
minora.
- Bayi laki-laki, testis mungkin telah turun
- Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
- Menghisap cukup kuat

2.1.2.2 Tata laksana BBLR saat lahir


Seperti bayi baru lahir lainya, bayi dengan BBLR perlu mendapat
perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu harus
mendapat “Pelayanan Neonatal Esensial” (Depkes RI, 2009).
1. Tatalaksana bayi pada saat lahir yaitu :
- Persalinan yang bersih dan aman
- Stabilisasi suhu
- Inisiasi pernapasan spontan
- Pemberian ASI dini (Inisiasi Menyusui Dini/IMD) dan ASI
Eksklusif
- Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi

2. Tatalaksana saat lahir mencakup


- Penilaian BBLR saat lahir dengan menggunakan parameter
yaitu bernapas spontan atau menangis dan air ketuban (keruh
atau tidak).
- Asuhan bayi baru lahir

3. Asuhan bayi baru lahir yaitu:


BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria bayi lahir
tanpa asfiksia. Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan
warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau
bernapas spontan ini dilakukan asuhan BBLR tanpa asfiksia
sebagai berikut:
- Bersihkan lender secukupnya kalau perlu
- Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
- Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit
bayi
- Segera memberikan ASI dini dengan membelai
- Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24
jam jika bayi hipotermi <36,5c, suhu lingkungan dingin, ada
penyulit yang lain.
- Profilaksis suntikan vitamin K1 1mg dosis tunggal, IM pada
paha kiri anterolateral
- Tetes mata antibiotic
- Perawatan tali pusat : kering, bersih, tidak dibubuhi apapun
dan terbuka
- Bila berat lahir ≥2000gr dan tanpa masalah atau penyulit,
dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha
kanan

4. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan ke dalam kategori


lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan lagkah awal
resusitasi dan tahapan resusitasi berikutnya diperlukan :
- Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan bayi baru lahir,
yaitu bila air ketuban bercampur mekonium (letak
kepala/gawat janin) dan bayi tidak menangis atau tidak
bernapas spontan atau bernapas mengap-mengap.
- Langkah awal resusitasi yaitu jaga bayi dalam keadaan
hangat, atur posisi kepala bayi sedikit tengadah, isap lendir
dimulut kemudian hidung, keringkan sambil dilakukan
rangsang taktil, reposisi kepala, nilai keadaan bayi dengan
melihat parameter yaitu usaha napas bila setelah dilakukan
penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan
dan teratur.
2.1.3 Faktor yang mempegaruhi BBLR
2.1.3.1 Jenis kelamin
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 angka kematian anak laki-laki selalu
lebih tinggi dari anak perempuan, yaitu angka kematian bayi laki-laki 23%
lebih tinggi dari bayi perempuan dan untuk angka kematian balita untuk
anak laki-laki sebesar 22% lebih tinggi dari anak perempuan. Bayi laki-laki
cenderung lebih rentan terhadap kematian neontal dibandingkan bayi
perempuan, kondisi ini mungkin terjadi karena kombinasi genetika yang
kompleks serta faktor lingkungan yang kurang mendukung (CARE, 1998).

Secara biologis bayi perempuan memiliki keunggulan (biological


advantage) dibandingkan bayi laki-laki. Perempuan memiliki kromosom
XX sedangkan laki-laki XY. Sehingga bila salah satu dari kromosom X
pada bayi perempuan kurang baik, maka keberadaan kromosom tersebut
dapat digantikan oleh kromosom X yang lain. Sedangkan pada laki-laki,
bila salah satu kromosom kondisinya kurang baik, tidak ada kromosom
pengganti yang dapat menggantikan kromosom yang rusak (Kraemer,
2000). Keadaan biologis yang tidak menguntungkan ini menyebabkan laki-
laki lebih rentan terhadap kejadian lahir mati atau kematian neonatal.

Keuntungan biologis yang ada pada bayi perempuan membuat bayi


perempuan lebih tahan terhadap infeksi dan kekurangan gizi, sehingga
risiko kematian bayi perempuan dalam lima tahun kehidupannnya lebih
kecil dibandingkan dengan bayi laki-laki (Royston dan Amstrong, 1989).
Namun demikian bayi laki-laki memiliki keuntungan sosial (social
advantage) dibandingkan bayi perempuan. Pada berbagai studi kesehatan
masyarakat menunjukkan bahwa cukup banyak suku bangsa yang
menempatkan bayi laki-laki lebih berharga dibandingkan perempuan.
Akibat dari pandangan budaya ini menyebabkan bayi perempuan menerima
perbedaan (diskriminasi) dalam hal perawatan kesehatan, pemberian
makanan dan fasilitas lainnya yang dapat menjaga kelangsungan hidupnya
(Ahmed, 1981).

2.1.3.2 Suhu tubuh


Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada aksila adalah
36,5-37,5°C, sedangkan suhu ruangan dipertahankan 24-26°C (WHO,
2009). Salah satu ciri bayi prematur dengan berat badan lahir rendah ini
adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak stabil dan cenderung mengalami
hipotermia (suhu <36,5°C). Stres dingin dapat meningkatkan angka
kematian dan menghambat pertumbuhan, sedangkan hipertemia dan suhu
tubuh berfluktuasi dapat menimbulkan apneu.

Suhu tubuh yang cenderung hipotermia disebabkan oleh produksi panas


yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang diproduksi
karena sirkulasi yang belum sempurna, respirasi masih lemah, konsumsi
oksigen yang rendah, otot yang belum aktif, serta asupan makan yang
kurang. Mekanisme kehilangan panas pada bayi dapat terjadi melalui
konduksi, evaporasi, konveksi, dan radiasi (PERINASIA, 2003).

Hipotermia dapat mengakibatkan komplikasi jangka pendek berupa


asidosis, hipoglikemia, dan gangguan pembekuan darah serta peningkatan
resiko untuk distres pernafasan. Hipotermia yang terjadi secara terus-
menerus atau berkelanjutan ini dapat menimbulkan terjadinya edema,
sklera, perdarahan hebat, dan ikterus (PERINASIA, 2003).

Menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan yang hangat pada bayi


prematur sangat dibutuhkan untuk efisiensi metabolisme tubuh yang diukur
melalui pengurangan kalori dan konsumsi oksigen. Penurunan kalori dan
asupan oksigen pada pengontrolan suhu tubuh akan memperbaiki
perubahan fisiologis, dan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat
pada bayi.

2.1.3.3 Frekuensi denyut jantung


Frekuensi jantung bayi normal dalam keadaan tidur adalah berkisar antara
80-160 x/menit, sedangkan dalam keadaan tidak tidur adalah sekitar 100-
180 x/menit. Bayi yang sedang demam atau exercise mempunyai frekuensi
denyut jantung lebih dari 220 x/menit (Hockenberry & Wilson, 2009).
Pengukuran dan pencatatan frekuensi denyut jantung pada bayi prematur
diperlukan untuk melihat adanya bradikardi, yang bisa menyebabkan
terjadinya apnea akibat immaturnya fungsi CNS pernafasan. Frekuensi
denyut jantung pada bayi prematur bertanggung jawab untuk
mempertahankan cardiak output. Cardiak output yang tidak adekuat, akan
mengakibatkan insufisiensi pertukaran oksigen, zat nutrisi dan sisa,
metabolisme tubuh kurang efisien, terganggunya fungsi fisiologis tubuh,
bisa terjadi kurang terkontrolnya fungsi persyarafan CNS (Dodd, 2003).

2.1.3.4 Saturasi oksigen


Oksigen adalah sumber bahan bakar untuk keperluan metabolisme terutama
kubutuhan otak. Oksigen saturasi adalah suatu pengukuran non invasif tapi
terlihat nyata bagi bayi prematur. Terjadinya kekurangan oksigen akan
menjadi ancaman yang serius bagi metabolisme dan fungsi fisiologis, yang
bisa mengakibatkan kurang optimalnya fungsi jantung dan menimbulkan
kerusakan jaringan sebelum akhirnya meninggal. Secara klinis, saturasi
oksigen normal berkisar 90-98%. Selain itu pemantauan saturasi oksigen
berarti mencegah terjadinya retinopathy bagi bayi prematur. Oksigen harus
diberikan bila saturasi oksigen dibawah 90% (WHO, 2009).
Hasil penelitian melaporkan PMK menjaga kestabilan saturasi oksigen.
PMK secara signifikan mengurangi frekuensi nafas dan meningkatkan
saturasi oksigen. Hal ini bisa disebabkan oleh posisi bayi yang tegak,
sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan
perfusi. Jadi posisi tegak mengoptimalkan fungsi respirasi (Ali, 2009).

2.1.4 Ibu
2.1.4.1 Umur ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap
optimal untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan
dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
persalinan (Martaadisoebrata, 2005 dalam Wahyuni, 2009). Umur ibu <20
tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum
siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik
hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit
dan keracunan kehamilan atau gangguan lain kerena ketidaksiapan ibu
untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Remaja yang hamil pada saat berusia kurang dari 16 tahun, terutama
remaja yang hamil dalam masa kurang 2 tahun semenjak haid pertamanya,
akan meningkatkan kejadian kelahiran prematur pada masa gestasi kurang
dari 33 minggu. Selain itu, wanita yang berusia lebih dari 35 tahun juga
beresiko untuk terjadinya kelahiran prematur yang mengakibatkan bayi
lahir dengan berat badan yanng rendah. Penelitian menyebutkan bahwa
64% peningkatan terjadinya kelahiran prematur pada populasi wanita Itali
yang berusia 35 tahun atau lebih, terutama pada kehamilan yang pertama
(Wijayanegara, 2009).
Umur yang muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga
harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan umur yang
tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Muazizah, 2011).

Selain itu, pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan


dari organ-organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi
kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang
belum bersedia menjadi seorang ibu. Sebaliknya jika umur ibu >35 tahun
cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma
uteri, persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Depkes RI, 2001).
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Usia hamil
yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena
pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga
sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya.

2.1.4.2 Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri
atas 3 kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu
dengan 0-1 paritas, (2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan
paritas 2- 6 dan (3) Golongan grande multipara adalah golongan ibu
dengan paritas >6. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan
kedua sampai keempat. Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat
mempunyai risiko yang tinggi.
Grande multipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan
kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai
penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan antepartum, perdarahan post
partum dan lain-lain (Martaadisoebrata, 2005 dalam Wahyuni, 2009).

2.1.4.3 Jarak Antar Kelahiran


Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang
dilahirkan. Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak
antara dua kehamilan <2 tahun atau >4 tahun. Jarak kehamilan yang aman
ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara dua kehamilan yang <2 tahun berarti
tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan
sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat.
Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan
ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang
baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika
jarak kehamilan antara dua kehamilan >4 tahun, disamping usia ibu
yang sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti
kehamilan dan persalinan pertama (Depkes RI, 2001).

Selain itu, jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu
belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah
melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi tubuh kurang sehat
inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi
yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem reproduksi. Sistem
reproduksi yang terganggu akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dikandungnya sehingga berpengaruh terhadap
berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak kehamilanya kurang dari dua tahun,
kesehatan fisik dan kondisi rahimnya masih butuh istirahat yang cukup
(Trihardiani, 2011).

2.1.4.4 Riwayat Kesehatan Ibu


Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungkan oleh kesehatan ibu. Bila
ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan
kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam (Depkes
RI, 2001). Penyakit akibat komplikasi yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan, yang terdiri dari:
a. Diabetes Militus
Diabetes militus pada ibu dapat menyebabkan bayi mengalami berat
badan lahir lebih besar melebihi usia kehamilan karena kadar gula darah
dalam tubuh ibu sangat tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan
janin. Diabetes mellitus pada bayi mengakibatkan hipoglikemia karena
ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin dengan
tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin yang telah terbentuk
tidak sesuai dengan kadar gula darah dengan tubuh bayi (Jumiarni,
1994).

b. Anemia
Anemia terjadi apabila kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari
pada nilai normal. Kadar hemoglobin dapat dijadikan sebagai indikator
tentang keadaan gizi pada umumnya. Batas Hb normal untuk wanita
hamil adalah 11gr% atau lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Puji
(2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar Hb ibu
dengan kejadian BBLR. Hal ini disebabkan karena apabila ibu hamil
mengalami anemia maka pasokan O2 untuk jaringan menurun dan
pengangkutan CO2 dari jaringan menjadi terhambat sehingga dapat
menghambat pertumbuhan jaringan baik pada janin maupun pada
plasenta sehingga dapat mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, partus premature, partus lama dan
lain-lain.

Anemia pada ibu hamil dapat terjadi juga karena kuragnya zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Anemia gizi besi terjadi
karena tidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan sehari-
hari guna pembentukan sel darah merah sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan akan
berkurang yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun otaknya, kematian janin didalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan kematian perinatal meningkat.

Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering


mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat
serta penglihatan berkunang-kunang (Depkes RI, 2001). Jika wanita
hamil mengidap anemia, pengaruhnya dapat terjadi di awal kehamilan,
yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil
pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk
membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio. Pada
bulan ke-5 dan ke-6 janin membutuhkan zat besi yang semakin besar.
Jika kandungan zat besi ibu kurang maka dapat terjadi abortus, kematian
janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature serta cacat
bawaan tidak dapat dihindari (Huliana, 2001).
2.1.5 Metode kanguru
2.1.5.1 Definisi
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan
bayi baru lahir dengan meletakkan bayi di antara kedua payudara
ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi
(Arora, 2008). Pengertian lain tentang PMK adalah cara merawat
bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi),
diletakkan secara tegak/ vertikal didada antara kedua payudara
ibunya (ibunya telanjang dada), kemudian diselimuti. Dengan
demikian, terjadi kontak kulit bayi dan ibu secara kuntinyu dan bayi
memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi
(PERINASIA, 2003).

PMK dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu secara terus


menerus dalam 24 jam atau yang disebut juga dengan secara
kontinyu dan secara intermiten atau disebut juga dengan cara
selang-seling. PMK disarankan untuk dilakukan secara kontinyu,
akan tetapi pada rumah sakit yang tidak menyediakan fasilitas rawat
gabung, bisa menggunakan PMK secara intermiten. Pelaksanaan
PMK secara intermiten juga memberikan manfaat sebagai
pelengkap perawatan konvensional atau inkubator (PERINASIA,
2003).

Dengan demikian, PMK adalah cara merawat bayi oleh ibu, dengan
menggunakan baju yang didesain khusus untuk meletakkan bayi di
dada ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit dengan kulit. Bayi
hanya menggunakan diapers dan topi. Pelaksanaan PMK minimal
60 menit dengan frekuensi yang disesuaikan dengan keinginan ibu,
dilakukan dengan cara intermiten.
2.1.5.2 Manfaat PMK
1. Manfaat bagi bayi
Manfaat PMK bagi bayi adalah keefektifan termoregulasi,
frekuensi denyut jantung yang stabil, pola nafas teratur,
menurunkan kejadian apnea, meningkatkan saturasi O2,
mempercepat perkembangan otak serta penambahan berat
badan. Adapun manfaat yang lainnya yaitu dapat mengurangi
pergerakan yang tidak perlu, menurunkan tangisan, mendukung
ASI eksklusif, memperlama tidur nyenyak, proses pemberian
ASI lebih baik, mempercepat bayi keluar dari inkubator,
memperpendek hari rawat dan meningkatkan kemampuan untuk
bertahan hidup (Priya, 2004).

Manfaat yang dirasakan bagi bayi yaitu dapat menyenangkan


bagi kelima indera bayi. Bayi merasakan kehangatan (sentuhan)
dari ibu, mendengarkan suara dan frekuensi denyut jantung ibu
(pendengaran), menyusui ASI (pengecapan), kontak mata
dengan ibu (penglihatan) dan mencium aroma tubuh ibu atau
penciuman (Arora, 2008).

Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) dapat mencegah


terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberi
kehangatan kepada bayinya secara terus menerus dengan cara
kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain itu manfaat
Perawatan Metode Kanguru (PMK), dapat meningkatkan ikatan
kasih sayang antara ibu dan bayi, memudahkan bayi dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi dan
memperpendek masa rawat inap sehingga dapat mengurangi
biaya perawatan (Rahmayenti, 2009).

2. Manfaat bagi ibu


Manfaat yang dapat dirasakan oleh orang tua yaitu
mempercepat bonding, menambah kepercayan diri untuk
merawat bayinya yang kecil, meningkatnya produksi ASI,
menurunkan biaya perawatan di RS, menghilangkan perasaan
terpisah serta ketidakmampuan dan orang tua merasakan
kepuasan karena sudah berpartisipasi dalam merawat bayinya
(Priya, 2004).

Perawatan metode kanguru dapat dilakukan ibu pada bayinya


dengan pengarahan dari perawat. Kepercayaan diri ibu akan
membaik seiring dengan peningkatan kemampuan ibu dalam
merawat bayinya. Ibu yang memiliki bayi berat lah rendah
mengatakan bahwa mereka merasa tidak mampu memberikan
perawatan yang adekuat, oleh karena itu ibu perlu untuk
meningkatkan kepercayaan dirinya (Bobak, 2005). Rasa percaya
diri ibu dalam merawat bayinya diperlukan agar terwujudnya
adaptasi yang baik dari orang tua dan terbinanya hubungan yang
positif antara ibu dan bayi (Badr, 2005).

Manfaat PMK bagi ibu lainnya, yaitu ibu merasakan produksi


ASI bertambah, ibu merasa tidak perlu lagi merebus air untuk
menghangatkan bayi. Ibu menyatakan pasangan atau suami
mendukung untuk pelaksanaan PMK, ibu menyatakan
pertumbuhan bayi menjadi lebih baik (PERINASIA, 2003).

United Nation Childens Fund (UNICEF) dan WHO


merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya Air Susu
Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 (enam) bulan. Makanan padat
seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 (enam) bulan
dan pemberian ASI ekslusif dari 4 (empat) bulan menjadi 6
(enam) bulan (Departemen Kesehatan, 2002).

Pemberian awal Air Susu Ibu (ASI) sangat dianjurkan karena


beberapa alasan yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, ASI yang keluar pertama kali juga sangat
bergizi dan mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi
yang baru lahir dari penyakit. Selain dari itu menyusui seawal
mungkin mempengaruhi kesehatan ibu baru melahirkan yaitu
dengan menimbulkan reaksi uterus, yang membantu
mengurangi kehilangan darah masa nifas dan untuk jangka yang
lebih panjang pada ibu yang menyusui cenderung
memperpanjang jarak kelahiran karena efek supresi yang
dimiliki ketika menyusui terhadap kembalinya haid setelah
melahirkan. Selang kelahiran yang lebih panjang memberikan
kesempatan kepada tubuh ibu untuk pulih dari kekurangan fisik
yang berhubungan dengan kehamilan. Efek menyusui terhadap
kembalinya kesuburan berhubungan dengan lama dan intensitas
menyusui (Departemen Kesehatan, 2002).

Makanan dan minuman yang paling baik bagi bayi baru lahir
adalah Air Susu Ibu (ASI). Menurut laporan Departemen
Kesehatan meskipun proporsi bayi yang mendapat asi cukup
tinggi, namun saat mulai menyusui dan lamanya bervariasi.
Air susu ibu memegang peranan penting dalam menjaga
kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir,
karena ASI terutama kolostrum dapat meningkatkan
pertahanan tubuh. Tidak memberikan kolostrum merupakan
salah satu kebisaan di masyarakat yang tidak baik.

Menyusui segera (immediate breastfeeding) yaitu menyusui


dalam waktu kurang atau sama dengan 30 menit setelah
persalinan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan
untuk mencegah diberikannya makanan minuman pralakteral.
Interaksi sedini mungkin antara ibu dan bayi beberapa menit
setelah lahir berhubungan erat dengan keberhasilan menyusui
(fikawati dan Syafiq, 2003 dalam setiawati raharjo, 2007).

3. Manfaat bagi petugas kesehatan


Bagi petugas kesehatan, manfaat yang dirasakan yaitu dari segi
efisien tenaga, karena ibu lebih banyak merawat bayinya
sendiri. Dengan demikian kebutuhan petugas akan berkurang.
Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain yang lebih
memerlukan perhatian petugas misalnya monitiring kegawatan
pada bayi dan memberikan dukungan kepada ibu dalam
menerapkan PMK (Cataneo, Davanco, Bergman, et al., 1998
dalam PERINASIA, 2003).

4. Manfaat PMK bagi institusi kesehatan, klinik, RS


Manfaat bagi institusi kesehatan, klinik, RS, yaitu lama
perawatan ibu lebih pendek sehingga ibu cepat pulang dari
fasilitas kesehatan. Dengan demikian, tempat tersebut dapat
digunakan bagi klien lain yang memerlukan (turn over
meningkat). Manfaat lain yang dikemukakan adalah
pengurangan penggunaan fasilitas sehingga dapat membantu
efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco dan Bergman, 1998).
Dengan naiknya turn over serta efisiensi anggaran diharapkan
kenaikan penghasilan bagi institusi kesehatan, klinik, RS
(PERINASIA, 2003).

2.1.5.3 Penatalaksanaan
Terdapat empat komponen Perawatan Metode Kanguru yaitu:
1. Kangarooposition (posisi)
Aplikasi metode Perawatan Metode Kanguru ditujukan untuk
menekan “incubatortime” dengan menempatkan bayi dalam
dekapan ibu. Pada dasarnya ada dua buah posisi yang
dideskripsikan untuk Perawatan Metode Kanguru yaitu :
(1) Posisi pronasi (PP)
Posisi pronasi merupakan posisi Perawatan Metode
Kanguru yang paling banyak diadopsi. Bayi pada Posisi
Pronasi menunjukkan kecenderungan terhadap ekstensi,
berkebalikan dengan arah dari kurvatura fisiologis.
Menurut Douret, Posisi Pronasi dapat memicu
abnormalitas postural seperti retraksiskapular,
kecenderungan postur opisthotonus, fleksi siku tangan,
abduksi bahu dan rotasi eksternal dari panggul disamping
kelainan kaki ortopedi.

(2) Lateral dekubitus (LD)


Menurut analisis biomekanik menunjukkan bahwa bayi
dalam posisi Lateral Dekubitus mengalami postur yang
lebih fleksi dengan “trunktwisting” derajat tinggi. Dua hal
penting pada neonatus prematur dengan defisit fleksi
fisiologis akibat terlalu lama dalam lingkungan intrauterin.
Penempatan bayi dengan posisi Lateral Dekubitus
membantu menilai posisi intrauterine. Postur
“twistedtrunk” diadopsi oleh bayi pada Lateral Dekubitus
menyerupai aspek fisiologis medula spinalis yang diamati
pada kehidupan fetal dan neonatal. Sebuah kurvakonkave
anterior tunggal terbentuk dari postur yang fleksi.
Lordosisservikal dan lumbal terbentuk bila bayi melakukan
ekstensi servikal penuh dan bipedalism berturut-turut.
Hasil pemeriksaan Dubowitz juga sejalan dan
menunjukkan superioristas posisi Lateral Dekubitus
dengan perkembangan tonus fleksor yang lebih baik.
Dengan kata lain posisi Lateral Dekubitus memberikan
manfaat bermakna terhadap perkembangan neuromotor.

Gambar 1.1 KangarooMother Care pada posisi PP dan LD

Cara memosisikan bayi yaitu dengan meletakkan bayi diantara


payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
Posisi kangguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit,
karena kulit bayi mengalami kontak langsung dengan kulit ibu.
Gambar 2.1 Memposisikan bayi untuk PMK

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat


lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan
posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di
bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk
menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang
agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi
kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam
posisi ”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.

2. Kangaroonutrition (nutrisi)
Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. Dengan
melakukan Perawatan Metode Kanguru, proses menyusui
menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang
dipulangkan memperoleh ASI. Dengan Perawatan Metode
Kanguru, proses menyusui menjadi lebih lama. Perawatan
Metode Kanguru dapat meningkatkan volume ASI yang
dihasilkan ibu. Bayi dengan usia kehamilan 30 minggu dapat
memulai proses menyusui. Segera setelah bayi menunjukkan
tanda kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan
mulut, dan keinginan untuk menghisap (seperti menghisap jari
atau kulit ibunya), bantu ibu menempatkan bayi pada posisi
melekat yang dirasa cukup baik

Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti


menghisap adalah pada saat dua jam setelah lahir, ketika bayi
bersifat sangat responsif terhadap rangsangan taktil, suhu dan
bau yang berasal dari ibunya.

Gambar 2.1 Menyusui dalam Perawatan Metode Kanguru

3. Kangaroosupport (dukungan)
Bentuk dukungan pada Perawatan Metode Kanguru dapat
berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan dapat
diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu
dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi
ibu untuk dapat melakukan Perawatan Metode Kanguru dengan
berhasil.

Wanita hamil sebaiknya sudah diberikan informasi dan edukasi


tentang Perawatan Metode Kanguru sejak kunjungan antenatal
pertama. Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari
berbagai pihak, diantaranya berupa :
(1) Dukungan emosional : Ibu memerlukan dukungan untuk
melakukan Perawatan Metode Kanguru. Banyak ibu muda
yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk
memenuhi kebutuhan bayi pertamanya sehingga
membutuhkan dukungan dari keluarga, teman serta petugas
kesehatan. Perawatan Metode Kanguru membuat ibu dapat
memenuhi semua kebutuhan bayi.
(2) Dukungan fisik : Selama beberapa minggu pertama
Perawatan Metode Kanguru, merawat bayi akan sangat
menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat
penting pada peranannya pada Perawatan Metode Kanguru.
Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas rumah.
(3) Dukungan edukasi : Sangat penting memberikan informasi
yang ibu butuhkan agar ia dapat memahami seluruh proses
Perawatan Metode Kanguru dan mengerti bahwa memang
sangat penting. Ibu harus mengetahui manfaat Perawatan
Metode Kanguru. Hal ini membuat Perawatan Metode
Kanguru menjadi lebih bermakna dan akan meningkatkan
kemungkinan bahwa ibu akan berhasil menjalankan
Perawatan Metode Kanguru baik di rumah sakit ataupun saat
di rumah.

4. Kangaroodischarge (pemulangan)
Pemulangan berarti ibu dan bayinya boleh pulang ke rumah
dengan tetap menjalani Perawatan Metode Kanguru di
rumahnya. Namun, lingkungan tempat tinggal mereka dapat
sangat berbeda dengan fasilitas unit Perawatan Metode Kanguru
di institusi kesehatan yang selalu dikelilingi oleh para petugas
yang mendukung.

Mereka akan tetap memerlukan dukungan meskipun tidak


sesering dan seintensif seperti sebelumnya. Lingkungan
keluarga sangat penting untuk kesuksesan Perawatan Metode
Kanguru. Ibu sebaiknya kembali ke rumah yang hangat, bebas
rokok, dan mendapat dukungan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi RS
letaknya jauh, pemulangan dapat ditunda. Oleh karena itu,
waktu pemulangan berbeda tergantung pada besarnya bayi,
tempat tidur yang tersedia, kondisi rumah dan kemudahan untuk
follow-up.

2.1.5.4 Penerapan PMK


Penerapan PMK dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal
berikut, yaitu :
1. Secara umum, bayi akan stabil secara fisiologis pada suhu tubuh
36,5°C – 37,5°C.
2. Jika ada masalah apnea atau bradikardia, masalah itu harus
hilang sendiri atau hanya memerlukan stimulasi ringan.
3. Bayi yang menerima terapi sinar dapat diikutsertakan dengan
mengeluarkannya dari terapi sinar untuk waktu singkat.
4. Dalam situasi khusus, bayi yang memerlukan oksigen, atau
bahkan bantuan ventilasi dapat menerima asuhan ini dengan baik
(Indrasanto, et al., 2008).

2.1.5.5 Pedoman Tata Laksana


Pedoman tata laksana menurut Indrasanto dkk (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Dokter dan perawat harus menentukan bayi yang mendapatkan
PMK dan memberikan informasi yang cukup kepada orang tua
tentang metode kanguru.
2. Setiap orang yang terlibat merasa nyaman atau tidak canggung
dan mendukung keputusan untuk menerapkan PMK.
3. Suhu tubuh bayi minimal 36°C.
4. Monitoring pada suhu kulit tidak perlu dilepaskan dari tubuh
bayi, demikian juga dengan semua kawat monitor, jalur IV, dan
selang untuk respirasi harus dieratkan dan aman untuk neonatus.
5. Bayi tidak perlu menggunakan pakaian kecuali popok dan topi.
6. Menganjurkan ibu menggunakan baju dengan bukaan depan atau
gaun penutup dan memberikan sebanyak mungkin privasi dan
ketenangan. Ayah juga bisa memeluk bayi dengan cara ini.
7. Setelah bayi dipindahkan dengan baik ke orang tua, tanda vital
bayi dan status oksigenasi harus dipantau selama PMK.
8. Bayi harus dikembalikan ke inkubator jika terdapat tanda stres
yang menetap termasuk takipnea, takikardi, ketidakstabilan suhu
tubuh, atau desaturasi oksigen.
9. Lama PMK pada masing-masing bayi bergantung kepada
keadaan bayi dan kenyamanan orang tua, minimal 1 jam untuk
mendapatkan manfaatnya (Indrasanto, et al., 2008).

2.1.6 Pengaruh PMK pada Fungsi Fisiologis Bayi


2.1.6.1 Pengaruh PMK pada Suhu Tubuh bayi.
Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari dada ibu
ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat. Selimut
atau penutup tubuh ibu dan bayi, diharapkan dapat menjaga bayi
dari suhu lingkungan sekitarnya (Dodd, 2003). Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa PMK mempengaruhi stabilitas pengukuran
suhu tubuh, frekuensi jantung, respirasi, dan saturasi oksigen
(Dodd, 2003).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa PMK sangat baik untuk


mencegah bayi prematur jatuh ke dalam kondisi hipotermia.
Observasi perubahan suhu tubuh pada bayi prematur sangat
dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi kepanasan. Bayi
prematur yang kepanasan akan mengakibatkan peningkatan
metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi metabolisme,
dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh (Ibe, et al., 2004).

Penelitian yang telah meneliti tentang pelaksanaan PMK selama


rata- rata 25 hari pada 114 responden, menyatakan bahwa suhu
tubuh bayi yang dilakukan PMK, mengalami peningkatan yang
bermakna (p<0.001, α= 0.05). PMK dilakukan rata-rata 6 jam sehari
pada setiap responden (Ali, 2009).

Penelitian lain menyebutkan bahwa ditemukannya kenaikan suhu


tubuh bayi prematur setelah dilakukan PMK selama 1 jam, rata-rata
kenaikan suhu tubuh sebesar 0,3°C dengan p <0,01. Penelitian ini
dilakukan pada 16 responden (Begum, 2008).

Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa ibu mampu mengontrol


suhu tubuh bayi lebih baik daripada inkubator. Menurut Bergman,
PMK dapat menyebabkan suhu tubuh bayi bisa meningkat 2°C jika
bayi kedinginan dan dapat menurunkan 1°C jika bayi kepanasan
(Shetty, 2007).

Penelitian tentang efektifitas PMK, menyebutkan bahwa manfaat


PMK adalah stabilisasi suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
perilaku bayi lebih baik, misalnya tangisan bayi berkurang dan
sewaktu bangun terlihat lebih waspada (Suradi & Yanuarso, 2000
dalam PERINASIA, 2003). Penelitian lain juga menyebutkan PMK
bermanfaat untuk kestabilan frekuensi denyut jantung. Kestabilan
frekuensi denyut jantung ini dinilai dari PMK dapat menaikkan
frekuensi frekuensi denyut jantung dan menurunkan terjadinya
bradikardi, dengan nilai p = 0.00 (α=0.05) (Priya, 2004).

2.1.6.2 Pengaruh PMK pada frekuensi denyut jantung


Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, menemukan
bahwa selama perawatan menggunakan metode kanguru, laju
frekuensi denyut jantung bayi relatif stabil dan konstan (Ludington-
Hoe, et al., dalam PERINASIA, 2003). Hasil penelitian lain yang
menggunakan pneumokardiogram menemukan pola respirasi dan
frekuensi denyut jantung bayi selama perawatan metode kanguru
lebih stabil dibanding perawatan dalam boks atau perawatan
konvensional (PERINASIA, 2003).

PMK selain bermanfaat untuk bayi, juga bermanfaat untuk orang


tua. Ibu yang melakukan PMK secara bermakna dapat merasakan
stresnya berkurang, meningkatkan rasa percaya diri, dan merasakan
kepuasan tersendiri karena telah melakukan sesuatu yang positif
buat bayinya yang lahir prematur dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan PMK (Arora, 2008).

PMK dilakukan selama 1,5 jam terbukti meningkatkan frekuensi


denyut jantung sebelum dan sesudah PMK pada 53 responden.
Penelitian ini dilakukan dengan metode one-group, pretest dan
postest (Fohe, et al., 2000 dalam Dodd, 2003).

2.1.6.3 Pengaruh PMK pada saturasi oksigen


Hasil penelitian menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level
saturasi oksigen secara signifikan dengan (p = 0.000 α=0.05).
Responden pada penelitian ini adalah 30 bayi yang mempunyai
berat badan lahir rendah (Priya, 2004).

Hasil penelitian lain juga melaporkan PMK menjaga kestabilan


saturasi oksigen. PMK secara bermakna mengurangi frekuensi
nafas dan meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan
oleh posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi oleh gravitasi
bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi. Posisi tegak
mengoptimalkan fungsi respirasi (Ali, 2009).

Berbeda dengan hasil penelitian Priya (2004), Fischer, (1998)


dalam Dodd (2003) tidak menemukan perbedaan saturasi oksigen
bayi sebelum dan sesudah PMK, pada 20 responden. Hasil
penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan saturasi
oksigen sebelum dan sesudah PMK pada saturasi oksigen bayi
dengan berat badan lahir rendah. Jumlah respondennya 15 bayi
dengan berat badan lahir rendah, yaitu < 1800 gram (Dodds, 2003).

Anda mungkin juga menyukai