Anda di halaman 1dari 13

1.

PENDAHULUAN

1.1. PERKEMBANGAN MATERIAL

Klasifikasi material berdasar pada kemiripan karakteristiknya, kondisi proses produksinya,


struktur mikronya, sifat-sifatnya, dan pemakainnya:

Material untuk
Rekayasa
Struktur

Logam dan Keramik dan kada: Polimer dan


paduannya: elastomer: Komposit:
• Silikon karbida
• Besi, baja, dan • Epoksi • Komposit
• Silikon nitrida
paduannya bermatrik polymer
• Poliester
• Silika (PMCs)
• Aluminium dan
• Phenolik
paduannya • Magnesia • Komposit
• Poliamida bermatrik keramic
• Tembaga dan • Alumina (CMCs)
paduannya • Poliethilin
• Semen Portland • Komposit
• Nikel dan • Polisulfon bermatrik logam
paduannya
• Polietherether (MMCs)
• Titanium dan keton • Komposit
paduannya
• Polivinil-chlorida karbon/karbon
• Magnesium (CCCs)
• Karet alam
• Emas dan
paduannya
• Perak dan
paduannya

Gambar 1.1. Ringkasan pengnelompokan material untuk rekayasa struktur (Disarikan dari
referensi [4], [1] pp. 21-22, [5] p.5, [6] pp. 1-4)

Perkembangan material terutama dipicu oleh tuntutan akan kebutuhan material bermutu tinggi
yang diperlukan untuk pembuatan senjata [1] (p. 3). Perkembangan material untuk rekayasa
struktur [1] (pp. 3-6), dan [2, 3]:
• Zaman Batu (tahun 10000 S.M.): strutur dibangun dengan batu yang merupakan salah
satu jenis keramik.
• Zaman Perunggu (4000 S.M. 1000 S.M.): tembaga dan prunggu ditemukan, senjata
dan peralatan terbuat dari tembaga dan prunggu.
• Zaman Besi (1000 S.M. – 1620M): peralatan dan senjata dibuat dari besi.
Gambar 1.2: kekuatan dan modulus logam relative tinggi  Pemakaian mencapai
puncaknya pada awal dekade 1960-an [1] (p. 4).
2

Gambar 1.2. Evolusi material untuk rekayasa struktur pada berbagai zaman
menunjukkan bahwa, pada lapis kedua dari bawah pada gambar, arti penting material
komposit [1] (p. 4)

Unjuk kerja polimer dan elastomer, keramik dan kaca, serta komposit rendah karena teknologi
fabrikasinya yang masih sangat sederhana  Pemakaiannya terbatas dan cenderung sampai
1960-an.
Komposit buatan yang pertama: Batu bata yang diberi penguat serat batang gandum,
diproduksi sekitar tahun 1,300 S.M. [14] (p. 3).
Material komposit: untuk bahan struktur pesawat terbang sejak generasi pertama pada awal
abad keduapuluh [7], rangka pesawat dan dinding luarnya terbuat dari kayu (komposit
alamiah), dan bahan tenunan yang diregangkan diantara sayap-sayapnya dan kemudian
dicelupkan ke dalam resin.
Monocaque Deperdussin yang dibuat dtahun 1912 [8] (pp. 163-164)
Lockheed Vega yang dibuat tahun 1927 [8] (p. 184).
De Havilland Mosquito milik British Royal Air Force [7, 9].
Pesawat pembom Rusia I1-4, I1-2 [10].
Jepang kayu pengganti logam untuk struktur psawat terbang [11].
Gambar 1.2: Arti penting material komposit dalam rekayasa struktur pada berbagai zaman.
Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa pada tahun 2020 diperkirakan komposit material akan
memiliki arti yang sangat penting seperti keramik dan polimer yang bahkan melebihi logam.
Awal dekade 1960-an: kebutuhan material dengan kekuatan dan kekakuan spesifik tinggi 
komposit modern berkembang pesat [12] (p. 3)
Applikasi rekayasa struktur di bidang sipil, militer, luar angkasa, maritime, dan otomotif.
Gambar 1.3: Keramik yang terlihat memiliki kombinasi optimum antara kekuatan dan
kekakuan spesifik, kekenyalan retaknya yang relatif rendah menyebabkan material kelompok
ini tersisih untuk beberapa pemakaian tertentu.
3

100 Cast iron, grade 20


Steel, AISI 1045 hot-rolled
Aluminum 2024-T4
Aluminum 6061-T6
75 Nylon 6/6
Specific modulus (MNm/kg)

Polypropylene
Epoxy
Phenolic
50 Alumina (Al2O3)
Magnesia (MgO)
Glass-filled epoxy (35%)
Glass-filled polyester (35%)
25 Glass-filled nylon (35%)
Glass-filled nylon (60%)
S-glass/epoxy 45%)
Carbon/epoxy (61%)
Kevlar®/epoxy (53%)
0
0 250 500 750 1000

Specific strength (kNm/kg)

Gambar 1.3. Kekuatan spesifik daqn modulus spesifik dari berbagai material untuk
rekayasa struktur menunjukkan bahwa, dari sudut pandang kekuatan spesifik dan
modulus spesifik, suatu jenis komposit epoksi berpenguat serat karbon (CFRP
composite, terletak di dekat sudut kanan atas) merupakan material yang paling kuat
dan paling kaku dibandingkan denga material lainnya. Keramik alumina (Al2O3,
terletak di dekat sudut kiri atas) walaupun memiliki modulus spesifik yang tinggi
namun kekuatan spesifiknya sangat rendah, sementara itu material-material yang
terletak di sekitar sudut kiri bawah (phenolik, polipropilin, epoksi, dan nilon), yang,
kecuali magnesia, merupakan keluarga polimer, memiliki kekuatan dan modulus
yang rendah (Nilai kekuatan dan modulus dikutip dari referrensi. [6] (p. 2))
4

(a) 105
Ceramics Metals Polymers Composites (b) 10 3
Ceramics
Ceramics Metals
Metals Polymers
Polymers Composites
Composites
Intan Upper limit
WC, SiC Semen
Intan Osmium
Al2O3, Si3N4 Tungsten (W)
MgO Molibdin
ZrO2 Chrom CFRP’
Mullit Nikel
SiC Besi dan baja
Si3N4 Silika
104 102 Kaca soda
Tembaga
Kaca silika Titanium
Halide alkali Aluminium Fibreglass
Al2O3, WC
TiC, ZrC Semen Seng
Beton Timah GFRP
Kaca soda Magnesium
MgO Grafit
Timbal
Kayu,
Es Alkida berserat ║
Baja paduan
3 rendah BFRP
10 10 Melamin
Halida alkali Paduan kobalt CFRP Poliimida
Nimonik PMMA
Baja nirkarat Polistirin Kayu, berserat
Es Beton
Paduan Ti PE yang ditarik Nilon ┴

Ey (GN/m2)
bertulang
y (MN/m2)

Paduan Cu Nilon yang ditarik


Kevlar Epoksi
Baja lunak GFRP (Kerapatan tinggi)
102 Paduan Al 1
PMMA Poliethilin
Nilon Kayu, ber-
Paduan-paduan (Kerapatan
Epoksi serat ||
murni komersial rendah)
Polisulfon
Beton (Tanpa Paduan Pb Polipropilin
tulangan) Poliurethan Kayu, ber- Polipropilin
Poliethylin
10
serat ┴ 10-1
Logam ultra
murni Karet

PVC

Polimer busa
Polimer busa
1 10-2

0.1 10-3

Gambar 1.4. Kekuatan dan modulus berbagai jenis material untuk struktur menunjukkan bahwa, pada umumnya, material dari
kelompok logam memiliki kelebihan, digambar ulang dari [5]. (a) kekuatan pada titik yield (p. 85), (b) modulus Young’s (p. 35)
5

(a) (b)
5%
10%

15%
50%

20%

Composite materials
Aluminum
Titanium
Steel
Other

Gambar 1.5. Perkembangan pemakaian material komposit untuk struktur pesawat


terbang dari dekade 1930-an sampai sekarang. (a) Porsi berat berbagai material yang
digunakan pada pesawat terbang pada dekade 1930-an – 1980-an [7], (b) Porsi berbagai
material pad pesawat modern, Boeing 787 – Dreamliner [13].

Gambar 1.5(a): proporsi berbagai material yang digunakan untuk rekayasa struktur pesawat
terbang sejak dekade 1930-an sampai dengan 1980-an  pergantian material kayu dengan
material plastic berpenguat berawal antara akhir dekade 1940-an sampai dengan awal 1950-an
Gambar 1.5(b): komposisi material yang digunakan pada pesawat terbang modern, Boeing 787
Dreamliners  material komposit merupakan jenis material yang paling dominan.

1.2. Definisi
Material komposit:
• terbentuk dari dua atau lebih komponen (bahan penguat dan matriks), yang memiliki
karakteristik yang berbeda dengan bahan-bahan pembentuknya [15] (p. 1), [16] (p. 6)
• secara makrokopis dicampur dengan tetap memiliki batas fasa yang jelas [17], dan
teridentifikasi [18]
Contoh:
• komposit berpenguat serat: bambu (komposit alamiah), polipropilin berpenguat serat
kaca, dan epoksi berpengaut serat karbon
6

• material komposit ‘berpenguat’ partikel: partikel SiC atau TiC yang terdispersi dalam
matrik Al  komposit bermatrik aluminium berpenguat partikel SiC atau komposit
bermatrik aluminium berpenguat partikel TiC
• material komposit berskala makro: beton bertulang.
Ciri pertama (karakteristiknya berbeda dengan bahan-bahan pembentuknya) diperoleh dengan
merancang kandungan, sebaran dan orientasi serat guna memenuhi tuntutan karakteristik
pemakaian  setiap produk material komposit memiliki desain khusus untuk pemakaian
tersebut, bahkan mungkin diperlukan desain ulang walaupun dengan hanya perubahan relatif
kecil pada applikasinya, penyimpangan arah pembebanan yang relatif kecil material komposit
berpenguat serat searah akan menimbulkan tegangan geser dalam material akibat efek kopling
dan mungkin akan menurunkan kekuatan material komposit secara signifikan.

Ciri kedua dan ketiga (memiliki batas fasa yang jelas dan teridentifikasi)  pencampuran
unsur-unsur pembentuknya merupakan bersifat fisis  masing-masing unsur dapat terlihat
dan terdapat batas fasa yang jelas yang memisahkan dua unsur pembentuknya, seperti terlihat
pada (Gambar 1.6)  unsur-unsur dapat dipisahkan melalui proses fisis.
Kelebihannya: pemakaian meluas dan dalam berbagai bidang, karena:
• sifat mekanisnya istimewa: kuat luluh dan modulus Young tinggi (Gambar 1.2),
ketahan impak tinggi (Gambar 1.7), kekuatan lelah relatif tinggi (kuat lelah baja dan
paduan aluminium +/ 50% dari kekuatan statis maksimumnya, sedangkan kuat lelah
komposit polimer berpenguat serat karbon +/ 90% dari kekuatan statis
maksimumnya [6] (p. 7).,
• ringan, ketahanan korosi [19, 20]
• biaya peralatan pembuatan produk yang berbentuk kompleks [21] rendah.

Gambar 1.6. Komposit epoksi berpenguat serat karbon menunjukkan batas fasa yang jelas
antara serat karbon (berwarna terang) dan matrik epoksi (berwarna gelap). (a) Irisan
melintang, (b) Irisan memanjang.
7

Pemakaian:

• bidang otomotif [19, 22] dan [6] (pp. 17-18) seperti pada mobil Carrera GT dari
Porsche  dindingnya terbuat dari komposit berserat karbon [23]
• industri pesawat terbang [19, 24] misalnya sebagai material untuk komponen mesin
pada General Electric F-404 [25] dan elemen sayap pesawat Sukhoi S-27 Berkut [26]
• strutur untuk keperluan luar angkasa [6] (pp. 14-17) seperti reflektor bercangkang
ganda SuDerbird SCS Kevlar [27]
• struktur untuk kepentingan maritim [28, 29] misalnya haluan perahu [30, 31],
bulkheads, plat geladag dan sistem tiang layar [32], kapal-kapal berkecepatan tinggi
dan feri [29]
• konstruksi teknik sipil seperti geladag jembatan Wick Wire Run di Taylor County,
West Virginia [33], balok-balok profil untuk struktur yang terbuat dari polimer
berpenguat serat kaca [12] (p. 98), dan gelagar memanjang jembatan Tom’s Creek di
Blacksburg, Virginia [34]
• peralatan listrik dan elektronik seperti kotak saklar, almari sirkuit, komponen penyekat,
komponen computer, tabung-tabung teleskop, antena dan rumah layar monitor [35]
• peralatan oleh raga [6] (pp. 18) seperti raket tenis dan bulutangkis yang terbuat dari
komposit grafit/epoksi dan kabon/epoksi [36] dan rangka sepeda Fight Weapon dari
komposit polimer berpenguat serat karbon buatan Asia Seiko [37].
Karena keunggulan sifat mekanis (Gambar 1.8) tersebut, maka:
• meningkatkan unjuk kerja pemakaiannya  menurunkan berat struktur (penggantian
struktur dari Al dengan komposit grafit/epoksi pada Boeing 777 menurunkan berat lebih

Gambar 1.7. Sifat impak berbagai material untuk rekayasa. Impact properties of
various engineering materials. Komposit polimer berpenguat serat searah memiliki
kadar serat sekitar 60% (Mallick seperti dikutip pada referensi [6] (p. 8))
8

dari 20% [52], atau meningkatkan daya angkut bebannya [53].


• Untuk strutur yang dapat berpindah-pindah, pemakaian material komposit 
meningkatkan daya angkut bebannya  mengurangi konsumsi bahan bakarnya 
polutan yang dibuang akan berkurang  meningkatkan kenyamanan lingkungan, serta
akan menghemat pemakaian sumber daya alam.

Gambar 1.8. Specific Kekuatan dan modulus spesifik beberapa material untuk
rekayasa struktur menunjukkan bahwa, pada umumnya kekuatan dan modulus
spesifik material komposit lebih tinggi dibandingkan dengan yang dari logam
konvensional [49] (p. 11).

Contoh:
• pemakaian CFRP (carbon fibre-reinforced polymer) pada badan Boeing 787 [54] dan
struktur utama lainnya  menghemat ongkos tenaga produksi dan mengurangi jumlah
titik peningkat tegangan (stress raiser) karena berkurangnya jumlah elemen, meningkatkan
unjuk kerja aerodinamisnya, sehingga menurunkan konsumsi bahan bakarnya [13]
• pemakaian komposit aluminum berlapis yang diperkuat dengan kaca (glass-reinforced
aluminium laminate = GLARE) pada Airbus A380  meningkatkan kekuatan dan
resistensi lelah struktur tersebut [55] dibandingkan dengan pemakaian strutur dengan
paduan titanium.

Keunggulan lain:
9

Tabel 1.1. Sifat-sifat material untuk rekayasa struktur


Massa jenis Resistansi impak Batas lelah
Material
(g/cm3) (J/m)a) (MPa)b)

Logam dan paduannya:


Al 7075 T6 2.811) 9612)
Al 6005 T6 3113)
FeC, 021%C, dianil 7.862) 22014)
Ti (paduan), 99.2% Ti 4.513) 438)
Ti-6Al-4V standar 40015)
Ti-6Al-4V kondensat 52415)
Keramik dan kaca:
Al2O3, 99.5% dense 3.894)
Si3N4 53016)
Polimer dan elastomer:
Epoksi (resin) 1.12 – 1.305) 10 – 505)
Polisulfon 1817)
Poliacetal 2218)
PMMA 249)
Komposit:
CFRP 1.266) 3110) 7019)
GFRP 1.997) 10711) 4620)
a) 11)
Izod kecuali dinyatakan lain. Referensi [39], Tabel 215.1, serat kaca/
b)
At N = 106 kecuali dinyatakan nilai lain. polikarbonat, Vf = 30%.
1) 12)
Referensi [38], p.47. Referensi [38].
2) 13)
Referensi [39], Tabel 25. Referensi [45], f = 5 Hz.
3) 14)
Referensi [39], Tabel 35. Referensi [46], N = 107, f = 22 Hz
4) 15)
Referensi [40], p. 80. Referensi [47].
5) 16)
Referensi [41], pp. 90-96. Referensi [48], R = 1.
6) 17)
Referensi [42], serat karbon/poliamide, Vf = 50%, Referensi [48], p. 365.
7) 18)
Referensi [43], kaca-E/epoksi komposit, Vf = 60%. Referensi [48], p. 364, f = 1.67 Hz.
8) 19)
Referensi [39], Tabel 212, Charpy, specimen Referensi [48], p. 365, serat karbon
dengan notch. pendek/ polisulfon, Vf =40%.
9) 20)
Referensi [40], p. 158. Referensi [48], p. 365, serat kaca pendek/
10)
Referensi [44, 45], pp. 396-406. polisulfon, Vf = 40%.

• Ketahanan korosi yang sangat tingi [32, 56]. Kegagalan akibat korosi di Amerika Serikat
menyebabkan kerugian sekitar US$ 276,000,000,000.00 atau 3.1% GDP (Gross Domestic
Product) [57].
• Pemakaian material komposit untuk meningkatkan ketahanan korosi.
Contoh:
10

• pelapisan inti CFRP kabel listrik ACCC (Aluminium Conductive Composite Core)
buatan CTC (Irvine, CA, U.S.A.) dengan komposit GFRP untuk menyekat inti karbon
dari kabel konduktor Al guna pencegahan korosi galvanis
• pemakaian komposit GFRP untuk sistem perpipaan, lantai jembatan penyeberangan,
pijakan dan pegangan tangan pada tangga, serta pemakaian komposit GFRP untuk
penopang dan lantai struktur platform pemboran minyak lepas pantai menggantikan
logam yang jauh lebih korosif.
• struktur dari material komposit dapat dirancang sesuai dengan karakteristik yang khas
kondisi pembebanan dan lingkungan sekitar pemakaiannya [30, 32].

1.2. KLASIFIKASI MATERIAL KOMPOSIT

1.2.1. Menurut dimensi relatif bahan penguatnya:

• Komposit Makro: guna meningkatkan unjuk kerja balok beton, sisi tariknya [58]
diperkuat dengan batang baja [58, 59] atau komposit [58-60].
• Komposit Mikro atau lebih dikenal sebagai komposit: berbagai macam komposit
berpenguat serat, seperti CFRPs, GFRPs, dan SiC/Ti [59]; komposit berpenguat
partikel dengan berbagai macam matrik dan bahan penguat berskala mikron yang
digunakan.
• Komposites nano: misalnya partikel SiC berskala nano-meter terdispersi dalam epoksi
[60], partikel halus ittria (Y2O3) yang terdispersi dalam matrik Mg [61], dan pipa-nano
karbon yang terdispersi dalam epoksi [62], dan juga berbagai macam serat atau
partikel tanah liat (clay) atau material lain yang terdispersi dalam matrik polimer atau
lainnya untuk meningkatkan sifat tertentu matriknya.
Contoh:
• untuk meningkatkan kkekuatan dan modulus tarik, kekuatan dan modulus lentur,
dan stabilitas termal komposit berskala nano CFRP, Chisholm et al [60]
mendispersi partikel berskala mikro dan nano SiC dalam epoksi sebelum sebelum
epoksi tersebut digunakan sebagai matrik komposit nano CFRP.
• Tun dan Gupta [61] mencampur partikel Y2O3 dengan serbuk Mg,
mengkompressinya, kemudian menyinternya untuk memproduksi komposit nano
untuk meningkatkan kekerasan dan kuat tarik material induk Mg.
• Kim dan Lee [62] menggunakan pipa-nano kaebon (carbon nano-tube = CNT)
untuk memperbaiki sifat-sifat epoksi yang akan digunakan sebagai matrik untuk
memproduksi komposit nano anyaman serat kaca-E/epoksi yang memiliki daya
serap gelombang elektromagnetik yang lebih baik yang kemudian digunakan
untuk membuat sandwich GFRP/CFRP/PVC foam/CFRP.

1.2.2. Menurut geometri bahan penguatnya:

➢ Komposit Partikel, Gambar 1.9(a), material komposit yang bahan penguatnya


berbentuk partikel, misalnya:
11

▪ dispersi serbuk W dalam matrik Cu (digunakan sebagai material lidah kontak


arus tinggi [66-68], heat sinks [64, 65], elektroda las titik [64] yang memiliki
ketahanan erosi [66] dan kuat tarik yang lebih tinggi dari pada Cu [67]).
▪ alumina tri-hydrat (AlH6O3) yang dikenal sebagai ATH yang digunakan sebagai
bahan penguat karet berbasis polimer-silikon [68], kalcium karbonat (CaCO3)
untuk bahan poliethilin berkerapatan tinggi (HDPE) [69]
▪ kaolin Al2Si2O5(OH)4 untuk bahan poliethilin [70],
▪ mika (KAl2(AlSi3O10(OH)2) untuk bahan pelapis nikel [71]
▪ silika SiO2 untuk bahan poliakrilat, poli-imide dan polipropilin [72], serta
epoksi [73].
➢ Komposit serpihan (flake), Gambar 1.9(b) pada umumnya bahan penguat terdistribusi
secara dalam matriknya, sehingga komposit yang dihasilkan lebih bersifat isotropis
ketimbang anisotropis.
▪ Vu-Khanh [76] mendispersi serpihan mika dan kaca untuk memperbaiki sifat
mekanis poly-propylene
▪ Osman dkk [74] menggunakan serpihan mika untuk meningkatkan kekuatan dan
modulus elastisitas poly(dimethylsilokxane)
▪ Wang dkk [77] menggunakan serpihan grafit untuk memproduksi polyester
dengan sifat-sifat khusus
▪ Okumura dkk [78] menggunakan serpihan Ti untuk meningkat kuat tarik dan
lentur Al pada arah serpihan
▪ Pemakaiannya meliputi pelapisan sebagai pelindung dan fungsi dekorasi,
seperti pada pelapisan bagian dalam tabung-tabung zat kimia [79, 80] dan
pelapisn bagian luar pipa-pipa jaringan dasar laut [79, 80]; peredam gangguan
gelombang elektromagnetis [81]; dan sudu-sudu turbin [80].

➢ Komposit serat – sesuai dengan namanya, bahan penguatnya berbentuk serat, Gambar
1.9(c). Karena pada umumnya serat jauh lebih kuat dan lebih kaku dari pada
matriknya, misalnya kekuatan dan kekakuan serat kaca-E adalah 3.5 GPa and 73 GPa
[82] (p. 58), sementara untuk matrik vinylester Derakane 8084 nilai tersebut adalah
0.076 GPa and 2.9 GPa [83], maka sifat dan kandungan seratnya akan sangat
menentukan sifat komposit yang dihasilkan. Menurut panjang seratnya, komposit serat
dapat dibagi lagi menjadi komposit berserat pendek (chopped atau whiskers) dan
komposit berserat kantinyu. Serat disebut pendek apabila panjangnya tidak lebih dari
1000 kali diameternya [49] (p. 5), dan disebut panjang bila lebih dari itu [84] (p. 92).
Arah serat panjang dapat didesain sesuai dengan tuntutan pemakaiannya, sedangkan
serat pendek arahnya dapat dikendalikan [15] (p. 137) and [85] (p. 20) selama proses
fabrikasinya [86].
12

(a) (b) (c)


Gambar 2.9. Ketiga jenis komposit menurut bentuk bahan penguatnya: (a) foto-mikro
SEM matrik berbasis timbal yang diperkuat dengan serbuk berbasis nikel [76], (b) poly-
dimethylsiloxane diperkuat dengan serpihan mika [74], dan (c) komposit bermatrik polimer
berpenguat serat karbon (bagian bawah) dan serat silicon karbida (bagian atas) arah tunggal.

1.2.3. Menurut arsitektur seratnya:

Arah serat dapat diatur 1-D untuk memproduksi komposit serat searah, 2-D untuk
memproduksi komposit belapis (laminated) bearah jamak, dan juga 3-D dengan cara
menganyam, menenun, atu menjahitnya (weaving, braiding, knitting or stitching). Sifat
komposit sangat tergantung pada arsitektur seratnya [87], sehingga pengaturan serat
merupakan hal yang sangat penting dalam memenuhi tuntutan pembebanannya [88].
➢ Arsitektur serat 1-D dipilih bila pembenannya sangat dominan pada satu arah, sedangkan
pada dua arak lainya jauh lebih kecil [15] (p. 9), misalnya balok sederhana, elemen rangka
batang, dan tiang penyangga.
➢ Arsitektur serat 2-D digunakan bila pembebanannya juga 2-D, misalnya lantai jembatan.
➢ Arsitektur serat 3-D digunakan disamping mebebanan 2-D, pada arah tebal plat juga
terdapat beban yang cukup berarti [84] (p. 105), misalnya pada pembebanan impak [89]
(p. 45).

1.2.4. Menurut jenis matriknya:


• Carbon-carbon composites (CCCs), serat karbon; baik kontinu maupun pendek, dan
dalam bentuk anyaman, mat maupun bundle; dibenamkan dalam matrik serbuk karbon, lalu
dilakukan proses sintering untuk memperoleh komposit karbon/karbon.
• Ceramic-matrix composites (CMCs), karena keramik pada umumnya memiliki titik
lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam maupun polimer, maka material penguat,;
baik fiber, serpih maupun partikel; yang dapat digunakan untuk meningkatkan karakteristik
teknik matrik keramik terbatas pada karbon dan keramik. Proses fabrikasinya sangat mirip
dengan yang dilakukan untuk memproduksi komposit karbon/karbon.
• Metal-matrix composites (MMCs). Matrik yang banyak digunakan adalah magnesium
dan aluminium, serta sebagian kecil dari tembaga karena masa jenisnya yang tinggi, dan
titanimum karena harganya yang tinggi. Sehingga MMC bermatrik titanium hanya digunakan
13

untuk produk yang bernilai tinggi. Material penguat yang dapat digunakan meliputi logam,
karbon maupun keramik.
• Polymer-matrix composites (PMCs), merupakan jenis komposit yang paling banyak
digunakan karena proses pembuatan yang mudah dan dengan biaya yang rendah, massa
jenisnya yang rendah, dan ketahanan kimia yang baik dan ketahanan lingkungannya yang
memadai. Polimer yang digunakan dapat dikalsifikasikan menjadi dua keluarga besar, yakni
termoset dan termoplastik. Produk komposit bermatrik termoset dibuat dengan membenamkan
material penguat dalam campuran resin dengan katalis atau hardener, tegantung pada jenis
termosetnya, dan membiarkannya mengalami proses konsolidasi yang disebut polimerisasi.
Sehingga dalam prosesnya tidak harus diugunakan pemanasan, kalaupun digunakan hanya
dimaksudkan untuk mempercepat proses konsilidasinya. Sedangkan produk komposit
bermatrik termoplastik dibuat dengan melalui proses pemanasan dan peleburan matriknya.
Material penguat dapat dicampurkan sebelum dilakukan peleburan matrik, atau disusun pada
cetakan tertentu dan kemudian matrik cair dituangkan , disemprotkan atau dipompakan, dan
dipadatnya pada susunan material penguat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai