Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH HUKUM ISLAM

HUKUM TATO DALAM ISLAM

Fakultas Hukum
Universitas Palangka Raya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul“HUKUM TATTOO DALAM ISLAM”. Dengan tujuan penulisan
sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi
ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan
Hukum Islam.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang HUKUM TATO DALAM ISLAM untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palangka Raya , April 2018

Penyusun

Fatnike Kurniadi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II PEMABAHASAN.........................................................................................
A. Pengertian Tattoo.......................................................................................
B. Pandangan Tattoo Menurut Hukum Islam..............................................................
C. Hukum Tattoo, Pengguna Tattoo, dan Tukang Tattoo..............................................
D. Hukum Wudhu, Mandi Besar dan Shalatnya Orang Bertattoo..................................
E. Resiko Kesehatan Akibat Tattoo.............................................................................
BABA III PENUTUP...............................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
c
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini banyak umat muslim yang mulai tergoda untukbertato. mereka mengganggap
hal ini adalahseni, sungguh disayangkan, remaja muslim Indonesia baik pria maupun wanita
mulai menganggap hal ini adalah perbuatan seni danhak asasi manusia.
Tato atau tattoo, berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yangartinya tanda. Walaupun bukti-
bukti sejarah tato ini tidak begitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni
tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun sebelum Masehi.Dahulu, tato menjadi semacam ritual
bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain.Menurut sejarah,
bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir dikenal sebagai
bangsa yang terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga seni
tato pun ikut menyebar luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini
terinci sebagai berikut.
1. Pengertian Tattoo
2. Pandangan Tattoo menurut hukum islam
3. Hukum Tattoo, pengguna tattoo, dan tukang tatto
4. Hukum wudhu, mandi besar dan shalatnya orang bertattoo
5. Resiko kesehatan akibat tattoo

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu Tattoo


2. Mengetahui pandangan Tattoo menurut hukum islam
3. Mengetahui Hukum Tattoo, pengguna tattoo, dan tukang tatto
4. Mengetahui Hukum wudhu, mandi besar dan shalatnya orang bertattoo
5. Mengetahui Resiko kesehatan akibat tattoo
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tattoo
Ibnu Hajar Al-'asqalani dalam bukunya Fathul Bari, menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan tato (wasym) menurut ahli bahasa adalah menusuk-nusuk anggota tubuh dengan jarum
hingga berdarah, kemudian mengisi lubang di kulit tubuh tersebut dengan pewarna (tinta) atau
sejenisnya hingga menjadi kehijauan.
Pada sistem budaya yang berlainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-
beda. Di Indonesia, pernah ada masa di mana tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-
orang yang memakai tato dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal.Pokoknya
golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman
masyarakat.

Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan" ketika pada
tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan gali (penjahat kambuhan) di
berbagai kota di Indonesia. Mantan Presiden Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran,
Ucapan, dan Tindakan Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan
bahwa petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai treatment,
tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka mengganggu ketentraman masyarakat.

Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak dibunuh?
Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu kebanyakan diidentifikasi melalui tato,
untuk kemudian ditembak secara rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di
sembarang tempat seperti sampah.

Memang tidak semua orang bertato itu penjahat. Tapi mengapa sampai terjadi
generalisasi seperti itu?Apa kira-kira dasar alasannya? Apakah dulu kebetulan pernah ada
seorang penjahat besar yang punya tato dan lalu itu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi
bahwa semua orang yang bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam
yang bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai penghias tubuh dan
simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para penjahat.

Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh".Tubuh dipolitisasi, dijadikan alat kendali
untuk kepentingan negara.Dalam kasus petrus di Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai
alat kendali, suatu alasan untuk menjaga stabilitas negara.Untuk tingkat dunia, bisa disebut
beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban manusia.Orang-orang
kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di Afrika Selatan hanya karena orang-orang
Afrika "berkulit hitam". Dari Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi
hanya karena di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh manusia
yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini menurut Hitler.

Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan fashionable seperti
sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya pemberontakan.Anggapan negatif masyarakat
tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin
menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh digunakan.
Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama
dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat yang
membelenggu. Orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol
pemberontakan dan eksistensi diri.Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tato
sebagai simbol pembebasan.

Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri.Dulu tato dianggap jelek,


sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Jika era ini berakhir, entah tato
akan dianggap sebagai apa. Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang
lain.

B. Pandangan Tattoo Menurut Hukum Islam

Hukum tato menurut islam yaitu haram, tato adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
agama islam karena bertato berarti kita sudah merubah pemberian dari Allah SWT atau dengan
kata lain kita tidak mensyukuri apa yang telah diberikan oleh-Nya. Seperti diriwayatkan dalam
hadits di bawah ini

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknati wanita yang menyambung rambutnya, dan
yang meminta untuk disambungkan, wanita yang mentato dan meminta ditatokan.” (Shahih,
HR. Al-Bukhari no. 5933 dan dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma no. 5937)"
Perilaku bertato banyak dilakukan oleh kawula muda. Muda – mudi lebih berpeluang besar
terpengaruh terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Bisa juga terpengaruh dengan apa
yang mereka lihat. Melihat contoh public figure yang bergaya apapun pastinya akan membuat
para muda – mudi yang ngefans menjadi ingin mengikutinya. Apalagi kalau di lingkungan
rumah kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, muda – mudi akan mencari
kesenangannya sendiri untuk menghilangkan kesedihan dala dirinya karena lingkungan yang
kurang baik tersebut.
Pada akhirnya mereka akan bebas melakukan apa saja yang diinginkan tanpa terkecuali
membuat tato di bagian tubuhnya. Padahal dalam hal ini tato dirasa merugikan bagi tubuh,
karena dengan adanya tato kulit tidak akan bisa menyerap air.
Jika sudah bertato, apabila ingin menghilangkannya diperlukan penanganan yang serius.
Pasalnya tato hanya bisa dihilangkan dengan menggunakan besi panas. Dengan begitu tato
bisa hilang namun kulit akan rusak.
Bertato bisa disebut sebagai perbuatan yang diharamkan terlebih jika membuat tato pada
bagian yang termasuk ke dalam kategori aurat, kemudian bagian tersebut sudah dipastikan
akan dipamerkan agar terlihat lebih gaya. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran dan juga hadist
sebagai berikut :
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak),
lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi
pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (An-Nisa`:
119)
“Allah melaknat orang-orang yang membuat tato, orang-orang yang minta dibuatkan tato,
orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan
orang-orang yang merenggangkan gigi untuk mempercantik wajah, dan mereka yang
mengubah ciptaan Allah.” (HR. Muslim)
“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya, melakukan tato di wajahnya
(mutawasshimah), menghilangkan rambut dari wajahnya, menyambung giginya, demi
kecantikan, mereka telah merubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari)
Tatto adalah menusuk-nusukkan jarum atau yang sejenisnya kepada kulit sehingga
mengalirkan darah kemudian diberikan alkohol atau yang sejenisnya sehingga menjadi biru.
Tato ini biasa dilakukan di tangan, wajah, badan bahkan kaki dan juga di bagian tubuh
lainnya. Melakukan tato pada kulit adalah perbuatan yang diharamkan Allah swt,
sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Alqomah bahwasanya
Rasulullah saw bersabda, ”Allah melaknat orang-orang yang mentato dan yang minta untuk
ditato.” (HR. Bukhori)
Di dalam hadis bisa anda temukan keterangan berdasarkan sabda dari Rasulullah Saw bahwa
beliau melarang memakan harta hasil penjualan darah, hasil penjualan anjing, riba dan yang
mewakilinya. Beliau juga melarang orang membuat tato atau minta dibuatkan tato (HR.
Bukhari)
Selanjutnya orang yang membuat tato cenderung memiliki sifat mengagungkan kiblat yang
mereka tiru tersebut. Perilaku ini bisa terlihat pada saat mereka membanggakan seseorang
yang ia ikuti. Hal ini jika terjadi secara terus menerus bisa mengarah ke perbuatan syirik yang
sangat dibenci oleh Allah.
Hukum bertato menurut pandangan para ulama bisa anda simak sebagai berikut :
Pandangan dari Ibnu Hajar :
Membuat tato haram berdasarkan adanya laknat dalam hadits, maka wajib menghilangkannya
jika memungkinkan walaupun dengan melukainya. Kecuali jika takut binasa, (tertimpa)
sesuatu, atau kehilangan manfaat dari anggota badannya maka boleh membiarkannya dan
cukup dengan bertaubat untuk menggugurkan dosa. Dan dalam hal ini sama saja antara laki-
laki dan wanita.”
Pandangan menurut fatwa Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad :
“Tato itu haram dan bertambah keharamannya ketika seseorang menggambar sesuatu yang
haram seperti hewan-hewan. Barang siapa melakukannya lalu tahu hukumnya hendaknya
beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan jika bisa menghilangkannya tanpa
menimbulkan mudarat maka semestinya itu dihilangkan.”
Adapun bagi umat muslim yang mempunyai tato dengan ukuran kecil saja, maka tidak ada
kewajiban padanya untuk menghapuskannya, namun yang diperlukan hanya melakukan
taubat.
Satu hal yang layak untuk disyukuri adalah karena ada kesadaran terhadap kesalahan yang
sebelumnya pernah dilakukan di masa lalu dan diikuti dengan keinginan kuat untuk
melakukan taubat. Dan mereka yang menunjukkan keinginan taubatnya kepada Allah Swt
bisa dikatakan sebagai orang yang tidak memunyai dosa, sebagaimana penjelasan dari sabda
Rasullah Saw,”Seorang yang bertaubat seperti orang yang tidak memiliki dosa.” (HR, Ibnu
Abid Dunya)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat
yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim : 8)
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka
Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al
Furqon : 70 – 71)
Berdasarkan penjelasan yang sudah ada di atas mengenai tato di dalam hadist dan Al Qur’an,
maka sangat jelas bahwa hal tersebut di firmankan oleh Allah SWT, melalui Rasulnya yakni
Nabi Muhammad Saw, yang melarang setiap umatnya dalam hal melakukan penyambungan
bagian rambutnya, melakukan perenggangan pada bagian giginya termasuk juga melakukan
pengikiran dan juga memotong bagian gigi serta melakukan pembuatan tato pada semua
bagian tubuh manapun.
Karena tindakan – tindakan seperti itu bisa dikategorikan dalam perbuatan yang meyiksa,
menyakiti diri sendiri, dan juga merubah semua yang sudah Allah Swt berikan serta
karuniakan kepada umatnya. Dengan demikian anda sama saja tidak mensyukuri nikmat yang
sudah diamanahkan dan diberikan oleh Allah Swt kepada kita.

C. Hukum Tattoo, Pengguna Tattoo, dan Tukang Tattoo

Hukum bertato dalam islam tidak diperbolehkan. Bagaimana anda akan melakukan sholat
kalau bagian tubuh dipenuhi dengan tato? Manfaat yang bisa diambil dengan membuat tato
juga tidak ada, justru hal itu bisa menimbulkan kerugian bagi anda, misalnya bisa memicu
munculnya penyakit kulit.
Menato badan dalam islam hukumnya memang sudah jelas diharamkan, dengan hukum
tersebut bukan berarti orang yang mempunyai tato pada bagian tubuhnya tidak wajib untuk
melaksanakan shalat. Mungkin dari kenyataan orang yang bertato, ada yang menjelaskan
mengenai alasan tidak sah shalatnya orang yang mempunyai tato, disebabkan karena adanya
tato pada bagian tubuh dianggap akan menghalangi air yang membersihkan kulit pada saat
bersuci (termasuk wudhu dan juga mandi junub), sehingga bersuci yang dilakukan menjadi
tidak sah. Memang melihat pernyataan itu bisa dibenarkan, namun belum tentu tepat.
Jika menghapus tato pada bagian tubuh itu bisa dilakukan dengan mudah dan tidak akan
menyakiti anggota tubuh maka wajib dan harus dihapus, namun jika proses menghapusnya
ternyata dengan menyakiti anggota tubuh, misalnya dengan disetrika, atau pun dengan
menggunakan cairan yang mengakibatkan munculnya rasa yang sangat sakit, hal itu tentunya
merupakan perbuatan yang sangart dilarang dalam hukum islam. Lihatlah firman Allah dalam
Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 195, penjelasannya sebagai berikut :
“Dan janganlah kalian melemparkan diri kalian dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah : 195)

Hukum tatto adalah haram menurut kesepakatan ulama. Berdasarkan hadits sahih riwayat
Bukhari dan Muslim (mutta8faq alaih):
“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya, melakukan tato di wajahnya,
menghilangkan rambut dari wajahnya, menyambung giginya, demi kecantikan, mereka telah
merubah ciptaan Allah.”
Bertato adalah perbuatan yang hukumnya haram dalam agama Islam, berdasarkan
beberapa hadits shahih, yang diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan
Imam Muslim dari Abdullah ibnu Mas’ud:
“Allah melaknat wanita-wanita yang menato dan meminta untuk ditato”

D. Hukum Wudhu, Mandi Besar dan Shalatnya Orang Bertattoo

Bila tatoo dilakukan setelah baligh dengan keinginannya sendiri, maka diwajibkan untuk
menghilangkannya atau setidaknya berusaha untuk menghilangkannya, asalkan mengilangkan
tatoo tersebut tidak sampai merusak anggota tubuh (kulit) yang tertato atau menimbulkan rasa
sakit yang di atas kewajaran.Kalau kita cermati sebenarnya yang terjadi pada tato, tidak ada
lapisan yang menghalangi sampainya air ke kulit.Sebab tato tidak berada di luar kulit,
melainkan di dalam kulit.Berdasarkan hal ini, maka wudhu maupun mandi janabah seseorang
yang bertato adalah sah.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa tato adalah endapan darah di bawah kulit yang
bercampur dengan tinta atau zat semisal yang dibentuk sesuai gambar atau tulisan
tertentu.Darah yang bercampur dengan tinta dan mengendap di bawah kulit semacam ini
hukumnya adalah najis.Sedangkan salah satu syarat sahnya shalat adalah sucinya badan,
pakaian dan tempat dari segala najis.Orang yang bertato dengan sendirinya membawa najis
yang melekat di tubuhnya secara permanen.Dengan sendirinya, shalatnya tidak sah meskipun
ia dalam keadaan berwudhu.
Ibnu Hajar Al-'asqalanimenjelaskan bahwa tempat yang ditato menjadi najis karena
darahnya tertahan di kulit tersebut. Oleh karena itu tato tersebut wajib dihilangkan meskipun
harus melukai kulit, kecuali jika dikhawatirkan akan mengakibatkan rusak, cacat atau
hilangnya fungsi anggota tubuh yang ditato tersebut. Dalam kondisi demikian, maka tatonya
boleh tidak dihilangkan, dan cukuplah taubat untuk menghapus dosanya.

E. Resiko Kesehatan Akibat Tattoo

Tato bagi sebagian orang sudah menjadi bagian gaya hidup. Sebagian lainnya juga
menganggap tato adalah bagian dari budaya berabad-abad silam. Namun tahukah anda bahwa
ada risiko kesehatan yang perlu anda ketahui dari menato.
Berikut adalah daftar risiko kesehatan yang disebabkan oleh tato, dilansir dari Symptomfind,
Rabu (18/12).

Pertama, keloid, yaitu bekas luka yang bentuknya sedikit menonjol atau berubah warna
menjadi ungu atau merah. Nah, keloid bisa terbentuk di bagian tubuh manapun dan dapat
menyebabkan trauma kulit, seperti jerawat hingga luka parah. Tato juga bisa meninggalkan
keloid di tubuh anda.

Kedua, alergi. Mereka yang memiliki kulit sensitif dapat mengalami reaksi alergi yang
disebabkan perwana kulit yang digunakan dalam proses penatoan. Hal ini bisa menyebabkan
ruam gatal bahkan bisa muncul bertahun-tahun setelah anda mendapatkan tato.

Ketiga, jerawat. Jika anda memutuskan membuat tato di areal yang sering terkena jerawat,
maka itu bisa menyebabkan iritasi.

Keempat, penyakit darah. Jika jarum tato yang digunakan dalam alat tato tidak steril, ada
kemungkinan anda terinfeksi penyakit darah, seperti HIV atau AIDS, tuberklosis, hepatitis B
dan hepatitis C.

Kelima, infeksi. Mendapatkan tato dengan fasilitas kotor dimana jarum dan peralatan lainnya
tidak bersih dan tidak steril dapat menyebabkan infeksi dan masalah kulit lainnya. Bukan tak
mungkin anda terkena penyakit menular.

Keenam, bekas parut (goresan). Seberapa banyak anda menato dan merawat tato anda? Tinta
tato bisa menyebabkan jaringan parut pada kulit anda menggembung dan terlihat seperti
keropeng (Kotoran yang mengering pada luka).

Keempat, ketidakpuasan. Meskipun berisiko kesehatan, ada kemungkinan anda mungkin


tidak menyukai hasil akhir tato permanen anda.

Skenario terburuk dari kesalahan ini adalah bisa jadi si penato mengalami kesalahan huruf
atau kesalahan garis. Ini menyebabkan anda hanya bisa pasrah atau menghapus kembali tato
anda dengan rasa yang lebih sakit dari proses pembuatannya.
Ada 5 akibat dari tato :

o Pertama, keloid, yaitu bekas luka yang bentuknya sedikit menonjol atau berubah warna menjadi
ungu atau merah. Nah, keloid bisa terbentuk di bagian tubuh manapun dan dapat menyebabkan
trauma kulit, seperti jerawat hingga luka parah. Tato juga bisa meninggalkan keloid di tubuh
anda.
o Kedua, alergi. Mereka yang memiliki kulit sensitif dapat mengalami reaksi alergi yang
disebabkan perwana kulit yang digunakan dalam proses penatoan. Hal ini bisa menyebabkan
ruam gatal bahkan bisa muncul bertahun-tahun setelah anda mendapatkan tato.
o Ketiga, jerawat. Jika anda memutuskan membuat tato di areal yang sering terkena jerawat, maka
itu bisa menyebabkan iritasi.
o Keempat, penyakit darah. Jika jarum tato yang digunakan dalam alat tato tidak steril, ada
kemungkinan anda terinfeksi penyakit darah, seperti HIV atau AIDS, tuberklosis, hepatitis B
dan hepatitis C.
o Kelima, infeksi. Mendapatkan tato dengan fasilitas kotor dimana jarum dan peralatan lainnya
tidak bersih dan tidak steril dapat menyebabkan infeksi dan masalah kulit lainnya. Bukan tak
mungkin anda terkena penyakit menular.
o Keenam, bekas parut (goresan). Seberapa banyak anda menato dan merawat tato anda? Tinta
tato bisa menyebabkan jaringan parut pada kulit anda menggembung dan terlihat seperti
keropeng (Kotoran yang mengering pada luka).
o Terakhir, ketidakpuasan. Meskipun berisiko kesehatan, ada kemungkinan anda mungkin tidak
menyukai hasil akhir tato permanen anda. Skenario terburuk dari kesalahan ini adalah bisa jadi
si penato mengalami kesalahan huruf atau kesalahan garis. Ini menyebabkan anda hanya bisa
pasrah atau menghapus kembali tato anda dengan rasa yang lebih sakit dari proses
pembuatannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung
berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Keluarga adalah wadah yang
pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
2. Sekolah adalah lanjutan dari pendidikan keluarga yang mendidik lebih fokus,teratur dan
terarah.
3. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah. Peran
yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan
dan menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara
baik.

B. SARAN
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. Soeharto : Sisi Gelap Sejarah Indonesia .Yogyakarta :


Penerbit Ombak. 2004.
Abdurrahman. Al Jawahir al Hisan fi Tafsir al Qur’an (Tafsir al-Tsa’labi), dalam
DVD ROM al-Maktabah al-Syamilah, Versi Edisi 2.11.
Al Jazairi, Abu Bakar. “Aysir al-Tafasir”, dalam DVD ROM al-Maktabah al-
Syamilah, Versi Edisi 2.11.
Al-Nawawi. Syarah Shahih Muslim. Dalam CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-
Syarif.
Al-Qaradhawy, Yusuf. Bagaimana memahami hadis Nabi SAW, terj.
Muhammad al-Baqir. Bandung : Kharisma. 1997.
Al Asqalani, Ibnu Hajar. Syarah Shahih Bukhari; Fath al-Bari. Dalam CD ROM
Mausu’ah al-Hadits al-Syarif.
Boaz, Franz. Primitive Art. New York : Dover Publication, Inc. 1955.
Ember, Carol R. dan Melvin Ember, Cultural Anthropology (New Jersey :
Prentice-Hall, Inc. 1977.
Hebidge, Dick. Asal-Usul dan Ideologi Subkultur Punk. Yogyakarta : Penerbit
Buku Baik. 1999.
Ilyas, Hamim. Kontekstualisai hadis dalam Studi Agama. dalam ed. Hamim
Ilyas, Suryadi, Wacana Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta : PT Tiara
Wacana. 2002 .
A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Islam di Indonesia,dalam
Eddi Rudiana Arief, et Al. (ED).Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktik,
Rosdakarya, Bandung,1991.
A. Hamid S Attamami, Kedudukan Kompilisasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum
Nasional (Suatu Tinjauan dari sudut Teori Perundang-undang Indonesia, Gema Insani
Press.Jakarta,1996.
…………………………,Peranan Keputusan Presiden RI dalam Penyenlenggaraan
Negara, DESERTASI, pada Fakultas Pascasarjana UI, Jakarta.1990.
Rasyid Roihan, Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Pers,Jakarta,1995.
A.Timur Djaelani, Politik Hukum Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
A. Wasit Aulawi, Sejarah perkembangan Hukum Islam ,Gema Insani Press, Jakarta
,1996.
Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta,1992.
…………………………,Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan
Agama, Intermasa, Jakarta,1991.
…………………………,Pemasyarakatan Inpres No.1 Tahun 1991 tentang
Kompilisasi Hukum Islam, Mimbar Hukum, No.5,Tahun III, 1991.
Abdul Wahab Afif, Hukum Waris Islam, Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung
Djati, Serang, 1978.
Abdullah An-Naim, Toward an Islamic Reformation Cil Liberties, Human Right and
International Law(diterjemahkan oleh Ahmad Suaedi dan Amiruddin
Arram), Dekontruksi Syariah’ah, Lkis. Yogyakarta, 1994.
Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta,
1992.
Abi Thayyib Muhammad Syam al-Haqq, ‘Aun al-‘bud Syarh Sunan Abi
Dawud, Juz.XI,Daar al-Fikr, Beirut, 1977.
Abu Dawud Asulaiman, Sunan Abi Dawud, Musathafa al-Babi Al-Halabi wa
Auladuh, Juz II, Mesir, 1995.
Ahmad Hasan, The early Development of Islamic Yurisprudence (terj.),Kitab Bhavan:
New Delhi, 1994.
Ahmad Rifa’I Arief, Taisir al-Ma;sur fi Ilmi al-Fara’idh, Ponpes,Daar al-Qalam,
Tanggerang, t.t
Al-Hakim al-Naisabury, Al-Mustadrak ala al-Shahihaini, Daar al-Fikr, Beirut, 1978
Ali Affandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian Menurur Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (BW), Bina Aksara, Jakarta, 1983.
Amir Syariffudin, Meretas Kebekuan Ijtihad, Ciputat Pers, Jakarta , 2002.
Amrullah Ahmad, SF.Dkk, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum
Nasional, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
Basyir, Ahmad Azhar. Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam. Yogyakarta:
UII Pres Yogyakarta. 1984.
Jamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997
Effendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2005.
Azyumardi Azra, Buku Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
III.Direktorat Perguruan Agama Islam, Jakarta, 2002.
Syah, Ismail Muhammad. Filsafat Hukum Islam. Jakarta:Bumi Aksara. 1992.
Al-Qur’an
FOOTNOTE

[1] Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:pustaka al-kautsar,


1998) hal. 375
[2] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press,
2006) hal. 8
[3] Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:pustaka al-kautsar,
1998) hal. 378
[4] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press,
2006) hal. 10-12
[5] Muhammad At-tihami, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat Islam, (surabayh : Ampel
Mulia, 2004) hal. 18
[6] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press,
2006) hal. 44

Anda mungkin juga menyukai