Anda di halaman 1dari 1

1.

 Abu split merupakan fungsi dari ukuran partikel bahan bakar, temperatur
boiler, fusi abu dan temperatur deformasi, ukuran partikel abu, densitas,
bentuk, dan keccepatan gas buang boiler.
 Unit stoker-fired menghasikan partikel yang lebih besar.
 Boiler berbahan bakar batubara halus atau pulverized coal (PC) menghasilkan partikel dengan bentuk spheric dan lebih kecil.
 Partikel dari cyclone-fired juga lebih spheric dan lebih kecil dari PC boiler.
 Fluidized bed menghasilkan partikel yang asimetrik, nonspherik, dan bentuk menyerupai kristal (Stultz and Kitto, 1992).
b. ESP ; Salah satu alternatif alat penangkap debu dengan
effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang
partikel yang didapat cukup besar. Dengan
menggunakan electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah
limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan
hanya sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu
mencapai 99,84%).

Cara kerja esp :

 melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue
gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut
akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-);
 Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate). Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping).
 Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat Gambar 5.2, lalu dipindahkan ke fly ash silo dengan cara di vakum
atau dihembuskan.

C. sifat so3 : Karena hampir semua SO3 mengembun pada particulate matter dan selanjutnya dikumpulkan pada presipitator.

 dampak penggunaan : Resistivitas permukaan pada abu terbang dari batubara sulfur rendah, atau di bawah temperature titik embun
asam, dapat dikurangi dengan menginjeksikan sejumlah SO3 ke dalam gas buang sebelum ESP. Sehingga, hal ini memungkinkan
ukuran ESP yang lebih kecil untuk pembangkit baru.
 Partikel yang sangat kecil tidak bisa dikumpulkan atau akan di reentrained ketika ESP digetarkan. Injeksi ammonia sering
menyebabkan agglomerate (penggumpalan) partikel, selain itu amonia juga meningkatkan adhesi partikel abu.
 Dengan demikian terdapat beberapa keuntungan dari kedua agent conditioning ini, yaitu terjadi pengurangan resistivitas dengan
injeksi SO3, serta terjadi penggumpalan dan kohesi partikel dari penambahan ammonia (NH3). Dengan gas,conditioning, bisa jadi
dapat lebih memperkecil ESP sebesar 20% sampai 30%.
D. Metoda pengendalian pembakaran /combustion control digunakan untuk mereduksi pembentukan emisi NOx, karbon monoksida, dan
hidrokarbon tidak terbakar {umumnya diatur sebagai hidrokarbon non metan atau senyawa organik volatile (VOC)}.Metode ini
merupakan kebalikan dari proses postcombustion yang mengurangi konsentrasi polutan dalam gas buang. Tidak terbakarnya karbon
merupakan kekhawatiran yang berhubungan dengan efisiensi dan keeekonomian, dan mempengaruhi stability fly ash dan kinerja ESP
(electrostatic precipitator).

 Kontrol proses pembakaran untuk mengurangi pembentukan NOx, dilakukan dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen,
mengurangi temperatur pembakaran, serta mengurangi waktu reaksi pada kondisi oksigen dan temperatur tinggi. Namun, kondisi ini
umumnya akan mengakibatkan peningkatan pembentukan CO dan VOC dalam gas buang serta karbon yang tidak terbakar dalam
abu. Oleh karena itu, kriteria disain pertama pada kontrol pembakaran NOx adalah mempertahankan tingkat yang cukup rendah dari
CO, VOC, dan karbon yang tidak terbakar sekaligus mengurangi emisi NOx. Metode ini pada dasarnya diterapkan pada pembangkit
baru dan retrofit yang meliputi low-NOx burner, air staging, fuel staging dan modifikasi operasi dan disain.

e. Injeksi Pelarut pada Furnace (Furnace Sorbent Injection)

 Dengan cara menginjeksikan bubur kapur kering (CaO, limestone) ke


dalam burner multistage, secara pneumatic melalui burner, overfire port
atau port yang dipasang dalam furnace, atau melalui dinding jet atau lances
yang terpenetrasi ke dalam furnace.
 Di dalam burner, limestone bereaksi dengan SO2 dan oksigen
membentuk kalsium sulfat (CaSO4).
 Transport udara 1-5% dari total udara pembakaran. Reagen yang
mungkin digunakan adalah limestone, dolomite, lime dan lime hidrat, pada
sekitar 1600 - 2200 oF
 Dalam kasus dolomite limestone atau lime, faksi magnesium tidak
bereaksi dengan SO2.
 Penagkapan SO2 dengan cara FSI sangat dipengaruhi oleh temperatur, waktu
tinggal, distribusi reagen, rasio Ca/S, serta luas dan tipe permukaan reagen.
 FSI secara komersial diterapkan pada boiler 15MW – 700MW. Sebagai contoh adalah proses di Tampella Power Corporation's limestone injection
furnace activation of calcium (LIFAC) (Gambar 7.1). Pada model ini, penghilangan SO2 dapat mencapai 10-15%.
 Secara signifikan penghilangan SO2 dengan metode FSI dapat meningkatkan beban partikulat, sehingga perlu ditiup dan perlu tambahan instalasi
blower.

Anda mungkin juga menyukai