Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

BAHASA
INDONESIA

KAIDAH BAHASA INDONESIA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


ILMU
KOMPUTER
TEKNIK
INFORMATIKA 01 90008
(D21314SP)
Yenni Safrida, M.Pd.

Abstract Kompetensi
Materi perkuliahan ini membahas Setelah mengikuti perkuliahan
kaidah bahasa Indonesia yang diharapkan mahasiswa dapat memahahi
sesuai dengan Ejaan Yang kaidah bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Pembahasan sesuai dengan Ejaan Yang
tersebut meliputi; pengertian ejaan, Disempurnakan serta memiliki
fungsi ejaan, perubahan ejaan di pengetahuan mengenai EYD itu
Indonesia, Ejaan Yang sendiri sebagai cikal bakal bahasa
Disempurnakan yang dibatasi pada persatuan Republik Indonesia.
pemakaian tanda baca dalam
bahasa Indonesia dan kaidah
penulisan kata.
PENGANTAR
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
Hubungan tersebut dapat terjalin dengan adanya komunikasi. Media yang paling efektif
dalam berkomunikasi adalah bahasa. Oleh sebab itu, bahasa menjadi salah satu alat yang
sangat penting demi keberlangsungan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan
menggunalkan bahasa, manusia dapat menyampaikan maksud, ide, pikiran, dan
gagasannya.
Melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya di seluruh
penjuru dunia. Bila dicermati lebih jauh, tidak ada satu profesi apapun di dunia ini yang tidak
menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasinya. Mulai dari tukang bersih-bersih di
kantor sampai pemimpin negarapun menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi.
Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi utama masyarakat Indonesia. Ada
kalanya Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua, setelah bahasa ibunya oleh karena
masyarakat Indonesia berada dalam tataran situasi bilingual atau multilingual. Hal itu juga
dipengaruhi oleh perkembangan zaman, dan fenomena berbahasa sesuai usia dan
lingkungan pemakainya pada suatu masa tertentu. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional bangsa Indonesia menjadi sarana untuk berkomunikasi. Bahasa Indonesia masih
digunakan dalam penulisan buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Rakyat Indonesia
juga sebagian besar masih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
berkomunikasi sesama.
Sejak sekolah dasar hingga dengan perguruan tinggi materi pembelajaran bahasa
Indonesia selalu diberikan. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib
dipelajari oleh setiap peserta didik, bahkan bahasa Indonesia menjadi salah satu mata
pelajaran syarat kelulusan ujian akhir di sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah
menengah lanjutan. Pada jenjang perguruan tinggi, mata kuliah bahasa Indonesia menjadi
bagian dari beban SKS yang wajib dipenuhi oleh mahasiswa. Berdasarkan kenyataan
tersebut bahasa Indonesia itu penting untuk dipelajari.
Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompol Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi, bahasa Indonesia termasuk salah
satu mata kuliah pengembangan kepribadian, selain pendidikan agama, dan pendidikan
kewargangaraan (Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional:2006).
Tujuan mempelajari bahasa Indonesia di perguruan tinggi sebenarnya sederhana
saja. Materi yang disampaikan kepada mahasiswa lebih bersifat praktis untuk mendukung

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
proses perkuliahannya secara umum. Dengan demikian, muara dari pembekalan materi
bahasa Indonesia kepada mahasiswa (sebagai mata kuliah umum) adalah terwujudnya
keterampilan dalam berbahasa Indonesia baik itu bahasa lisan dan bahasa tulis. Terutama
dalam pencapaian mata kuliah ini, mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam
menulis karya ilmiah seperti artikel, makalah, laporan, skripsi, dan sebagainya.
Indonesia merupakan Negara luas, memiliki banyak pulau, dan memiliki banyak
bahasa tersendiri dari masing-masing daerah. Dengan demikian, bahasa Indoensia menjadi
bahasa pemersatu terhadap seluruh rakyat Indonesia. Dalam penggunaanya, tentunya
memiliki kaidah-kaidah yang harus diikuti agar keseragaman tetap terwujud. Perwujudan
keseraman tersebut telah diatur dan diberi nama Ejaan Yang disempurnakan. Sebagai
mahasiswa yang merupakan akademisi tentunya harus memperhatikan penggunaan bahasa
sesuai dengan EYD.
Ejaaan Yang Disempurnakan memiliki ruang lingkup teori yang sangat luas, oleh
sebab itu pada modul ini hanya akan dibahas beberapa ruang lingkup saja. Selanjutnya
pada modul lainnya adakan dipaparkan lebih lanjut.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
1. Pengertian Ejaan

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum.
Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik itu berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, frasa
dan kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur
pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi
pula dengan penggunaan tanda baca.
Dalam suatu bahasa sistem ejaan lazimnya memiliki tiga aspek, yaitu :
1) Aspek fonologis yang menyangkut pelambangan fonem dengan huruf dan
penyususnan abjad.
2) Aspek morfologi yang menyangkut aspek pelambangansatuan-satuan morfemis.
3) Aspek sintaksis yang menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca.

Dengan demikian, ketentuan yang mengatur fonem dengan huruf, penyesuaian huruf
asing yang ada dalam bahasa Indonesia, serta pelafalan, pengkroniman, dan penyusunan
abjad temasuk di dalam aspek fonologis. Ketentuan yang mengatur pembentukan kata
dengan pengimbuhan, penggunaan kata, pemenggalan kata, penulisan kata, dan
penyesuaian kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia termasuk aspek morfologis. Selain
itu, penulisan dan pelafalan frasa, klausa, serta kalimat termasuk aspek sintaksis. Satuan-
satuan sintaksis tersebut dalam pelafalannya mengandung unsur suprasegmental, seperti
intonasi, tekanan, dan jeda yang dalam ragam tulis perlu dilambangkan dengan koma, tanda
seru dan tanda baca (Mustakim, 1992:2).
Atas dasar pernyataan Hakim tersebut dapat disimpulkan bahwa, ejaan pada
dasarnya mencakup penulisan huruf penuisan kata, termasuk akronim, penulisan angka
yang benar, dan penulisan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu,
pelafalan dan peraturan penyerapan unsur asing juga termasuk dalam ejaan.

2. Kaidah Ejaan
Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa terutama
dalam ragam bahasa tulis. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya ejaan itu sendiri
merupakan hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan,
akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca. Oleh karena itu,
duperlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi yang di sampaikan secara
tertulis.
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Ejaan itu sendiri memiliki kaidah-kaidah tersendiri. Namun, timbul pertanyaan apakah
kaidah ejaan sama dengan kaidah bahasa itu sendiri? Mengingat ejaan sendiri merupakan
komponen yang berhubungan dengan bahasa. Menurut pendapat Mustakim (1992) kaidah
ejaan berbeda dengan kaidah bahasa. Dasar penyusunan kaidah ejaan adalah kesepakatan
para ahli bahasa yang didasarkan pada sifat-sifat bahasa tertentu. Kesepakatan tersebut,
sebelum diberlakukan, lazimnya diresmikan oleh pemerintah. Setelah ejaan itu diresmikan
oleh pemerintah, para pemakai bahasa diharkan mampu menaati kaidah yang telah
disepakati tersebut,
Apabila dalam pemakaian bahasa kaidah itu tidak ditaati, lazimnya bahasa yang
digunakan dapat dikatakan salah, khususnya dari segi ejaan. Sebaliknya, jika pemakai
bahasa tersebut mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan maka bahasa yang gunakan
dapat dikatakan benar.
Contoh kata-kata berikut ini
 Passive menjadi pasif
 Aktive menjadi aktif
Jika dua kata tersebut dalam pekaiannya digunakan menjadi aktip dan pasip,
penulisan itu tentu dipandang salah. Kan tetapi, jika penulisannya tetap aktif dan pasif maka
penggunaanya benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan demikian, kaidah ejaan
sebenarnya bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan salah dan benar berdasarkan
norma tertentu.
Di pihak lain, kaidah bahasa tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan-
kesepakatan, tetapi titik tolak penentuannya adalah hasil penelitian yang berdasarkan pada
sejumlah data atau fakta tertentu. Dengan dimikian, kaidah bahasa tidak menentukan salah
benar seperti halnya kaidah ejaan.
Apabila dalam kenyataan berbahasa tidak sesuai dengan kaidah, seharusnya
pemakaian tersebut dinilai penyimpang dari kaidah. Jadi kaidah bahsasa itu sendiri tidak
bersifat normatif, tetapi bersifat deskriptif.

3. Fungsi Ejaan
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan
tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup
penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam
hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai :
1) Landasan pembakuan tata bahasa.
2) Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
3) Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia.
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Apabila pembakuan ejaan telah dalam dilaksanakan, pembakuan aspek kebahasaan
yang lain pun dapat ditunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai
bahasa yang bersangkutan telah menaati segala ketentuan yang terdapat di dalam buku
pedoman.
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman
pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini
fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah
diterapkan dengan baik.

4. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan. Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia
menurur Mustakim (1992, 4-15) adalah sebagai berikut.
1) Ejaan van Ophuysen

Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka
dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van Ophuysen
karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu oleh Engku
Nawawi. Ejaan ini dimuat dalamKitab Logat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan
karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan
aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a) Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Sayang Sajang
Yakin Jakin
Saya Saja
b) Huruf u ditlus dengan oe
Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Umum Oemoem
Sempurna Sempoerna
Surat Soerat
Pukul Poekoel
Subur Subuer

c) Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
EYD Ejaan van Ophusyen
Rakyat Ra’yat
Bapak Bapa’
Makmur Ma’moer
Saksi Sa’si
Rusak Roesa’

d) Huruf j di tulis dengan dj.


Misalnya:

EYD Ejaan van Ophusyen


Jakarta Djakarta
Raja Radja
Jangan Djangan
Laju Ladjoe
Jalan Djalan

e) Huruf c ditulis dengan tj.


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Pacar Patjar
Cara Tjara
Curang Tjurang
Arca Artja

f) Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Khawatir Chawatir
Akhir Achir
Khazanah Chazanah
Makhluk Machloe’
Mutakhir Moetachir

2) Ejaan Republik

Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van
Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang
menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr.
Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.
Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa
Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang menghasilkan
suatu keputusan penyusunan kamus istilah.
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen
dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a) Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan
Republik.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
b) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
c) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d) Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e) Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi beberapa
contoh.

Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik


Oemoer Umur
Koeboer Kubur
Ma’loem Maklum

3) Ejaan Pembaharuan

Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk


memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan
Bahasa Indonesia.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama
yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor
Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan
baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga
ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal
itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b) Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c) Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e) Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis
berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya:
EYD Ejaan Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw
Amboi amboy

Masalah lain yang dikemukakan adalah huruf j, seperti pada kata jang diubah y
sebagaimana dalam ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sekerang.

4) Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu
dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan
diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun 1945, di Medan,
Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah merupakan bentuk penyempurnaan
dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum sempat dipergunakan, karena pada
masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak
Malaysia.
Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj,
seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan
konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. Dalam
Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.

5) Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh
panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK,
juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan
yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan
menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september 1967.
Konsep ejaan yang dihasilkan oleh panitia itu disusun berdasarkan beberapa
pertimbangan, antara lain sebagai berikut
a) Pertimbangan teknis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem
dilambangkan dengan satu huruf.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
b) Pertimbangan praktis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar pelambangan
secara teknis itu disesuaikan dengan keperluan praktis seperti keadaan percetakan
dan mesin tulis.
c) Pertimbangan ilmiah, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar pelambangan itu
mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan pemakainya.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :
a) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
Misalnya :
EYD Ejaan Baru
Remaja Remadja
Jalan Djalan
Perjaka Perdjaka

b) Gabungan konsonan tj diubah menjadi j


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Cakap Tjakap
Baca Batja
Cipta Tjipta

c) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Sunyi Sunji
Nyala Njala
Bunyi Bunji

d) Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Syarat Sjarat
Isyarat Isjarat
Syukur Sjukur

e) Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Takhta Tachta
Makhluk Machluk
Ikhlas Ichlas

f) Huruf j diubah menjadi y


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Pajak padjak
Manja mandja
Janji jandji

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
g) Huruf e talling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya ditulis dengan e,
tanpa penandaan.

6) Ejaan Yang Disempurnakan


Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan
Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan
ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia
ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada
Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
a) Perubahan Huruf
Misalnya,
Ejaan Lama EYD
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata Nyata
Sjarat Syarat
Achir Akhir
Supaja Supaya

b) Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Misalnya:
Khilaf
Fisik
Valuta
Universitas
Zakat
khazanah
c) Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon.
d) Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata depan.
Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya,
sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya :
Awalan Kata Depan
Dicuci Di kantor
Dibelikan Di sekolah
Dicium Di samping
Dilatar belakangi Di tanah

e) Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan:

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya:
Anak-anak, bukan anak2
Bermain-main, bukan bermain2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
a) Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b) Penulisan kata.
c) Penulisan tanda baca.
d) Penulisan singkatan dan akronim.
e) Penulisan angka dan lambang bilangan.
f) Penulisan unsur serapan.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
KAIDAH PENGGUNAAN TANDA BACA YANG SESUAI DENGAN
EYD
1. TANDA BACA
1) Tanda Titik
(1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
(2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar. Misalnya:
1.1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia A.
1.1.1 Bahasa Indonesia
1) Kedudukan
2) Fungsi
1.1.2 Bahasa Daerah
1) Kedudukan
2) Fungsi
1.1.3 Bahasa Asing
1) Kedudukan
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.

Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
(3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
00.00.30 jam (30 detik)
(4) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
(5) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.
Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat
serta (b) tanggal surat.
Misalnya: Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng Jakarta 10330
2) Tanda Koma (,)
(1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
(2) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
(3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya. Misalnya: Kalau diundang, saya akan datang.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya: Saya akan datang kalau diundang
(4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun demikian. Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di
luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
(5) Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
Seperti, o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti
Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
(6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Misalnya:
Kata nenek saya, ―Kita harus berbagi dalam hidup ini.‖
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
(7) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
(8) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
(9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
(10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya: B. Ratulangi, S.E
(11) Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m 27,3 kg
(12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi. Misalnya:
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah. Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
(13) Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah

3) Tanda Titik Koma (;)


(1) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
(2) Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya: Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(3) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel,
dan jeruk.
4) Tanda Titik Dua (:)
(1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan.
Misalnya: Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
(2) Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
(3) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
(4) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir: "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
(5) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
5) Tanda Hubung (-)
(1) Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris. Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru ….
(2) Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak berulang-ulang
(3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
(4) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan. Misalnya:
ber-evolusi meng-uku
(5) Tanda hubung dipakai untuk merangkai
 se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-
Jawa Barat);
 ke- dengan angka (peringkat ke-2);
 angka dengan –an (tahun 1950-an);
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
 kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
berKTP, di-SK-kan);
 kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
 huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
 kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-
mu, SIM-nya, STNK-ku).

Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
(6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘)
ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘)
(7) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan. Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.

6) Tanda Pisah (—)


(1) Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
(2) Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar
udara internasional.
(3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 2010—2013

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Tanggal 5—10 April 2013

7) Tanda Tanya (?)


(1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
(2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?)
8) Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat. Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
9) Tanda Elipsis (...)
(1) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut
(2) Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya: ―Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?
10) Tanda Petik ("…")
(1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.‖
(2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu
(3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
11) Tanda Petik Tunggal ('…')
(1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain. Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
(2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan.
Misalnya:
tergugat 'yang digugat'
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
retina 'dinding mata sebelah dalam'

12) Tanda Kurung ((…))


(1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM)
(2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962.
(3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya: Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
(4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.

13) Tanda Kurung Siku ([…])


(1) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
(2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini

14) Tanda Garis Miring (/)


(1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya: Nomor: 7/PK/II/2013 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2012/2013
(2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi 'mahasiswa dan mahasiswi' dikirimkan lewat
darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
(3) Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain. Misalnya: Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak
beberapa kali.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
20 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
(4) Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
5-2-‗13 (‘13 = 2013)

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar pustaka
Azwardi. 2008. “Menulis Ilmiah”. Modul perkuliahan Bahasa Indonesia Umum untuk
Mahasiswa. Aceh.

Daimun. “Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi”. Jurnal Bahasa dan Seni.
Vol. 14, No. 1, 2013, Halaman 30-42 . Diunduh dari
ejournal.unp.ac.id/index.php/bahasaseni/article/download/3944/3177. 6
September 2016

Mayana, Maman S. “Perkembangan Bahasa Indonesia-Melayu di Indonesia dalam Konteks


Sistem Pendidikan”. ISANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Vol. 14,
No. 3, September-Desember 2009, 395-424, Halaman 1-21 . Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=49337&val=3912. 6
September 2016

Nuryanto, T. “Penurunnya Penutur Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca”. Al IBTIDA MI:
Jurnal Pendidikan Guru MI. Vol 2, No. 2, Januari 2015, Halaman 1-12. Diunduh
dari http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/124/126. 7
September 2016.

Satata, Sri, dkk.. 2012. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah pengembangan Kepribadian).
Jakarta: Mitra Wacana Media dan Universitas Mercu Buana.

Waridah, Ernawati. 2016. Ejaan Yang Disempurnakan dan Seputar Kebahasa-Indonesia.


Bandung: Ruangkata.

2016 Nama Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
23 Nama Dosen Penyusun: Yenni Safida, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai