TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang
umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan /
atau kelainan alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan signifikan
terhadap partikel atau gas yang berbahaya.1
Keterbatasan aliran udara yang kronis merupakan karakteristik dari
PPOK yang disebabkan oleh campuran penyakit saluran udara kecil
(bronkiolitis obstruksi) dan kerusakan parenkim (empisema).1
2.2. Epidemiologi5
Prevalensi PPOK berdasarkan SKRT 1995 adalah 13 per 1000
penduduk, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 3
banding 1. Penderita PPOK umumnya berusia minimal 40 tahun, akan
tetapi tidak tertutup kemungkinan PPOK terjadi pada usia kurang dari 40
tahun. Kebanyakan pasien PPOK adalah laki-laki. Hal ini disebabkan lebih
banyak ditemukan perokok pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001
menunjukkan bahwa sebanyak 62,2% penduduk laki-laki merupakan
perokok dan hanya 1,3% perempuan yang merokok. Sebanyak 92,0% dari
perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah, ketika
bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar
anggota rumah tangga merupakan perokok pasif.
Di Amerika, kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat
darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah
sakit dan 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab
kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung,
kanker dan penyakit serebro vascular. WHO memperkirakan bahwa
2
3
2.4 Klasifikasi1,2
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD) 2019, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat
berikut:
Tabel 1. Klasifikasi PPOK
2.7. Diagnosis1,2,3
a. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
o Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
o Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
o Penggunaan otot bantu napas
o Hipertropi otot bantu napas
o Pelebaran sela iga
11
Normal Hyperinflation
2.9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah eksaserbasi berulang
3. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
4. Meningkatkan kualiti hidup penderita
17
o Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit ( lihat tabel 6 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka
panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang (long acting).
Macam - macam bronkodilator :
a. Golongan antikolinergik
2.10. Komplikasi1,2,7
3. Klasifikasi
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga :
a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas
ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau
peningkatan frekuensi pernapasan > 20% baseline, atau
frekuensi nadi > 20% baseline
4. Manifestasi Klinis
Gejala eksaserbasi :
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
5. Penatalaksanaan
Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (untuk
eksaserbasi yang ringan) atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang
dan berat)
Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh
penderita yang telah diedukasi dengan cara :
a. Menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk
bronkodilator yang digunakan dari bentuk inhaler, oral dengan
bentuk nebuliser
b. Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur
c. Menambahkan mukolitik
d. Menambahkan ekspektoran
Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke
dokter. Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan
secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di :
24
non invasif)
Tujuan perawatan ICU
1. Pengawasan dan terapi intemsif
2. Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi
gunakan pola ventilasi mekanik yang tepat
3. Mencegah kematian
Golongan Intervensi
LABA
Brokodilator LAMA
LABA+LAMA
LABA + ICS
Kortikosteroid kombinasi
LABA + LAMA + ICS
Anti-inflamasi Non-steroid Roflumilast
Vaksin
Anti-infeksi
Makrolida
Asetil-sistein
Mukoregulator
Carbo-sistein
2.12. Prognosis7
DAFTAR PUSTAKA