Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MEMBUAT KONTRAK
PENGERTIAN KONTRAK
Kontrak atau perjanjian y adalah perbuatan hukum yang
menimbulkan, berubahnya, hapusnya hak, atau menimbulkan suatu
hubungan hukum dan dengan cara demikian, kontrak atau perjanjian
menimbulkan akibat hukum (disebut juga perikatan) yang merupakan
tujuan para pihak. Jika suatu perbuatan hukum adalah kontrak atau
perjanjian, orang-orang yang melakukan tindakan hukum disebut pihak-
pihak
Persamaan antara perjanjian dan kontrak, antara lain:
1. Perjanjian maupun kontrak melibatkan setidaknya dua pihak atau
lebih;
2. Dasar hukum perjanjian maupun kontrak mengacu pada KUHPerdata.
1
kontrak ditandatangani berkaitan dengan masalah-masalah besar.
FUNGSI KONTRAK
Fungsi kontrak atau perjanjian kerja yang lainnya antara lain:
1. Menciptakan Rasa Tenang
Dengan adanya surat kontrak akan menciptakan rasa tenang bagi pihak-
pihak yang berjanji karena ada kepastian di dalam surat perjanjian. Saat
melakukan kerja sama dengan seseorang, Pastikan anda memiliki kontrak
kerja yang jelas. Surat Kontrak atau surat perjanjian berguna selain untuk
menjaga dimana kewajiban dan hak, juga berguna untuk menjaga secara
hukum bahwa anda tidak ditindas.
2. Mengetahui Hak dan Kewajiban
Dengan adanya surat kontrak perjanjian kerja, akan dapat diketahui jelas
batas hak dan kewajiban pihak yang bersepakat. Dengan demikian, Surat
ini akan membantu menjaga hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
agar tetap konsisten dengan yang telah disepakati. Namun, Anda tetap
harus berhati-hati, karena surat kontrak terkadang malah lebih sering
merugikan dibandingkan pihak yang membuat surat kontrak, jadi
perhatikan dengan baik surat kontrak yang didapatkan.
3. Menghindari Perselisihan
Dalam suatu pekerjaan bukan tidak mungkin suatu saat terjadi
perselisihan, baik di antara karyawan maupun antara karyawan dan
atasan. Dengan adanya surat kontrak secara tidak langsung akan
menghindari perselisihan yang mungkin timbul di masa mendatang.
4. Acuan Perselisihan atau Perkara
Dalam surat kontrak tentunya telah tertera perjanjian antara kedua belah
pihak antara karyawan dan perusahaan. Dengan demikian, surat kontrak
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan perselisihan atau
perkara yang mungkin timbul di kemudian hari. Surat ini dapat digunakan
ketika menggugat seseorang yang melanggar kesepakatan yang telah
dibuat di dalam surat perjanjian tersebut.
2
ASAS-ASAS KONTRAK
Secara umum asas hukum yang dapat digunakan dalam klasifikasi
hukum seperti hukum perdata, hukum pidana maupun hukum tata negara
diantaranya:
1. Lex superior derogate lex inferior (ketentuan hukum yang tinggi
mengalahkan hukum yang rendah).
2. Lex posteriori derogate lex priori (ketentuan hukum yang baru lebih
diutmakan dari pada ketentuan hukum yang lama)
3. Lex specialist derogate lex generale (ketentuan hukum yang khusus
diutamakan dari pada yang ketentuan hukum yang umum.
4. Asas non retroaktif (hukum tidak bisa berlaku surut).
5. Asas hukum yang dikemukakan diatas adalah asas hukum yang
berlaku secara umum.
3
5. Asas Kebebasan Berkontrak
Pasal 1338 ayat 1 BW perihal asas kebebasan berkontrak. Kebebasan
yang dimaksud di sini terbagi dalam beberapa hal yakni:
a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau
tidak (yes or no)
b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan
perjanjian (who).
c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian (substance).
d. Bebas menentukan bentuk perjanjian (form)
e. Kebebasan-kebebasan lainnya yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan (other freedom).
6. Asas Iktikad Baik (geode trouw); Asas iktikad baik diakomodasi melalui
Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan “perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan asas
bahwa para pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak.
4
dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi
salah satu pihak saja. Misalnya : Hibah
4. Perjanjian Sepihak
Hanya ada satu hak saja dan hanya ada satu kewajiban saja. contoh :
hibah
5. Perjanjian Konsesual
Perjanjian Konsesual adalah perjanjian di mana diantara kedua belah
pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan.
Menurut KUHPerdata, perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat.
( Pasal 1338).
5
6. Perjanjian RIILPerjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi
penyerahan barang. Misalnya : Perjanjian penitipan barang, prjanjian
pinjam pakai.
7. Perjanjian Formil
Perjanjian yang harus memakai akta nota riil.
contoh : jual beli tanah,
9. Perjanjian Obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang dimana pihak pihak sepakat,
mengikat diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak
lain. Perjanjian obligatoir hanya melahirkan hak dan kewajiban saja,
pelaksanaanya nanti.
6
1. Unsur Esensiali
Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak
karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak
ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak jual-beli harus ada
kesepakatan mengenai barang dan harga karena tanpa kesepakatan
mengenai barang dan jasa dalam kontrak jual beli, kontrak tersebut batal
demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.
2. Unsur Naturalia
Unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-undang
sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-
undang yang mengaturnya. Dengan demikian, unsur naturalia ini
merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak. Sebagai
contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjiakan tentang cacat
tersembunyi, secara otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual
yang harus menanggung cacat tersembunyi.
3. Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau mengikat para
pihak jika para pihak memperjanjikannya. Sebagai contoh, dalam kontrak
jual beli dengan angsuran diperjanjikan bahwa apabila pihak debitur lalai
membayar hutangnya, dikenakan denda dua persen perbulan
keterlambatan, dan apabila debitur lalai membayar selama tiga bulan
berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh
kreditor tanpa melalui pengadilan.
7
Makna” (plain meaning rules), doktrin ini iakui sepenuhnya oleh
KUHPerdata lewat pasal 1342, yang menyatakan bahwa:
Jika kata-kata dalam suatu kontrak sudah jelas, maka tidak lagi
diperkenankan untuk menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran.
Namun demikian kontrak itu bermacam-macam ragamnya maka sangat
mungkin akhirnya dibutuhkan kejelasan-kejelasan lebih lanjut. Disamping
itu, karena kontrak merupakan ungkapan hati dari para pihak dengan
menggunakan kata-kata yang pada prinsipnya terbatas, sehingga
biasanya hampir tidak ada kontrak yang tidak memerlukan penafsiran.
Ada beberapa prinsip hukum kontrak yang sangat mendukung eksistensi
suatu kontrak baku, yaitu prinsip-prinsip hukum sebagai berikut:
2. Prinsip kesepakatan
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan adanya kesepakatan
kehendak yangbenar-benar seperti diinginkan oleh para pihak, tetapi
kedua belah pihak akhirnya juga menandatangani kedua kontrak tersebut.
Dengan penandatanganan tersebut, maka dapat diasumsi bahwa kedua
belah pihak telah menyetujui isi kontrak tersebut, sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kata sepakat telah terjadi.
8
4. Prinsip Kewajiban membaca
Sebenarnya, dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban
membaca (duty to read) bagi setiap pihak yang akan menandatangani
kontrak. Dengan demikian, jika dia telah menandatangani kontrak yang
bersangkutan, hukum mengasumsikanbahwa dia telah membacanyadan
menyetujui apa yang telah dibancanya.
9
Disamping itu dalam perjalanan transaksi mungkin saja terjadi
perbedaan penafsiran akan isi kontrak. Hal-hal tersebut akan
menyebabnya terjadinya konflik diantara para pihak.
Dalam mempersiapkan kontrak perlu diingat dua prinsip dalam hukum
kontrak:
1. Beginselen der contractsvrijheid atau party autonomy yaitu para pihak
bebas untuk memperjanjikan apa yang mereka inginkan ( tentunya harus
sesuai dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum)
2. Pacta sunt servanda yaitu sekali mereka sepakat, kontrak itu berlaku
mengikat sebagai mana undang-undang.
Apabila suatu rancangan kontrak disetujui oleh kedua belah pihak kontrak
itu dapat ditandatangani. Jika kontrak telah di tandatangani para pihak
terikat untuk melaksanakan prestasi dan kontrak perstasi. Apabila kedua
belah pihak melaksanakan seperti apa yang tertuang di dalam isi kontrak,
kontrak itu di anggap sesesai.
10
2. Pilihan kata yang tegas dan ekstrim
Pilihan kata dan kontrak cenderung tegas, ekstrim bahkan bombastis. Hal
ini di lakukan agar tertutup kemungkinan penafsiran macam-macam dari
kata tersebut sehingga merugikan salah satu pihak. Dan dapat di
pertanggungjawabkan dari segi pengertiannya.
3. Acuan yang jelas
Agar tidak timbul penafsiran ambigu, maka setiap kata yang mempunyai
acuan pada kata atau kalimat lain harus jelas kata tersebut me-refer ke
mana. Dalam hal ini, di dalam kontrak sering muncul dalam tiga hal, yaitu
kata ganti, kata sambung dan atau kata acuan lainnya
4. Bahas terjemahaan
Dalam kontrak sering terdapat kata-kata yang merupakan terjemahan,
yang kadang-kadang memang diperlukan, terutama karena masih belum
ada pedoman katanya dalam bahasa Indonesia.
5. Istilah khusus dalam hukum/kontrak
Banyak kata-kata yang khusus dipakai dalam hukum atau kontrak yang
ternyata jarang di pergunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari,
seperti force majeure, wanprestasi dan yang lainnya.
6. Mempermudah operasionalisasi kontrak
Penting di perhatikan adalah bagaimana agar pelaksanaan kontrak di
kemudian hari tidak mendapat benturan yang berart, baik karena
penggunaan bahasa yang tidak benar ataupun karena konsep tertentu
yang tidak jelas.
7. Mecari pedoman walaupun kabur
Sering juga dalam kontrak di pergunakan istilah yang lebih merupakan
kompromi dari dua kepentingan,tetapi mempunyai makna yang kabur.
8. Agak khidmat atau menyeramkan
Dalam kontrak selalu ada usaha untuk membuat kesan seolah-olah
perjanjian tersebut mesti dihormati atau ditakuti, seperti frase: ”di
tandatangani dengan materai yang cukup”.
11
9. Harus dalam bahasa Indonesia (juga diatur dalam UU No 30 tahun
2004 dan perubahannya UU No. 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris).
Mengenai penggunaan bahasa dalam suatu perjanjian kerjasama dengan
pihak asing, berdasarkan Pasal 31 UU No. 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan menyatakan bahwa :
(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau
perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik
Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara
Indonesia.
(2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak
asing tersebut dan/atau bahasa Inggris.
12
sebagian pihaknya adalah pihak asing, maka kontrak tersebut ditulis
dalam bahasa nasional pihak-pihak asing bersangkutan dan/atau dalam
Bahasa Inggris.
Dalam hal terjadi inkonsistensi atau perbedaan isi perjanjian, dapat
disepakati oleh para pihak, versi manakah yang berlaku karena seperti
disebutkan dalam penjelasan Pasal 31 ayat (2) UU 24/2009 bahwa semua
naskah itu sama aslinya, yakni kekuatan berlakunya sama.
C. Kontrak Baku
Kontrak baku artinya kontrak tertulis berupa formulir yang isi, bentuk,
serta cara penutupannya telah distandarisasi atau dibakukan secara
sepihak oleh pelaku usaha, serta bersifat massal tanpa
mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen
(take-it or leave-it contract) yang isi atau ketentuan yang terdapat dalam
kontrak baku disebut sebagai klausula baku.
Perjanjian baku sepihak, adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh
pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat di
sini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat
dibandingkan pihak debitur, kedua pihak lazimnya terikat dalam
organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif.
Klausula Baku Menurut pasal 1 butir 10 Undang-undang No. 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan klausula baku
sebagai aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang dipersiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha atau penyalur
produk yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang
mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Intinya, si produsen atau
pemberi jasa telah menyiapkan perjanjian standar dengan ketentuan
umum dan konsumen hanya memiliki dua pilihan, yaitu menyetujui atau
menolaknya. Tetapi yang menjadi masalah adalah saat konsumen berada
pada posisi terdesak dimana konsumen sangat membutuhkan barang atau
jasa sehingga konsumen terpaksa menyanggupinya.
13
Dalam sejarah lahirnya kontrak baku bersamaan dengan lahirnya
konsep negara “welfare state”, dimana pada saat itu muncul paham
ekonomi klasik yang dipelopori Adam Smith yang mengagungkan
persaingan bebas. Antara paham ekonomi klasik dan persaingan bebas
saling mendukung dan berakar pada paham hukum alam. Kedua paham
tersebut melihat individu mengetahui kepentingan mereka yang paling
baik dan cara mencapainya, disebabkan karena manusia sebagai individu
mempergunakan akalnya. Menurut hukum alam individu-individu diberi
kebebasan untuk menetapkan langkahnya, dengan sekuat akal dan
tenaganya, untuk mencapai kesejahteraan maka masyarakat yang
merupakan kumpulan individu-individu tersebut akan menjadi sejahtera
pula. Oleh karena itu untuk mencapai kesejahteraannya individu harus
mempunyai kebebasan bersaing dan negara tidak boleh ikut campur
tangan. Seiring dengan persaingan bebas tersebut, kebebasan berkontrak
merupakan pula prinsip umum dalam mendukung berlangsungnya
persaingan bebas tersebut. Berkenaan dengan paham ekonomi tersebut,
para pengusaha bebas mencantumkan berbagai klausula yang
memperkecil resiko dan tenggungjawabnya dari segala
kerugian/kerusakan yang mungkin ditimbulkannya, dan membebankannya
pada pihak yang lebih lemah yaitu konsumen.
Sekitar tahun 1930 asas kebebasan berkontrak menyeret
masyarakat Eropa dan seluruh dunia ke dalam jurang penganguran dan
kelaparan, menjadikan pemerintah prancis dan negara Eropa lainnya
merasa perlu untuk ikut campur tangan dalam kegiatan kontrak yang
dilakukan individu dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, pranata hukum
kontrak yang sebelumnya dianggap pranata hukum perdata yang
bersumber pada asas kebebasan para pihak, setelah Perang Dunia II dan
terutama menjelang akhir abad ke-20 sudah banyak diubah oleh
peraturan-peraturan Hukum administrasi Negara sehingga Hukum Kontrak
dibidang bisnis kini tidak dapat dikatakan lagi sepenuhnya tunduk pada
asas kebebasan berkontrak dalam Hukum Perdata, tetapi sudah banyak
14
dimasuki dan diterobos oleh unsur-unsur kepentingan umum dan hukum
Administrasi Negara. Indonesia sebagai bekas jajahan salah satu negara
eropa tidak terlepas dari imbas paham-paham ekonomi yang
mempengaruhi perkembangan hukum di dunia.
Sampai sekarang perjanjian baku secara teoritis masih
mengundang perdebatan dalam kaitannya dengan asas kebebasan
berkontrak dan syarat sahnya perjanjian. Hal ini mengakibatkan timbulnya
pendapat-pendapat mengenai perjanjian baku diantaranya yaitu, Sluijter
mengatakan bahwa perjanjian baku bukan merupakan perjanjian, sebab
kedudukan pengusaha dalam perjanjian adalah sebagai pembentuk
undang-undang swasta (Ilegio particuliere wetgever). Syarat-syarat yang
ditentukan dalam perjanjian itu adalah undang-undang, bukan perjanjian.
Pitlo mengolongkan perjanjian baku sebagai perjanjian paksa (dwang
contract), yang walaupun secara teoritis yuridis, perjanjian baku ini tidak
memenuhi ketentuan undang-undang dan oleh beberapa ahli hukum
ditolak, namun kenyataanya kebutuhan masyarakat berjalan kearah yang
berlawanan dengan keinginan hukum.
Berdasarkan pendapat diatas Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo
berpendapat bahwa perjanjian baku tetap merupakan suatu perjanjian
para pihak yang menandatanganinya, walaupun harus diakui bahwa
klausula yang terdapat di dalam perjanjuan baku banyak mengalihkan
beban tanggung gugat dari pihak pihak perancang perjanjian baku kepada
pihak lawannya, namun setiap kerugian yang muncul di kemudian hari
akan tetap ditanggung oleh para pihak yang harus bertanggung gugat
berdasarkan klausula perjanjian tersebut, kecuai kalusula tersebut
merupakan klausula yang dilarang.
15
2. Bebas mengatur bentuknya;
3. Bebas mengatur klausula atau isinya;
4. Bebas melakukan pilihan hukumnya;
5. Bebas memilih cara penyelesaiannya.
16
untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan
terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
17
bertujuan agar pada akhirnya pihak lain memberikan hak, kewenangan
ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau ancaman
kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara, penyitaan
dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau
kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan
tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan
ekonomi, penderitaan fisik dan mental, membuat seseorang dalam
keadaan takut, dan lain-lain.
b. Penipuan (Bedrog)
Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328
KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan
alasan pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu,
memang memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya,
tetapi kehendaknya itu, karena adanya daya tipu, sengaja diarahkan ke
suatu yang bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang
seandainya tidak ada penipuan, merupakan tindakan yang benar. Dalam
hal penipuan gambaran yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang
satu kepada pihak yang lain. Jadi, elemen penipuan tidak hanya
pernyataan yang bohong, melainkan harus ada serangkaian kebohongan
(samenweefsel van verdichtselen), serangkaian cerita yang tidak benar,
dan setiap tindakan/sikap yang bersifat menipu.
Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat yang
dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian
tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat
mereka menandatangani perjanjian itu. Pernyataan yang salah itu sendiri
bukan merupakan penipuan, tetapi hal ini harus disertai dengan tindakan
yang menipu. Tindakan penipuan tersebut harus dilakukan oleh atau atas
nama pihak dalam kontrak, seseorang yang melakukan tindakan tersebut
haruslah mempunyai maksud atau niat untuk menipu, dan tindakan itu
harus merupakan tindakan yang mempunyai maksud jahat
18
Penipuan terdiri dari 4 (empat) unsur yaitu:
1. merupakan tindakan yang bermaksud jahat, kecuali untuk kasus
kelalaian dalam menginformasikan cacat tersembunyi pada suatu
benda;
2. sebelum perjanjian tersebut dibuat;
3. dengan niat atau maksud agar pihak lain menandatangani perjanjian;
4. tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat.
Kontrak yang mempunyai unsur penipuan di dalamnya tidak membuat
kontrak tersebut batal demi hukum (null and void) melainkan kontrak
tersebut hanya dapat dibatalkan (voidable). Hal ini berarti selama pihak
yang dirugikan tidak menuntut ke pengadilan yang berwenang maka
kontrak tersebut masih tetap sah.
19
d. Penyalahgunaan Keadaan (misbruik van omstandigheiden)
Penyalahgunaan Keadaan (Undue influence) merupakan suatu konsep
yang berasal dari nilai-nilai yang terdapat di pengadilan. Konsep ini
sebagai landasan untuk mengatur transaksi yang berat sebelah yang telah
ditentukan sebelumnya oleh pihak yang dominan kepada pihak yang
lemah. Penyalahgunaan Keadaan ada ketika pihak yang melakukan suatu
perbuatan atau membuat perjanjian dengan cara di bawah paksaan atau
pengaruh terror yang ekstrim atau ancaman, atau paksaan penahanan
jangka pendek. Ada pihak yang menyatakan bahwa Penyalahgunaan
Keadaan adalah setiap pemaksaan yang tidak patut atau salah, akal bulus,
atau bujukan dalam keadaan yang mendesak, di mana kehendak
seseorang tersebut memiliki kewenangan yang berlebihan, dan pihak lain
dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang tak ingin dilakukan, atau
akan berbuat sesuatu jika setelahnya dia akan merasa bebas.
Secara umum ada dua macam penyalahgunaan keadaan yaitu: Pertama di
mana seseorang menggunakan posisi psikologis dominannya yang
digunakan secara tidak adil untuk menekan pihak yang lemah supaya
mereka menyetujui sebuah perjanjian di mana sebenarnya mereka tidak
ingin menyetujuinya. Kedua, di mana seseorang menggunakan wewenang
kedudukan dan kepercayaannya yang digunakan secara tidak adil untuk
membujuk pihak lain untuk melakukan suatu transaksi.
20
dalam suatu kontrak. Ada dua model awal kontrak, yaitu:
a. Tanggal kontrak disebutkan pada bagian awal kontrak;
b. Tanggal kontrak disebutkan pada bagian akhir kontrak
3. Komparisi
Komparisi adalah bagian dari suatu kontrak yang memuat identitas para
pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak secara lengkap. Biasanya
memuat nama-nama para pihak, pekejaan, tempat tinggal, termasuk
kapasitas yang bersangkutan sebagai pihak dalam kontrak, misalnya
mewakili, pemegang kuasa, bertindak untuk diri sendiri, atau direktur yang
bertindak untuk dan atas nama perseroan dan sebagainya.
4. Premisse
Premisse adalah keterangan pendahuluan yang akan menjelaskan tentang
isi akta, karena isi akta itu lebih detail, komplek dan rumit
Tanda-tanda atau ciri-ciri premisse :
a. Dalam akta memuat kalimat :
“Para penghadap menerangkan terlebih dahulu bahwa”
b. Premisse terletak sebelum badan (isi) akta
c. Dicantumkan sebab atau kausa yang halal dri masing pihak, hal ini
berguna karena sebab yang halal merupakan salah satu syarat
sahnya perjanjian
d. Premisse bukan mukadimah karena baru keterangan dan tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengapa terjadinya kontrak
(perikatan).
e. Tidak setiap akta terdapat premisse
f. dan tidak masuk dalam pasal 38 UU No 2 tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris.
Contoh premisse :
Para penghadap menerangan terlebih dahulu bahwa telah membuat Surat
Keterangan Hak Mewaris, yang dibuat dihadapan Irfan Mita, Sarjana
Hukum.,Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta, pada tanggal 10-2-2012
sepuluh Pebruari duaribu duabelas) Nomor 1/2012, yang aslinya telah
21
diperlihatkan kepada saya notaris dan copinya dilekatkan pada minuta
akta ini
22
tempat kediaman yang tidak bergantung/ditentukan oleh
hubungannya dengan orang lain.
a. 2. Tempat kediaman yang wajib, yaitu tempat kediaman
yang ditentukan oleh hubungan yang ada antara
seseorang dengan orang lain.
b. Domisili yang dipilih dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
b.1. Domisili yang ditentukan oleh undang-undang, yaitu
tempat kediaman yang dipilih berdasarkan ketentuan
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
b.2. Domisili secara bebas, yaitu tempat kediaman yang dipilih
secara bebas oileh para pihak yang akan mengadakan
kontak atau hubungan hukum.
4. Keadaan memaksa
Adalah suatu keadaan ketika debitur tidak dapat melakukan prestasinya
kepada kreditur, yang sebabkan karna adanya kejadian yang berada diluar
kekuasaanya. Dalam kontrak baik demensi nasional maupun internasional
selalu dicantumkan ketentuan keadaan memaksa.
5. Kelalaian dan pengakhiran kontrak
Adalah lalai atau tidak dilaksanakannya kewajiban oleh satu pihak atau
debitur, sebagai yang ditentukan dalam kontrak.
Dalam kontrak juga dicantumkan ketentuan yang berkaitan dengan
pengakhiran kontrak. Pengakhiran kontrak merupakan upaya untuk
menghentikan atau mengakhiri yang dibuat oleh para pihak.
6. Penyelesaian sengketa
Merupakan bentuk atau pola untuk mengakhiri sengketa atau
pertentangan yang timbul diantara para pihak.
C. KAKI
1. Penutup
Pentutup kontrak merupakan bagian akhir dari kontrak. Bunyi bagian
penutup adalah berbeda antara kontrak yang satu dengan yang lain baik
yang dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan maupun akta otentik.
23
2. Tanda tangan
Merupakan nama yang dituliskan secara khas dengan tangan para pihak.
Dalam kontrak yang dibuat dalam bentuk dibawah tangan maka
tandatangan yang dimuat dalam kontrak meliputi tandatangan para pihak
dan saksi-saksi.
Jika kontrak yang dibuat dalam akta autentik (akta Notaris) maka
tandatangan itu terdiri para pihak saksi-saksi, dan notaris/ pejabat
pembuat akta tanah (PPAT).
24
2. Bahwa oleh karena saksi-saksi nantinya harus hadir pada persidangan
dalam sengketa tersebut, maka saksi harus memenuhi syarat yang
ditentukan oleh KUH Perdata mengenai pembuktian dengan saksi-
saksi, yaitu:
2.a. Dianggap sebagai tidak cakap menjadi saksi dan tidak boleh
didengar ialah para anggota keluarga dan semenda dalam garis
lurus dari salah satu pihak, begitupula suami atau istri, sekalipun
setelahnya suatu perceraiaan (Pasal 1910).
2.b. Selain itu saksi-saksi haruslah memenuhi unsur-unsur kecakapan
melakukan perbuatan hukum sebagai mana syarat-syarat yang
harus dipenuhi orang-orang yang akan melakukan atau
menandatangani kontrak.
3. Bahwa “satu saksi bukanlah saksi”, artinya saksi harus lebih dari
satu orang atau lebih. Sebagai mana yang di syaratkan oleh pasal 1905
KUH Perdata bahwa keterangan seorang saksi saja tanpa suatu alat bukti
yang lain, dimuka pengadilan tidak boleh di percaya.
25
2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi;
3. Membayar ganti rugi;
4. Membatalkan perjanjian; dan
5. Membatalkan perjanjian disertai dengan ganti rugi.
BERAKHIRNYA KONTRAK
Berakhirnya Suatu Kontrak sama dengan hapus nya perikatan dimana
KUH Perdata menyebutnya sebagai hapusnya perikatan, yaitu pada Pasal
1381 (sudah pernah dibahas) yaitu;
1. karena pembayaran;
2. karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
26
penitipan:
3. karena pembaharuan hutang;
4. karena perjumpaan hutang atau kompensasi;
5. karena percampuran hutang;
6. karena pembebasan hutang-,
7. karena musnahnya barang yang terhutang;
8. karena batal atau pembatalan-,
9. karena berlakunya suatu syarat batal; dan
10. karena lewatnya waktu.
Pembayaran dalam arti luas adalah pemenuhan prestasi, balk bagi pihak
yang menyerahkan uang sebagai harga pembayaran maupun bagi pihak
yang menyerahkan kedendaan sebagai barang sebagaimana yang diper-
janjikan. Jadi, pembayaran di sini diartikan sebagai "menyerahkan uang"
bagi pihak yang satu dan "menyerahkan barang" bagi pihak lainnya.
Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian.
Jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, maka pembayaran
yang mengenai suatu barang tertentu, harus dilakukan di tempat di mana
barang itu berada sewaktu perjanjian dibuat. Di luar kedua hat tersebut,
pembayaran harus dilakukan di tempat tinggal si berpiutang, selama
orang itu terus-menerus berdiam dalam keresidenan di mana ia berdiam
sewaktu perjanjian dibuat dan di dalam hat-hat lainnya di tempat tinggal-
nya si berhutang.
Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan,
adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang
menolak pembayaran, walaupun telah dilakukan dengan perantaraan
notaris atau jurusita. Uang atau barang yang sedianya sebagai
pembayaran tersebut disimpan atau dititipkan kepada Panitera Pengadilan
Negeri dengan suatu Berita Acara, yang dengan demikian hapuslah
hutang piutang tersebut.
27
Pembaharuan hutang menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 (tiga)
macam jalan untuk melaksanakannya, yaitu:
1. apabila seorang yang berhutang membuat suatu perikatan hutang baru
guna orang yang menghutangkannya, yang menggantikan hutang yang
lama yang dihapuskan karenanya;
2. apabila seorang berhutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berhutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;
3. apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru
ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berhutang
dibebaskan dari perikatannya.
Perjumpaan hutang adalah suatu perhitungan atau sating memperhitung-
kan hutang-piutang antara pihak satu dengan pihak lainnya.
28
pembatalan atas perjanjian yang telah dibuatnya, pembatalan mana di-
akibatkan karena kekurangan syarat subjektif dari perjanjian dimaksud.
Berlakunya suatu syarat batal sebagai suatu sebab hapusnya perikatan
adalah apabila suatu syarat batal yang disebutkan dalam perjanjian yang
telah dibuat, syarat batal mana menjadi kenyataan/terjadi.
Syarat batal ini, dalam perjanjian lazim disebutkan seperti ini: "perjanjian
ini akan berakhir apabila ..."
1. Lewatnya waktu atau daluwarsa adalah suatu upaya'untuk
memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan.oleh undangundang (Pasal 1946 KUH Perdata).
2. Kemudian, Pasal 1967 KUH Perdata menyebutkan bahwa sega!a
tuntutan hukum, balk yang bersifat perseorartgan hapus karena
daluwarsa dengan lewatnya waktu 30 (tiga puluh) tahun, sedangkan siapa
yang menunjukkan adanya daluwarsa itu tidak usah mempertunjukkan
suatu alas hak, lagi pula tidak dapatlah diajukan terhadapnya sesuatu
tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk. Dengan
lewatnya waktu tersebut di atas, hapuslah setiap perikatan hukum dan
tinggallah suatu "perikatan bebas" (natuurlijke verbintenis), artinya kalau
dibayar boleh, tetapi tidak dapat dituntut di depan hakum.
Debitur jika ditagih hutangnya atau dituntut di depan pengadilan, dapat
mengajukan tangkisan (eksepsi) tentang kedaluwarsanya piutang dan
dengan demikian mengelak atau menangkis setiap tuntutan.
29
30